BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Direktur Jenderal Bidang Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, Benny Wahyudi, memprediksi industri manufaktur akan tumbuh pada kisaran 5,86,2 persen pada akhir tahun. Menurut dia, beberapa industri memang tumbuh prospektif tapi masih terhalang oleh krisis global yang tak kunjung selesai. Pertumbuhan industri manufaktur akan dipicu oleh beberapa industri seperti semen, ban, otomotif, khususnya komponen dengan hadirnya mobil murah ramah lingkungan. Pertumbuhan industri manufaktur tidak akan melebihi 6 persen karena beberapa investasi besar di sektor mineral belum semuanya beroperasi pada 2014. Menurut dia, dampak dari datangnya beberapa investasi berskala besar di sektor mineral baru akan dirasakan tahun depan. (Teresia, Ananda. 2013. Industri Manufaktur) Pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh di bawah China dan India. Akan tetapi, dari segi pertumbuhan ekonomi, Indonesia termasuk tiga besar. Jumlah kelas menengah warga pun mencapai 36 juta orang dan relatif produktif. Sementara industri manufaktur menjadi komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. (Manufaktur Indonesia, 2013)
1
Menurut data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, pertumbuhan industri manufaktur meningkat sebanyak 6,4 persen dan telah berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto nasional sebanyak 20,8 persen atau Rp1.714 triliun pada tahun 2013. Sementara itu, Menteri Perindustrian MS Hidayat menargetkan industri manufaktur nonmigas nasional bisa tumbuh 9 persen pada kuartal II-2013, sementara target setahun diproyeksikan 7,14 persen hingga 8 persen. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan I-2013 tumbuh 8,94 persen dibandingkan periode sama tahun 2012. Sektor-sektor yang tumbuh tinggi di antaranya industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer naik 27,73 persen, indusrtri bambu, rotan, dan sejenisnya 23,88 persen, industri logam dasar 12,28 persen, industri pakaian jadi 9,93 persen, serta industri makanan tumbuh 0,30 persen. Target pertumbuhan manufaktur dapat dicapai lebih optimal apa bila para pelaku industri manufaktur mengimplementasikan teknologi yang andal dan menerapkan teknologi inovasi untuk meningkatkan kapasitas produksi
yang
berkualitas kelas dunia. (Manufaktur Indonesia, 2013) Pertumbuhan ekonomi yang sedemikian rupa berpengaruh terhadap para penyumbang pertumbuhan, yaitu pelaku bisnis dan konsumen. Beberapa tren gaya hidup yang dialami dan dijalankan oleh penduduk Indonesia yaitu gaya hidup sehat. (Sofia, Maya. Paramitha, Tasya. 2013. Rakyat Indonesia Paling Jarang Olahraga)
2
Saat ini, hidup sehat telah menjadi hal yang cukup disadari masyarakat di Indonesia. Hal tersebut kemudian memunculkan beberapa gaya hidup sehat yang menjadi tren seperti diet raw food yang merupakan pola diet yang hanya mengkonsumsi makanan seperti sayur, buah dan kacang-kacangan mentah atau yang belum diproses. Tak hanya itu, berolahraga pun menjadi tren tersendiri yang berkembang di masyarakat indonesia saat ini. Jenis olahraga yang dilakukan beragam mulai dari fitnes,
bersepeda,
lari,
yoga,
pilates
dan
masih
banyak
lagi.
Namun, ternyata jika dibandingkan negara-negara lain, tingkat rutinitas olahraga masyarakat Indonesia masih sangat rendah menurut sebuah studi yang belum lama ini dilakukan. Dinamakan AIA Healthy Living, survei ini dilakukan oleh sebuah perusahaan asuransi kesehatan, AIA di 15 negara di wilayah AsiaPasifik melibatkan lebih dari 10.000 masyarakat dewasa. Hasilnya, Indonesia mendapat skor 55 dari 100. Menempatkan Indonesia di peringkat
terendah
di
antara
15
negara
yang
disurvei.
