BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan umum dari sebuah usaha didirikan adalah untuk mencari laba. Laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan dividen, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444). Laba suatu perusahaan merupakan gambaran perusahaan mengenai kinerja yang dicapai dari proses transaksi umum yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu, dan laba dapat dijadikan suatu indikator bagi para pemangku kepentingan untuk menilai sejauh mana kinerja manajemen dalam mengelola suatu perusahaan. Dalam mencapai laba perusahaan tidak akan lepas dari yang namanya biaya, karena biaya merupakan suatu pengorbanan perusahaan dalam rangka memperoleh pendapatan. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tentu mempunyai suatu tujuan dan tujuan itu tidak lain adalah untuk mendapatkan laba. Biaya yang dikeluarkan pun dapat dinilai dan diukur, penilaian biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dilihat dari beberapa segi, salah satunya efesiensi biaya yang dikeluarkan, manfaat, serta dampak dari biaya yang dikeluarkan. Dalam memproduksi barang, perusahaan terkadang tidak memperhatikan dampak negatif dari aktivitas produksi perusahaan tersebut. Contoh, perusahaan yang tidak memperhatikan lingkungan sekitar dan hanya memikirkan laba semata adalah sebagai berikut: pembuangan limbah hasil tambang ke laut yang menyebabkan pencemaran pada laut, pembuatan kertas yang menggunakan bahan bakunya dari pohon-pohon, dimana pohon-pohon tersebut didapat dari penebangan hutan yang tidak terkendali sehingga hutan menjadi gundul, pembuangan limbah tekstil ke sungai yang tidak terkendali sehingga sungai menjadi tercemar, pembuangan asap pabrik dari proses pembakaran dapat menyebabkan polusi udara, dan sebagainya.
Dari masalah tersebut, haruslah dilaksanakan suatu tindakan agar kerusakan lingkungan tersebut dapat segera ditanggulangi, salah satu tindakan yang dapat diambil adalah dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal saat ini dengan Corporate Social Responsibility (CSR), istilah ini mengacu pada tanggung jawab sektor bisnis dalam kaitannya dengan semua pihak yang terlibat, mempengaruhi dan terkena dampak dari sebuah kegiatan bisnis. Meski tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba, sebuah perusahaan tidak dapat lepas dari masyarakat, hal ini disebabkan pendiri dan pemilik sebuah perusahaan adalah individu-individu anggota masyarakat serta tujuan menghasilkan keuntungan tidak mungkin tercapai tanpa adanya masyarakat yang menjadi pasar dari produksinya. Karena sebuah kegiatan bisnis tidak dapat lepas dari masyarakat, kegiatan bisnis sudah pasti membawa dampak bagi masyarakat dan elemen-elemen yang ada didalamnya serta lingkungan tempat hidup di masyarakat. Pelaksanaan CSR menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada hanya sekedar kepentingan perusahaan saja. Tanggung jawab sosial dari perusahaan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Pengembangan program-program sosial perusahaan berupa dapat bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat (community development), outreach, beasiswa dan sebagainya (Ernawan, 2007). Penerapaan CSR sebenarnya bersifat voluntary (suka rela) namun sekarang
di
Indonesia, debut CSR semakin menguat terutama setelah dinyatakan dengan tegas dalam UU PT No.40 Tahun 2007 yang belum lama ini disahkan DPR. Disebutkan bahwa PT yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Pasal 74 ayat 1). UU PT tidak menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang melanggar. Pada ayat 2, 3
dan 4 hanya disebutkan bahwa CSR dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran . PT yang tidak melakukan CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai CSR ini baru akan diatur oleh Peraturan Pemerintah, yang hingga kini
sepengetahuan penulis, belum
dikeluarkan. Mengundang-undangkan CSR merupakah hal yang tidak lazim karena pada awalnya CSR merupakan suatu tindakan suka rela dan sifatnya hampir seperti sumbangan , akan tetapi, perkembangan global saat ini menuntut CSR menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari. Suka atau tidak, CSR harus dikerjakan sebagai bentuk tangungjawab kepada stakeholders. Dalam menerapkan CSR pastinya perusahaan membutuhkan dana serta biaya untuk merealisasikannya, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk program CSR tergantung dari besar kecilnya program yang akan dilaksanakan, semakin besar program yang akan dilaksanakan tentunya akan semakin besar juga jumlah biaya yang akan dikeluarkan, dan begitu pula sebaliknya, hal ini juga akan berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh perusahaan karena hal ini akan mengurangi pendapatan dari suatu perusahaan. Berdasarkan survei yang dilakukan Booth-Harris Trust Monitor pada tahun 2001 menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif. Banyak manfaat yang diperoleh perusahaan dengan pelaksanan corporate social responsibility, antara lain produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor. Corporate social responsibility dapat digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan bila itu dilaksanakan berkelanjutan. Untuk melaksanakan CSR berarti perusahaan akan mengeluarkan sejumlah biaya. Biaya pada akhirnya akan menjadi beban yang mengurangi pendapatan sehingga tingkat profit perusahaan akan turun. Akan tetapi dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan
pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat (Satyo, Media Akuntansi Edisi 47, 2005: 8). Karena CSR merupakan persoalan yang cukup hangat di Indonesia maka penulis tertarik dalam meneliti pengaruh CSR di Indonesia. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam menciptakan laba diperlukan dua unsur, yaitu pendapatan dan laba, dan telah dibahas pula sebelumnya bahwa untuk merealisasikan program CSR dibutuhkan dana atau biaya. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah biaya CSR itu dapat mempengaruhi laba perusahaan atau tidak, karena seperti yang kita ketahui CSR sendiri di Amerika dan Eropa dapat mempengaruhi citra suatu perusahaan yang tentunya akan mempengaruhi produk yang mereka jual, lalu bagaimana CSR di Indonesia? Pada penelitian ini penulis mengacu dan memperbaharui penelitian sebelumnya oleh Wisnu Kesumanegara tahun 2009 mengenai PENGARUH BIAYA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP TINGKAT LABA PERUSAHAAN. Perbedaaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan penulis sekarang adalah: 1. Waktu penelitian, penelitian terdahulu dilakukan pada tahun 2008, sedangkan penulis 2009. 2. Objek penelitian, penelitian terdahulu dilakukan pada PT. Aneka Tambang Tbk., PT. Bank Mandiri Tbk., PT. Bank Negara Indonesia Tbk., PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk., PT. Timah Tbk., pada periode 2005 sampai dengan 2007. Penulis melakukan penelitian pada PT. Astra International, Tbk., PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk., PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk., PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk., pada periode 2006 sampai dengan 2008. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan topik: PENGARUH BIAYA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP TINGKAT LABA PERUSAHAAN
1.2 Identifikasi Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) dapat diartikan sebagai suatu komitmen manajemen untuk selalu bertindak etis, legal dan memiliki kontribusi untuk lebih meningkatkan perekonomian yang berkelanjutan secara kemitraan dan upaya meningkatkan kesejahteraan kualitas kehidupan para karyawan serta keluarganya, termasuk memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar pada umumnya, dan pelanggan/konsumen pada khususnya. Laba perusahaan merupakan hasil yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu yang berasal dari penjualan atas produk yang dijual ke pasar dan pendapatan perusahaan selama periode tertentu dikurangi biaya-biaya yang melekat didalamnya. Salah satunya biaya yang dikeluarkan yaitu biaya CSR, karena dalam menerapkan CSR perusahaan membutuhkan dana serta biaya untuk merealisasikannya, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk program CSR tergantung dari besar kecilnya program yang akan dilaksanakan, semakin besar program yang dilaksanakan tentunya akan semakin besar juga jumlah biaya yang akan dikeluarkan, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini, akan berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh perusahaan karena akan mengurangi pendapatan dari suatu perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan biaya Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Laba Perusahaan. 2. Bagaimana pengaruh biaya Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Laba Perusahaan.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Laba Perusahaan. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai :
1. Hubungan biaya Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Laba Perusahaan. 2. Pengaruh biaya Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Laba Perusahaan.
1.4 Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi yang akurat dan relevan yang dapat digunakan oleh : 1. Penulis, hasil penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan tentang masalah yang diteliti sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas kesesuaian antara fakta dengan dasar teori yang ada. 2. Perusahaan, sebagai bahan masukan (feedback) dalam melakukan corporate social responsibility yang diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan. 3. Peneliti lain, sebagai bahan referensi khususnya untuk penulisan karya ilmiah dengan topik yang sama.
