BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau kualitas pendidikan yang masih rendah. Rendahnya kualitas pendidikan seperti yang dipaparkan oleh Harsanto (2007) bahwa terlihat dari capaian daya serap siswa terhadap materi pelajaran, yang disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah rendahnya kualitas proses belajar mengajar antara guru dengan siswa. Guru memiliki peranan penting sebagai pendidik dan pengajar yang bertanggung jawab dalam membina dan membimbing peserta didik. Dengan adanya pendidikan, peserta didik dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam tantangan kehidupan. Metode pembelajaran yang didominasi oleh guru, mengakibatkan peserta didik sulit memahami konsep matematika dan rendahnya kemampuan peserta didik dalam menghubungkan konsep atau materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada materi SPLDV (Sistem Linear Dua Variabel ), nyatanya selama ini tidak sedikit peserta didik hanya menangkap bahwa SPLDV merupakan suatu persamaan yang memuat dua variabel dengan pangkat tertinggi dari masing-masing variabel adalah satu, serta untuk menyelesaikan himpunan penyelesaian dari suatu sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan subtitusi, eliminasi dan grafik. Oleh sebab itu peserta didik merasa bahwa pelajaran matematika menjadi tidak menarik dan sulit dimengerti karena tidak ada kaitannya pada kehidupan sehari.-hari. Hal ini dapat diatasi oleh seorang guru dengan menginovasi model pembelajaran dan mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan kehidupan sehari-hari. Namun proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas selama ini masih menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas.. Jika hal ini terjadi secara terus menerus, peserta didik akan merasa bosan dan jenuh sehingga membuat pembelajaran yang terjadi di dalam kelas menjadi tidak efektif. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang diatur dalam permendikbud nomor 65 tahun 2013 yang menyatakan bahwa, “Proses Pembelajaran pada satuan
1
pendidikan
diselenggarakan
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Maka diharapkan guru mampu menerapkan pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran yang efektif. Sehingga diharapkan proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan memotivasi peserta didik untuk lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran matematika. Sebagaimana menurut Hamzah dan Muhlisrarini (2014) matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar, bahasa lambang yang dapat dipahami oleh semua bangsa berbudaya seni, seperti pada musik penuh dengan simetri, pola, dan irama yang menghibur, alat bagi pembuat peta arsitek, navigator angkasa luar, pembuat mesin dan angkutan. Oleh karena itu, perlu bagi semua orang untuk mengenal matematika, memahami peran dan manfaat matematika untuk ke depannya. Sehingga tidak mengherankan jika pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Proses pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang bersifat nyata, yaitu mengaitkan permasalahan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, kemudian peserta didik dibimbing oleh guru untuk mengkonstruk konsep matematika dengan melibatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan efektif. Peran guru dalam pembelajaran matematika pada kurikulum 2013 tidak hanya menerangkan di depan kelas saja, namun mengarahkan peserta didik agar lebih aktif dalam pembelajaran sehingga speserta didik mampu berfikir kritis dan sistematis dalam menyelesaikan masalah (Hosnan, 2014). Oleh karena itu, bagi guru yang terpenting adalah mengubah mindset dan memahami serta mampu menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013 ini dengan baik, sesuai dengan standar proses yang telah dipersyaratkan sesuai dengan peraturan yang diberlakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Berkenaan dengan itu, Sujianto (2008) menyatakan bahwa guru
2
hendaknya membuat pembelajaran yang lebih inovatif sehingga mendorong peserta didik untuk belajar lebih optimal baik di dalam kelas maupun di luar kelas sesuai dengan kurikulum. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat digunakan pada kurikulum 2013 yaitu dengan mengkombinasi pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasi konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”(Hosnan, 2014). Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dapat memberikan pemahaman pada peserta didik dalam memahami berbagai materi yang diajarkan, sehingga peserta didik tidak bergantung pada guru untuk mendapatkan pengetahuan karena pengetahuan bisa didapatkan dari mana saja, dan kapan saja. Perlunya memberikan pembelajaran yang menarik agar peserta didik lebih bergairah untuk menjalankan proses belajar. Untuk itu, guru perlu menggunakan model pengajaran yang variatif dan sesuai kebutuhan, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan kaku, searah, dan membosankan bagi peserta didik. Tidak semua model pembelajaran dapat dikombinasikan dengan pendekatan saintifik berbasis kurikulum 2013, model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. Salah satu alasan yang mendukung keterkaitan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Problem Based Learning dikarenakan memiliki tujuan yang searah, mengacu pada peningkatan prestasi peserta didik yang berdasarkan keterampilan yang dimiliki peserta didik mulai dari sikap, pengetahuan dan keterampilan berpikir siswa sehingga efektivitas proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang dirancang seorang guru.
