1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Candi Cetho merupakan salah satu candi peninggalan jaman Hindu yang dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Candi Cetho dibangun tahun 1397 Saka, terlihat dari pahatan prasasti yang ditemukan pada tangga batu gapura tingkat tujuh dan diperkirakan dibangun sekitar 1475 Masehi. Berada di kawasan perbukitan di lereng barat Gunung Lawu dengan ketinggian 1496 meter di atas permukaan laut, dimana mayoritas masyarakat sekitar Candi Cetho menganut agama Hindu. Kabupaten Karanganyar dengan semboyan “INTANPARI” (Industri, Pertanian, Pariwisata) saat ini mengembangkan sektor pariwisata unggulan yang telah disusun berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Kabupaten Karangayar. Dengan RIPP tersebut Pemerintah Kabupaten Karanganyar membangun daerah pembangunan pariwisata menjadi beberapa zona pembangunan seperti zona A, zona B, zona C dan zona D. Kawasan Candi Cetho yang berada di kecamatan Jenawi masuk dalam zona D Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Karanganyar. Dalam zona D terdapat beberapa objek wisata lain yang saling terkait dan memiliki karakteristik yang hampir sama. Kawasan wisata zona D merupakan kawasan wisata alam, sejarah dan ziarah yang berpotensi sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Karanganyar. Pengelolaan Candi Cetho sebagai obyek wisata harus sejalan dengan fungsi Candi Cetho itu sendiri sebagai tempat ibadah umat Hindu. Candi Cetho
1
2
sebagai peninggalan jaman akhir runtuhnya kerajaan Majapahit memiliki banyak budaya yang harus dijaga agar tidak luntur seiring dengan perkembangan jaman. Ahimsa (2004) ada empat bentuk simbol/lambang yang dapat diidentifikasi dan dikatagorikan sebagai peninggalan budaya yaitu benda-benda fisik/material culture yang mencakup seluruh benda-benda hasil kreasi manusia, mulai dari benda-benda dengan ukuran relatif kecil hingga benda-benda yang sangat besar. Simbol/lambang yang kedua adalah pola-pola perilaku yang merupakan representasi dari adat sebuah kebudayaan tertentu, meliputi hal-hal keseharian salah satunya pola berdoa. Simbol/lambang yang ketiga yaitu sistem nilai/pandangan hidup yang berupa falsafah hidup atau kearifan lokal dari suatu masyarakat
dalam
memandang
atau
memaknai
lingkungan
sekitarnya.
Simbol/lambang yang terakir adalah lingkungan yang dapat menjadi bagian dari tinggalan budaya oleh karena lingkungan memainkan peran sebagai bagian yang tidak terpisahkan bagi terciptanya kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan lokal yang ada mulai luntur seiring dengan berkembangnya jaman dan pengaruh budaya luar, adanya kegiatan pariwisata menjadi salah satu jembatan masuknya berbagai budaya yang dibawa oleh wisatawan ketika berkunjung ke Candi Cetho, selain itu banyaknya umat Hindu dari daerah lain seperti Bali yang melakukan sembahyang ke Candi Cetho membaur dengan budaya lokal yang ada di Kawasan Candi Cetho. “Bali sifatnya mendukung saja, karena dimanapun orang Bali berada dan membangun Pura atau melakukan ritual itu sudah biasa, namun jika kita bisa mengangkat Hindu sekitar Karanganyar dengan tradisi Jawanya terlihat seperti jaman Majapahit bangkit kembali, maka ini akan membawa gaung kemana-mana, dibandingkan orang Bali melaksanakan ritual dengan tradisi Bali dan mengundang pejabat
3
tinggi, tidak membawa dampak spiritual bagi pengembangan Hindu dengan tradisi Jawanya kecuali hanya seremoni saja. Sekali lagi perlu ditekankan disini, orang Bali yang datang ke Candi Cetho sifatnya ”tirta yatra” saja, jangan membawa ritual ke Jawa apalagi dengan besar-besaran yang sesungguhnya tidak mendidik umat Hindu Jawa yang sedang mencari bentuk. Di kantong Hindu ini sebenarnya perlu mendapat perhatian para tokoh dan masyarakat yang peduli agar Hindu dengan kesejatian mereka (Hindu Jawa) bisa hidup kembali.”(Damuhantara, 2011) Pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar masih jarang dan tidak berkelanjutan sehingga masyarakat belum memahami kegiatan pariwisata yang ada secara menyeluruh dan belum memanfaatkan kegiatan pariwisata itu secara maksimal baik untuk kesejahteraan hidupnya maupun untuk sarana promosi budayanya. Pengelolaan Kawasan Candi Cetho yang tidak terintegrasi, minimnya keterlibatan masyarakat sekitar dan banyaknya potensi di Kawasan Candi Cetho yang belum tergarap membuat pengelolaan Kawasan Candi Cetho menjadi tumpang tindih. Sehubungan dengan latar belakang yang ada, maka Penulis memiliki judul “MODEL PENGELOLAAN KAWASAN CANDI CETHO SEBAGAI WISATA BUDAYA DI KABUPATEN KARANGANYAR”. Sebagai upaya menguatkan budaya lokal dan melestarikanya salah satunya melalui wisata budaya. Tidak semua orang dapat memaknai warisan budaya yang merupakan akar dari kebudayaan yang berkembang saat ini, kenyataan ini salah satunya disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat tentang kebudayaan para pendahulunya. Dibutuhkan upaya untuk menyebar luaskannya salah satunya dengan memanfaatkan warisan budaya sebagai sarana pariwisata (Nuryanti, 1996).
