BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, dunia usaha kuliner di Indonesia terutama di Bandung diharapkan pada keadaan perekonomian yang semakin sulit, keadaan ini memaksa para pelaku bisnis dapat lebih kompetitif dalam menjalankan kegiatan usaha kulinernya. Tantangan tersebut akan terasa sekali pada pasar bebas di kawasan Asia Tenggara pada saat ini yang lebih dikenal dengan AFTA, bahkan dunia. Produk beras, daging ayam, daging sapi, dan gula akan dengan mudahnya dijual di pasaran Indonesia dengan harga yang mungkin lebih murah daripada produk buatan negeri sendiri. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan kuliner akan dimasukkan ke dalam industri kreatif. Saat ini cetak biru industri kreatif tengah dijadikan studi dan akan dievaluasi. Menurut dia, saat ini sudah banyak kemajuan dalam pengembangan kuliner Indonesia. Festival kuliner juga sering digelar. Untuk mendukung industri kuliner diperlukan adanya pendataan terhadap jenis makanan Indonesia. Karena jenis makanan Indonesia yang begitu banyak, maka Indonesia akan memilih beberapa jenis makanan agar lebih mudah dipromosikan. Cara ini dilakukan Thailand, dengan memilih beberapa makanan, seperti Tom Yum sebagai makanan khas Thailand. "Kami akan memilih beberapa yang akan diunggulkan, apakah itu nasi goreng, gado-gado," jelasnya. Penambahan sektor itu, merujuk pada definisi industri kreatif yang dibuat oleh WIPO (World Intelektual Property Organization) menekankan pada unsur kreativitasnya dan tidak
membagi
dengan
tegas
sektor-sektor.
(http://bisnis.vivanews.com/news/read/60-318-Kuliner) Sektor kuliner sebenarnya adalah sektor yang menjanjikan untuk dikelola. Indonesia yang kaya akan budaya memiliki pula kekayaan kuliner. Sebagai bangsa yang majemuk otomatis bangsa Indonesia mempunyai keragaman kuliner. Hal ini disebabkan oleh faktor keberagaman budaya adat dan kebiasaan termasuk juga faktor geografis sehingga setiap suku bangsa memiliki cita rasa kuliner yang
berbeda-beda. Setiap daerah memiliki brbagai masakan dan makanan khas yang mempunyai daya tarik tersendiri. Lantas mengapa dunia internasional lebih mengenal sushi, spagethy, burger pizza dan sebangsanya, padahal kita memiliki aneka masakan yang jauh lebih banyak dan tidak kalah lezatnya. Indonesia bisa dikatakan sebagai negara yang kaya, tapi tidak bisa mengelola kekayaannya dan tidak bisa memanfaatkan kekayaan tersebut dengan sebesar-besarnya. Produk-produk kebudayaan seperti kesenian, kerajinan dan peninggalan sejarah termasuk juga kuliner yang merupakan warisan leluhur harus kita jaga dan lestarikan. Namun tidak cukup hanya melestarikan kekayaan budaya. Sebagai bangsa yang mencintai dan bangga akan budayanya, maka kita dapat pula mengelola dan mengeksplorasi kebudayaan kita agar lebih berkembang dan lebih dikenal oleh dunia internasional. Akan tetapi hingga saat ini sebagian besar masyarakat belum mempunyai cukup kesadaran dan kepedulian terhadap masalah tersebut ditambah pemerintah yang tidak mempunyai perhatian yang cukup akan aspek yang penting tersebut dan kurang serius memformulasikan programprogram yang dapat menjadi pendorong dan penggerak bidang tersebut. Kurangnya perhatian pemerintah sebagai pemegang otoritas tidak hanya membuat sektor ini stagnan tapi bisa juga menimbulkan kerugian. Misalnya ketika salah satu masakan khas suku di Indonesia di klaim oleh negara lain. Kuliner adalah bagian dari kekayaan budaya. Produk kuliner bisa menjadi identitas suatu daerah tertentu seperti halnya produk budaya yang lain. Maka, usaha untuk memperkenalkannya sudah sepatutnya dilakukan. Pemerintah harus mulai memperhatikan sektor ini dan secepatnya membuat program-program yang mendorong dan memfasilitasi para pengusaha kecil-menegah yang bergerak pada sektor tersebut dan benar-benar berusaha menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi para pengusaha. Sedangkan langkah yang harus ditempuh oleh para pengusaha kuliner adalah berusaha meningkatkan kreatifitas usaha mereka dan kualitas produk mereka contohnya dalam hal packaging dan hygene agar mampu besaing
dengan
produk-produk
negara
(http://sheltercloud.blogspot.com/2009/11/budaya-potensi-sektor-kuliner)
lain.
