BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan merupakan bagian kebutuhan primer bagi manusia. Tanpa makanan manusia tidak dapat melakukan berbagai macam aktivitas karena dari makananlah manusia mendapatkan energi dan bermacam-macam gizi lainnya, oleh karena itu makanan sangat diperhatikan sekali oleh masyarakat saat ini. Makanan merupakan salah satu kebutuhan primer yang sangat diperhatikan oleh masyarakat, oleh karena itu banyak masyarakat yang mengolah berbagai macam makanan demi kelangsungan hidupnya. Masyarakat berlomba-lomba untuk mengolah makanan sekreatif mungkin. Bahkan banyak dari mereka yang menambahkan penyedap rasa kedalam makanannya. Tujuan mereka dalam menambahkan penyedap rasa tentu saja untuk menarik minat konsumennya. Penyedap rasa sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu alami dan buatan. Di Indonesia sendiri, ada beberapa macam bahan makanan yang biasa digunakan sebagai penyedap rasa alami yaitu bawang putih, udang, kaldu ayam serta kaldu sapi. Penyedap rasa pada mulanya telah ditemukan dan digunakan oleh masyarakat Jepang selama berabad-abad. Pada mulanya Jepang menggunakan rumput laut sebagai penyedap rasa pada makanannya. Namun, pada tahun 1908 seorang profesor berkebangsaan Jepang bernama Kikunae Ikeda melakukan eksperimen yang menemukan kunci 4 kelezatan makanan yaitu asam, manis, pahit dan asin. Penemuan eksperimen tersebut melengkapi keempat rasa kelezatan makanan yang ia sebut Umami, yang merupakan bahasa Jepang dari kata lezat. Hingga akhirnya penemuannya tersebut berkembang menjadi MSG atau Monosodium Glutamate. Sejak penemuan MSG tersebut, semakin banyak produsen-produsen makanan yang akhirnya menggunakan MSG sebagai penyedap rasa ke dalam makanan produksinya. MSG tidak hanya digunakan di Jepang saja, namun telah menyebar ke berbagai macam negara seperti Cina, Eropa, Amerika, Singapur, Hongkong, Taiwan, Thailand serta Indonesia. Berdasarkan survey yang dilakukan Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat & Asam Glutamat Indonesia (P2MI), konsumen MSG di Indonesia meningkat 1
dari 100.568 ton pada 1998 menjadi 122.966 ton pada 2004 (diperkirakan 1.53 gram/orang/hari). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007, MSG dikonsumsi oleh 77,8 persen populasi Indonesia 1. Selama bertahun-tahun, banyak orang yang yang mengonsumsi makanan yang mengandung MSG mengklaim mereka menderita sakit kepala, mati rasa, berkeringat, jantung berdebar-debar, mual dan kelelahan. Reaksi ini dikenal sebagai gejala kompleks MSG. Biasanya, gejala sifatnya ringan dan sering tidak memerlukan perhatian medis2. Namun, sampai saat ini belum ada penelitian yang mengatakan bahwa MSG berbahaya. Hal ini didukung pula dengan kegiatan WHO. Menyadari tingginya konsumsi MSG di wilayah Asia, WHO menggunakan MSG sebagai program fortifikasi vitamin A. Di Indonesia pernah dilakukan pada tahun 1996. Juga, penggunaan MSG bisa menjadi salah satu pilihan dalam menurunkan konsumsi garam (sodium) yang berhubungan dengan kejadian hipertensi 3. Terdapat pula keputusan yang dibuat oleh BPOM saat rapat dengan Komisi IX DPR RI pada tanggal 25 Mei 2009 silam mengenai MSG. Dalam rapat tersebut, BPOM menyatakan dan mengklaim bahwa penyedap rasa atau MSG aman untuk dikonsumsi. Hal ini dikarenakan FAO maupun WHO tidak mengeluarkan aturan untuk melarang peredaran penyedap rasa sehingga BPOM pun tidak dapat menolak izin edar MSG 4. Pernah dilakukan juga sebuah penelitian oleh peneliti asal Universitas Gajah Mada (UGM), Widharto, tentang MSG di tahun 2000 silam. Dalam penelitiannya, Widharto meneliti sebanyak 52 peserta orang Indonesia sehat. Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa menu makanan Indonesia tidak menimbulkan Chinese Restaurant Syndrom (CSR) yaitu penyakit yang sering dianggap masyarakat sebagai efek dari MSG5.
1
Diakses dari http://tempo.co/read/news/2012/01/19/173378387/Konsumen-MSG-Indonesia-Meningkat, tanggal 11 Februari 2015 pukul 23:19 2 Diakses dari http://lifestyle.okezone.com/read/2013/01/26/482/752027/menguak -bahaya-msg, tanggal 11 Februari 2015 pukul 23:30 3 Diakses dari eprints.uns.ac.id/713/1/MSG_dan_Kesehatan_Sejarah_Efek_dan_Kontroversinya.pdf, tanggal 17 Februari 2015 pukul 23:26 4 Diakses dari www.jpnn.com/berita.detail-54383, tanggal 17 Februari 2015 pukul 23:27 5 Diakses dari www.pipimm.or.id/food_info.php?view=1&id=51, tanggal 26 Februari 2015 pukul 22:42
2
Pembicaraan kontroversi tentang penggunaan MSG ke dalam makanan masih berlangsung sampai saat ini. Adanya dua pendapat yang berbeda tentunya akan membingungkan masyarakat. Selain akan membingungkan masyarakat, mereka juga kurang dibekali pengetahuan mengenai MSG sejak dini. Mereka hanya tahu bahwa MSG berbahaya namun tidak mengetahui secara pasti seperti apa MSG itu. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu media informasi yang ditujukan kepada anak-anak usia dini mengenai MSG. Media informasi sendiri memiliki arti sebagai alat bantu yang dijadikan sebagai penyalur pesan. Media informasi ditujukan kepada anak usia dini tentunya bertujuan untuk memperkenalkan MSG sejak dini. Selain itu pula anak usia dini juga sedang berkembang pola pikirnya atau yang sering disebut dengan Golden Age. Dengan diperkenalkannya informasi mengenai MSG tersebut, diharapkan anak-anak usia dini ini akan memahami penggunaan MSG secara bijak nantinya.
