BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Perusahaan pada umumnya mempunyai keinginan untuk tumbuh dan
berkembang. Berkembangnya suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh manajemen perusahaan itu sendiri. Tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan yang baik dan dengan hati-hati serta tentunya dapat meningkat setiap keputusan keuangan yang akan diambil akan mempengaruhi keptusan keuangan lainnya yang berdampak pada perusahaan. Fungsi manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu fungsi yang pertama adalah pengambilan keputusan investasi. Keputusan investasi mencakup keputusan pengalokasian dana, baik dana yang berasal dari dalam perusahaan maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi. Fungsi yang kedua adalah bagaimana perusahaan menentukan sumber dana yang optimal
untuk
mendanai
berbagai
alternatif
investasi,
sehingga
dapat
memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga pasar sahamnya. Dan fungsi ketiga adalah kebijakan deviden. Pada prinsipnya kebijakan deviden ini menentukan proporsi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan menentukan jumlah laba ditahan yang akan digunakan untuk mendanai investasi dimasa yang akan datang. Ketiga fungsi manajemen di atas bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya (Wright & Ferris 1997 dalam Hasnawati 2005). Harga saham digunakan sebagai proyeksi nilai perusahaan karena harga saham adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin memiliki satu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Masih menurut Wright & Ferris, (1997), return merupakan pencerminan
kemampuan unit
bisnis
menghasilkan keuntungan
dengan
menggunakan sumberdaya perusahaan secara efisien untuk meningkatkan kesejahteraan. Dengan demikian semakin tinggi keuntungan perusahaan, maka kemakmuran security holders juga semakin meningkat.
1
2
Jika ketiga keputusan keuangan tersebut dilakukan dengan hati-hati dan tepat, maka tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan dapat tercapai, mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi setiap keputusan keuangan lainnya yang berdampak terhadap nilai perusahaan dan tentunya demi kelangsungan perusahaan dimasa yang akan datang. Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya yang berdampak pada nilai perusahaan. Mendanai
berbagai
alternatif
investasi,
maka
perusahaan
harus
menentukan sumber dana yang optimal agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Sumber pendanaan perusahaan tersebut dapat berasal dari internal financing (berupa saham laba ditahan dan depresiasi) serta external financing (utang dan ekuitas). Ketersediaan dana tersebut dapat dilihat dari struktur modal perusahaan yang diketahui dengan cara mengamati neraca perusahaan pada sisi pasiva. Teori pecking order menyatakan bahwa permasalahan utama dalam struktur modal perusahaan adalah informasi yang tidak simetris (asymmetric information) diantara manajer dan investor mengenai kondisi internal perusahaan serta argumentasi bahwa manajer berpihak pada pemegang saham yang lama. Kedua permasalahaan tersebut menyebabkan perusahaan memiliki hirarki pendanaan yang dimulai dari arus kas internal, hutang kemudian penerbitan saham yang baru. Sedangkan teori trade-of menyatakan bahwa setiap perusahaan memiliki tingkat hutang yang optimal di dalam struktur modalnya disebabkan oleh keuntungan dan biaya dari hutang. Keuntungan sumber pendanaan dari hutang adalah adanya pengurangan pajak (tax deductibility). Di sisi lain, tingkat hutang yang terlalu tinggi menyebabkan perusahaan memiliki resiko gagal bayar (default) yang lebih tinggi. Pertumbuhan dapat di wujudkan dengan menggunakan kesempatan investasi sebaik-baiknya. Keputusan berinvestasi dapat dilakukan melalui
3
investasi pada mesin dan bangunan (real asset) ataupun pada hak paten (intangible asset). Setelah investasi yang dipilih, manager keuangan harus mengetahui apakah return dari investasi lebih besar dari modal yang diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung Net Present Value (NPV) dari investasi yang dilakukan. Kemudian apabila telah diketahui bahwa investasi layak untuk dilakukan, maka manajer keuangan harus memutuskan sumber pendanaan. Jika sumber pendanaan sebagian besar dari laba ditahan (internal financing), maka akan mempengaruhi kebijakan deviden perusahaan. Semakin besar investasi, maka deviden yang akan dibagikan akan semakin berkurang. Pengumuman pembayaran deviden ini mengandung informasi yang dapat digunakan para investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi dan memprediksi prospek perusahaan di masa mendatang. Akibat dari perubahan deviden yang diumumkan, maka harga saham akan mengalami penyesuaian. Deviden sering kali digunakan sebagai indikator atau sinyal prospek suatu perusahaan. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi, sering kali tidak membagikan deviden. Mereka menggunakan uang yang merupakan deviden shareholders untuk mendanai pertumbuhan perusahaan yang tinggi tersebut. Sebaliknya perusahaan yang tidak memiliki pertumbuhan yang tinggi, sehingga mereka harus mendukung peningkatan nilai perusahaan dengan menawarkan sejumlah besar deviden dan dibayarkan secara konsisten. Perkembangan pasar modal Indonesia telah melaju cukup pesat selama beberapa tahun terakhir ini. Pada tahun 2003 terdapat 287 perusahaan yang listing di BEI, sampai akhir tahun 2010 perusahaan yang listing sebanyak 354 perusahaan, memasuki awal tahun 2012 perusahaan yang masuk daftar listing pada BEI sebanyak 451 perusahaan.(Sumber : Indonesian Directory Exchange, 2012) Perkembangan tersebut menunjukan betapa pentingnya pasar modal bagi perusahaan perusahaan untuk mencari sumber pendanaan eksternal. Pada saat yang sama dimana investasi dan pendanaan meningkat. IHSG sebagai acuan nilai pasar secara signifikan bergerak kearah yang sama. Pasar modal telah menjadi sumber pendanaan yang menarik bagi perusahaan di Indonesia. Perkembangan ini
4