Hal tersebut cukup mengejutkan, karena dari survei dan wawancara terhadap orang dewasa di Jakarta, Surabaya dan Medan, diketahui bahwa jumlah orang dewasa yang berolahraga secara rutin meningkat yakni dari 57 persen di tahun 2011 menjadi 65 persen di tahun 2013. (Sofia, Maya. Paramitha, Tasya. 2013. Rakyat Indonesia Paling Jarang Olahraga) Salah satu pendukung perkembangan gaya hidup sehat tersebut adalah minuman kemasan atau minuman ringan dalam kemasan. (Prospek Pasar Minuman Ringan di Indonesia. N. D)
3
Pasar minuman ringan di Indonesia saat ini didominasi oleh air minum dalam kemasan (AMDK) yang memiliki market share 84% dari total pasar minuman ringan siap saji dalam kemasan. Sedangkan minuman ringan berkarbonasi
cenderung
stagnan.
Gambar 1. 1 Pertumbuhan Minuman Ringan Siap Saji
(Prospek Pasar Minuman Ringan di Indonesia. N. D) Ini dimungkinkan karena semakin banyaknya pilihan produk minuman. Minuman berkarbonasi saat ini meraih pangsa pasar sebesar 3,6%. Pertumbuhan minuman lainnya di luar AMDK (RTD Water) yang mencolok adalah minuman isotonik, minuman sari buah dan minuman beraroma buah. Menurut data Euromonitor International, pada 2010 teh masih memiliki volume yang sama dengan minuman berkarbonasi, namun diperkirakan pada tahun 2011 dan seterusnya akan memiliki market share yang lebih tinggi. (Prospek Pasar Minuman Ringan di Indonesia. N. D)
4
Minuman ringan teh mempunyai market share sebesar 8,9% di tahun 2010, dan trennya akan terus berkembang. Apalagi muncul inovasi minuman teh dalam berbagai varian, seperti teh berkarbonasi, teh mengandung sari buah, antioksidan dan lainnya, seperti TEBS, Fruitea, Frestea, dan lainnya. Sementara itu, minuman ringan yang mengandung komposisi bahan untuk mengontrol berat badan dan membakar kalori (seperti L-carnitine, conjugated linoleic acid [CLA] dan ekstrak teh hijau) mengalami pertumbuhan luar biasa selama
bertahun-tahun
di
Asia
Pasifik
sejak
tahun
2006.
Begitu juga dengan minuman formulasi untuk mendukung penampilan fisik seperti melalui penambahan kolagen, co-enzim Q10, lidah buaya dan lycopene. Apalagi didukung dengan iklan yang gencar. Coca Cola misalnya, tahun lalu di Indonesia menambah koleksi Green Tea nya menjadi dua varian, yaitu jeruk plus lidah buaya (aloe vera orange blossom) dan ginseng jahe (ginger ginseng). Euromonitor Internasional melaporkan pertumbuhan volume penjualan jus buah/sayuran dan teh RTD mencapai 54% dan 44% sepanjang 2005 hingga 2009. Sebaliknya, minuman karbonasi cola standar hanya tumbuh sebesar 14% pada periode yang sama. Sedangkan, minuman dengan klaim no calories atau sedikit gula (less sugar) memiliki peluang pasar yang terbuka lebar, termasuk minuman karbonasi less sugar atau no calories. Hampir 38% penduduk Indonesia menyukai minuman panas, seperti hot tea, hot coffee, dan hot chocolate. Sementara itu 12% menyukai iced tea drinks dan 50% sisanya mengonsumsi minuman siap saji dalam kemasan. Sayangnya analisa ini (Prospek Pasar Minuman Ringan di Indonesia. N. D)
5
tidak memperhitungkan air minum (baik dalam kemasan atau hasil proses rumah tangga), yang tentunya sangat besar (lebih dari 80%)
Gambar 1. 2 Minuman yang Dikonsumsi Orang Indonesia
(Prospek Pasar Minuman Ringan di Indonesia. N. D) Pada tahun 2009, penduduk Asia Pasifik mengonsumsi lebih dari 131.267 juta liter minuman ringan kemasan dan memberikan kontribusi lebih dari 70% terhadap total volume pertumbuhan global, meskipun secara umum ekonomi dunia sedang mengalami penurunan pada tahun tersebut. Namun, untuk negara-negara berkembang seperti Cina, India, Indonesia dan Vietnam, konsumsi per kapitanya masih lebih rendah dibanding Negara-negara Eropa dan Amerika. (Prospek Pasar Minuman Ringan di Indonesia. N. D)
6
Bahkan untuk kawasan ASEAN pun tingkat konsumsi minuman ringan di Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan Negara lainnya yang penduduknya jauh di bawah Indonesia. Di Indonesia konsumsi minuman karbonasi sebesar 33 liter per kapita, AMDK 53 liter perkapita, sedangkan tingkat konsumsi minuman
ringan
lainnya
lebih
rendah
lagi.
