BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
tehnologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan yang sangat pesat dalam tehnologi informasi saat ini juga dilandasi salah satunya oleh ilmu matematika. Untuk menguasai tehnologi apalagi menciptakan tehnologi di masa yang akan datangpun memerlukan penguasaan ilmu matematika sejak dini. Agar peserta didik mampu menghadapi dan mengikuti perubahan zaman yang semakin berkembang dengan pesat., diperlukan latihan dalam bertindak atas dasar pemikiran secara logis, analitis, sistimatis, kritis, dan kreatif serta kerjasama yang tinggi. Hal tersebut diperlukan agar peserta didik mampu memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk selalu bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. (BSNP:1-3:2006). Hal ini merupakan tuntutan yang sangat tinggi karena tidak mungkin dapat dicapai melalui hafalan, latihan mengerjakan soal secara rutin, serta proses pembelajaran yang konvensional. Pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 1 Ngrandu, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, masih menggunakan metode penugasan dan tanpa peraga apapun. Kebanyakan guru hanya memberi tugas yang tanpa penanaman konsep terlebih dulu. Keadaan seperti itu tidak hanya terjadi di kelas – kelas tertentu saja melainkan hampir di semua kelas. Hal tersebut terjadi karena sebagian guru-gurunya kurang berpengalaman dalam pembelajaran matematika , pendidikanyapun
bukan berbasis pendidikan S I
Matematika.
Dengan demikian mereka kurang memiliki kompetensi dalam penguasaan materi dan dalam penanaman konsep, penggunaan media serta pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan tuntutan KTSP. Guru sekaligus peneliti telah melakukan analis terhadap nilai ulangan formatif siswa untuk mata pelajaran di kelas VI SD Negeri 1 Ngrandu Kecamatan
1
2
Geyer, Kabupaten Grobogan, khususnya untuk materi geometri bangun ruang, siswa yang tuntas hanya 11 anak dari jumlah siswa 30 anak atau prosentase yang tuntas hanya sekitar 36,67 % padahal batas KKM yang telah ditetapkan 65. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran tersebut mengalami kegagalan. Dengan adanya kegagalan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika ini, justru memotivasi
peneliti
untuk
memperbaiki
penggunaan
metode
pembelajaran
pelaksaan
maupun
media
pembelajaran
dalam
pembelajaran
untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas (PTK).
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan pengalaman penulis dalam pembelajaran Matematika materi
geometri di kelas VI Semester ganjil Tahun Pelajaran 2011 / 2012 SD Negeri 1 Ngrandu, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, menunjukkan bahwa “Hasil belajar siswa rendah”. Dari 30 siswa baru 11 ( 36,67 % ) siswa yang telah mendapat nilai di atas KKM (65). Sementara yang lain sebanyak 19 ( 63,33 % ) siswa sisanya mendapat nilai dibawah KKM ( 65 ) Nilai rata-rata kelasnya hanya 59,70. Hal tersebut terjadi karena pada saat pemebelajaran berlangsung di kelas tidak tercipta ketertiban, artinya guru tidak dapat menguasai kelas secara maksimal. Siswa tidak punya perhatian terhadap pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung siswa tidak ada yang mau bertanya meskipun tidak jelas. Ketika guru bertanya semua siswa tertunduk tidak ada yang menjawab. Pada waktu guru memberikan soal latihan siswa tidak sungguh-sungguh menyelesaikan sehingga ketika waktu habis mereka bingung sendiri sampai ada siswa yang keringatnya bercucuran karena ketakutan. Setelah latihan selesai dan siswa diberi evaluasi siswa tidak mampu menyelesaiakan soal. Ketika ditanya tidak tahu operasi hitungnya. Hasil ulangan siswapun masih jauh dari harapan. Di samping hal-hal di atas guru saat mengupas materi terlalu cepat. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang mengatakan “ulangi Pak” sampai berkalikali, namun guru tidak menghiraukannya Dan bahasa gurupun kurang memahami
3
anak sampai anak menanyakan “ apa artinya, Pak”. Tapi guru tetap tidak mau menjelaskan, dan bahkan mengatakan kalau kamu tidak tahu artinya kamu katrook. Guru tidak mengaktifkan siswa , semua soal latihan selalu diselesaikan oleh guru siswa tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan sehingga pembelajaran terkesan guru sentris. Siswa juga tidak disediakan buku sumber sehingga siswa yang tidak aktif mengikuti pembelajaran tidak punya catatan apapun sampai pembelajaran usai. Juga pada akhir pertemuan guru tidak memberi tugas rumah sehingga siswa tidak ada motivasi untuk belajar, sehingga hasil belajar siswa rendah. Secara singkat dapat dikatakan proses pembelajaran matematika materi geometri di kelas VI SD Negeri 1 Ngrandu belum berjalan secara efektif. Kekurangefektifan pembelajaran terjadi karena guru kurang memotivasi siswa, dan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Disamping itu guru membahas materi terlalu cepat, komunikasi guru dengan siswa kurang lancar, dan guru kurang mengupayakan pemantapan penguasaan terhadap materi . Masalah dalam proses pembelajaran tersebut harus segera di atasi dengan proses pembelajaran yang lebih berkualitas yang dapat membangkitkan motivasi dan meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran matematika. Dalam hal ini guru harus mencari dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif, inovatif dan menyenangkan. Bangun ruang
(geometri) biasanya dipergunakan dalam mengemas
barang-barang yang dibutuhkan dalam rumah tangga, misalnya : bungkus roti, dus sarimi, dus susu, kaleng roti, kaleng susu, kaleng cat, dan lain-lain, atau bahkan sebagai model dalam bentuk alat-alat rumah tangga. Misalnya almari, tempat tidur, penampung air, ruangan, dan lain-lain. Oleh karenanya benda-benda yang berbentuk bangun ruang seperti kubus dan balok, serta balok ini sudah biasa dijumpai oleh siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi benda-benda ini sudah dikenal dilingkungan siswa, sehingga pendekatan yang diambil oleh guru adalah pendekatan Contectual Teaching and Learning ( CTL ).
4
1.3
Cara Penyelesaian Masalah Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Kontekstual, diharapkan
guru dan siswa mencoba untuk dapat mengerjakan sesuatu dan mengamati proses maupun hasil dari pekerjaanya. Setelah penggunaan metode teman sebaya selesai dilakukan, hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan.
1.4
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pokok dalam
penelitian ini adalah : 1.4.1 Apakah Metode Tutor Sebaya dengan Pendekatan Contekstual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang materi geometri kompetensi penghitungan volume pada siswa kelas VI di SD Negeri 1 Ngrandu.
1.5
Tujuan Penelitian Dari uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
1.5.1 Membuktikan bahwa dengan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika dalam pembelajaran matematika kelas VI semester I tentang geometri.
1.6
Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Praktis : a. Sebagai masukan secara langsung bagi guru tentang pembelajaran matematika dengan metode tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan menghitung volume bangun ruang; b. Sebagai pengalaman langsung bagi siswa adanya pembelajaran matematika tentang kebebasan dalam belajar matematika secara aktif dan kreatif dalam hal kemampuan meghitung bangun ruang c. Untuk menambah wawasan guru dan mengambil kebijakan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika
5
1.6.2 Manfaat Teoritis; a. Hasil Penelitian dapat digunakan sebagai acuan dan pelengkap referensi
dalam
pembelajaran,
sehingga
tindakan
penerapan
pembelajaran dapat bermanfaat bagi semua guru dalam melakukan pembelajaran khususnya mata pelajaran Matemetika tentang volume bangun ruang.