Pakar kuliner yang belajar memasak secara otodidak dari tukang makanan pinggir jalan hingga Tempat Makanan hotel berbintang itu juga berharap, lewat makanan, nama Indonesia semakin mendunia. Sebab menjual pariwisata bukan mengenai masalah matahari, laut, dan pasir atau pantai belaka. Tapi, menjual kuliner atas pariwisata masakan adalah cita rasa yang semakin menjadi trend dewasa ini.Dengan pemasaran melalui media online, mereka tidak perlu mengeluarkan biaya investasi yang terlalu besar. Orang yang membuka usaha dengan sistem pemasaran konvensional memerlukan investasi awal yang cukup besar, terutama untuk penyediaan tempat berdagang. Dengan menggunakan media online, mereka tidak memerlukan tempat cukup hanya dengan membuat web dan pembuatannya pun relatif tidak sulit. Dan melihat kecenderungan usaha-usaha yang banyak memanfaatkan media online adalah penjualan baju, kaos, dan kuliner.(http://domba-bunting.blogspot.com/2009/09/wisatakulinerkhasindonesia) Persaingan antar produsen untuk merebut pangsa pasar, mengakibatkan mereka berusaha untuk menciptakan produk baru dan selalu berinovasi dalam pengembangan produk yang unik untuk menarik perhatian konsumen. Banyaknya produk yang beredar di pasaran, membuat produsen terpacu untuk selalu menjaga dan mempertahankan kualitas produknya. (Kotler, 2005) Karakteristik suatu produk haruskah memiliki nilai lebih dibandingkan produk lain yang sudah beredar di pasar. Suatu produk, khususnya consumer goods harus memiliki keunggulan dan nilai lebih agar dapat membedakan dari produk pesaing. Salah satu kategori yang termasuk dalam consumer goods adalah japanese food. Dilihat dari perkembangan saat ini yang semakin sibuk dengan banyaknya aktivitas anak muda yang semakin ingin segala sesuatunya murah dan porsi banyak. Ditunjang dengan adanya kedai atau dikenal dengan nama japanese food, maka konsumen tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal untuk memperoleh makanan yang diinginkan. Salah satu jenisnya yaitu kedai yang menyediakan menu utamanya Chicken Katsu. Saat ini sudah banyak jenis kedai dan cafe di bandung dimulai dari Bomber, Kembang Pare,dan Kedai Kencur. Kedai Kencur adalah salah satu kedai di Bandung yang produk utamanya menyediakan Chicken Katsu,dengan ayam Fillet yang didalamnya di baliut teping
roto yang khas dan siap dinikmati dengan rasanya yang enak tersebar di Bandung. Tetapi kini, berdasarkan observasi yang penulis lakukan, Kedai Kencur khususnya di kota Bandung semakin sedikit konsumen yang mengkonsumsi produk. Hal ini sangat berbeda dari Kedai lainnya tersebar di kota Bandung. Berdasarkan pengamatan dan wawancara awal yang dilakukan penulis pada bulan Agustus, dari sepuluh orang responden hanya dua orang responden yang mau melakukan pembelian ulang terhadap produk Chicken Katsu. Setelah pernah mencoba produk Chicken Katsu, responden tersebut tidak ingin melakukan pembelian ulang, dengan alasan ayamnya kurang banyak,tepung tebal, komposisi tidak seimbang dan bumbunya kurang meresap. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen tentang
PENGARUH ATRIBUT PRODUK
CHICKEN KATSU DARI KEDAI KENCUR TERHADAP MINAT BELI ULANG KONSUMEN .
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi konsumen terhadap atribut Chicken Katsu Kedai Kencur? 2. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai atribut Chicken Katsu? 3. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai minat beli ulang Chicken Katsu? 4. Seberapa besar pengaruh atribut produk Chicken Katsu Kedai Kencur terhadap minat pembelian ulang?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk menganalisis apa persepsi konsumen terhadap atribut produk Chicken Katsu Kedai Kencur.
2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan konsumen mengenai atribut Chicken Katsu Kedai Kencur. 3. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan konsumen mengenai minat beli ulang Chicken Katsu. 4. Seberapa besar pengaruh atribut produk Chicken Katsu Kedai terhadap minat pembelian ulang.
