1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
1.1.1
Latar Belakang
Permasalahan Latar belakang sejarah sangat banyak dimiliki oleh Mesir1 atau yang
sekarang secara resmi bernama Republik Arab Mesir. Kekayaan sejarah tersebut dapat dilihat mulai dari prasejarah, zaman Fir’aun, masa Romawi, kala keemasan Islam, dan Mesir Modern. Ditinjau dari segi geografis Mesir pada masa lalu sangat diperhitungkan oleh dunia internasional. Pada saat Terusan Suez2 belum dibuka semua jalur perdagangan yang lewat Laut Tengah baik dari wilayah Afrika ataupun Eropa dilanjutkan dengan perjalanan sepanjang Sungai Nil. Jalur awal yang ditempuh adalah Alexandria kemudian dilanjutkan ke selatan sepanjang aliran Sungai Nil. Pada bagian selatan Mesir sangat kaya terhadap sumber daya alam berupa emas. Logam mulia emas paling banyak ditemukan di Kota Fayyum3. Kekayaan terhadap emas ini merupakan faktor utama wilayah tersebut dilewati oleh para pedagang. Jalur perdagangan mulai berbelok ke arah timur ketika telah 1
Mesir dahulu bernama Kama yang bermakna tanah hitam (Usman, 2008: 22). Terusan Suez dibangun oleh seorang arsitek asal Perancis yang bernama Ferdinand de Lessep dan secara resmi dibuka tanggal 17 Nopember 1869. 3 Kota Fayyum juga terkenal sebagai penghasil kertas Papyrus. Istana Qarun dapat dijumpai di kota ini. Emas seberat 40.000 kg sempat ditemukan oleh Gubernur Amr ibn Ash di Fayyum. 2
2
sampai di wilayah Nubia4 dan selanjutnya tiba di Aydhab, bibir pantai Laut Merah. Penyeberangan Laut Merah kemudian dilakukan oleh para khafilah dagang ketika itu sebelum sampai di Jeddah yang berada di Semenanjung Arab. Perjalanan kemudian berlanjut hingga ke Persia dan Tiongkok. Jalur ini adalah penghubung antara Benua Eropa, Afrika, dan Asia (Lombard, 1975: 19). Kekayaan sejarah masa lampau tersebut menjadikan banyak sekali peninggalan budaya yang dimiliki oleh Republik Arab Mesir. Dunia internasional di kemudian hari tertarik dengan peninggalan-peninggalan budaya yang dimiliki oleh Republik Arab Mesir. Bidang wisata tentu saja sangat diuntungkan dengan fenomena ini. Dunia Barat sangat tertarik dengan objek wisata yang terkait dengan prasejarah ataupun peninggalan budaya pada masa Fir’aun. Keeksotikan objek wisata peninggalan masa Romawi ataupun Kristen Koptik juga sering dikunjungi oleh para pemeluk Nasrani dari berbagai belahan dunia. Kaum Muslim juga tidak sedikit yang berkunjung ke objek wisata sisa peninggalan kejayaan Islam di Republik Arab Mesir. Objek wisata dari masa modern juga sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara dan lintas agama. Objek daya tarik wisata sendiri terdiri atas tiga jenis yaitu alam, budaya, dan minat khusus. Wisata budaya juga dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sejarah, kuliner, dan karya (Djuaeni, 2005: 1623).
4
Mesir Selatan dan wilayah Sudan bagian utara.
3
Perjalanan industri destinasi wisata di Republik Arab Mesir ternyata tidak berlangsung tanpa hambatan sama sekali. Hambatan tersebut adalah pergolakan politik5. Efek dari pergolakan politik6 di bidang kebudayaan dan terlebih khusus sektor pariwisata jarang sekali dikupas oleh para peneliti. Fakta berbicara bahwa pergolakan politik yang terjadi di Timur Tengah telah berpengaruh pada industri destinasi wisata. Sejumlah objek wisata juga terkena dampak dari pergolakan politik tersebut. Beberapa contohnya adalah peristiwa perusakan peninggalan masa Mesopotamia di kota kuna Nineveh, Iraq yang dilakukan oleh tentara Amerika Serikat pada tahun 2003 saat agresi ke negeri yang beribu kota di Baghdad itu. Sejumlah benda purbakala yang sangat bernilai dalam dunia pendidikan dan wisata juga hilang dicuri dalam operasi penjatuhan rezim Saddam Hussein yang dilakukan Amerika Serikat pada bulan April tahun 2003. Beberapa pekan setelah Saddam jatuh peristiwa perusakan dan pencurian sempat terjadi di sejumlah instansi seperti halnya rumah sakit, perguruan tinggi, rumah seni, dan perpustakaan. Para ilmuwan dunia sangat kecewa dengan aksi tidak terpuji tersebut karena Iraq beserta museumnya sangat kaya terhadap koleksi dari zaman prasejarah, Babylonia, Assyria, hingga masa Islam. Koleksi museum di Iraq 5
Politik menurut al‐Bahansawi (1996: 23), al‐Barry dan Hadi (2000: 245), serta Tim Prima Pena (tt: 523) adalah sebuah ilmu tentang ketatanegaraan/ kenegaraan yang terkait dengan taktik pertahanan dan pemerolehan suatu kedudukan dalam pemerintahan negara. Hal tersebut tidak selamanya berlangsung lancar begitu saja, kadang naik dan turun. Keadaan tersebut dinamakan pergolakan. Politik, ketika bergolak dapat berdampak pada segala aspek seperti ekonomi, sosial, psikis, dan bahkan ranah keagamaan. 6
Menurut Ibn Khaldun, pergolakan politik termasuk bagian dari konflik yang selamanya ada dalam masyarakat karena kekuatan hewan yang ada dalam diri manusia merupakan pendorong untuk agresif (Affandi, 2004: 156).
4
bukan hanya berisi benda-benda peninggalan tempo dulu namun juga beragam hasil kesenian masa kini seperti lukisan yang keindahannya bahkan diakui oleh Amerika Serikat (Fletcher, 2012: 31). Menurut Ginanjar (2012: 103), sebuah museum wajib bernilai estetika dan tertata galerinya jadi jika kondisinya seperti yang terjadi di Museum Iraq niscaya wisatawan enggan untuk berkunjung ke tempat penyimpanan memorabilia tersebut. Cercaan dilemparkan kepada para serdadu Amerika Serikat yang tidak sanggup menjadi pemegang kendali Baghdad. Beberapa bangunan yang berpotensi di bidang keilmuan dan wisata namun telah terjarah antara lain Pusat Kesenian Saddam dan Perpustakaan Nasional. Barang-barang jarahan tersebut di kemudian hari banyak yang berada di beberapa negara tetangga hingga seluruh dunia (Jawa Pos 26 Nopember, 2009: 5). Contoh yang lain dan terbaru dari dampak pergolakan politik terhadap industri destinasi wisata adalah yang terjadi di Republik Arab Suriah. Kota Aleppo yang merupakan kota terbesar kedua di Republik Arab Suriah7 dan banyak tempat objek wisata budaya berada juga sempat menjadi korban dari pergolakan politik dalam negeri yaitu perusakan beberapa bangunan bersejarah oleh para pengunjuk rasa ataupun terkena tembakan. 7
Kota terbesar pertama adalah Damaskus yang merupakan ibu kota negara dan selanjutnya Aleppo dan Homs. Propinsi Homs selain terbesar ketiga juga paling strategis secara keletakan di antara kota‐kota lain di Suriah. Letak Kota Homs sendiri tidak jauh dari garis batas antara Suriah dengan Iraq maupun Lebanon. Kota ini berada di barat laut dari Damaskus (Jawa Pos 18 Januari, 2013: 13).