1.5 Kerangka Pemikiran Laba suatu perusahaan merupakan gambaran perusahaan mengenai kinerja yang dicapai dari aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu, yang dapat dijadikan suatu indikator bagi para pemangku kepentingan untuk menilai sejauh mana kinerja manajemen dalam mengelola suatu perusahaan, laba tercipta dari pendapatan dikurangi biaya-biaya yang melekat didalamnya. Salah satu biaya yang dapat timbul dari aktivitas perusahaan adalah biaya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), biaya ini timbul dikarenakan kesadaran sektor bisnis atau perusahaan untuk peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. CSR merupakan tanggung jawab sektor bisnis dalam kaitannya dengan semua pihak yang terlibat, mempengaruhi, dan terkena dampak dari sebuah kegiatan bisnis. Sifat dari CSR sendiri sebenarnya voluntary namun penerapan CSR akan memberikan dampak dampak positif berupa citra yang bagus terhadap perusahaan oleh masyarakat. CSR
juga terkadang dapat dijadikan media publikasi meskipun tujuannya bukan kesana, akan tetapi hal itu merupakan suatu konsekuensi dari penerapan CSR. Yang menjadi masalah adalah ketika dana yang dibutuhkan dalam menjalankan CSR ini cukup besar, karena semakin biaya yang dikeluarkan besar tentunya akan mempengaruhi laba yang akan diperoleh, hal ini tentu saja dapat merugikan perusahaan. Oleh karena itu perlu pertimbangan lebih, dalam mengambil keputusan mengenai program CSR yang akan dilaksanakan. Berbagai definisi biaya, Corporate Social Responsibility, dan Laba perusahaan dikemukakan oleh para ahli atau pihak
pihak lain yang terkait dengan
perkembangan akuntansi adalah sebagai berikut : Menurut Supriyono (2000:16) biaya adalah : Harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. . Pengertian biaya menurut Harnanto dan Zulkifli (2003: 14) adalah : Sesuatu yang berkonotasi sebagai pengurang yang harus dikorbankan untuk memperoleh tujuan akhir yaitu mendatangkan laba. Jadi menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang . Menurut Hansen dan Mowen (2004: 40) adalah : Biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi . Pengertian CSR sendiri menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) (2003: 1) adalah : Keterpanggilan dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan .
Wermasubun (2008: 1) mengatakan bahwa : Istilah corporate responsibility mengacu pada tangung jawab sektor bisnis dalam kaitannya dengan semua pihak yang terlibat, mempengaruhi dan terkena dampak dari sebuah kegiatan bisnis. Meski tujuan utamanya adalah menghasilkan keuntungan, sebuah perusahaan tidak dapat dilepaskan dari masyarakat . Indirani (2008: 1) mengatakan bahwa : CSR adalah pilihan yang dilandasi kesadaran dari perusahaan. Dalam berbisnis, ia tak hanya memiliki kewajiban kepada shareholders (pemegang saham). Ia juga harus memenuhi harapan para stakeholders (pemangku kepentingan) . Internasional Finance Corporation (2008: 28) menyebutkan bahwa : Corporate social responsibility is the commitment of businesses to contribute to sustainable economic development by working with employees, their families, the local community and society at large to improve their lives in ways that are good for business and for delopment .
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2007: 46.2) menjelaskan mengenai pengertian laba sebagai berikut : Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak . Dari pengetian dan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya adalah pengorbanan ekonomis setara kas atau ekuivalen yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat di masa sekarang maupun masa yang akan datang dengan tujuan memperoleh laba. Corporate Social Responsibility merupakan keterpanggilan dunia bisnis untuk turut berkonstribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan berupa tangung jawab sosial dalam kaitannya dengan semua pihak yang terlibat, mempengaruhi dan terkena dampak dari sebuah kegiatan bisnis. Sedangkan laba merupakan pendapatan dikurangi beban-beban yang melekat didalamnya.
Sudah lama kita ketahui bahwa biaya merupakan pengurang dari suatu laba perusahaan, sehingga perusahaan seringkali menekan biaya operasional perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi, namun dalam prakteknya tidak semua biaya merupakan hal yang negatif, sebagai contoh biaya promosi, biaya ini dikeluarkan untuk tujuan mempromosikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan ke konsumen atau masyarakat, dari sana diharapkan produk berupa barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan dapat diterima dan disambut baik oleh konsumen sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Dan bagaimana dengan CSR, CSR sebenarnya lebih berorientasi pada masyarakat dan bisnis. Apakah itu sektor bisnis swasta yang didasarkan pada kepemilikan pribadi yang melulu mengejar profit atau dapat juga diberi tanggung jawab pada atas hak masyarakat umum, mengingat pengaruh bisnis ini begitu besar. Bisnis sendiri selalu berplatform pada tujuan menumpuk keuntungan dan kekayaan. Tanggung jawab sosial yang dibebankan pada sektor bisnis akan mengurangi pencapaian tujuan penumpukan profit. CSR yang semula bersifat voluntary perlu ditingkatkan menjadi CSR yang lebih bersifat mandatory. Dengan