Bandingkan dengan Thailand yang saat ini konsumsi minuman ringannya sudah mencapai 89 liter perkapita, Singapura 141 liter perkapita, Filipina 122 liter per kapita. Tahun 2015, Indonesia menargetkan konsumsi rata-rata minuman ringan sebesar 100 liter perkapita. Atau dengan kata lain jika pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2015 sudah mencapai 250 juta jiwa lebih, maka target dari produsen industri minuman ringan adalah konsumsi pertahun yang dapat dipasarkan
sebanyak
25.250
juta
liter.
Suatu peluang yang masih terbuka lebar, mengingat masih rendahnya tingkat konsumsi minuman ringan Indonesia. Peluang terbesar bagi pertumbuhan minuman ringan (siap saji) di untapped market adalah jumlah populasi remaja dan anak muda yang besar. Kaum remaja dan anak muda merupakan populasi yang produktif dan berpotensi mempunyai tingkat disposible income yang meningkat. Konsumen di negara-negara berkembang seperti Cina, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam mulai mencari minuman fungsional, baik untuk kesehatan maupun kecantikan. Apalagi dengan adanya urbanisasi yang juga menjadi faktor pendorong meningkatnya permintaan terhadap pangan (Prospek Pasar Minuman Ringan di Indonesia. N. D)
7
fungsional. Gaya hidup perkotaan dengan tingkat kesibukan tinggi ternyata juga mendorong permintaan akan produk minuman yang praktis. Dalam pasar yang matang seperti Hong Kong, Jepang, Singapura dan Taiwan, konsumen menghendaki produk yang dapat memberi manfaat buat kecantikannya. (Prospek Pasar Minuman Ringan di Indonesia. N. D)
Tren gaya hidup sehat kini semakin gencar disosialisasikan berbagai kalangan, terutama para selebriti. Tak sedikit selebriti yang memperlihatkan pola sehat yang mereka jalani lewat akun di jejaring sosial seperti Twitter atau Instagram. Salah satu bagian dari tren pola hidup sehat ini adalah konsumsi jus sayur dan buah segar.
Rosie Huntington-Whiteley, lewat akun Twitter-nya pernah mem-posting fotonya sedang minum jus campuran wortel, seledri dan apel. Terkadang dia juga mencampurkan cairan chlorella, sejenis alga hijau dalam kombinasi jusnya.
Miranda Kerr juga salah satu selebriti yang aktif 'pamer' gaya hidup sehatnya melalui jejaring sosial. Dalam wawancara dengan sebuah tabloid hiburan, mantan istri Orlando Bloom ini mengaku rajin minum jus mengkudu sejak usianya 14 tahun. Jus buah mengkudu dipercaya memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, lebih dari 170 vitamin dan mineral. (Hestianingsih. 2014. Selebriti Populerkan Jus Buah – Sayur, Hanya Tren atau Gaya Hidup Sehat Baru)
8
Tren 'juicing' ini pun ikut dipopulerkan para selebriti Indonesia. Sophie Navita dengan kampanye #indonesiamakansayur rajin mem-posting jus buah dan sayur sebagai sosialisasi agar masyarakat mau lebih banyak mengonsumsi makanan sehat dan segar. "Another one just for fun! #greenjuice #juicing #rawfood MORE power to u, morning! #indonesiamakansayur #foodmatters," begitu tulis Sophie pada caption di foto Instagram-nya.
Penyanyi Andien juga mem-posting foto dirinya di Instagram sedang memegang sebotol jus berwarna oranye dan hijau, sambil menulis caption, "Have you had your green today?#youarewhatyoueat."
Titi DJ tak ketinggalan termasuk selebriti yang rajin mengunggah foto gaya hidup sehatnya di Instagram. Penyanyi berusia 47 tahun ini kerap memamerkan jus dan smoothie buatannya sendiri. Beberapa minuman racikannya merupakan campuran dari granola, gojiberry, kailan, apel, bayam dan pisang. Ada pula minuman kombinasi daun pakchoy, pir, pisang, longan dan flaxseed. Ia juga sering bereksperimen dengan mencampurkan berbagai sayur, buah dan biji-bijian lain ke dalam minumannya.