5
Menurut Handasah (2013: 23), salah satu objek wisata bersejarah yang rusak karena efek dari pergolakan politik di Aleppo, Suriah adalah Masjid Umayyah. Masjid tertua dan terbesar di Aleppo ini dibangun pada awal abad VIII. Objek wisata bersejarah lainnya adalah Pasar Terbuka yang telah berdiri sejak abad XV namun karena diterjang serangan peluru dari pasukan Suriah maka warisan budaya ini sekarang sudah tidak layak lagi. Keadaan tersebut secara otomatis pasti berdampak pada tourism destination industry yang salah satu objeknya berupa bangunan bersejarah. Banyak sektor kehidupan yang lumpuh ketika terjadi peristiwa pergolakan politik pada tahun 2011 di Republik Arab Mesir. Beberapa contohnya adalah kelumpuhan ekonomi, ketidakstabilan politik, kelumpuhan industri destinasi wisata, penghentian aktivitas pendidikan, dan kerawanan tindakan kriminal. Menurut Firmansyah (2012: 24), peristiwa fenomenal ini8 berakibat pada kerusakan properti publik dan gangguan terhadap ketertiban umum. Kedua hal itu berdampak pada industri destinasi wisata sehingga kasus tersebut dipandang penting untuk dibahas dalam tesis ini.
8
Pergolakan politik di Republik Arab Mesir yang terbaru terjadi ketika unjuk rasa besar‐besaran dalam usaha penggulingan Presiden Husni Mubarak pada Januari hingga Pebruari 2011. Peristiwa tersebut terkenal dengan nama Revolusi 25 Januari (Jawa Pos 3 Pebruari, 2013: 2). Penamaan tersebut disebabkan permulaan unjuk rasa dimulai pada tanggal 25 Januari 2011. Mubarak, pria kelahiran tahun 1928 itu mundur dari jabatan presiden pada tanggal 11 Pebruari 2011 (Jawa Pos 29 Desember, 2012: 3 dan Jawa Pos 14 Januari, 2013: 3). Keadaan politik Mesir sangat tidak stabil selama 18 hari tersebut. Sebanyak 360 orang meninggal dalam peristiwa pergolakan politik tersebut (Firmansyah, 2012: 24).
6
Tema tentang industri pariwisata dipilih karena pendapatan belanja negara tersebut yang terbesar berasal dari sektor ini. Hampir 70% penghasilan negara didapat dari industri pariwisata. Sektor industri pariwisata merupakan penyumbang terbesar devisa negara Republik Arab Mesir, bertutut-turut di bawahnya adalah ekspor gas dan minyak, pendapatan dari para pekerja di luar negeri, serta lalu lintas Terusan Suez (Perry, 2004: 11). Istilah industri pariwisata yang dimaksud dalam tesis ini adalah tourism destination (destinasi wisata). Pemilihan tema terkait industri destinasi wisata dikarenakan ada kekhasan tourism destination industry di Republik Arab Mesir. Menurut keterangan Sholeh (2008: 14), Kairo, ibu kota Republik Arab Mesir merupakan salah satu kota di dunia yang direkomendasikan untuk dikunjungi oleh para wisatawan mancanegara. Terdapat banyak objek wisata yang sulit ditemukan di tempat lain termasuk wisata kuliner, sesuatu yang paling dicari bagi para pecinta makanan. Faktor lain pemilihan tema tersebut adalah banyak terdapat perubahan pascapergolakan politik 2011 baik tingkat kunjungan wisatawan, kebijakan pemerintah, eksistensi benda materi, maupun perilaku pedagang cinderamata terkait destinasi wisata di Republik Arab Mesir.
7
Industri perjalanan pariwisata dan perhotelan di Republik Arab Mesir terkesan biasa saja dan masih banyak negara lain yang lebih unggul di dua sektor tersebut. Negara-negara yang dimaksud khususnya yang berada di kawasan Timur Tengah antara lain Kerajaan Arab Saudi, Kerajaan Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Negara Qatar. Perubahan perilaku pedagang cinderamata adalah hal yang penting untuk diketahui. Hal ini dikarenakan sebuah industri destinasi wisata dan juga seorang wisatawan adalah sumber perekonomian ataupun pemberi pundi-pundi dollar bagi para para pelaku tourism destination industry (Yoeti, 1999: 63). Sebuah industri destinasi wisata tidak dapat dilepaskan begitu saja dari faktor ekonomi. Menurut Taryati (1987: 49), dampak pariwisata terhadap sosial budaya masyarakat sekitar tidak sebesar pengaruh terhadap kegiatan ekonomi. Kegiatan yang berkutat pada aktivitas dagang atau komersial berupa suatu barang maupun jasa yang dapat ditawarkan kepada wisatawan adalah aktivitas utama masyarakat sekitar destinasi wisata. Tempat penelitian dipilih Republik Arab Mesir sebab negara ini adalah termasuk tujuan utama pariwisata di kawasan Timur Tengah dan dukungan penuh didapat dari pemerintah setempat. Hal tersebut berbeda dengan beberapa kebijakan pemerintahan negara tetangga seperti Kerajaan Arab Saudi yang sangat tertutup terhadap wisatawan mancanegara.
8
Pemilihan tema terkait pascapergolakan politik 2011 dilatarbelakangi karena terdapat indikasi bahwa setelah peristiwa bersejarah tersebut industri destinasi wisata di Republik Arab Mesir terganggu. Terdapat juga sebuah kekhawatiran dari para pelaku industri destinasi wisata di Republik Arab Mesir terhadap kemenangan Ikhwanul Muslimin9 pasca-Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif (Nopember 2011) dan eksekutif (Mei – Juni 2012). Alasan kekhawatiran tersebut dijelaskan pada empat alinea setelah ini. Faktor lain dari pemilihan tema tersebut adalah pascapergolakan politik 2011 terjadi sebuah perubahan signifikan terhadap sejumlah kebijakan di Republik Arab Mesir. Beberapa contoh perubahan tersebut adalah kebebasan berserikat, berpendapat, berkumpul, dan penggunaan simbol Islam dalam bermasyarakat. Data dan fakta tersebut dipandang perlu untuk diteliti, sangat menarik, dan penting. Perlu untuk diteliti karena dijelaskan beberapa objek wisata di Republik Arab Mesir baik alam maupun budaya yang mempunyai daya tarik wisatawan cukup tinggi maupun memiliki banyak nilai historis, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Menarik karena dipaparkan keadaan industri destinasi wisata di Republik Arab Mesir pascapergolakan politik 2011. Penting dikarenakan dampak 9
Ikhwanul Muslimin (IM) merupakan salah satu Gerakan Politik Islam (GPI) di Timur Tengah. Contoh lain dari GPI adalah Hizbullah di Lebanon dan Hamas (Harakah al‐Muqawwamah al‐ Islamiyyah) di Palestina (Alagha, 2006: 374). IM termasuk berpaham Islam Sunni (Patten C. et.al., 2007: 9). Berdasarkan keterangan dari Lewis (2010: xix), Republik Arab Mesir merupakan salah satu pusat konsentrasi aktivitis Islam militan. Negara lainnya adalah Republik Islam Iran, Republik Lebanon, Republik Iraq, dan Kerajaan Maroko (Commins, 1990: 4). IM sendiri pernah didukung oleh Inggris dalam hal penentangan ideologi Soviet (Dayyeh, 2010: 61). Seorang tokoh pembaharu yang terkenal dari kalangan IM adalah Yusuf Qardhawi (Qardhawi, 2001: 27). Posisi IM ketika Husni Mubarak masih berkuasa adalah sebagai oposisi (Wickham, 2003: iv).
