1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis seperti yang terjadi di Amerika. Akan tetapi gambaran pelaku aborsi di Amerika dapat dipertimbangkan. Seperti tertulis dalam buku “Facts of Life” oleh Brian Clowes. Ph.D., para pelaku aborsi adalah 57% perempuan yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah remaja berusia di bawah 19 tahun. Jika terjadi kehamilan di luar nikah, 82% perempuan di Amerika akan melakukan aborsi. Jadi, para perempuan muda yang hamil di luar nikah, cenderung dengan mudah akan memilih membunuh anaknya sendiri. Di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena dalam adat Timur, kehamilan di luar nikah merupakan aib, dan tragedi yang tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh Kompas 3 Maret 2000 yang memaparkan bahwa setiap tahun di Indonesia diperkirakan terjadi sekitar 2,3 juta abortus karena kegagalan kontrasepsi, kebutuhan yang tidak mencukupi, kehamilan remaja, dan abortus spontan.
Proses aborsi seringkali tidak disadari oleh calon ibu yang melakukan aborsi. Mereka merasa bahwa proses aborsi itu cepat dan tidak sakit, mereka tidak sadar karena berada di bawah pengaruh obat bius. Tapi bagi bayi, itu adalah proses yang sangat mengerikan, menyakitkan, dan benar-benar tidak manusiawi. Kematian bayi yang tidak berdosa itu tidak disaksikan oleh sang calon ibu. Seorang perempuan yang kelak menjadi ibu telah menjadi ‘algojo’ bagi anaknya sendiri.
Seorang perempuan yang melakukan aborsi mengalami gangguan secara psikis maupun jasmaninya. Secara psikis seorang perempuan akan mengalami “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Pasca Aborsi) atau disingkat PAS, yaitu : 1 Kehilangan harga diri, berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi, ingin melakukan bunuh diri, mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang, dan tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual. 1
Http://www.aborsi.org/resiko_aborsi diakses pada tanggal 2 November 2005
2 Selain itu, seorang perempuan yang telah melakukan aborsi akan mengalami perasaan bersalah yang berkepanjangan, penyesalan, penyangkalan bahwa pernah melakukan aborsi, tidak terlalu suka dengan anak-anak (trauma dengan anak-anak), penolakan dari masyarakat karena ia telah melakukan hal yang tidak wajar, dan berujung pada depresi (stress berat) yang berkepanjangan, yang bisa mengakibatkan bunuh diri atau cacat mental (gila) 2 . Selain berdampak pada aspek psikis, aborsi juga berdampak pada jasmani seorang perempuan yang melakukan aborsi, yaitu : 3 1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat. 2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal. 3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan. 4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation). 5.
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita). 7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer). 8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer). 9. Kanker hati (Liver Cancer). 10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya. 11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy). 12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease). 13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).
Melihat keadaan bangsa Indonesia saat ini dan akibat aborsi yang berbahaya diharapkan gereja mampu menampakkan eksistensinya dengan memperhatikan kasus-kasus sosial yang terjadi, misalnya kasus aborsi. Dengan cara mengadakan pendampingan pastoral bagi perempuan yang hamil di luar nikah secara tulus, terbuka dan penuh kasih, bukannya memberikan hukuman sesuai dengan tata aturan gereja yang terkadang kurang manusiawi, sehingga perempuan yang mengalami kehamilan di luar pernikahan tidak melakukan aborsi dan menemukan jalan keluar 2 3
Http://www.aborsi.org/artikel_sindrom_aborsi diakses pada tanggal 2 November 2005 s.d.a
3 yang tepat atas masalah yang ia hadapi. Aborsi berkaitan dengan hak asasi yang mencakup segisegi kehidupan manusia yang luas 4 , hak-hak asasi itu berkaitan dengan hak yang sifatnya protektif seperti hak untuk hidup, hak untuk merasakan kemerdekaan, dan hak untuk untuk merasakan keamanan. 5 Hal itu menunjukkan bahwa perempuan yang hamil dan janin yang akan diaborsi mempunyai hak protektif yang perlu dihargai, dilindungi dan didengar, bukannya dibiarkan saja, karena kasus aborsi itu beresiko pada kehidupan janin dan ibunya.
