BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Desain interior merupakan suatu bidang keilmuan yang mempelajari hubungan antara bangunan (arsitektur) dengan manusia yang melakukan aktifitas tertentu di dalamnya.Desain interior bersentuhan dengan hampir semua kegiatan atau aktivitas manusia di dunia.Manusia melakukan kegiatan belajar di sekolah ataupun di rumah, bekerja di kantor, memasak di dapur, berbelanja di pusat perbelanjaan, dan melakukan kegiatan keagamaan di tempat ibadat.
Desain interior terbagi menjadi dua kategori utama yaitu residential dan contract.Residential berarti yang berkaitan dengan rumah tinggal dan contract berkaitan dengan fasilitas publik seperti hotel, tempat peribadatan, auditorium, mall, dan lain-lain.Dua kategori tersebut mempunyai tujuan utama yang sama yaitu membuat pemenuhan terhadap kebutuhan hidup manusia serta menjadikan apa yang sudah ada ke arah yang lebih baik lagi.
Ketika mendesain sebuah tempat tinggal ataupun fasilitas publik, desainer interior berhadapan dengan banyak aspek yang harus dipenuhi untuk menjawab masalah-masalah
yang
muncul.Desainer
interior
harus
merancang
dan
memperhitungkan aspek-aspek seperti aspek cahaya, aspek suara, aspek ergonomis, aspek sirkulasi, aspek warna, aspek kebutuhan, serta aspek manusia yang melakukan kegiatan di dalamnya.Dari banyak aspek tersebut, dalam kenyataanya tidak semua harus diperhitungkan dan diterapkan ke dalam perancangan.Sebagai contoh, fasilitas publik seperti auditorium, tempat peribadatan (biasanya gereja Katolik / Protestan), serta ruang seminar atau ruang kuliah membutuhkan perhitungan aspek pengendalian suara untuk mendukung kegiatan di dalam ruang-ruang tersebut; tetapi ada pula yang tidak membutuhkan perhitungan aspek pengendalian suara yaitu rumah tinggal, salon, dan tempat perbelanjaan.
1
Suara merupakan salah satu contoh dari bentuk energi, yang berupa gelombang longitudinal serta dapat merambat melalui berbagai medium atau perantara.Medium tersebut berupa zat padat,cair dan atau gas.Suara terbagi menjadi dua macam yaitu suara yang diinginkan(wanted sound) dan suara yang tidak diinginkan (unwanted sound).
Suara yang diinginkan (wanted sound) merupakan suara yang dianggap dapat berguna bagi manusia untuk mendukung aktifitas atau kegiatan tertentu di suatu tempat.Sebagai contoh:suara dalam kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas;suara dalam
acara
konser
musik
klasik;
suara
dalam
kegiatan
suatu
kotbah
keagamaan;dll.Sebaliknya, suara yang tidak diinginkan(unwanted sound) adalah suara yang
dianggap
kurang
tertentu.Contohnya:terjadi
atau gaung
tidak di
berguna dalam
dalam suatu
kegiatan
ruangan
atau
(yang
aktifitas membuat
ketidakjelasan dalam proses mendengar); suara kendaraan bermotor ketika berada di lingkungan yang membutuhkan suasana tenang (tempat peribadatan,sekolah,dll).
Dengan adanya fenomena tersebut di atas,maka diperlukan suatu aktifitas pengendalian suara, yang bertujuan untuk mendapatkan kondisi yang diinginkan dalam mendukung aktifitas tertentu dalam konteks arsitektural.Seperti yang dikatakan oleh seorang ahli akustik ruang Leslie L.Doelle (Leslie.L Doelle, Environmental Acoustical, 1972, hlm.4) dalam bukunya yang berjudul ”Akustik Lingkungan” : ’Pengendalian bunyi secara arsitektural dapat menciptakan suatu lingkungan, di mana kondisi mendengarkan secara ideal disediakan dalam ruang tertutup’.
Oleh karena itu pengendalian suara/bunyi secara arsitektural mempunyai dua sasaran: (l) Menyediakan keadaan yang paling tepat untuk produksi, perambatan dan penerimaan bunyi yang diinginkan (baik berupa ceramah, pembicaraan ataupun musik) di dalam ruang yang digunakan untuk berbagai tujuan (misalnya kegiatan mendengar dan berbicara) atau di ruang terbuka.(Selanjutnya disebut ’akustik ruang’). (2) Peniadaan atau pengurangan ‘bising’ (bunyi yang tak diinginkan) dan getaran dalam jumlah yang cukup (Selanjutnya disebut ‘pengendalian bising’).