9
pergolakan politik 2011 di Republik Arab Mesir masih berlanjut hingga beberapa waktu kemudian. Studi tentang industri pariwisata yang terkait dengan politik di Timur Tengah khususnya Republik Arab Mesir belum banyak dilakukan. Mayoritas penelitian yang ada di konsentrasi budaya Minat Kajian Timur Tengah Sekolah Pascasarjana UGM adalah tentang pemikiran para ahli ataupun tokoh di sejumlah negara kawasan. Belum banyak juga penelitian yang dilakukan terkait bidang budaya materi jadi jarang ditemukan referensi serupa. Banyak sekali kajian tentang pariwisata di Republik Arab Mesir yang diangkat oleh beberapa penulis terlebih berbahasa Inggris ataupun juga Arab. Pembahasan tentang pariwisata di Republik Arab Mesir dalam Bahasa Indonesia belum banyak dikupas mungkin hanya Muhlashon Jalaludin (2012) dengan bukunya Shocking Egypt saja. Pada buku tersebut hanya dibahas tentang gambaran objek-objek wisata di Republik Arab Mesir tidak sampai ke ranah politik terutama terkait dengan industri destinasi wisata. Dua perspektif yang berbeda yaitu insider dan outsider dijelaskan juga dalam tesis ini. Perspektif insider lebih difokuskan pada sikap kekhawatiran para pihak yang bergelut di bidang industri destinasi wisata Republik Arab Mesir setelah kemenangan Ikhwanul Muslimin pada Pemilu Legislatif (2011) dan Eksekutif (2012). Mereka khawatir bahwa industri destinasi wisata Republik Arab
10
Mesir akan anjlok. Hal tersebut disebabkan terdapat anggapan bahwa dengan kemenangan Hizb al-Huriyah wa al-‘Adalah (Partai Pembebasan dan Keadilan) atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan nama Freedom and Justice Party yang merupakan sayap politik dari Ikhwanul Muslimin akan menjadi hambatan bagi perkembangan industri destinasi wisata. Anggapan tersebut dapat dinilai wajar karena para khalayak sudah paham bahwa ideologi dari Ikhwanul Muslimin adalah Islam yang murni sehingga keberadaan mayoritas objek wisata budaya Republik Arab Mesir yang berasal dari masa sebelum Islam dikhawatirkan akan terjadi fase keanjlokan. Kelompok Islam selalu dipandang naif terkait industri wisata. Para pelaku industri pariwisata khawatir akan ada penganaktirian terhadap objek wisata budaya dari masa sebelum Islam dan yang dianakemaskan adalah peninggalan sejarah dari masa agama yang diajarkan Nabi Muhammad tersebut10. Kekhawatiran juga disebabkan rasa trauma terhadap kasus industri destinasi wisata di negara lain yang anjlok dikarenakan penguasa setempat tidak ada usaha pelestarian sama sekali.
10
Berdasarkan struktur organisasi yang ada di Kementerian Purbakala Republik Arab Mesir dapat diketahui bahwa objek bersejarah dibedakan menjadi dua yaitu masa kuna (termasuk peninggalan zaman Fir’aun serta Romawi) dan Islam.
11
Contoh kasus adalah Kerajaan Arab Saudi yang senantiasa tertutup terhadap objek wisata dari masa sebelum Islam lahir. Objek bersejarah yang berpotensi sebagai tempat wisata tersebut adalah al-Hijr, sebuah kota kuna di wilayah Kerajaan Arab Saudi. Terdapat pegunungan batu pasir yang dihiasi bunga mawar beserta nisan berukir di kota yang terletak di 320 km sebelah utara Kota Madinah al-Munawarah tersebut. Situs arkeologi11 Nabatean atau biasa dikenal dengan nama Madain Shalih yang berasal dari abad II SM juga tidak begitu diketahui oleh para arkeolog ataupun pelaku industri pariwisata luar negeri. Kerajaan yang sangat konservatif ini tidak ingin pihak asing tahu bahwa terdapat peradaban kuna sebelum Islam lahir pada abad VII. Mereka hanya ingin dunia paham bahwa wilayah Kerajaan Arab Saudi hanya didominasi oleh peradaban Islam. Terdapat 111 makam dalam situs seluas 15 km2 ini dan kebanyakan berhiaskan gambar gua dan prasasti sebelum masa Nabatean. Sebuah bukit padang pasir yang dikepras serta dibentuk dua buah pintu masuk lengkap dengan ukiran di atasnya adalah objek wisata andalan dari Madain Shalih (Khaliil, 2003: 216). Tinggalan bersejarah lain dari situs Nabatean atau Madain Shalih adalah sumur yang dibuat dengan teknologi tinggi sebagai bentuk keluhuran ilmu hidrolik dan arsitektur pada masa itu. Kawasan cagar buadaya ini terakhir kali digunakan pada abad pertama masehi (Gelbart, 2012: 48 – 49). Kekayaan budaya tanpa kepedulian pemerintah itulah 11
Arkeologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari peninggalan‐peninggalan masa lalu dengan tujuan untuk merekonstruksi kehidupan manusianya (Subroto, tt: 2).
12
yang juga dikhawatirkan oleh para pelaku industri destinasi wisata di Republik Arab Mesir12. Alasan berikutnya adalah kekhawatiran terhadap kemunculan kelompok Muslim Garis Keras13 yang tidak sepakat dengan keberadaan objek wisata budaya baik dari masa sebelum Islam maupun modern14. Mereka beranggapan bahwa beberapa objek wisata tersebut terdapat benda pengkultusan yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam ataupun kental aroma kemaksiatan. Rasa trauma tersebut dapat dikatakan wajar apabila berkaca pada kasus perusakan objek wisata patung Budha di Afghanistan yang dirusak oleh kelompok Taliban dengan alasan benda itu adalah berhala yang merupakan bentuk penyekutuan Allah SWT jadi harus dimusnahkan. Hal yang sama juga terjadi di Mali. Situs warisan budaya dunia yang telah tercatat di Lembaga Pendidikan, Penelitian, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) seperti Syaikh Usman al-Kabir, Syaikh Nuh, dan Syaikh Muhammad Fulani Macina dirusak oleh kelompok Islam garis keras yang bernama Ansar Dine. Mereka beralasan bahwa makam-makam tersebut merupakan bentuk penyembahan yang tidak dibenarkan oleh agama
12
Berdasarkan hasil wawancara dengan Fatimah al‐Jimal, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kementerian Pariwisata Republik Arab Mesir pada tanggal 9 September 2012. 13 Kelompok Muslim Garis Keras ini sering identik dengan Jama’ah Salafi namun ada juga yang beraliran moderat dengan bergabung dalam wadah Hizb al‐Nur (Partai Cahaya). Salafi dalam Hizb al‐Nur disebut moderat karena setuju dengan konsep demokrasi yang cenderung banyak dipengaruhi oleh sistem Barat. 14 Objek wisata sebelum masa Islam seperti halnya peninggalan zaman Fir’aun dan Romawi. Tempat wisata budaya modern contohnya adalah objek yang terdapat di Pantai Sharm al‐Syaikh. Pantai ini identik dengan suasana budaya Barat.
