BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesehatan bagi masyarakat telah menjadi suatu kebutuhan yang utama.
Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak (Fais & Sitti Saleha, 2009: 14). Seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat akan nilai-nilai kesehatan. Hal ini menjadikan lembaga kesehatan dituntut untuk meningkatkan kualitas akan pelayanan jasa kesehatan yang lebih baik (Samba, 2000). Salah satu lembaga kesehatan adalah rumah sakit. Fungsi rumah sakit bertambah dewasa ini ke arah pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan berkembangnya ilmu dan tekhnologi, baik dalam upaya penyembuhan bagi konsumen yang sedang sakit maupun bagi konsumen yang membutuhkan konsultasi kesehatan dan upaya pencegahan serta peningkatan kesehatan (Samba, 2000). Kelangsungan rumah sakit di masa mendatang akan bergantung pada kemampuannya untuk memberikan respon terhadap kebutuhan konsumen melalui pelayanan yang berkualitas. Peningkatan kualitas pelayanan sebuah rumah sakit sangat penting diperhatikan, terutama dalam masa sekarang ini, dimana persaingan antar rumah sakit berjalan ketat (Dian Kristianto, Suharnomo & Intan Ratnawati, 2010).
1
2
Pelayanan yang berkualitas menunjukkan kinerja rumah sakit tersebut baik. Kinerja yang baik merupakan tanggung jawab dari seluruh pihak yang ada di dalam rumah sakit, termasuk para karyawan, dimana mereka berhubungan dan bersinggungan langsung dengan para konsumen (Samba, 2000). Karyawan adalah asset penting bagi perusahaan (organisasi). Keberadaan karyawan ini adalah fakta bila SDM merupakan bagian integral dari organisasi, sehingga segala masalah yang terkait dengan SDM di organisasi harus dipecahkan dengan baik dan benar (Mas’ud, 2004). Karyawan yang mempunyai kinerja (job performance) yang baik sangat dibutuhkan oleh perusahaan (organisasi), karena mereka mampu bekerja lebih baik dan lebih cepat (Douglas & Benson, 2000). Kinerja karyawan merupakan hasil atau prestasi kerja karyawan yang dinilai dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang ditentukan oleh pihak organisasi. Kinerja yang baik adalah kinerja yang optimal, yaitu kinerja yang sesuai dengan standar organisasi dan mendukung tercapainya tujuan organisasi. Sebaliknya, kinerja yang kurang baik adalah kinerja yang belum optimal, yaitu kinerja yang tidak sesuai dengan standar organisasi, dan akan menghambat tercapainya tujuan organisasi (Setiyawan dan waridin, 2006). Permasalahan manajemen di rumah sakit pada akhir-akhir ini banyak disoroti oleh masyarakat, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya keluhan dan kritikan dari masyarakat yang merasa kecewa dengan pelayanan rumah sakit, baik segi mutu, tenaga ahli dan biaya. Khususnya keluhan dari masyarakat yang mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan jaminan kesehatan BPJS ( Yaslina, 2015).
3
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karawang merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah. RSUD Kabupaten Karawang melaksanakan pelayanan bagi pasien miskin yang merupakan bagian dari program Kementerian Kesehatan. Program
Jamkesmas dan Jamkesda merupakan program jaminan
kesehatan bagi masyarakat miskin yang menjadikan RSUD Kabupaten Karawang sebagai salah satu Pusat Rujukan Tingkat Lanjut. Pedoman pelayanan BPJS Kesehatan di RSUD Kabupaten Karawang mengacu kepada Pedoman Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan. Di bawah ini adalah grafik rata-rata jumlah pasien rawat inap, rawat jalan dan instalasi gawat darurat di RSUD Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dan Jawa. Grafik 1.1 Rata-rata jumlah pasien rawat inap, rawat jalan dan instalasi gawat darurat di RSUD Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dan Jawa. 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 RSUD Karawang Instalasi Gawat Darurat
Jawa Barat Rawat Jalan
Sumber: Data RSUD Kabupaten Karawang
Jawa Rawat Inap
4
Grafik 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Karawang adalah 3.331 orang per tahun dengan persentase 48% dari total keseluruhan jumlah pasien rawat inap yang ada di Jawa Barat. Rata-rata jumlah pasien rawat jalan di RSUD Kabupaten Karawang adalah 9.871 orang per tahun dengan persentase 23% dari total keseluruhan jumlah pasien rawat jalan yang ada di Jawa Barat. Rata-rata jumlah pasien instalasi gawat darurat di RSUD Kabupaten Karawang adalah 1.987 orang per tahun dengan persentase 21% dari total keseluruhan jumlah pasien instalasi gawat darurat di Jawa Barat. Tabel 1.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan dari Tahun 2012-2014 Tahun 2013
No
Unit Kerja
Satuan Kegiatan
1
2
3
4
1
Instalasi Rawat Jalan
Kunjungan
122.087
121.680 112.461
Fluktuatif
2
Instalasi Rawat Inap
Hari Rawat
96.579
89.764
Menurun
2012
5
2014
Trend
6
7
33.531
Instalasi Gawat 3 Darurat Kunjungan 18.221 20.735 20.923 Meningkat Sumber: Data Hasil Kegiatan atau Pembangunan RSUD Kabupaten Karawang Berdasarkan laporan hasil kegiatan atau pembangunan RSUD Kabupaten Karawang, pencapaian kinerja pelayanan instalasi rawat inap tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami penurunan, data ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Karawang meningkat. Proporsi pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Karawang berdasarkan cara bayar banyak yang
5