1. 2. PERMASALAHAN
Mengacu pada perkataan Yesus dalam Matius 11:28-30, gereja perlu mewujudkan perkataan Yesus tersebut, yaitu bersama-sama dengan orang yang menderita, memikul, dan ikut meringankan beban orang yang mengalami krisis. Gereja perlu mengabarkan Firman Allah kepada mereka (terkhusus perempuan yang tidak menghendaki mengandung calon bayi) dan melayani mereka, seperti halnya Yesus melayani mereka, supaya mereka lebih sadar dan mampu mewujudkan iman mereka. 6 Hal ini perlu dilakukan gereja sebagai bentuk penggembalaan gereja kepada jemaatnya atau pun kepada orang lain yang bermasalah sebagai salah satu bentuk teologia praktika/bentuk pelayanan pastoral, 7 dimana gereja perlu mewujudkan jemaat Kristus yang hidup sebagai pengikut Kristus yang takut akan Tuhan. 8 Teologia Praktika merupakan refleksi kritis dan konstruktif atas praxis kehidupan dalam karya komunitas Kristen dalam berbagai dimensinya. 9 Iman menjadi tolak ukur bagaimana seseorang takut akan Tuhan, dan tidak melakukan hal-hal yang tidak berkenan padaNya. Namun beriman tidak dapat disamakan dengan menganggap benar isi Alkitab dan dogma-dogma gereja, karena beriman lebih tepat bila dirumuskan sebagai “hidup sebagai manusia” termasuk segala aspek eksistensinya : badani, rohani, psikis, dan sosial politik – dalam hubungannya dengan Allah dan berorientasi kepadaNya. 10
Artinya beriman sangat berkaitan erat dengan kehidupan seseorang, dalam
menghayati Tuhan, dan berteologi atasnya. Untuk tetap menjaga iman, maka gereja yang juga sebagai pelayan Tuhan, perlu mendampingi jemaatnya atau pun orang bermasalah (dalam hal ini 4
J.B. Banawiratma. SJ, 10 Agenda Pastoral Transformatif, 2002, p 63. J Moltman , Human Rights, The Rights of Humanity and The Rights of Nature, dalam The Ethics of World Religion and Human Rights, Hans Kung dan J. Moltman (ed), 1990, p. 122 6 Dr.M.Bons Storm, Apakah Penggembalaan Itu, 1976, p. 19 7 s.d.a. p. 15 8 s.d.a. p. 22 9 Prof Hommes Tjaard G. , Th.D, E. Singgih Gerrit Ph.D, (ed), Teologi dan Praksis Pastoral, Antologi Teologi Pastoral, 1992, p. 357 10 s.d.a. p. 480 5
4 kaum perempuan yang tidak menghendaki hamil dan akan melakukan aborsi), agar iman mereka kepada Tuhan tetap utuh dan mereka tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Karena pelayanan gereja tidak hanya kepada Tuhan saja dalam arti rohani atau vertikal dan terbatas pada bidang ritual saja, tetapi melayani sesama secara konkret – jasmaniah atau horizontal – dan meliputi bidang etika (melayani seperti Yesus). 11
Gereja sebagai institusi/lembaga harus mengambil peranan dalam segala aspek kehidupan, dengan demikian gereja terpanggil untuk menjamah kehidupan setiap orang. Namun pada kenyataannya, seringkali gereja hanya terlibat dalam masalah urusan intern gereja sendiri,
12
karena masalah intern gereja sendiri kadangkala tidak dapat diselesaikan dengan baik. 13 Oleh karena itu gereja secara institusional sulit untuk ikut terlibat dalam permasalahan sosial. Di sisi lain, gereja secara organisme dapat mengambil peran gereja institusional untuk ikut dalam memecahkan permasalahan sosial, misalnya kasus aborsi, dan memberikan pelayanan dari segi pastoral. Gereja organisme mengandung arti persekutuan orang-orang percaya yang ikut serta secara sukarela dalam pelayanan tanpa pamrih, yang dibangun oleh Tuhan dan dijiwai oleh rohNya. 14 Salah satu bentuk gereja organisme adalah Yayasan, Yayasan berarti suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan yang bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang didirikan dengan memperhatikan dan mematuhi keseluruhan persyaratan normatif yang ditentukan dalam UU No. 16 Tahun 2001. 15 Perbedaan gereja organisme dan gereja institusi adalah orientasi pelayanan yang berbeda-beda bergantung pada siapa yang melakukan pelayanan tersebut. 16