13
padahal tindakan Ansar Dine itu berakibat pada kepunahan sejarah peradaban Islam di Afrika (Firmansyah, 2012: 7). Akibat dari kebrutalan kelompok Muslim Garis Keras yang tidak setuju dengan objek wisata yang menurut mereka berbau kemaksiatan dapat dilihat pada kasus yang terjadi di Republik Indonesia yaitu Bom Bali I dan II pada tahun 2002. Beberapa contoh kasus tersebut merupakan pembanding dengan gejala serupa yang terjadi di Republik Arab Mesir. Alasan kekhawatiran terakhir dari para pihak yang bergelut di bidang industri destinasi wisata Republik Arab Mesir terhadap kemenangan Ikhwanul Muslimin adalah kemungkinan ada peraturan yang tidak berpihak kepada mereka baik yang dikeluarkan oleh eksekutif maupun legislatif. Menurut keterangan dari Firmansyah (2012: 24), Republik Arab Mesir telah dipimpin dari kalangan Ikhwanul Muslimin namun sentimen politik dari kelompok liberal masih ada. Hal inilah yang menjadi lahan permainan kepentingan elit politik termasuk dalam bidang industri destinasi wisata. Fakta berbicara bahwa dominasi bayangan rezim lama (Mubarak) dalam pemerintahan sipil yang baru (Mursi) masih ada jadi masih rentan terjadi berbagai gesekan (Firmansyah, 2012: 20). Silang sengkarut kebijakan masih senantiasa terjadi pada pemerintahan sipil yang baru pertama ada
14
di Republik Arab Mesir ini setelah sebelumnya selama 59 tahun Negeri Cleopatra tersebut dipimpin oleh rezim militer15. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, baik dari Kementerian Pariwisata maupun Kementerian Purbakala Republik Arab Mesir mayoritas masih diisi oleh para loyalis Presiden Mesir sebelumnya yaitu Husni Mubarak jadi dikhawatirkan akan ada sebuah politik balas dendam ataupun kebijakan berat sebelah dari pihak berkuasa yang didominasi oleh musuh mereka yaitu Ikhwanul Muslimin16. Kelompok Ikhwanul Muslimin yang selama ini dikenal sebagai pendukung Mursi secara terang-terangan ditentang oleh para loyalis Mubarak (Kisihandi, 2012: 7 dan Firmansyah, 2013: 20).
15
Para oposisi pemerintah dipayungi oleh sebuah wadah yang bernama Front Penyelamat Nasional (SNF) (Kisihandi, 2013: 19). Muhammad Mursi sendiri dilantik menjadi kepala negara pada tanggal 30 Juni 2012 (Jawa Pos 16 Januari, 2013: 3). Contoh lain gesekan dalam penentuan kebijakan antara orang lama dan baru di Republik Arab Mesir adalah kasus pembubaran parlemen yang dilakukan oleh al‐Mahkamah al‐Dusturiyyah al‐‘Ulya (Mahkamah Konstitusi Agung)15 pasca‐Pemilu 2011. Lembaga peradilan tersebut didominasi oleh para hakim yang berafiliasi pada mantan Presiden Husni Mubarak (Jawa Pos 19 Pebruari, 2013: 14). Parlemen di Republik Arab Mesir lebih dikenal dengan nama Majelis Rendah atau Dewan Perwakilan Rakyat (Firmansyah, 2013: 8). 16
Dalam 100 hari pemerintahan, Mursi selalu dihadapkan berbagai persoalan baik dalam maupun luar negeri. Masalah luar negeri contohnya adalah konflik di Suriah dan Palestina. Permasalahan Suriah sempat juga diperbincangkan di Kantor Liga Arab, Kairo (Republika 31 Agustus, 2012: 1; Maharani, 2012: 1; dan Firmansyah, 2012: 24). Prestasi Mursi pada awal pemerintahan antara lain adalah pembukaan Rafah yang merupakan pintu masuk Palestina dari arah Republik Arab Mesir (Kisihandi, 2012: 23). Hambatan dalam pemerintahan awal Mursi yang datang dari dalam negeri adalah krisis terkait dekrit presiden (Jawa Pos 7 Desember, 2012: 18).
15
Perspektif kedua adalah outsider. Persepsi baru terhadap Republik Arab Mesir pascapergolakan politik 2011 berdasarkan kacamata pihak asing ditekankan dalam perspektif ini. Perspektif tersebut didasarkan pada kondisi Republik Arab Mesir pascapergolakan politik 2011 beserta segala konsekuensinya termasuk dalam bidang industri destinasi wisata Pengungkapan sebuah perspektif dan penyorotan perspektif lain merupakan sebuah bentuk penegasian fakta kontradiktif. Data dan fakta objektif muncul dari penegasian ini.
1.1.2
Pertanyaan Penelitian Moleong (1989: 67) berpendapat bahwa sewaktu akan dimulai tentang
pemikiran suatu penelitian, maka sudah harus dipikirkan dan dirumuskan dengan jelas, sederhana, dan tuntas. Dengan demikian perlu ada sebuah penelitian. Dari hal tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: A. Bagaimana kondisi industri pariwisata Republik Arab Mesir ditinjau dari Sapta Pesona Wisata? B. Bagaimana deskripsi destinasi wisata Republik Arab Mesir serta kondisi sebelum dan sesudah pergolakan politik 2011? C. Berapa besar kerugian industri destinasi wisata Republik Arab Mesir dan apa penyebab penurunan pengunjung pascapergolakan politik 2011?
16
D. Bagaimana kebijakan Ikhwanul Muslimin terhadap industri pariwisata Republik Arab Mesir?
1.1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ada empat hal yaitu: A. Mengetahui kondisi industri pariwisata Republik Arab Mesir ditinjau dari Sapta Pesona Wisata. B. Mengetahui deskripsi destinasi wisata Republik Arab Mesir serta kondisi sebelum dan sesudah pergolakan politik 2011. C. Mengetahui besar kerugian industri destinasi wisata Republik Arab Mesir dan penyebab penurunan pengunjung pascapergolakan politik 2011. D. Mengetahui kebijakan Ikhwanul Muslimin terhadap industri pariwisata Republik Arab Mesir.
1.1.4
Manfaat Penelitian Terdapat dua manfaat dari hasil penelitian ini yaitu teoritis dan praktis.
Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pembangunan bangsa serta negara khususnya dalam pengkajian budaya dan politik Timur Tengah. Manfaat praktis dari tesis ini adalah dalam hal pemberian
17
masukan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Republik Arab Mesir bahwa pergolakan politik berdampak bagi eksistensi industri destinasi wisata.