3
Pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, dikarenakan pembelajaran Problem Based Learning membahas situasi kehidupan yang ada sekitar dengan penyelesaian yang tidak sederhana. Guru berperan penting dalam memberikan berbagai permasalahan nyata yang pernah dialami peserta didik selama ini atau menfasilitasi peserta didik untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, memfasilitasi penyelidikan, dan mendukung pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Untuk itu peserta didik diharapkan dapat mengkonstruk konsep materi matematika dengan pengalaman yang pernah dialami sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Driyorejo, dengan diberlakukannya kurikulum 2013 di sekolah-sekolah termasuk SMP Negeri 1 Driyorejo khususnya kelas VIII siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam mengkonstruk konsep materi yang diajarkan. Namun diperoleh informasi bahwa prestasi belajar yang dicapai sebagian peserta didik di sekolah ini masih rendah. Terbukti dari jumlah keseluruhan peserta didik kelas VIII yaitu 280 siswa dari 7 kelas, presentase prestasi belajar matematika siswa kelas VIII yang nilainya belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) sebanyak 48, 67%. Masalah yang dihadapi guru matematika SMP Negeri 1 Driyorejo pada kurikulum 2013 yaitu dalam menentukan pendekatan, metode, media, model dan strategi pembelajaran yang cocok digunakan dalam tiap materi yang akan diajarkan. Selama ini guru hanya mengajarkan matematika sesuai buku panduan yang diberikan dinas pendidikan. Belum
ada
variasi
dalam
mengkombinasikan pendekatan dan model dalam pembelajaran matematika, sejauh ini hanya menggunakan model pembelajaran saja ataupun pendekatan pembelajaran saja, karena masih bingung menentukan model pembelajaran yang menarik untuk peserta didik sesuai dengan metode ataupun pendekatan pembelajaran yang telah ditentukan untuk materi tertentu. Guru saat menerapkan pendekatan saintifik mempunyai kendala yaitu pada kurangnya waktu yang dibutuhkan sedangkan materi yang akan disampaikan begitu banyak, oleh karena itu dibutuhkan model
pembelajaran untuk membantu pelaksanaan 5M
4
(mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi,
mengasosiasi,
dan
mengkomunikasi) atau langkah-langkah pembelajaran yang harus dilalui peserta didik. Kemudian peserta didik lebih banyak mengalihkan perhatian dengan membuat gaduh di dalam kelas karena merasa kurang nyaman di dalam kelas terutama pada mata pelajaran matematika yang dianggap oleh mereka sukar dipelajari. Hasil wawancara dari beberapa siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo, mengemukakan bahwa pembelajaran matematika yang dialami selama ini hanya menekankan pada buku panduan matematika, tidak adanya pengaplikasian materi pada kehidupan sehari-hari yang diajarkan untuk lebih mudah dimengerti oleh mereka, tidak adanya pembelajaran yang menarik, pembelajaran masih menggunakan metode ceramah kemudian pemberian tugas, semua itu membuat pembelajaran matematika menjadi sukar dimengerti dan monoton sehingga hasil belajar peserta didik tidak dapat memenuhi KKM yang ditentukan oleh sekolah. Selama ini peserta didik merasa jenuh saat pembelajaran matematika berlangsung sehingga peserta didik membuat gaduh didalam kelas dan tidak dapat dikendalikan. Saat guru menerangkan, tidak ada respon dari peserta didik, mereka sibuk dengan dirinya sendiri dan mengobrol dengan teman sebangkunya. Banyak penelitian sejenis yang telah dilakukan peneliti terdahulu, pandu (2013) meneliti tentang “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Komputer (KK6)”
yang
menyimpulkan
bahwa
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning mengalami peningkatan pada prestasi dan aktivitas belajar peserta didik. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan keaktifan sebesar 41,60%. Selain itu terjadi peningkatan belajar peserta didik yang mencapai indikator keberhasilan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 100%. Namun menurut Pandu, penelitiannya masih sangat sederhana dan memiliki banyak keterbatasan karena belum mengkaji secara mendalam berbagai aspek pembelajaran yang menentukan keberhasilan penerapan model pembelajaran berbasis masalah sehingga perlu pengembangan dan
5
penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran ini. Sedangkan Machin (2013) meneliti tentang “Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter
Dan
menyimpulkan
Konservasi bahwa
Pada
pelaksanaan
Pembelajaran
Materi
Pertumbuhan”
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan saintifik berpengaruh positif terhadap hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik adalah 70,00 dan ketuntasan klasikal ditetapkan 85% dari seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran. Kemudian Machin menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran saintifik. Berdasarkan fakta tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui dan meneliti penerapan pendekatan saintifik dalam pokok bahasan SPLDV pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo Gresik menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Diharapkan penerapan yang dilakukan dapat berlangsung efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana penerapan pendekatan saintifik dalam pokok bahasan SPLDV pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo Gresik menggunakan Problem Based Learning? 2. Bagaimana keefektifan penerapan pendekatan saintifik dalam pokok bahasan SPLDV pada siswa kelas VIII Negeri 1 Driyorejo Gresik menggunakan Problem Based Learning?