1.4 Kegunaaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi: 1. Bagi Penulis Selain dapat menerapkan ilmu yang didapat dari almamater ke dalam praktek dunia usaha yang nyata, juga bermanfaat menambah pengetahuan akan masalah-masalah yang terjadi dalam perusahaan khususnya di bidang pemasaran. 2. Bagi Perusahaan Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahaan di masa dating. Dari informasi yang dihasilkan dapat digunakan dalam menyusun strategi pemasaran dan peningkatan mutu pelayanan yang lebih baik yang akan diberikan pada konsumen. 3. Bagi Rekan-rekan Mahasiswa Diharapkan agar penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan yang sekiranya diperlukan.
1.5 Kerangka Pemikiran dan hipotesis Pada masa kini, konsumen semakin pintar dalam memilih dan mengkonsumsi suatu produk. Konsumen cenderung membeli produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan seleranya. Mereka cenderung membeli produk yang mereka anggap menawarkan customer delivered value tertinggi (Kotler, 2005).
Produk adalah elemen penting dalam suatu tawaran pasar. Produk dari Kedai Kencur merupakan consumer product karena dibeli oleh konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Secara lebih spesifik, berdasarkan kebiasaan berbelanja konsumen, harga, dan distribusinya, maka produk dari Kedai Kencur termasuk dalam
barang
toko
(shopping
products).
Karena
menurut
Kotler
(2005:73), Barang toko adalah barang-barang yang biasanya dibandingkan berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan dan pembeliannya. Selain itu karakteristik dari shopping products (Kotler dan Amstrong, 2006:53). Customer buying behavior : less frequent purchase, much planning and shopping effort, comparison of brans on price, quality, style. Price : higher price. Distribution : selective distribution in fewer outlets. Promotion : advertising and personal selling by both producer an resellers. Baik produk yang berbentuk barang berwujud atau tidak, pasti memiliki suatu atribut atau karakteristik tertentu. Atribut dari suatu produk harus mampu menjadi daya tarik bagi konsumen dan merupakan faktor penting bagi konsumen. Berikut ini beberapa definisi atribut produk menurut beberapa pakar, yaitu: a.
Attributes are features, price and so on. And symbolic attributes are image and what we think it says about us when we use it. (Solomon,2004:97)
b.
Konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat
yang
digunakan
untuk
memuaskan
kebutuhan
itu.
(Kotler,2005:226) Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa atribut adalah karakteristik atau sifat suatu produk. Melalui atribut, suatu produk dapat dibedakan. Menurut Kotler dan Amstrong (2004:283), atribut-atribut produk meliputi: product quality, product features, product style and design.
Menurut Russ and Kirkpatrick (1982:207) terdapat tujuh atribut produk yang perlu diperhatikan perusahaan, yaitu: design, material, quality, safety, warranties, variety, service. Atribut-atribut produk tersebut dapat digunakan untuk melakukan diferensiasi produk. Menurut Kotler (2005:347), Diferensiasi sebagai proses menambahkan serangkaian perbedaan yang penting dan bernilai, guna membedakan tawaran perusahaan itu dari tawaran pesaing. Dalam diferensiasi produk adas beberapa parameter rancangan yaitu : 1. Bentuk : ukuran, model, atau struktur fisik produk. 2. Fitur : tambahan dari fungsi dasar produk. 3. Mutu Kinerja : tingkat berlakunya karakteristik dasar produk. 4. Mutu kesesuaian : tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang di produksi terhadap spesifikasi sasaran yang dijanjikan. 5. Daya tahan : ukuran usia yang diharapkan atau beroperasinya produk dalam kondisi normal. 6. Keandalan : ukuran probabilitas bahwa produk tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu. 7. Mudah diperbaiki : ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk ketika produk itu rusak atau gagal. 8. Gaya : penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh produk itu nagi pembeli. 9. Rancangan : totalitas fitur yang mempengaruhi penampilan dan fungsi produk tertentu menurut yang diisyaratkan oleh pelanggan. Atribut produk yang berbeda membuat konsumen memiliki persepsi yang berbeda-beda. Persepsi dimiliki oleh konsumen berdasarkan pengalaman sendiri atau diperoleh berdasarkan pengalaman orang lain. Berikut ini beberapa definisi persepsi menurut beberapa pakar, yaitu : a.
Perception is the process by which people select, organize and interpret information to form a meaningful picture of the world. (Kotler and Amstrong 2004:193)
b.