1.1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya dibatasi pada wilayah administratif dari Republik
Arab Mesir. Hal ini dilatarbelakangi karena Republik Arab Mesir merupakan negara yang paling menjadi prioritas bagi para wisatawan untuk berkunjung di antara negara-negara lain di Timur Tengah. Alasan berikutnya adalah Republik Arab Mesir merupakan negara yang paling strategis secara keletakan di antara negara-negara di Afrika maupun Timur Tengah karena sebagai jembatan antara Benua Afrika, Eropa, dan Asia. Hal tersebut secara pasti berdampak pada daya tarik wisatawan mancanegara untuk datang ke Republik Arab Mesir. Wilayah administratif Republik Arab Mesir dibatasi oleh Republik Rakyat Sosialis Arab Libya Raya di sebelah barat, Republik Sudan di sisi selatan, Laut Tengah di bagian utara, dan Laut Merah, Teluk Aqabah, Negara Israel, serta Jalur Gaza yang merupakan bagian dari Teritorial Palestina di bagian timur. Negara ini terletak di timur laut Benua Afrika beserta Semenanjung Sinai pada bagian barat daya Benua Asia (Sholeh, 2006: 1). Menurut catatan Roy Cole, luas wilayah Republik Arab Mesir adalah 386.660 mil2. Pada tahun 2006 terhitung
18
berpenduduk sebanyak 75,4 juta orang dengan kepadatan 195 / mil2. Jumlah tersebut adalah yang terbanyak di antara negara-negara Arab lainnya. Setidaknya 22,6% masyarakat negara-negara Arab tinggal di Republik Arab Mesir (al-Khafaf dan al-Mumini, 2010: 22 – 23). Sebanyak 43% dari jumlah total penduduk Republik Arab Mesir tinggal di wilayah perkotaan. Seluruh wilayah dataran banjir Sungai Nil dan sebagian di daerah Mata Air Siwa, barat Kairo dapat diolah tanahnya di sektor pertanian (Fakhry, 2005: 25). Pendapatan per kapita tiap tahun tercatat sebesar US$ 4.400. Data yang dimiliki oleh Bank Dunia berkata lain bahwa pendapatan per kapita Republik Arab Mesir pada tahun 2002 adalah sebesar USD 1.470 (World Bank, 2005: 56). Kurun waktu dalam penelitian ini dibatasi dari 1 Januari 2010 – 31 Januari 2013. Hal ini disebabkan titik sentral dalam penelitian tesis ini terletak pada pergolakan politik 2011 atau yang lebih terkenal dengan nama Revolusi 25 Januari, jadi juga diperlukan data sebelum terjadi peristiwa tersebut. Batas awal waktu penelitian ditentukan pada 1 Januari 2010 karena merupakan satu tahun sebelum pergolakan politik terjadi dan seimbang atau tidak terlalu berat sebelah apabila garis temporal riset bertitik tolak pada 25 Januari 2011 dengan asumsi bahwa akhir margin waktu penelitian pada 31 Januari 2013. Angka kedatangan wisatawan pada tempo tersebut (1 Januari 2010 hingga 31 Januari 2013) cukup tinggi dan terdapat penurunan drastis setelahnya. Akhir pembatasan waktu penelitian pada 31 Januari 2013 disebabkan selain karena cukup seimbang dengan
19
garis temporal riset juga dilatarbelakangi data yang tersedia terakhir diperoleh pada bulan itu serta masih banyak fakta seputar industri destinasi wisata pascapergolakan politik 2011. Kurun waktu data angka kedatangan wisatawan dibatasi pada tanggal 1 Januari 2010 hingga 31 Desember 2011 dikarenakan keterbatasan ketersediaan data yang didapatkan. Pergolakan politik yang terjadi di Republik Arab Mesir tercatat tidak hanya di satu tempat ataupun juga dengan kasus seragam pada tempo yang sama. Pada tesis ini yang dimaksud dengan istilah pergolakan politik 2011 dibatasi hanya terhadap kasus yang terjadi pada tanggal 25 Januari – 11 Pebruari 2011. Alasannya adalah pada peristiwa tersebut telah terjadi banyak perubahan signifikan pada internal Republik Arab Mesir termasuk yang berhubungan pada industri destinasi wisata. Pergolakan politik di Republik Arab Mesir sendiri pada 2011 hingga pertengahan 2012 juga terjadi di Semenanjung Sinai17.
17
Wilayah yang pernah dikuasai oleh Israel tersebut berjarak 545 km dari timur Kairo (Sholeh, 2005: 23). Pergolakan politik tersebut ditandai dengan sejumlah peristiwa kontak senjata antara militer Republik Arab Mesir dengan kelompok separatis Sinai bahkan juga sempat ada isu bahwa semenanjung yang masuk ke Benua Asia tersebut ingin direbut oleh Palestina (Jalur Gaza) namun hal itu hanya isu belaka yang merupakan bentuk provokasi terhadap hubungan baik antara Teritorial Palestina dengan pemerintah Negeri Kinanah tersebut. Isu ini dibantah oleh Komandan Brigade al‐Qasam, militer Hamas sekaligus berterima kasih kepada pemerintahan Muhammad Mursi atas pembukaan Rafah (perbatasan antara Republik Arab Mesir dengan Jalur Gaza Palestina) setelah selama rezim Husni Mubarak pintu masuk ke wilayah yang diduduki oleh Israel tersebut ditutup (Maradona, 2012: 11). Pembukaan Rafah merupakan penanda bahwa hubungan antara Republik Arab Mesir dengan Otoritas Palestina tidak ada gangguan sama sekali.
20
1.2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
1.2.1
Tinjauan Pustaka Dalam suatu penelitian, telaah pustaka dihadirkan untuk mengetahui
sejauh mana objek penelitian yang akan diteliti sudah pernah dibahas oleh peneliti lain. Buku yang ditulis oleh Setiawati (2010) dengan judul Mekanisme Consociational dalam Penyelesaian Konflik Internal Lebanon dapat dijadikan tinjauan pustaka. Persamaan dengan penelitian ini adalah dalam buku tersebut disebutkan bahwa pergolakan politik dapat berdampak di bidang sosial dan keagamaan. Perbedaaannya adalah tidak dijelaskan tentang keadaan industri pariwisata Lebanon ketika terjadi konflik internal. Buku yang diterbitkan oleh Kementerian Pariwisata Republik Arab Mesir (2012) dengan judul Khuthat Tahrik Sari’at li Isti’adat al-Harakat al-Siyahat li Mishri ba’da 25 Yanayir 2011 dapat dijadikan tinjauan pustaka. Diuraikan secara lengkap dan detail tentang keadaan industri pariwisata di Republik Arab Mesir terutama data wisatawan mulai sebelum hingga sesudah pergolakan politik 2011. Uraian mengenai negara asal wisatawan mancanegara juga dijelaskan dengan rinci. Pustaka ini dijadikan tinjauan dan acuan dalam penjelasan di Bab IV. Penelitian secara mendalam dilakukan dalam tesis ini yang tentu saja lebih fokus daripada buku yang diterbitkan oleh Kementerian Pariwisata Republik Arab Mesir tersebut. Perbedaan ada pada bahasan industri destinasi wisata pascapergolakan
21
politik 2011 jadi tidak hanya penurunan pengunjung seperti dalam buku Khuthat Tahrik Sari’at li Isti’adat al-Harakat al-Siyahat li Mishri ba’da 25 Yanayir 2011. Urgensi dari penelitian tesis ini adalah pembahasan tentang industri destinasi wisata yang terkait dengan peritiwa pergolakan politik 2011. Industri pariwisata sendiri terdapat tiga jenis yaitu tourism travel (industri perjalanan pariwisata), tourism destination (industri destinasi wisata), dan tourism hotel (industri perhotelan pariwisata). Posisi peneliti apabila dibandingkan dengan kedua buku yang dijadikan tinjauan pustaka tersebut adalah berada di titik mainstream atau melawan arus. Diberikan pemaparan atau pendapat lain dibandingkan kedua buku tersebut. Pendapat lain tersebut nantinya mengarah pada keadaan sebuah industri pariwisata yang terpengaruh pergolakan politik. Hal ini berbeda dengan buku yang ditulis oleh Siti Mutiah Setiawati (2010) yang bertitik tolak pada keadaan sosial dan keagamaan pascapergolakan politik di Lebanon. Pendapat lain yang mainstream jika dibandingkan dengan buku tinjauan pustaka adalah ada sebuah kekhawatiran dari pihak tertentu, penurunan pengunjung, kerusakan sejumlah objek wisata karena perbedaan prinsip ataupun ketidakbertajian polisi, dan perubahan perilaku pedagang cinderamata pascapergolakan politik. Hal ini tentu berbeda apabila dibandingkan dengan buku yang ditulis oleh Kementerian Pariwisata Republik Arab Mesir (2012) yang hanya terfokus pada penurunan wisatawan saja.