2
Pengendalian bunyi secara arsitektural (akustik ruang maupun pengendalian bising) membutuhkan sentuhan dari berbagai macam bidang keahlian, yaitu bidang fisika, bidang desain interior, bidang arsitektur, dll.Walaupun demikian, dalam setiap situasi akustik ruang terdapat tiga elemen dasar yang harus diperhatikan, yaitu: (1) sumber bunyi, yang diinginkan atau tak diinginkan (2) jejak, untuk perambatan bunyi, dan (3) penerima, yang ingin atau tak ingin mendengar bunyi tersebut
Adapun gejala-gejala yang terjadi pada bunyi atau suara di dalam ruang tertutup yaitu suara dapat dipantulkan kembali;suara dapat diserap oleh elemen-elemen interior dan arsitektur;dan suara dapat diteruskan melewati elemen-elemen interior dan arsitektur.Ketiga gejala tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor bentuk, bahan, serta komposisi dari elemen-elemen interior dan atau arsitektur dari suatu bangunan.
Akustik ruang dan pengendalian bising berkaitan erat dengan bidang arsitektur dan interior (ruang dalam).Oleh karena itu,dua hal tersebut sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang melekat di dalam arsitektur dan interior sebuah bangunan.Penciptaan bentuk serta pengaturannya; bidang-bidang lantai, dinding serta langit-langit; merupakan unsur atau elemen-elemen suatu interior bangunan yang mempengaruhi pengkondisian bunyi atau suara yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan.
Akustik ruang dan pengendalian bising di dalam ruang publik memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan di dalamnya (ruang publik tersebut dapat berupa ruang rapat, ruang peribadatan, ruang kelas sekolah, ruang konser musik,dll).Sebagai contoh di dalam ruang peribadatan , kegiatan utamanya adalah mengadakan suatu penyampaian ajaran dari kepercayaan atau agama yang bersangkutan.Dengan begitu apa yang ingin disampaikan (dalam hal ini melalui media suara) haruslah terdistribusi secara baik kepada umatnya.
Bahasan penelitian difokuskan pada suatu ruang peribadatan umat Kristiani yakni Gereja Katedral (Gereja yang merupakan tempat peribadatan umat Kristiani, salah satu ruangannya menggunakan prinsip sebuah auditorium).Kegiatan utama dari gereja adalah menyebarkan suatu
ajaran-Nya kepada para umat Kristiani.Oleh
karenanya,di dalam bangunan gereja perlu diterapkan prinsip-prinsip akustik ruang 3
serta pengendalian bising dalam rangka pencapaian kondisi ‘berbicara’ serta ‘mendengar’ yang ideal.
Salah satu contoh gereja yang sudah menerapkan prinsip akustik ruang ialah Gereja Katedral Jakarta.Gereja Katedral Jakarta disinyalir sudah dirancang secara akustik oleh arsitek pertamanya yaitu Insinyur Tromp pada tahun 1829.Dengan demikian,kondisi ‘mendengar’ serta ‘berbicara’ di dalam gereja Katedral Jakarta seharusnya sudah diperhitungkan dengan baik dari awal perancangannya.
Berdasarkan penguraian di atas dapat disimpulkan bahwa gereja merupakan suatu fasilitas publik yang termasuk ke dalam salah satu kategori auditorium di mana aktifitas atau kegiatan utamanya memerlukan penerapan prinsip akustik ruang serta pengendalian bising secara baik dalam rangka pencapaian kondisi ‘berbicara’ dan ‘mendengar’ yang ideal.
Dalam kaitannya dengan arsitektural, untuk mendapatkan kondisi ‘berbicara’ dan ‘mendengar’ yang ideal diperlukan penanganan terhadap suatu ruang serta berbagai elemen yang terkait di dalamnya.Elemen-elemen tersebut dapat berupa bentuk, komposisi, ataupun material yang menjadi bagian dari suatu ruang tersebut.Dengan adanya pengaturan serta perencanaan dari elemen-elemen arsitektural dan interior tersebut, maka akan terjadi suatu sinergi yang diharapkan dapat menciptakan kondisi ‘berbicara’ dan ‘mendengar’ yang ideal.
Penelitian ini berjudul “Tinjauan Desain Interior Dalam Kaitannya Dengan Faktor Pengendalian Suara” dengan mengambil studi kasus Gereja Katedral Jakarta.Penulis tertarik untuk mengambil penelitian tersebut karena tertarik untuk meneliti, mengetahui, serta memahami hubungan yang terjadi antara faktor gubahan ruang (komposisi;elemen-elemen interior) dengan faktor akustik sebuah ruang publik.Penulis juga tertarik untuk mengambil objek studi kasus Gereja Katedral Jakarta karena gereja tersebut merupakan salah satu ruang publik bersejarah yang sudah berumur kurang lebih seabad yang perancangannya oleh Ir.Tromp pada abad ke-18 sudah memperhatikan faktor akustik ruang untuk mendapatkan kondisi ‘mendengar’ serta ‘berbicara’ yang ideal di dalam gereja tersebut.Hal-hal tersebut di atas yang menjadi landasan penelitian ini. 4
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Suara menjadi hal yang sangat penting dalam kaitannya dengan maksud serta tujuan dari suatu aktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia.Suara yang diinginkan haruslah dikondisikan dengan baik agar tercapai keadaan yang diinginkan dalam aktifitas tertentu.Beda halnya dengan suara yang tidak diinginkan, memerlukan pengkondisian agar tidak mengganggu aktifitas tersebut.
