BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia bertambah sejalan dengan deret ukur. Hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya sejumlah anggota dalam setiap rumah tangga penduduk Indonesia. Peningkatan taraf hidup yang terjadi di Indonesia, sebagai dampak dari kemajuan pembangunan yang dilaksanakan, menimbulkan banyak perubahan dalam standar dan pola hidup masyarakat. Perubahan standar dan pola hidup tersebut akan selalu diikuti dengan peningkatan kebutuhan daya listrik, sebagai akibat dengan bertambahnya jumlah peralatan rumah tangga yang membutuhkan energi listrik. Pertambahan kebutuhan energi listrik tersebut seharusnya diikuti dengan penghematan penggunaan energi listrik secara menyeluruh dan terpadu oleh masyarakat Indonesia. Rencana pemerintah untuk menurunkan subsidi energi menjadikan harga energi listrik akan semakin mahal pada beberapa tahun mendatang. Berikut ini merupakan laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Mlati, Sleman, DI Yogyakarta dari tahun 1991 hingga tahun 2011: Tabel 1.1 Pertambahan Penduduk dan Pelanggan Listrik (Biro Pusat Statistik, 2012)
1
2
Tabel 1.1 Pertambahan Penduduk dan Pelanggan Listrik (lanjutan) Jumlah No Tahun Penduduk Pelanggan Listrik VA yang Tersambung 8 2008
91,450
21,367
32,234,710
9 2009
92,601
23,553
33,963,690
10 2010
99,000
24,395
36,122,446
11 2011
102,812
22,950
33,550,371
Pertambahan Penduduk Di Kecamatan Mlati, DI Yogyakarta 120,000
Kapasitas
100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
Tahun
Penduduk
Pelanggan Listrik
Gambar 1.1 Pertambahan Penduduk di Kecamatan Mlati dari tahun 2001-2011
Rumah tangga turut andil dalam perilaku konsumsi energi listrik di Indonesia. Berbagai peralatan listrik rumah tangga diciptakan oleh produsen alat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat Indonesia. Pemakaian jenis alat listrik yang tidak tepat memberikan dampak negatif bagi pemerintah. Efek yang ditimbulkan mengarah pada subsidi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. Dengan pemakaian peralatan elektronik rumah tangga yang tidak tepat, konsumsi energi listrik rumah tangga menjadi tidak hemat. Pemerintah pun akhirnya mengeluarkan subsidi yang semakin besar untuk energi listrik demi menutupi kekurangan dari anggaran listrik yang telah ditentukan.
3
Masyarakat
Indonesia,
terutama
sektor
rumah
tangga
sederhana
membutuhkan pengetahuan yang cukup untuk memilih peralatan elektronik rumah tangga mana yang sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan daya listrik yang terpasang, serta hemat energi dalam pengoperasiannya. Oleh karena beberapa hal tersebut, pemerintah merancang sebuah sistem labelisasi energi yang akan dicantumkan pada peralatan listrik yang biasa dipergunakan sebagai alat penunjang kebutuhan rumah tangga, seperti lampu swabalast, AC, kulkas, dan peralatan listrik sejenisnya. Labelisasi energi peralatan rumah tangga semakin dirasakan penting. Hal ini tidak saja didorong oleh semakin langkanya sumbersumber energi dalam negeri, tetapi juga dampaknya bagi pengurangan beban puncak listrik, isu lingkungan hidup, serta semakin kerasnya tuntutan pasar terhadap mutu dan efisiensi energi peralatan elektronik di tingkat regional maupun internasional. Sistem labelisasi untuk setiap peralatan listrik rumah tangga diharapkan bisa memenuhi kebutuhan yang telah disebutkan di atas sehingga masyarakat Indonesia dapat secara jelas menentukan pilihan terhadap alat yang paling sesuai untuk dibeli. Peraturan Menteri ESDM No. 6 tahun 2011 tentang Labelisasi Energi pada lampu swabalast telah dicanangkan semenjak tahun 2011. Namun, pelaksanaannya baru dapat direalisasikan akhir tahun 2013. Sesuai dengan analisis Fishbone yang telah dilakukan, keterlambatan pelaksanaan ini disebabkan oleh ketidaksiapan produsen elektronik, laboratorium kurangnya sosialisasi kepada masyarakat Indonesia tentang labelisasi.
4
Place
People
Product Keterlambatan Pelaksanaan Pencantuman Label Secara Resmi
Process
Promotion
Gambar 1.2 Fishbone Diagram Keterlambatan Sistem Labelisasi 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diulas, maka perlu dilakukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut mengenai sistem labelisasi yang akan diterapkan pada akhir tahun 2013 mendatang. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang seberapa efektif sistem labelisasi tersebut dapat mencapai tujuan utamanya. Sehubungan dengan belum adanya sosialisasi program labelisasi energi oleh pemerintah, dan belum dicantumkannya label indikator hemat energi pada peralatan elektronik rumah tangga di pasaran, maka penelitian ini lebih difokuskan untuk mencari tahu pendapat dan respon masyarakat terhadap konten visual yang tercantum di label indikator hemat energi ini. Secara ringkas dan padat, perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Seberapa efektif desain label yang telah dibuat oleh pemerintah ini dapat menarik perhatian konsumen, mengedukasi konsumen dengan informasi terkait sesuai dengan spesifikasi produk elektronik, mengarahkan pola pikir dan kesadaran konsumen untuk menghemat energi, serta mengajak masyarakat sekitar untuk turut berkontribusi dalam penghmatan energi listrik? 2. Bagaimana desain label energi dan dapat mengakomodasi tujuan-tujuan dari sistem labelisasi tersebut?