1.3. Batasan Masalah Untuk membatasi permasalahan yang diteliti, agar penelitian ini tidak meluas maka dilakukan batasan masalah. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Driyorejo yang sudah menerapkan kurikulum 2013. Pengambilan data penelitian terbatas pada siswa SMP Negeri 1 Driyorejo kelas VIII-D. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika yang dibatasi pada materi Sistem
6
Persamaan Linear Dua Variabel. Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini berupa penerapan pendekatan saintifik dengan menggunakan Problem Based Learning untuk mengukur keefektifan proses pembelajaran tersebut. Keefektifan pembelajaran yang diukur dari peningkatan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik pada tiap kali pertemuan.
1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Mendeskripsikan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo Gresik menggunakan Problem Based Learning.
2. Mengetahui
keefektifitasan
pendekatan
saintifik
dalam
pembelajaran
matematika pada siswa kelas VIII Negeri 1 Driyorejo Gresik menggunakan Problem Based Learning.
1.5.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis
maupun praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pendekatan, dan model pembelajaran pada pelajaran matematika sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam proses belajar mengajar peserta didik. Dan manfaat secara praktis yang diharapkan, antara lain: 1.5.1
Bagi Siswa Mengurangi kebosanan siswa dalam pelajaran matematika sehingga
terciptanya suasana kelas yang kondusif dengan siswa yang berperan aktif dalam proses pembelajaran, menumbuhkan kreativitas siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu mempermudah siswa dalam pemahaman materi yang akan diajarkan.
7
1.5.2
Bagi Guru Matematika Adanya
informasi
mengenai
model
pembelajaran
dan
pendekatan
pembelajaran sehingga menambah pengetahuan guru dalam menginovasi proses pembelajaran di kelas. 1.5.3
Bagi Sekolah Perlunya peran dan dukungan dari semua pihak di lingkungan sekolah
untuk menerapkan pendekatan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning serta kombinasi desain pembelajaran lainnya menjadi pola pembelajaran yang sehari-hari dapat diterapkan di sekolah. 1.5.4
Bagi Peneliti Menambah pengalaman dan dapat dijadikan sebagai pengembangan
pengetahuan mengenai pendekatan saintifik dan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika.
1.6
Definisi Operasional Untuk menghindari salah pengertian mengenai penelitian ini, terdapat
beberapa istilah yang perlu dijelaskan, yaitu: 1.6.1
Pendekatan Saintifik Pendekatan Saintifik dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang
menekankan pada keaktifan peserta didik dalam mengkonstruk konsep, pengetahuan, keterampilan dan lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai hukum atau prinsip melalui tahap-tahap mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasi. 1.6.2
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) adalah sistem yang
memiliki dua persamaan matematik dengan dua jenis variabel dan memiliki himpunan penyelesaian yang memenuhi kedua persamaan linear dua variabel tersebut.
8
1.6.3
Problem Based Learning (PBL) Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat diartikan sebagai
model pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik dalam menyelesaikan masalah nyata yang dihadapinya dengan berpikir kritis dan serta membangun pengetahuan baru. 1.6.4
Efektivitas pembelajaran Efektivitas pembelajaran adalah suatu upaya untuk mengetahui berhasil
tidaknya pelaksanaan pembelajaran akibat dari pemberian perilaku atau penggunaan model pembelajaran, baik dari segi proses maupun produk.
9