Dalam penulisan skripsi ini penyusun memakai Yayasan Pondok Hayat sebagai tempat penelitian, karena Yayasan Pondok Hayat sebagai salah satu yayasan yang berlandaskan nilainilai kristiani yang menitikberatkan perhatian pada kasus-kasus aborsi. 17 Salah satu programnya adalah rumah singgah yang menjadi tempat rehabilitasi untuk melayani perempuan yang gagal aborsi hingga mencapai pemecahan permasalahan sosial yang tepat (menyadarkan bahwa tindak
11
Andaru Satyoto (penyunting), Diakonia Tantangan Pelayanan Gereja Masa Kini, Edisi I, 1992, p .14 Sularso Sopater, Subandrijo Bambang, Wirakotan J.H (penyunting), Peran serta Gereja Dalam Pembangunan Nasional, Buku 1, 1998, p. 186 13 Argumentasi ini penyusun simpulkan dari pertemuan mahasiswa dalam evaluasi stage periode 2005 / 2006, di GHCC Kaliurang Yogyakarta, pada tanggal 26-28 Agustus 2005. 14 Every Dulles, Model-model Gereja, 1997, p. 199-203. 15 L. Wahyono Boedi, S.H, CN, Margono Suyud S.H, Hukum Yayasan Antara Fungsi Karitatif atau Komersial, Cet 1, 2001,p. 5 16 scn 11. p. 26 17 Lihat News Letter “Pondok Hayat”, atau di www.pondokhayat.orgdiakses pada tanggal 1 September 2005 12
5 aborsi adalah jalan keluar yang tidak tepat). Karena di dalam pelayanan, tidak hanya memberikan kail saja, tetapi juga tempat dan kesempatan untuk mengail, 18 artinya bahwa dalam pelayanan pastoral, pasien juga diberi kesempatan untuk mencoba memecahkan permasalahan secara positif dan dibantu untuk menuju pemecahan permasalahan yang sehat, yang berkenan pada Tuhan. Pelayanan bukan sekedar ikut memecahkan permasalahan saja, namun juga ‘mencabut’ akar dari permasalahan itu, agar klien tidak mengalami depresi yang berkepanjangan. 19
Munculnya permasalahan sosial ini, membuat Yayasan Pondok Hayat sebagai salah satu bentuk gereja organisme dalam mewujudkan pelayanan pastoral khususnya dalam kasus aborsi. Hal itu dikarenakan semua orang Kristen dipanggil untuk melayani sesamanya, bukan melayani diri sendiri saja – entah ditahbiskan sebagai pejabat gereja atau tidak20 . Penyusun mencoba merumuskan permasalahan, yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut : 1) Bagaimanakah keberadaan Yayasan Pondok Hayat? 2) Bagaimanakah pelayanan pastoral pada kasus aborsi di Yayasan Pondok Hayat? 3) Tinjauan pastoral feminis atas pelayanan pastoral pada kasus aborsi di Yayasan Pondok Hayat?
1. 3. JUDUL
Dari pemaparan latar belakang dan perumusan permasalahan di atas, penyusun mengambil sebuah judul penulisan skripsi ini :
PELAYANAN PASTORAL PADA KASUS ABORSI DI YAYASAN PONDOK HAYAT ( Suatu Tinjuan Pastoral Feminis )
Alasan penyusun mengambil judul di atas karena permasalahan sosial dalam kasus aborsi ini perlu ditangani secara nyata, tidak hanya pendampingan secara pastoral saja, namun juga memberikan jalan keluar yang tepat atas masalah kehamilan yang tidak dikehendaki. Yayasan Pondok Hayat sebagai salah satu gereja organisme memberikan solusi atas kasus kehamilan yang
18
scn 11 p. 27 scn 11 p. 28 20 Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, 2002, p. 521 19
6 tidak dikehendaki, untuk itu perlu adanya tinjauan pastoral feminis atas pelayanan pastoral yang dilakukan, karena masalah ini berkaitan erat dengan nasib perempuan sebagai “korban” dari kasus-kasus hamil yang tidak dikehendaki.
Tujuan penyusun mengambil judul di atas adalah ingin mengetahui keberadaan Yayasan Pondok Hayat dan pelayanan pastoral pada kasus aborsi yang dilakukannya, kemudian mengetahui tinjauan pastoral feminis atas pelayanan tersebut. Penelitian akan pelayanan pastoral di Yayasan Pondok Hayat dilaksanakan antara bulan September hingga November 2005. Batasan permasalahan adalah pelayanan pastoral di rumah singgah, sebagai tempat rehabilitasi bagi perempuan yang hamil di luar nikah.