5
Sistem labelisasi energi dapat dikatakan efektif apabila desain label yang telah dirancang oleh pemerintah dapat mencapai tujuan-tujuan yang dipaparkan dalam 4 hal tersebut. Apabila sistem labelisasi energi telah efektif, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menerapkan sistem labelisasi yang serupa untuk peralatan elektronik rumah tangga lainnya. Apabila belum efektif dalam penerapannya, hal yang perlu dilakukan adalah mengkaji hal-hal yang menjadi kendala dalam mencapai tujuan tersebut. Untuk mencapai tingkat efektivitas maksimal, sistem labelisasi yang dibuat harus memiliki tingkat informasi yang tinggi, diklasifikasikan berdasarkan daya yang dibutuhkan oleh masing-masing peralatan listrik rumah tangga, serta diukur berdasarkan aspek-aspek terkait parameter kemudahan pengguna dalam menangkap konten visual. Penelitian dapat dilakukan dengan merinci variabel menjadi lebih spesifik sehingga hasil penelitian mencapai validitas yang diharapkan.
1.3 Tujuan Penelitian Dari latar belakang yang telah dibahas, tujuan penulis melakukan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Melakukan evaluasi terhadap label indikator hemat energi yang telah didesain oleh pemerintah ( Studi kasus: labelisasi energi pada lampu swabalast). Evaluasi label didahulukan karena di dalam program labelisasi energi ini, satu-satunya hal yang akan dilihat konsumen adalah label ini. Label indikator hemat energi ini merupakan titik awal respon masyarakat terhadap program labelisasi energi. Respon dan pendapat masyarakat dapat diketahui dengan penyebaran instrumen penelitian pada responden yang sesuai.
6
2. Menindaklanjuti hasil dari evaluasi tersebut dengan 2 kemungkinan sebagai berikut. a. Apabila telah efektif (memenuhi 4 tujuan utama yang dibahas pada poin pertama perumusan masalah), ditindaklanjuti dengan merancang sistem labelisasi energi serupa untuk peralatan listrik rumah tangga yang lain. b. Jika belum efektif, ditindaklanjuti dengan langkah sebagai berikut. 1) menemukan kendala penyebab ketidakefektifan penerapan labelisasi energi yang telah dilakukan, 2) membuat rancangan sistem labelisasi energi yang lebih informatif dan efektif untuk peralatan listrik rumah tangga agar masyarakat mudah memilih peralatan yang sesuai dengan kebutuhannya. Mendesain sistem labelisasi dimulai dari desain awal sebuah label hingga label tersebut tercantum dalam sebuah alat elektronik, lembaga-lembaga apa saja yang turut andil dalam pengadaan program labelisasi energi ini, serta solusi atas kendala-kendala yang terjadi di setiap alur proses pengadaan program ini, terutama di ruang lingkup Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral bersama lembaga-lembaga terkait lainnya.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai pembuatan desain sistem labelisasi untuk peralatan listrik ini memiliki manfaat sebagai berikut. a. Bagi produsen produk elektronik, dapat memudahkan proses penjualan produk-produk peralatan rumah tangga.
7
b. Bagi masyarakat Indonesia, dapat memilih peralatan listrik rumah tangga yang paling hemat energi serta sesuai dengan kebutuhan rumah tangganya. c. Instansi pemerintah, dapat membantu mengurangi subsidi untuk energi listrik dan dapat mengalokasikannya untuk sektor lain yang lebih membutuhkan seperti sektor pendidikan dan kesehatan.
1.5 Asumsi Penelitian ini menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut. a. Konsumsi daya listrik pada sebuah peralatan elektronik (dalam penelitian ini lampu swabalast) sesuai dengan yang tertera pada name plate. b. Hasil pengambilan data primer kuisioner dapat dijadikan landasan teori untuk perbaikan desain label indikator hemat energi apabila instrumen terbukti valid dan reliable. c. Proses edukasi masyarakat pada tingkat perekonomian di bawah rata-rata lebih sulit dikarenakan jarangnya ketersediaan media elektronik di lingkungan tempat tinggal dan harus melalui edukasi secara langsung. Oleh karena itu, dalam upaya sosialisasi label, perlu dilakukan kampanye yang melibatkan masyarakat hingga ke seluruh pelosok daerah Indonesia, agar proses edukasi melalui sosialisasi label indikator hemat energi ini dapat diketahui secara menyeluruh di setiap elemen masyarakat.
1.6 Batasan Masalah Batasan-batasan masalah yang terdapat pada penelitian ini antara lain hádala sebagai berikut. a. Pengambilan data yang diperlukan pada penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.
8
b. Pengujian konsumsi daya pada setiap jenis peralatan elektronik tidak termasuk dalam penelitian ini. c. Penetapan range nilai konsumsi daya listrik pada setiap jenis peralatan listrik yang digunakan untuk penentuan tingkat indikator pada label tidak termasuk dalam penelitian ini. d. Evaluasi sistem labelisasi terbatas pada evaluasi desain label yang telah ditetapkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sesuai Peraturan Menteri No. 6 tahun 2011. e. Data tingkat penjualan lampu berlabel hemat energi dan lampu tidak berlabel hemat energi tidak termasuk di dalam penelitian ini dikarenakan adanya privasi dari pihak retailer-retailer terhadap data kuantitatif hasil penjualan barang di toko milik masing-masing pengecer. f. Pembuatan desain label baru untuk perbaikan label yang telah ada mengacu pada hasil pengumpulan data primer. g. Optimalisasi sistem labelisasi energi hanya terbatas pada peninjauan kendala-kendala yang terjadi selama proyek ini berlangsung serta penawaran solusi dari masing-masing kendala tersebut.