Suara yang mempunyai peran penting pada umumnya terlihat dalam konteks ruang publik.Di dalam ruang publik, suara yang diinginkan harus dapat terdistribusi dengan baik sedangkan suara yang tidak diinginkan harus dapat dikurangi atau dihilangkan.Ruang
publik
tersebut
dapat
berupa
ruang
kuliah,
auditorium,
gereja,bioskop, dll.
Di dalam ruang publik seperti gereja, kegiatan utamanya adalah melakukan penyebaran ajaran Sang Kristus.Oleh karenanya proses mendengar dan berbicara menjadi sesuatu yang harus diperhitungkan dengan baik.Apabila tidak diperhitungkan dengan baik maka akan terjadi ketidakjelasan berbicara serta mendengar.Selain itu, gereja mempunyai kegiatan yang berkaitan dengan musik.Di dalam keilmuan akustik ruang serta pengendalian bising, terdapat perbedaan antara kriteria pengkondisian suara untuk berbicara dengan kriteria pengkondisian suara yang berkaitan dengan musik.Hal ini membuat pengkondisian suara dalam ruang kotbah gereja memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi.
Gereja Katedral mempunyai tipologi arsitektural (baik dari segi denah, bentuk, dll) yang menciptakan suatu keadaan lingkungan tertentu. Hal-hal tersebut mempunyai peran penting untuk mengkondisikan suara yang diinginkan (maupun yang suara tidak tidak diinginkan).Gubahan ruang dari Gereja Katedral memiliki peran penting untuk mendukung kegiatan-kegiatan di dalamnya (speech & music). Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan suatu permasalahan yang akan diteliti yaitu:”Sejauh mana hubungan yang terjadi antara faktor gubahan ruang dalam (interior) Gereja Katedral (dalam hal ini Gereja Katedral Jakarta) dengan faktor pengendalian suara di dalam mendukung aktifitas mendengar , berbicara, serta musik secara ideal”. 5
1.3. BATASAN MASALAH
1. Pengendalian suara yang dimaksud dalam penelitian adalah yang mempunyai relasi dengan gubahan ruang serta efek-efek yang ditimbulkannya.Hal-hal di luar ini bukan merupakan kajian khusus penelitian. 2. Bahasan penelitian dikhususkan hanya pada konteks gubahan ruang dalam (interior) auditorium Gereja Katedral Jakarta dan pengendalian suara di dalamnya (faktor akustik dan faktor pengendalian bising).Kondisi lingkungan di luar Gereja Katedral Jakarta dianggap sebagai fenomena yang penting tetapi tidak dibahas dalam penelitian ini.
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yaitu: 1. Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara faktor gubahan ruang dengan faktor pengendalian suara di dalam Gereja Katedral Jakarta. 2. Mengetahui dan memahami peran desain interior pada Gereja Katedral Jakarta tidak hanya dalam konteks filosofi dan fungsi tetapi juga kaitannya dengan aspek pengkondisian suara secara ideal.
1.5. ASUMSI PENELITIAN
1. Adanya
hubungan (kaitan) antara faktor gubahan ruang dengan faktor
pengendalian suara auditorium gereja Katedral Jakarta. 2. Elemen-elemen interior (dinding,langit-langit,dan lantai) dari ruang kotbah Gereja Katedral Jakarta mempengaruhi kualitas pengendalian suara di dalamnya.Bentuk,material,komposisi,dan unsur-unsur lainnya dalam interior ruang kotbah Gereja Katedral Jakarta akan sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas kondisi ’berbicara’ dan ’mendengar’ di tempat tersebut.
6
1.6. MANFAAT PENELITIAN
1. Pengetahuan serta pemahaman yang dapat berguna dalam proses perancangan ideal auditorium sebuah gereja ditinjau dari segi gubahan ruang interiornya serta pengendalian suara secara arsitektural. 2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai masalah yang berhubungan dengan faktor pengendalian suara dengan faktor gubahan ruang sebuah auditorium gereja.
1.7. METODOLOGI PENELITIAN & CARA MEMPEROLEH DATA
Sesuai dengan kebutuhan penelitian akan dilakukan dengan dua metode penelitian,yaitu Metode Deskriptif1 dan Metode Empiris2.Dengan Metode Deskriptif maka akan dilakukan penelitian melalui data pustaka atau literatur. Sedangkan dengan metode empiris akan diperoleh data sesuai kenyataannya (observasi lapangan).