22
1.2.2
Landasan Teori Kerangka pikir merupakan gagasan yang mendasari upaya menjawab
pertanyaan penelitian, sehingga dapat berupa teori yang pernah ada, rumusan konsep, maupun logika penelitian. Teori diperlukan untuk pegangan pokok secara garis besar dalam penelitian. Jika dihubungkan dengan data, maka teori dapat disusun dari sejumlah data yang ada dalam suatu sistem pemikiran tertentu, tetapi suatu teori belum tentu dinyatakan benar walaupun telah didukung oleh sejumlah data. Terkait dengan hal itu, maka teori menjadi pangkal dari pengujian suatu hipotesis. Terkait dengan hipotesis, teori menjadi tonggak awal suatu hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya (Narbuko dan Achmadi, 2009: 28). Penelitian uji hipotesis seperti itu didasarkan pada proses penalaran deduktif. Dalam penelitian, teori juga dapat memberikan arahan pada proses penelitian, baik dalam hal pengumpulan data, analisis, maupun penyimpulannya. Pengumpulan data adalah proses yang dilakukan setelah permasalahan penelitian selesai dirumuskan. Selanjutnya, data akan diolah dengan cara analisis tertentu untuk dapat melihat hubungan antardata yang dapat diambil sebagai kesimpulan penelitian untuk mendukung apakah dugaan awal tadi benar atau tidak. Penelitian seperti ini menggunakan proses penalaran induktif. Cara penalaran tersebut (induktif) digunakan dalam penelitian ini. Sebuah teori, aplikasi, dan metodologi di masing-masing negara berbeda namun pada dasarnya sangat bermanfaat bagi sebuah bangsa yang sedang berkembang (Koentjaraningrat, 2007a: 1 – 2).
23
Teori Manners dan Kaplan (2002: 77) juga dapat digunakan sebagai landasan pemikiran dalam tesis ini. Mereka berpendapat bahwa sebuah organisme dalam suatu sistem sosial bagian-bagiannya tidak hanya saling berhubungan saja namun juga terdapat peran dalam hal stabilitas, pemeliharaan, dan kelestarian organisme itu sendiri. Hubungan antar unsur dimiliki oleh sebuah organisme yaitu antara lain hubungan fungsional, integrasi unsur kebudayaan, dan relasi seperti makhluk hidup. Kesemuanya terdapat dalam bidang pariwisata. Industri destinasi wisata yang merupakan bagian dari sistem sosial juga begitu yaitu seluruh elemen di dalamnya tidak hanya saling terkait tapi ada andil dalam stabilitas, kelestarian, dan pemeliharaan tourism industry tersebut. Industri destinasi wisata merupakan organisme dalam suatu sistem sosial. Bagian-bagian dari industri destinasi wisata (organisme) dalam kasus ini tidak terdapat sebuah kesinambungan yang berperan dalam stabilitas, kelestarian, dan pemeliharaan karena ada sebuah pergolakan politik di sana. Sistem organisasi sosial yang termasuk di dalamnya industri destinasi wisata menurut Sutrisno dan Hendar Putranto (2005: 29) termasuk elemen dari teori evolusi dalam kebudayaan18. Pengertian dari evolusi adalah perubahan dengan tahapan yang lambat.
18
Tiga poin penting dari teori evolusi kebudayaan antara lain: • Teknologi Pakar yang berpendapat tentang ini adalah Thomsen (1836). Zaman prasejarah dibagi menjadi tiga yaitu stone age (zaman batu), bronze age (zaman perunggu), dan iron age (zaman besi). Ahli yang lain adalah Lubbock (1865), seorang pembagi zaman batu menjadi paleolithic (batu tua), mesolitihc (batu madya), neolithic (batu muda), bronze age, dan iron age. • Subsistensi
24
Stabilitas, kelestarian, dan pemeliharaan terhadap industri destinasi wisata sangat dibutuhkan jika tidak maka wisatawan akan kecewa dan berdampak pada objek daya tarik wisata tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kozak yang dikutip dalam Purwaningsih (2012: 32) bahwa kepuasan atau ketidakpuasan wisatawan sangat berpengaruh terhadap kunjungan tourist pada masa yang akan datang.
•
Ahlinya adalah Hobhouse et al. (1915). Cara pemenuhan kebutuhan hidup manusia diklasifikasikan sebagai berikut lower hunters (pemburu tingkat rendah), higher hunters (pemburu tingkat tinggi), lower pastoralist (pedesaan tingkat rendah), higher pastoralist (pedesaan tingkat tinggi), incipient agriculture (pertanian tahap awal), pure agriculture (pertanian murni), dan higher agriculture (pertanian tingkat tinggi). Pembagian menurut Lenski (1966) seperti ini hunting‐gathering (berburu‐berkumpul), simple horticulture (hortikultura sederhana), advance horticulture (hortikultura tingkat atas), simple agrarian (bertani sederhana), advance agrarian (bertani tingkat atas), fishing (perikanan), simple herding (berkumpul sederhana), dan industrial (perindustrian). Organisasi Sosial Tokoh yang terkenal adalah Morgan dan Taylor yang berteori mengenai savagery (aktivitas berburu), barbarism (pengenalan logam), dan civilization (tulisan berkembang) seperti yang telah disebutkan di atas. Berikutnya adalah pembagian menurut Fried (1967) yaitu egalitarian (persamaan), rank (urutan), stratified (bertingkat), dan state (negara). Pengklasifikasian menurut pendapat Service (1962) adalah bands (kelompok), tribes (keluarga), chiefdoms (kota), states (negara), dan empire (dinasti) (Sutrisno dan Putranto, 2005: 29). Kegiatan taksonomi dalam kebudayaan seperti telah tersebut di atas bagaikan aktivitas pencari kupu‐kupu yaitu sama‐sama terdapat pengklasifikasian (Koentjaraningrat, 2007b: 8).