tampak pada besarnya minat perusahaan untuk melakukan IPO dan penawaran umum terbatas (right issue). Pendanaan melalui right issue lebih besar nilainya dibandingkan IPO. Yang mengindikasikan bahwa perusahaan yang sudah go public lebih mudah melakukan right issue dibandingkan dengan perusahaan yang belum go public karena adanya berbagai macam persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh perusahaan apabila akan menjual saham dipasar modal untuk pertama kali lebih ketat dan membutuhkan waktu lama. Pendanaan perusahaan selain penjualan saham dapat juga dilakukan melalui penjualan surat hutang jangka panjang (obligasi). Penerbitan obligasi di pasar modal memiliki persyaratan yang tidak jauh berbeda dengan penerbitan saham. Namun perusahaan yang menerbitkan obligasi memiliki kewajiban untuk membayar tingkat bunga tertentu kepada pemegang obligasi sementara saham tidak memiliki kewajiban membayar bunga, yang ada deviden apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Akan tetapi beberapa perusahaan yang menerapkan pendanaan yang tinggi diikuti dengan meningkatnya nilai perusahaan. Beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menunjukkan ketidakselarasan antara keputusan investasi dengan nilai perusahaan seperti pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dan PT Multi Bintan Indonesia Tbk Tabel 1.1 Perkembangan Total Asset Growth (TAG) dan Price Book Value (PBV) Tahun 2008 – 2011 PT. Indofood Sukses Makmur
2008
2009
2010
2011
34.09
1.99
17.07
13.35
PT. Multi Bintang Indonesia
0.96 2008
3.07 2009
2.55 2010
1.28 2011
TAG
51,39%
5,53%
14,46%
7,36%
PBV
3,03
35,45
12,29
23,70
TAG PBV
5
Table 1.1 TAG tahun 2008 sebesar 34,09% dan tahun 2009 sebesar 1,99% sehingga menurunkan TAG sebesar 32,10%, sedangkan di tahun tersebut terjadi sebaliknya dimana PBV meningkat sebesar 0,76% kanena PBV 2008 0.96% sedangkan 2009 3,07. Tahun 2010 TAG sebesar 17,07% yang menunjukkan peningkatan sebesar 15,08%. Walaupun terjadi peningkatan TAG di tahun 2010 sebesar 15,08% akan tetapi tidak sebesar penurunan di tahun sebelumnya yang mencapai 32.10%, bahkan tahun 2011 menurun kembali sebesar 3,72% karena nilai TAG 2011 sebesar 13,25%. Fenomena tersebut menunjukkan terjadinya gap dimana kenaikan TAG tidak diikuti dengan kenaikan PBV begitu juga sebaliknya penurunan TAG tidak diikuti menurunnya perusahaan, dengan demikian terjadi arah yang berlawanan karena meningkatnya total asset suatu perusahaan akan berdampak pada meningkatnya harga saham dan meningkatkan kemakmuran para pemegang saham tetapi faktanya pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk terjadi sebaliknya. Hal tersebut dapat menjadi suatu masalah bagi perusahaan dan pemegang saham sebab dengan menurunnya PBV berarti menurun pula nilai perusahaan dan kemakmuran para pemengang saham. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat (Hasnawati, Amanah dan Gunawan, 2011), Penelitian
sebelumnya
yang dilakukan
Amanah
dan
Gunawan
(2011)
menunjukkan keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan penelitian Wahyudi (2006) keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Wahyudi yang dikutif Amanah dan Gunawan (2011) bahwa nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi yang menunjukkan kenaikan perusahaan akan meningkat apabila keputusan investasi meningkat. Sedangkan menurut Myers yang dikutif Amanah dan Gunawan (2011) pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi
6
perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami pengeluaran yang lebih tinggi dibanding kesempatan nilai perusahaan yang hilang. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Herawati mengenai pengaruh kebijakan dividen, kebijakan hutang dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang termasuk dalam Indeks Kompas 100 yang terdaftar di BEI menunjukkan bahwa 1) kebijakan dividen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, 2) kebijakan hutang berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, 3) profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Afzal dan Rahman pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mengenai pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan menunjukkan bahwa keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yakni kebijakan deviden pada perusahaan yang termasuk dalam Indeks Kompas 100 yang terdaftar di BEI yang dilakukan Herawati, berpengaruh akan tetapi tidak signifikan. Sedangkan penelitian Afzal dan Rahman pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menujukkan kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kedua peneliti tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut karena adanya gap atau perbedaan yang signifikan pada variabel kebijakan deviden. Dengan latar belakang tersebut, penulis mengambil judul “Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan“
7
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan penelitian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut : 1. Apakah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan ? 2. Apakah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan ?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dari informasi
yang berkaitan dengan maslah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan . Sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasi di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan : 1. Untuk mengetahui apakah keputusan investasi, keputusan pendanaan berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. 2. Untuk mengetahui apakah kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012.
1.4
Kegunaan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian
yang dilakukan dapat berguna bagi pihak-pihak sebagai berikut : 1. Bagi penulis, memberikan pengetahuan dan perluasan wawasan mengenai pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan industri di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pihak perusahaan sebagai bahan masukan dan pertimbangan yang berarti dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
8
3. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, serta menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kebutusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan memanfaatkan data laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan barang konsumsi yang go public periode 2008-2012 melalui situs www.idx.co.id Waktu penelitian dimulai pada bulan Mei 2013 sampai dengan selesai.