1. 4. METODE PENULISAN DAN METODE PENCARIAN DATA
Dalam penyajian skripsi ini, penyusun menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah pada masa sekarang, dan masalah-masalah yang aktual, data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian diinterpretasi. 21 Metode deskriptif dapat memaparkan secara terperinci fenomena sosial tertentu. 22 Penyusun akan mencoba menggambarkan mengenai Yayasan Pondok Hayat, mulai dari sejarah berdirinya Pondok Hayat, visi misi, pendanaan dan lainnya, dengan maksud ingin memberikan gambaran keberadaan Yayasan Pondok Hayat. Kemudian penyususn akan melihat dan menilai lebih dalam pelayanan pastoral pada kasus aborsi di Yayasan Pondok Hayat kemudian meninjauanya dari segi pastoral feminis.
Metode pencarian data yang dipakai adalah kuantitatif. Karena obyek penelitian skripsi ini adalah wujud nyata atau hasil yang diperoleh dari pelayanan pastoral yang dilakukan oleh Yaysan Pondok Hayat, bukannya proses berdirinya Yayasan Pondok Hayat. Untuk itu metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah memakai angket yang disebarkan kepada pasien dan pengerja. Wawancara menjadi penting karena wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap survai, bila tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada responden. 23 Melalui metode
21
Prof. DR. Winarno Surakhmad M.Sc Ed, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metoda Teknik, 1994, p. 140 Masri Singarimbua, Sofian Effendi (penyunting), Metode Peneletian Survai, 1985, p. 4 23 s.d.a. p. 145 22
7 wawancara ini penyusun berharap dapat mendukung data, yaitu wawancara penyusun terhadap pengurus yayasan, pekerja yayasan, dan pasien yang ada di Yayasan Pondok Hayat. Wawancara mendalam dilakukan kepada pengurus untuk menambah wawasan tentang seluk beluk Yayasan Pondok Hayat yang tidak ada di news letter dan website. Wawancara mendalam kepada pengerja dan pasien dilakukan untuk melakukan cross cek terhadap hasil angket dan hasil pengamatan yang berbeda. Selain itu penyusun juga mencari dokumen yang mendukung data yang berkaitan dengan Yayasan Pondok Hayat sebagai tempat penelitian dan literatur pastoral feminis sebagai acuan refleksi penyusun, karena dalam penelitian salah satu hal yang perlu dipersiapkan adalah data-data tertulis yang mendukung penelitian 24 .
1. 5. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk membahas permasalahan di atas memerlukan deskripsi yang panjang, untuk mempermudah pemahaman atas pelayanan pastoral pada kasus aborsi di Yayasan Pondok Hayat diperlukan sistematisasi penulisan, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN Bab I, pemaparan latar belakang permasalahan dan perumusan permasalahan yang penyusun angkat dalam penulisan skripsi ini. Kemudian menarik sebuah judul dan mepaparkan alasan dan tujuan pemilihan judul skripsi ini. Selain itu ada juga pemaparan metode penulisan dan metode pencarian data yang dipakai untuk memperkuat data yang penyusun butuhkan dalam penulisan skripsi ini. Yang terakhir penyusun membuat suatu sistematika penulisan, agar penulisan skripsi ini secara akademis dapat dipertanggungjawabkan.
BAB II DESKRIPSI PELAYANAN PASTORAL PADA KASUS ABORSI DI YAYASAN PONDOK HAYAT Bab II merupakan pemaparan atas gambaran mengenai apa dan bagaimana Yayasan Pondok Hayat berdiri, mulai dari sejarah, perkembangan, landasan teologis, tujuan, visi dan misi, dan harapan Yayasan Pondok Hayat ini didirikan. Dan juga struktur organisasi Yayasan Pondok Hayat, administrasi dan pendanaan, serta kemungkinan kerja sama dengan pihak lain, sebagai bentuk mitra kerja untuk mengatasi permasalahan dalam kasus aborsi. Kemudian laporan hasil
24
s.d.a. p. 45
8 angket pasien dan pengerja serta hasil pengamatan langsung pelayanan di Yayasan Pondok Hayat, pada bagian akhir berupa kesimpulan dari deskripsi dan hasil laporan yang akan ditinjau dari sudut pandang pastoral feminis.
BAB III TINJAUAN PASTORAL FEMINIS ATAS PELAYANAN PASTORAL DI YAYASAN PONDOK HAYAT Bab III merupakan deskripsi mengenai analisis pastoral feminis atas kesimpulan tinjauan kritis pelayanan pastoral terhadap pasien di Yayasan Pondok Hayat .
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab VI ini dipaparkan kesimpulan penelitian dan kesimpulan analisis atas pelayanan pastoral dalam kasus aborsi di Yayasan Pondok Hayat. Kemudian pemaparan saran preventif, kuratif dan transformatif kepada Yayasan Pondok Hayat.