4
Gambar 1.1 Candi Cetho (Dok. Pribadi, Februari 2015).
Gambar 1.2 Pemuda yang sedang beribadah di Puri Saraswati (Dok. Pribadi, Februari 2015).
1.2 Perumusan Masalah Dengan berbagai latar belakang dan pertimbangan, maka Penulis mengangkat pokok permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian sebagai berikut: 1.
Bagaimana potensi wisata yang ada di Kawasan Candi Cetho sebagai wisata budaya?
2.
Bagaimana model pengelolaan Kawasan Candi Cetho sebagai wisata budaya?
5
1.3 Tujuan Penelitian Dari pokok permasalahan yang ada, maka dapat disusun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1.
Untuk menganalisis potensi wisata yang ada di Kawasan Candi Cetho sebagai wisata budaya.
2.
Untuk menganalisis model pengelolaan Kawasan Candi Cetho sebagai wisata budaya.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian yakni: 1.
Manfaat Teoritis Dengan dilakukannya penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut atau penelitian yang serupa dan menjadi koleksi penelitian yang ada di perpustakaan lembaga, sehingga menambah khasanah pengetahuan tentang pengelolaan pariwisata yang ada di Kabupaten Karanganyar pada khususnya dan di Jawa Tengah pada umumnya. Bagi Penulis dapat menerapkan ilmu kepariwisataan yang telah diperoleh selama belajar di Universitas Gadjah Mada dalam disiplin ilmu Kajian Pariwisata dan sebagai sarana untuk meningkatkan pendidikan di bidang penelitian.
2.
Manfaat Praktis Melalui penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan/langkah yang tepat guna peningkatan kualitas kawasan wisata yang ada di Karanganyar khususnya di Kawasan Candi Cetho. Diharapkan dengan adanya pengelolaan kawasan wisata yang
6
terorganisasi dengan baik di Kabupaten Karanganyar, dapat menjadikan masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sektor pariwisata yang berkesinambungan yang pada akhirnya dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini dapat menarik investor dan pihak swasta untuk turut berinvestasi dan mengelola pariwisata yang ada di Karanganyar.
1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan Penulis, pembahasan tentang model pengelolaan Kawasan Candi Cetho di Kabupaten Karanganyar belum ada, namun terdapat pembahasan yang berkaitan dengan judul penelitian Penulis yaitu: Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Penulis
Judul Penelitian
Nur Rahmawati Syamsiyah (Tesis: UGM, 2001)
Kajian Akustik Lingkungan Pada Kompleks Candi Cetho Lereng Gunung Lawu Karanganyar
Wicaksono Dwi Nugroho (Tesis: UGM, 2006)
Model Pengelolaan Kawasan Wisata Budaya Terunyan
Septina Wardhani (Tesis: UGM, 2012)
Model Pengelolaan Candi Plaosan dan Lanskapnya Sebagai Obyek Ekowisata
Pembahasan Penelitian Penelitian ini dari sudut pandang Teknik Arsitektur membahas tentang faktorfaktor yang mempengaruhi terbentuknya kualitas bunyi lingkungan di komplek Candi Cetho pada umumnya dan teras ke 10 pada khususnya. Kualitas bunyi yang terbentuk menciptakan keheningan akustikal dan mendukung nilai sakral. Penelitian ini dari sudut pandang Arkeologi untuk mengetahui dan mengevaluasi kegiatan pengelolaan Kawasan Terunyan melalui prespektif Culture Resource Management Penelitian ini dari sudut pandang Arkeologi untuk mengidentifikasi dan menentukan potensi Candi Plaosan dan lanskapnya sebagai obyek ekowisata, serta membuat model pemanfaatan Candi Plaosan dan lanskapnya sebagai tujuan ekowisata di Kawasan Prambanan.