Perception is defined as the process by which on individual selects, organized and interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of the world. (Schiffman and Kanuk, 2000:158)
Persepsi konsumen terhadap produk sangatlah penting, dalam hal ini terhadap atribut produk Chicken Katsu Kedai Kencur. Jika persepsi konsumen terhadap atribut produk Kedai Kencur baik maka konsumen memiliki kepuasan pada produk Kedai Kencur. Kepuasan konsumen sangatlah penting karena konsumen yang merasa puas pastilah melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut dan cenderung mengabaikan produk dari merek lainnya. Berikut beberapa definisi kepuasan menurut beberapa pakar : a.
Satisfacation is the extent to which
a product s perceived
perfomance matches a buyer s expectations. (Kotler & Amstrong, 2004:17) b.
Satisfacation is the consumer;s fulfillment response. It is judgment that a product or service feature, or the product or service itself, provided (or is providing) a pleasurable level of consumption-related fulfillment,
including
levels
of
under-or
overfulfillment.
(Oliver,1997:13) Menurut Ferdinand (2002:129), salah satu dimensi dari perilaku pembelian (perilaku pembelian yang dimaksudkan adalah sikap) adalah niat membeli ulang. Berdasarkan teori-teori niat beli yang ada, beliau menyimpulkan niat beli ulang dapat dikenali atau diidentifikasi melalu indikator-indikator sebagai berikut
Tabel 1.1 Indikator Minat Beli Ulang
Nilai Tranksaksional
Nilai ini menggunakan perilaku seseorang yang berkeinginan untuk selalu membeli ulang produk yang telah dikonsumsinya.
Nilai Referensial
Niat
ini
menggambarkan
seseorang
yang
perilaku cenderung
mereferensikan produk yang sudah dibelinya, agar juga dibeli oleh orang lain,
dengan
referensi
pengalaman
konsumsinya. Nilai Preferensial
Niat
ini
seseorang
menggambarkan yang
selalu
perilaku memiliki
preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsinya. Preferensi ini hanya dapat diganti bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya. Nilai Eksploratif
Niat
ini
seseorang informasi
menggambarkan yang mengenai
selalu
perilaku mencari
produk
yang
diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk yang dilangganinya
Sumber : Agusti Ferdinand, Struktural
Equation Modeling dalam Penelitian
Manajemen (2002:129) Ketidakpuasan yang dirasakan oleh dua puluh satu orang responden terhadap produk Kedai Kencur dikatakan karena ayamnya kurang banyak, tepung tebal, komposisi tidak seimbang, dan bumbunya kurang meresap. Hal ini diduga
menimbulkan persepsi yang buruk bagi Kedai Kencur sehingga diduga mengakibatkan mereka tidak mau lagi membeli ulang di Kedai Kencur. Pada penelitian ini, ingin diketahui persepsi konsumen terhadap atribut produk dan pengaruhnya pada niat beli ulang. Penelitian ini dikhususkan hanya meneliti atribut produk Chicken Katsu Kedai Kencur dan tidak meneliti Kedai Kencur secara luas. Karena diduga permasalahan yang terjadi yaitu pada atribut Chicken Katsu Kedai Kencur Dari keterangan di atas, maka penulis menarik hipotesis:
Jika Chicken Katsu Kedai Kencur ditingkatkan (dalam batas
waktu tertentu), maka niat beli ulang akan meningkat , dengan asumsi faktorfaktor lain dianggap ceteris paribus.
1.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. (Nazar, 2003:54) Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Penelitian Kepustakaan. Yaitu peneliti yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku referensi yang ada kaitannya dengan objek penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data sekunder. 2. Penelitian lapangan. Yaitu penelitian yang dilakukan
di lokasi perusahaan guna
mendapatkan data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan objek penelitian Data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan dilakukan dengan cara : a. Wawancara Yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada pimpinan perusahaan atau petugas yang ditunjuk dan dapat memberikan data dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.
b. Pengamatan Langsung Pengamatan langsung ini dilakukan dengan cara melihat langsung kegiatan perusahaan tersebut sehari-hari sehingga dapat lebih membantu penulisan skripsi. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari penelitian lapangan adalah : a. Sejarah perusahaan. b. Struktur organisasi. c. Kegiatan perusahaan. d. Daftar harga produk yang dihasilkan.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam rangka pengumpulan data untuk menyusun skripsi ini, penulis mengadakan penelitian pada Kedai Kencur Jl. Ternate no 1 Bandung Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan selesai.