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dari dokumen-dokumen yang relevan dengan judul penelitian dan dari hasil studi kepustakaan. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan cara observasi, numerical simulation dan pengukuran / experimental simulation (waktu dengung,dimensi
ruang,
dsb),
dan
wawancara
kepada
pihak-pihak
terkait.Pengumpulan data dan dokumen, studi kepustakaan, observasi,dan wawancara dilakukan sendiri oleh peneliti.Sedangkan untuk pengumpulan data pengukuran dan numerical simulation peneliti akan dibantu oleh orang-orang yang ahli di bidang akustik (physics/acoustic engineer).
1
Metode Deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat (sumber:F.L.Whitney,Ibid,1960,p.160) 2 Dalam sains dan metode ilmiah, empiris berarti suatu keadaan yang bergantung pada bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera. Data empiris berarti data yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan.(sumber: www.wikipedia.com)
7
1.8. KERANGKA PENELITIAN
Suara (karakteristik,fenomena dalam ruang tertutup,
Gubahan Ruang (Bentuk,Komposisi, Material,dll)
wanted sound, unwanted sound)
Elemen-elemen interior (floor,wall,ceiling )
Batasan-batasan
Interior Gereja Katedral Jakarta (Bagian Ruang Kotbah)
Sejarah Gereja Katedral
Identifikasi masalah
Teori dasar Desain Interior
Kriteria Standar Perancangan Auditorium Gereja
Teori Suara Teori Akustik Ruang & Pengendalian Bising
Kondisi Nyata Lapangan
Analisis Perbandingan Kriteria Standar dengan Kondisi Nyata; Data Observasi, pengukuran,simulasi, interview.
KESIMPULAN
Gbr.1.1 Kerangka Penelitian
8
1.9. SISTEMATIKA PENULISAN
•
Bab I- Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang:
-
Latar belakang masalah Desain interior berkaitan dengan banyak aspek perancangan seperti aspek manusia, aspek ergonomis, aspek suara, aspek cahaya, serta aspek-aspek lainnya.Tidak semua aspek tersebut harus selalu diperhitungkan dan diterapkan ke dalam perancangannya.Ada beberapa contoh fasilitas publik seperti auditorium, tempat peribadatan (biasanya gereja Katolik / Protestan), serta ruang seminar atau ruang kuliah yang membutuhkan perhitungan aspek pengendalian suara untuk mendukung kegiatan di dalam ruang-ruang tersebut.Suara merupakan salah satu dari bentuk energy, yang berupa gelombang longitudinal yang dapat merambat melalui berbagai media.Suara dalam kaitannya dengan kegiatan manusia dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu suara yang diinginkan (wanted sound) dan suara yang tidak diinginkan (unwanted sound).Suara yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan harus mendapat perlakuan khusus agar dapat terkendali. Di dalam ruang publik tertentu seperti gereja, membutuhkan suatu pengkondisian suara secara arsitektural agar tercapai suatu keadaan ‘berbicara’ dan ‘mendengar’ yang ideal.Gereja yang kegiatan utamanya adalah penyebaran ajaran agama, perlu memperhatikan faktor tersebut. Untuk mendapatkan pengkondisian suara yang diinginkan, maka diperlukan penataan atau gubahan dari interior ruang kotbah gereja yang dapat menunjang efektifitas berbicara serta mendengar. Gereja Katedral Jakarta, disinyalir sudah dirancang secara akustik oleh Ir.Tromp pada abad ke-18.Dengan begitu, maka seharusnya pengkondisian suara di dalamnya sudah ideal untuk menunjang kegiatan ‘berbicara’ dan ‘mendengar’.
-
Identifikasi masalah Mengidentifikasi serta merumuskan permasalahan dari uraian latar belakang masalah.
-
Batasan masalah
9
-
Tujuan penelitian
-
Asumsi penelitian
-
Kegunaan penelitian
-
Metodologi penelitian & cara memperoleh data Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode empiris
-
Kerangka Penelitian
-
Sistematika Penulisan
•
Bab II- Tinjauan Teoritis Bab ini menjelaskan tentang:
-
Pembahasan literatur (Teori dasar Desain Interior ; Teori Suara (secara ilmu Fisika; Teori Suara dalam ruang tertutup/akustik ruang )
-
Rangkuman
•
Bab III- Studi Kasus Bab ini membahas tentang: o Sejarah gereja di Indonesia secara umum o Deskripsi studi kasus Gereja Katedral Jakarta o Rangkuman
•
Bab IV-Pembahasan Bab ini berisi tentang:
•
-
Analisis Data hasil observasi
-
Sintesis
-
Pengujian hipotesis
-
Menjawab masalah penelitian.
-
Menafsirkan temuan penelitian.
Bab V-Penutup Bab ini berisi kesimpulan.
10