menggunakan kartu BPJS Kesehatan, baik itu peralihan dari JAMKESMAS atau JAMKESDA. Program BPJS Kesehatan tersebut seharusnya dapat membantu warga di bidang pelayanan kesehatan supaya derajat kesehatan meningkat ke arah yang lebih baik, dan program ini seharusnya terlaksana dengan penuh tanggung jawab, tetapi kenyataannya pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit terhadap pasien peserta BPJS Kesehatan belum berjalan dengan optimal, hal ini ditunjukkan dengan adanya keluhan dari beberapa pasien peserta program BPJS Kesehatan (Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat, 9 Desember 2014). Adapun keluhan yang diberikan oleh pasien RSUD Kabupaten Karawang yaitu tentang pelayanan petugas rumah sakit yang kurang ramah, kurangnya fasilitas yang disediakan oleh pihak rumah sakit, dan juga adanya permainan pelayanan kamar rumah sakit yang terkesan pilih-pilih terhadap pasien yang membayar langsung dan juga pasien yang menggunakan program BPJS kesehatan (Ferdiansyah, 2014). Adanya complain dari pasien RSUD Kabupaten Karawang, menunjukkan bahwa kinerja sumber daya manusia/ petugas rumah sakit belum optimal. Lemahnya pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit mengindikasikan bahwa penerapan Total Quality Management belum di implementasikan dengan baik. Total Quality Management merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi, termasuk karyawan (Fandi Tjiptono & Anastasia Diana, 2007:1). Sehingga karyawan merupakan pihak
yang
6
melaksanakan proses perbaikan berkesinambungan dalam konsep TQM. Hasil dari proses perbaikan berkesinambungan tersebut adalah kinerja dari karyawan yang bersangkutan (Andrianto, 2011). Baik buruknya kinerja karyawan tidak lepas dari persepsi karyawan mengenai proses perbaikan berkesinambungan sesuai dengan pendekatan Total Quality Management. Semakin persepsi karyawan terhadap proses perbaikan berkesinambungan tersebut baik, semakin karyawan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi dan kinerjanya pun semakin baik (Andrianto, 2011). Terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai pengaruh dari penerapan Total Quality Management terhadap kinerja, salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Musran Munizu (2010), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel-variabel praktek Total Quality Management yang terdiri atas: (1) Kepemimpinan, (2) Perencanaan Strategis, (3) Fokus pada Pelanggan, (4) Informasi dan Analisis, (5) Manajemen Sumber Daya Manusia, dan (5) Manajemen proses mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini merupakan indikasi bahwa derajat meningkat atau menurunnya kinerja karyawan sangat ditentukan oleh variabel – variabel Total Quality Management tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah self esteem. Self esteem merupakan keyakinan nilai diri secara keseluruhan. Sharma dan Agarwala (2013) mengemukakan bahwa self esteem adalah kepercayaan diri seseorang, kepuasan diri terhadap suatu hal dan rasa menghormati diri sendiri. Orang yang mempunyai self esteem tinggi cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai
7
seorang yang penting, berpengaruh, dan berharga dalam suatu pekerjaan yang mereka lakukan. Sebaliknya, orang yang memiliki self esteem rendah akan merasa tidak baik dengan dirinya. Jika seseorang merasa dirinya begitu penting, berharga dan berpengaruh maka akan timbul kepercayaan diri atas pekerjaan yang dilakukannya karena apa yang dilakukannya berhasil dan menciptakan hasil yang optimal (Kreithner dan Knicki, 2007). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian ini bermaksud untuk menguji pengaruh Total Quality Management terhadap kinerja karyawan dengan self esteem sebagai variabel pemoderasi. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Pengaruh Implementasi Total Quality Management terhadap Kinerja Karyawan dengan Self Esteem sebagai Variabel Moderating: Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karawang” 1.2
Identifikasi Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah masih lemahnya kinerja karyawan.
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang di uraikan, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: 1. Apakah Total Quality Management (TQM) berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karawang. 2. Apakah self esteem berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karawang. 3. Apakah self esteem berpengaruh terhadap hubungan antara Total Quality Management (TQM) dengan kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karawang.
8
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan
masalah, maka tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh implementasi Total Quality Management terhadap kinerja karyawan. 2. Pengaruh implementasi self esteem terhadap kinerja karyawan. 3. Pengaruh moderasi self esteem terhadap hubungan antara Total
Quality
Management dan kinerja karyawan. 1.4
Manfaat Penelitian Setelah menyelesaikan penelitian ini, maka diharapkan hasil dari
penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain: 1.4.1 Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis a. Untuk membandingkan antara teori yang dipelajari dengan praktik yang sesungguhnya yang diterapkan pada perusahaan. b. Sebagai dasar untuk mengembangkan, memperluas, dan menggali lebih dalam teori-teori yang telah dipelajari. c. Untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. 2. Bagi Pihak Manajemen Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang berguna bagi pihak manajemen rumah sakit dan menjadi masukan yang dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan
9
dalam pengambilan keputusan yang akan datang terutama yang berkaitan dengan kinerja karyawan. 3. Bagi Pihak Lainnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dan referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Terutama tentang kinerja karyawan. 1.4.2 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan ilmu ekonomi, khususnya ilmu akuntansi manajemen serta aplikasi dengan teori-teori literatur-literatur lainnya dengan keadaan sesungguhnya yang ada diperusahaan. 1.5
Batasan Masalah Penulis hanya memfokuskan penelitian pada pengaruh implementasi Total
Quality Management (TQM) terhadap kinerja karyawan dengan self esteem sebagai variabel moderating pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karawang untuk menghindari meluasnya masalah. 1.6
Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian pada salah satu Rumah Sakit Umum yang
berada di Kabupaten Karawang. Sedangkan waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2015 sampai dengan selesai.