demikian dapat diharapkan kontribusi dunia usaha yang terukur dan sistematis dalam ikut meningkatan kesejahteraan masyarakat.perusahaan. Penerapan CSR yang dilakukan perusahaan seharusnya dilakukan bukan bertujuan untuk marketing melainkan harus dilakukan benar-benar hanya untuk tanggung jawab sosial terhadap lingkungan di dalam maupun di luar perusahaan yang terkena dampak dari kegiatan bisnis perusahaan, dan apabila perusahaan meningkat dari aktivitas CSR tersebut, hal itu hanyalah konsekuensi dari apa yang telah dilakukan perusahaan. Namun, dalam praktiknya hal itu dapat terjadi kebalikannya, maksudnya adalah, CSR yang merupakan suatu tanggung jawab sosial dapat digunakan perusahaan sebagai alat promosi suatu perusahaan. Dana yang dikeluarkan untuk CSR bergantung kepada besar kecilnya program yang akan dilaksanakan, semakin besar program tersebut semakin besar pula dana yang akan dikeluarkan begitu pula sebaliknya. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi
kondisi laporan keuangan perusahaan khususnya pada pos laporan laba rugi, akan tetapi apabila ditinjau lebih dalam, mengacu pada penelitian terhadap negara berkembang, perusahaan yang melakukan CSR tentu akan mendapat respect yang lebih, ketimbang perusahaan yang tidak melakukan CSR, hal ini dapat timbul dikarenakan tingkat kedewasaan dari konsumen atau masyarakat yang peduli akan lingkungan mereka. Semakin besar dana yang dikeluarkan untuk CSR tentu akan semakin besar pula program CSR yang akan dilakukan, semakin besar program CSR, maka semakin luas pula jangkauan masyarakat yang merasakan program CSR tersebut, sehingga luas jangkauan masyarakat akan mempengaruhi citra perusahaan di mata konsumen dan masyarakat. Peningkatan citra inilah yang diharapkan perusahaan dapat mendukung kegiatan operasional mereka dan membantu mencapai tujuan si perusahaan yaitu, memperoleh laba atau pendapatan. Penerapan CSR yang dilakukan perusahaan tentu akan sangat berguna, tidak hanya bagi masyarakat yang terkena dampak dari aktivitas bisnis perusahaan, akan tetapi perusahaan sendiri tentu akan mendapat keuntungan secara tidak langsung. Dan yang perlu menjadi pertimbangan adalah, dalam menentukan program CSR yang akan dilakukan beserta biaya yang termasuk di dalamnya, apakah program tersebut dapat terlaksana dengan baik atau sebaliknya,
malah dapat mengganggu dan
berpengaruh negatif terhadap kondisi laporan keuangan. Oleh sebab itu, kebijakan ini haruslah dibicarakan pada level top management, karena cakupan dan materi CSR cukuplah luas. Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : Biaya
Corporate
Perusahaan .
Social
Responsibility
mempengaruhi
Tingkat
Laba
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Perusahaan
Kinerja
Laporan L/R (Income Statement)
Pendapatan (Revenue)
Laba Bersih (Net Income)
Beban (Expense): Biaya CSR
1.6 Metode Penelitian Teknik penelitian yang dilakukan bersifat studi survei dengan menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan tahunan perusahaan yang mengikuti ISRA (Indonesia Sustainability Report Award) yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2003: 11). Data yang diperoleh selama penelitian akan diolah dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori
teori yang telah
dipelajari, data yang akan dipakai adalah laporan tahunan perusahaan, Sustainability Report atau Corporate Social Responsibility Report. Untuk keperluan pengujian, diperlukan serangkaian langkah yang akan dimulai dari: Operasional variabel, rancangan pengujian hipotesa dan metode pengumpulan data.
1.6.1 Operasional Variabel Sesuai dengan topik penelitian, yaitu Responsibility
Pengaruh Biaya Corporate Social
terhadap Tingkat Laba Perusahaan , maka terdapat dua variable,
yaitu: 1. Biaya Corporate Social Responsibility sebagai variabel independen. 2. Tingkat Laba sebagai variabel dependen.
1.6.2 Rancangan Pengujian Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif
dengan
menggunakan analisis regresi dan korelasi . Analisis tersebut akan menggunakan 3 (Tiga) ukuran dasar, yaitu : 1. Analisis Regresi yang akan digunakan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh biaya CSR terhadap tingkat laba perusahaan. 2. Standar Error Estimate, yang akan digunakan untuk mengetahui simpangan baku dari variabel dependen terhadap garis regresinya.
3. Analisis Korelasi yang digunakan untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara kedua variabel diatas.
1.6.3 Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, maka dibutuhkan data dan informasi yang akan mendukung penelitian ini. Dalam usaha memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode pengumpulan data : 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan data sekunder melalui: www.idx.co.id 2. Penelitian Kepustakaan (Library Reasearch) Pada tahap ini penulis berusaha untuk memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan yang dapat dijadikan pegangan penelitian, yaitu dengan cara membaca berbagai literatur yang mempunyai keterkaitan dengan masalah penelitian.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian di Pojok Bursa Universitas Widyatama dan Perpustakaan Universitas Widyatama. Sedangkan, waktu penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2009 sampai dengan selesai.