25
Pisau
analisis
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
fungsionalisme19. Pemahaman eksistensi dan karakter sosial melalui perbandingan dengan cara kerja organisme biologis. Sebuah organisme biologis bermakna sesuatu entitas hidup yang eksistensi dan kesehatannya tergantung pada semua organ-organ yang bekerja dengan baik. Contohnya adalah dalam tubuh manusia semua organ bekerja saling tergantung satu sama lain. Kerja otak tergantung pada kerja paru-paru yang juga berhubungan dengan kerja jantung. Keberlangsungan sebuah industri destinasi wisata tergantung pada keamanan objek yang berhubungan dengan kenyamanan suasana. Sutardi (2007: 3) berpendapat bahwa budaya sebagai alat akan bersifat conditioning artinya adalah pemberi batas terhadap sejumlah aktifitas manusia. Pergolakan politik sebagai bagian dari produk budaya ternyata juga menjadi faktor pembatas bagi kelangsungan hidup sebuah industri destinasi wisata.
19
Pendekatan fungsional dalam antropologi dikembangkan lebih lanjut oleh dua orang sarjana Inggris yang pernah hidup sezaman kala itu yaitu Radcliffe‐Brown dan Malinowski. Radcliffe‐Brown menyusun etnografi tentang kebudayaan penduduk Kepulauan Andaman berjudul The Andaman Islanders (1922) yang sangat miskin. Contribution of knowledgenya dalam etnografi ini adalah deskripsinya yang mendalam meskipun data tanya tidak begitu lengkap tentang masyarakat kepulauan itu dengan paradigma fungsional yaitu berbagai upacara agama dikaitkan dengan mitologi atau dongeng‐dongeng suci yang bersangkutan, pengaruh, dan efeknya terhadap struktur hubungan antara warga dalam suatu komunitas Desa Andaman yang kecil menjadi tampak jelas (Koenjtaraningrat, 2007, 175).
26
Pada hakikatnya industri destinasi wisata juga termasuk dalam salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yaitu organisasi sosial. Unsur kebudayaan yang lain adalah bahasa, sistem pengetahuan, sistem religi, mata pencaharian, peralatan hidup dan teknologi, serta kesenian (Koentjaraningrat, 1979: 218 dan Tanudirjo, 2006: 5 – 6). Beberapa unsur kebudayaan yang lain seperti mata pencaharian, kesenian, bahasa, dan sistem pengetahuan juga dapat dijumpai dalam sebuah industri destinasi wisata. Dilihat dari fakta tersebut maka menjadi sebuah hal yang wajar jika industri destinasi wisata adalah bagian dari kebudayaan. Rumus baku metode ilmiah menurut Ahmad Tafsir (2007: 24) adalah logico-hypothetico-verificatif. Artinya adalah buktikan bahwa itu logis, tarik hipotesis, dan ajukan bukti empiris. Istilah logico dalam rumus tersebut adalah logis dalam arti rasional. Pada hakikatnya cara kerja budaya sebagai sain adalah kerja pencarian hubungan sebab akibat atau pula penggalian pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar sain adalah tidak ada kejadian tanpa sebab. Suatu asumsi dapat dikatakan benar apabila hubungan rasional dimiliki oleh relasi sebab akibat. Penelitian ini lebih tepatnya berumuskan logico-verivicatif karena tidak terdapat hipotesis di dalamnya. Paradigma sangat diperlukan dalam sebuah penelitian ilmu-ilmu sosial humaniora. Pengertian dari paradigma adalah satuan konsep yang terkait satu sama lain dan secara logis sebuah kerangka pemikiran pada akhirnya terbentuk (Ahimsa-Putra, 2009: 1). Ahimsa-Putra (2009: 27 – 28) juga berpendapat bahwa
27
paradigma dapat diartikan dengan istilah pendekatan. Paradigma yang digunakan dalam tesis ini adalah paradigma kausalitas (sebab akibat). Faktor threat (ancaman) dan support (dukungan) adalah bagian dari paradigma yang terkait dengan industri destinasi wisata. Kebijakan pemerintah maupun aspek ekonomi dapat dihubungkan dengan paradigma tesis ini. Menurut Sugono, dkk. (2008: 553), industri adalah kegiatan pemprosesan atau pengolahan barang dengan penggunaan sarana dan peralatan. Pengertian industri dalam pariwisata tidak dapat diartikan sama persis dengan pendapat Sugono tadi. Kata industri dalam industri pariwisata artinya adalah sebuah rangkaian jasa orang yang tidak hanya memiliki segi-segi ekonomis namun juga bersifat sosial, alamiah, dan psikologis (Radiawan dan Purna, 1991: 30). Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara20. Pengertian wisata menurut Kodhyat (1996: 3) adalah sebuah perjalanan dalam rangka pemenuhan rasa ingin tahu untuk keperluan yang bersifat edukatif dan rekreatif. Pengertian Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah21. Menurut Da’bas (2001: 13), seorang Guru Besar Antropologi Ekonomi Republik Arab 20 21
Undang‐Undang (UU) No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 1 ayat 1. UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 1 ayat 3.
28
Mesir pengertian pariwisata adalah kegiatan bepergian seseorang dari tempat satu ke tempat yang lain dalam selang waktu sementara dan bukan dalam rangka bekerja di tempat yang dikunjungi tersebut. Pariwisata menurut Suwantoro (2004: 3) adalah sebuah proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Faktor pendorong kepergian orang tersebut adalah karena sejumlah kepentingan baik ekonomi, kebudayaan, sosial, politik, agama, kesehatan, sekedar ingin tahu, belajar, ataupun menambah pengalaman. Kegiatan pariwisata dilakukan oleh manusia dalam rangka pemenuhan salah satu dari tujuh kebutuhan pokok hidup22 yaitu relaxation. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang
dan/atau
jasa
bagi
pemenuhan
kebutuhan
wisatawan
dalam
penyelenggaraan pariwisata23. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Sugono, dkk., 2008: 494), pergolakan adalah keadaan yang tidak tenang (dapat berupa huru-hara) dan berakibat pada kekeruhan dalam ranah politik. Frase pergolakan politik adalah sebuah penegasan tentang kekacauan dalam ranah politik dikarenakan istilah pergolakan sendiri sudah terkandung makna terkait politik. Bahasa politik Islam juga mengenal istilah pergolakan politik dengan nama mudhaharat siyasiyat (Djuaeni, 2005: 583). Istilah revolusi artinya adalah perubahan mendasar pada suatu hal, biasanya tentang ketatanegaraan yang terkait dengan kondisi sosial ataupun pemerintahan 22
Tujuh kebutuhan pokok manusia adalah reproduction (berkembang biak), nutrition (pemenuhan gizi), safety (keamanan), bodily comfort (kenyamanan tubuh), movement (pergerakan), growth (pertumbuhan), dan relaxation (perenggangan) (Endraswara, 2009: 29). 23 UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 1 ayat 9.
29
dengan cara kekerasan dan umumnya diwarnai kontak senjata (Sugono, dkk., 2008: 1206). Revolusi juga dapat diartikan sebagai perubahan secara cepat yang merupakan lawan kata dari evolusi (perubahan dengan tahapan yang lambat).