1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu: 1. Terdapat
dua
persepsi
mengonsumsi
MSG
dapat
membahayakan kesehatan anak 2. Masyarakat kurang dibekali pemahaman mengenai MSG sejak dini 3. Belum ada media informasi bagi anak usia dini yang memperkenalkan MSG serta pengaruhnya terhadap kesehatan anak
1.2.2
Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran identifikasi masalah di atas, maka dapat dituliskan sebuah rumusan masalah berupa sebuah pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimana
perancangan
media
informasi
yang
dapat
menginformasikan pengaruh MSG terhadap kesehatan anak serta solusinya melalui pendekatan desain komunikasi visual 3
secara sederhana agar dapat dengan mudah dicerna oleh pola pikir anak usia dini?
1.3 Ruang Lingkup Apa Perancangan media informasi untuk menginformasikan dan memperkenalkan kandungan MSG terhadap kesehatan anak kepada anak usia dini.
Bagian mana Perancangan media informasi melalui pendekatan desain komunikasi visual berupa buku ilustrasi yang menampilkan informasi secara interaktif mengenai MSG dan pengaruhnya terhadap kesehatan anak dalam bentuk visual yang sederhana.
Siapa Target audience dari media informasi ini anak-anak usia dini yaitu 3 hingga 6 tahun.
Kapan Pengumpulan data untuk perancangan media infromasi ini dilakukan mulai bulan Februari 2015 dan diimplementasikan pada bulan Juni 2015.
Dimana Guna melengkapi data, perancangan media informasi ini melakukan penelitian di Kota Bogor. 1.4 Tujuan Perancangan Merancang media informasi yang tepat dan jelas untuk memperkenalkan MSG sejak dini kepada anak-anak berusia 3 hingga 6 tahun dengan melalui pendekatan desain komunikasi visual yang dikemas secara sederhana.
4
1.5 Cara Pengumpulan Data dan Analisis Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif. Studi Pustaka Mempelajari teori-teori pada literatur serta mencari tambahan informasi pendukung dari hasil penelitian yang sesuai dengan topik perancangan.
Wawancara Melakukan pencarian data dengan cara mewawancarai informan yang berkaitan dengan topik perancangan yaitu dokter gizi dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UI dan Profesor Teknik Pangan dari IPB.
Observasi Dalam penelitian dilakukan pula observasi dengan melakukan wawancara mendalam kepada beberapa orang tua yang memiliki anak usia 3 hingga 6 tahun serta mengamati langsung target audience dengan menggunakan analisis AIO (Activities, Interest dan Opinion).
1.6 Kerangka Perancangan Ide: Media Informasi pengaruh MSG terhadap kesehatan anak yang komunikatif dan efektif
Teori: -
Pengaruh MSG Media informatif
Masyarakat kurang dibekali pemahaman mengenai MSG sedini mungkin
Media informasi mengenai MSG dan pengaruhnya melalui pendekatan DKV
Media informasi diberikan kepada anak usia dini untuk memperkenalkan MSG serta membekali pengetahuan mengenai MSG sejak dini
Bagan 1.1: Kerangka Perancangan Sumber: Penulis
5
1.7 Sistematika Penulisan Perancangan media informasi ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan pemahaman fenomena pada permasalahan yang menjadi topik perancangan. Mengidentifikasikan serta merumuskan permasalahan tersebut
untuk
permasalahan
merancang berupa
ruang
topik
yang
lingkup.
diangkat.
Menjelaskan
Memberikan tujuan
batasan
perancangan.
Menggambarkan proses perancangan serta mengumpulkan dan menganalisis data yang valid.
BAB II DASAR PEMIKIRAN Pada bab ini menjelaskan dasar pemikiran dari teori-teori yang relevan untuk digunakan sebagai pijakan untuk merancang. Teori-teori yang digunakan pada perancangan ini berupa teori bahan tambahan makanan, teori psikologi perkembangan anak usia dini, teori ilustrasi, teori warna, teori layout dan teori tipografi
BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH Pada bab ini berisi tentang data-data dan analisis pengaruh MSG terhadap kesehatan anak usia 3 hingga 6 tahun mulai dari institusi pemberi proyek, data produk, data khalayak sasaran, data proyek sejenis, data wawancara, observasi dan survey serta metode analisi beserta hasilnya.
BAB IV KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN Pada bab ini menjelaskan tentang konsep pesan yaitu berupa ide besar dari topik yang akan dirancang, konsep kreatif yaitu berupa pendekatan perancangan, konsep media yaitu media apa saja yang digunakan, konsep visual yang digunakan serta hasil yang berupa proses penggarapan dari mulai sketsa hingga penerapan visual pada media.
6
BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran pada waktu sidang.
7