BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa, dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Menyadari peran yang demikian, pembelajaran bahasa diharapkan dapat membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartsipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya (Depdiknas, 2006:317). Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan masyarakat Indonesia (Depdiknas, 2006:231). Salah satu aspek pengajaran Bahasa Indonesia di SD yang memegang peran penting adalah membaca, khususnya membaca permulaan. Membaca permulaan merupakan kegiatan awal untuk mengenal simbol-simbol fonetis (Arifin, 2004:11). Pada sisi lain, pentingnya pengajaran membaca permulaan pada anak diberikan sejak usia dini ini juga bertolak dari kenyataan bahwa masih terdapat sebelas juta anak Indonesia dengan usia 7 – 8 tahun tercatat masih buta huruf (Infokito, 2007). Selain itu, menurut laporan United Nations Development Program pada 2009, Indonesia berada di peringkat ke-87 dari 178 negara di dunia dalam tingkat melek aksara. Salah satu faktor keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru. Banyak pendekatan dan model pembelajaran yang dapat digunakan. Dalam kaitan ini guru harus cermat dalam memilih pendekatan dan model yang cocok digunakan untuk lingkungannya. Pembelajaran membaca permulaan, sangat memerlukan strategi pembelajaran yang tepat agar terjadi interaksi antar siswa, dan informasi atau bahan ajar dapat diterima dan diserap dengan baik oleh siswa.
1
2
Pemakaian strategi yang efektif akan meningkatkan motivasi belajar siswa maupun hasil pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang berhasil pada umumnya ditunjukkan dengan dikuasainya materi pembelajaran oleh siswa. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai. Masalah yang sering timbul dalam kemampuan membaca siswa, pada umumnya siswa masih menggunakan cara mengeja yang didapat dari pembelajaran pra sekolah baik dari TK maupun dari orang tuanya dirumah. Padahal dalam metode eja banyak terdapat kelemahan diantaranya, anak terlalu lama dalam memahami ejaan ketika tidak hafal huruf yang akan diucapkan, dan sulit merangkaikan huruf yang satu dengan yang lain.(misalnya mengapa b ditambah a menjadi ba bukan be a?) Kelemahan berikutnya adalah ketika anak menguasai rangkaian suku kata anak kesulitan menghilangkan proses pengejaan. Misalnya pada tulisan : baju (dibaca be a ba je u ju ) itupun bagi yang sudah hafal huruf, bagi yang belum, tentu akan merasa lebih kesulitan. Padahal materi ajar kelas satu sekarang sudah sangat kompleks sehingga dengan mengeja tentu memerlukan waktu yang lama dan sulit untuk menyelesaikan materi yang ada dalam kurikulum. Demikian pula masalah yang sama terjadi di SD Negeri 3 Sindurejo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, yang tergolong SD Negeri yang berstandar minimal, didapati kurangnya sumber belajar. Keadaan siswa di kelas I SD Negeri 3 Sindurejo pada Semester I,Tahun Pelajaran 2011 / 2012 ,dengan jumlah siswa 28, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, dan sebagian besar siswa berumur kurang dari 6 tahun. Hasil ulangan harian pada pembelajaran “membaca permulaan”, di dapati rendahnya hasil belajar siswa. Padahal guru telah menerapkan metode SAS yang telah diyakini para ahli sangat efektif untuk pembelajaran “membaca permulaan”. Ternyata sebagian besar siswa merasa kesulitan bahkan mengadakan blocking (diam - mogok baca). Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar membaca di SD Negeri 3 Sindurejo karena pada umumnya orang tua kurang memotivasi belajar anak, karena lebih mementingkan pekerjaan untuk menghidupi keluarga, sedangkan guru kurang memotivasi siswa, belum tepat memilih strategi belajar, belum melaksanakan pembelajaran bernuansa PAIKEM, dan terbatasnya sumber belajar yang ada di sekolah.
3
Hasil belajar membaca pada tes formatif yang diadakan pada hari Senin, 26 September 2011, menunjukkan bahwa nilai siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65, hanya 15 dari 28 siswa yang tuntas (53,6%). Nilai rata-rata kelas 59,5. Hasil belajar tersebut masih jauh dari harapan yang ditentukan Sekolah yaitu batas KKM 75 %, hasil belajar tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Hasil Tes Formatif Membaca Pra Siklus Kelas I SD Negeri 3 Sindurejo Th 2011 / 2012 Nilai
Frekuensi
%
Keterangan
< 65
13
53,64
Belum Tuntas
≥ 65
15
46,36
Tuntas
Jumlah
28
100
Nilai Rata-rata 59,5
Berdasarkan kenyataan yang ada, peneliti merasa sangat prihatin dan berusaha memperbaiki pembelajaran, peneliti akan melakukan tindakan pembelajaran yang bernuansa PAIKEM dengan model permainan puzzle, karena dunia anak adalah dunia bermain, sehingga pembelajaran dengan bermain dapat menumbuhkan semangat, motivasi, kreativitas, dan menyenangkan dalam pembelajaran khususnya membaca. Dengan pertimbangan tersebut, tindakan yang akan diambil adalah dengan menerapkan permainan puzzle untuk meningkatkan hasil belajar membaca. 1.2 Identifikasi Maslah Masalah hasil belajar yang rendah di SD Negeri 3 Sindurejo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan perlu dicari akar permasalahan baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal siswa meliputi (1) Kebanyakan siswa masih berumur di bawah 6 tahun sehingga diperlukan kreativitas yang tinggi dalam memilih strategi yang cocok dalam pembelajaran membaca permulaan, (2) Rendahnya minat siswa dalam pembelajaran
4
membaca, (3) Sebagian besar siswa pasif, (4) Sebagian besar siswa kesulitan menerima pembelajaran dan mengadakan blocking (diam - mogok baca) Adapun faktor eksternal meliputi, (1) Rendahnya motivasi belajar dari orang tua terhadap anaknya, (2) Guru kurang memotivasi siswa, (3) Guru belum tepat memilih strategi belajar, (4) Guru belum melaksanakan pembelajaran bernuansa PAIKEM ,(4) Terbatasnya sumber belajar yang ada di sekolah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan penelitian dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menerapkan permainan puzzle agar permasalahan tidak berlarut dan segera dapat diperbaiki. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah permainain puzzle dapat meningkatkan hasil belajar membaca permulaan bagi kelas I, semester I SD Negeri 3 Sindurejo Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan Tahun pelajaran 2011 / 2012? 1.4 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian adalah menerapkan “Permainan puzzle untuk meningkatan hasil balajar membaca permulaan bagi kelas I semester I SD Negeri 3 Sindurejo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011 / 2012”. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki mutu pembelajaran khususnya hasil belajar membaca permulaan. 1.5.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi guru, siswa, dan sekolah.
5
a. Manfaat bagi guru antara lain, meningkatnya pengalaman dan prestasi guru dalam melakulan inovasi pembelajaran membaca permulaan, melalui penerapan permainan puzzle bagi siswanya. b. Manfaat penelitian bagi siswa adalah: (1) menambah pengalaman baru bagi siswa karena pembelajaran dilakukan sambil bermain, (2) menyenangkan dan menumbuhkan motivasi serta minat baca siswa, yang pada akhirnya hasil belajar membaca siswa meningkat. c. Manfaat penelitian bagi sekolah adalah terciptanya satu Laporan Ilmiah yang dapat dijadikan sebagai sumbangan / kontribusi guna membantu sekolah untuk berkembang, (disimpan di perpustakaan sekolah )