1.3
METODE PENELITIAN
Pengertian metode menurut Tanudirjo (2007: 1) adalah tata cara untuk mendapatkan informasi / data atau melaksanakan suatu penelitian pada suatu kasus. Penelitian tesis ini terdapat dua metode yaitu metode penelitian lapangan dan literatur.
1.3.1
Metode Penelitian Lapangan
1. Metode pemilihan lokasi. Tempat atau lokasi penelitian akan ditentukan dengan cara survei lapangan kemudian akan diketahui objek mana saja yang dipilih. 2. Metode pengambilan sampel. Pengambilan sampel akan dilakukan setelah survei lapangan selesai dikerjakan baru kemudian ditentukan secara acak, terstrata, ataupun dengan metode sensus. Data pada akhirnya ditentukan secara acak. Alasan pengambilan sampel secara acak adalah tidak semua propinsi di Republik Arab Mesir terdapat objek wisata yang cukup terkenal di kalangan wisatawan mancanegara sehingga metode terstrata
30
tidak digunakan. Metode sensus tidak digunakan dalam pengambilan sampel karena keterbatasan waktu dan biaya. Sampel yang dijadikan objek penelitian dan telah dikunjungi antara lain Pantai Syarm al-Syakih, Pantai Alexandria, Sungai Nil, Piramida Giza, Museum Tahrir, Terusan Suez, Pasar Khan Khalili, Kawasan Saint Catherine, Gereja Gantung, Masjid Amr ibn Ash, Kawasan Kairo Lama, Benteng Shalah al-Din al-Ayyubi, Kawasan Heliopolis, Perpustakaan Alexandria, dan Perpustakaan Pusat Universitas Kairo. 3. Metode wawancara. Pengambilan data melalui proses wawancara diperlukan dalam penelitian ini. Narasumber yang diwawancarai bukan sembarang orang namun pihak yang berkompeten dan dapat dipercaya dalam bidang terkait dengan tema (Endraswara, 2009: 225). 4. Variabel lapangan yang digunakan. Data yang dikumpulkan ataupun variabelnya harus diuraikan secara jelas parameternya. Diharuskan ada kenormalan data supaya tidak terjadi bias dan salah sasaran pada parameternya (Walpole, 1997: 428). Variabel dalam penelitian ini adalah industri destinasi wisata. Parameternya adalah kegiatan pemanfaatan objek baik alam maupun budaya, berupa kesatuan atau kelompok, mempunyai gaya khas, memiliki unsur bersenang-senang, dan dinilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, serta kebudayaan. Data industri destinasi wisata dan perekonomian Republik Arab Mesir diperlukan dalam tesis ini.
31
5. Metode analisis data lapangan. Saat proses analisis data juga digunakan program atau perangkat lunak komputer yang bernama Microsoft Excel yang dapat dimanfaatkan dalam pengolahan dan penghitungan data penelitian. Sebagian yang lain menggunakan hitungan statistika manual. 6. Metode penyajian data. Penelitian lapangan butuh sebuah penyajian data sesuai dengan standar yang digunakan. Beberapa unsur seperti kemutakhiran, standar (nasional maupun internasional), akurasi, dan presisi diperlukan dalam penyajian data ini.
1.3.2
Metode Penelitian Literatur Pada bagian ini meliputi metode pengumpulan, analisis, dan penyajian
data. Rujukan literatur yang ada kemudian disinergikan dengan pokok persoalan atau permasalahan yang diajukan. Hal ini merupakan data sekunder. Data primer adalah yang diperoleh langsung di lapangan (Harimurti, 2011: 12). Surat kabar yang terkenal di Republik Arab Mesir seperti al-Ahram (Jawa Pos 17 Januari, 2013: 3) dan al-Hurriyah al-‘Adaalah maupun lokal Indonesia sangat diperlukan dalam studi literatur ini. Pada dasarnya studi literatur berguna dalam hal pelengkap, pendukung, dan penguat data penelitian. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Digunakan metode kuantitatif juga disebabkan terdapat data berbentuk numeric yang harus dianalisis yaitu tentang angka kedatangan
32
wisatawan dan besar kerugian akibat penurunan pengunjung objek wisata. Data angka tentang kedatangan wisatawan tersebut terdapat fenomena kenaikan dan penurunan. Penggunaan dua metode penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif dapat diterapkan dalam sebuah penelitian tesis namun jarang dijumpai. 1.4 SISTEMATIKA PEMBAHASAN Pada tesis ini terdiri atas lima bab yang tercakup juga beberapa sub bab. Berikut sistematika pembahasan dalam thesis ini. Bab pertama terdiri atas empat sub bab antara lain latar belakang (permasalahan, pertanyaan penelitian, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian), tinjauan pustaka beserta landasan teori, metode penelitian (metode penelitian lapangan dan literatur), dan sistematika pembahasan. Bab kedua terdiri atas tujuh sub bab. Semuanya merupakan uraian industri pariwisata Republik Arab Mesir ditinjau dari Sapta Pesona Wisata. Pada sub bab pertama lebih dijelaskan secara detail dengan lima sub anak sub bab karena poin ini sangat terpengaruh pergolakan politik 2011. Sub bab lainnya tidak diuraikan menjadi beberapa sub anak sub bab disebabkan sedikit sekali yang terpengaruh pergolakan politik 2011 bahkan ada yang tidak ada dampak darinya sama sekali.
33
Pada bab ketiga berisi tentang objek-objek wisata di Republik Arab Mesir yang berperan penting dalam pendapatan negara. Dibagi menjadi 5 sub anak sub bab antara lain wisata pantai, wisata sungai, wisata sejarah, wisata religi, wisata pribadi bagi warga dalam negeri, dan wisata keilmuan. Pada bab ini tidak hanya dijelaskan deskripsi dari sejumlah objek wisata namun juga keadaan baik sebelum maupun setelah pergolakan politik 2011, namun kondisi pascarevolusi lebih dititikberatkan. Salah satu contoh objek yang menarik terkait dengan pergolakan politik 2011 adalah wisata di sepanjang Sungai Nil terutama belly dance (tari perut). Dikatakan menarik karena seperti halnya telah disebutkan sebelumnya bahwa sejumlah objek wisata yang menurut kelompok Muslim Garis Keras tidak sesuai dengan pemahaman mereka akan terancam gulung tikar. Hal ini tentu saja disebabkan pemerintahan Republik Arab Mesir sekarang didominasi oleh kelompok Islam yang sangat patuh terhadap keyakinannya. Bab keempat merupakan tahapan analisis data. Pada bab ini terdiri atas empat sub bab antara lain analisis angka kedatangan wisatawan mancanegara, kondisi objek wisata pascapergolakan politik 2011, kerugian industri destinasi wisata pascarevolusi, kebijakan pemerintah yang berkuasa (didominasi Ikhwanul Muslimin) terhadap tourism destination industry di negeri Sungai Nil ini, serta keadaan umum industri destinasi wisata Republik Arab Mesir sebelum dan pascapergolakan politik 2011. Sub bab terakhir lebih ditekankan pada objek wisata yang tidak disebutkan dalam bab III.
34
Bagian terakhir yaitu bab kelima merupakan penutup dari tesis ini yang terdiri atas kesimpulan akhir dari hasil analisis dan sejumlah rekomendasi terkait penelitian.