Konsumsi sayur dan buah dalam bentuk jus atau smoothie memang bisa menjadi salah satu alternatif gaya hidup sehat. Namun pakar diet menyarankan, sebaiknya hanya dijadikan sebagai minuman pelengkap saja dan bukan pengganti makanan padat. (Hestianingsih. 2014. Selebriti Populerkan Jus Buah – Sayur, Hanya Tren atau Gaya Hidup Sehat Baru)
9
Menurut nutritionist Emilia E. Achmadi, MS. RD., jus dan smoothie bisa dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan serat, vitamin dan mineral yang tidak bisa dicapai dengan mengunyah dalam keadaan utuh. (Hestianingsih. 2014. Selebriti Populerkan Jus Buah – Sayur, Hanya Tren atau Gaya Hidup Sehat Baru) Daya beli masyarakat yang meningkat dan peningkatan pendapatan per kepaita menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi minuma ringan. Maka tak ayal, Asosiasi Minuman Ringan (Asrim) memperkirakan konsumsi minuman ringan hingga akhir tahun ini mencapai 22 miliar liter atau mengalami pertumbuhan sekitar 8,3%. "Untuk tahun ini, kami memproyeksikan pertumbuhan minuman ringan mencapai 8,3% atau mencapai 22 miliar liter," ungkap Ketua Umum, Farchad Poeradisastra di Jakarta, Rabu (23/1). Pertumbuhan konsumsi minuman ringan di Indonesia telah mendorong para produsen minuman ringan untuk ekspansi besar-besaran. Tercatat sebanyak 7 produsen makanan dan minuman serta farmasi akan melakukan ekspansi dan beberapa yang mengakuisisi di industri minuman yang memang telah menunggu sejak tahun lalu. Ketujuh produsen yang melakukan ekspansi dan akuisisi di sektor minuman adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Garudafood Putra Putri Jaya, PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ), PT ABC President Indonesia, PT Sinar Sosro, dan PT Nestle Indonesia. . (Konsumsi Minuman Ringan Ditaksir 22 Miliar Liter. 2013)
10
Tujuan ekspansi dan akuisisi itu untuk menangkap peluang pertumbuhan penjualan serta meningkatkan pangsa pasarnya. Kalbe Farma berekspansi bisnis minuman ringan dengan mengakuisisi 100% saham Hale International, produsen minuman jus siap saji, senilai Rp100 miliar. (Konsumsi Minuman Ringan Ditaksir 22 Miliar Liter. 2013) Bagaimana tidak. Dari data yang dikumpulkan oleh Berita-Bisnis, tren peningkatan konsumsi minuman sari buah di Indonesia belakangan mulai kelihatan terbentuk. Paling tidak dari tahun 2004 hingga tahun 2009. Memang benar, tren itu belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan minimal seperti yang diungkapkan oleh
hasil
temuan
Buavita
di
atas.
Meski demikian, toh garis grafik konsumsi minuman sari buah yang semakin menjulang ke atas tetap saja merupakan kabar baik bagi para pebisnis minuman sari buah di Indonesia. Dalam rentang waktu lima tahun, yaitu dari tahun 2004 hingga tahun 2009, tingkat konsumsi minuman sari buah disebutkan bertumbuh sebesar 4,9 persen
rata-rata
per
tahun.
Dalam hal besaran volume, itu berarti dari 62 ribu ton pada tahun 2004 menjadi 79 ribu ton pada tahun 2009. Jika informasi itu kemudian "dibaca" dalam hitungan per kapita, maka ia bermakna seperti berikut: 290 gram per kapita per tahun (2004) menjadi
350
gram
per
kapita
per
tahun
(2009).
Pada tahap berikutnya, kondisi ini otomatis mendorong peningkatan produksi minuman sari buah itu sendiri. Buktinya, masih dalam jangka waktu yang sama (2004-2009), rata-rata produksi minuman sari buah per tahun bertumbuh menjadi
11
sebesar 4 persen. Setahun sesudahnya (2010), diperkirakan telah melewati angka 100 ribu ton. Bila dinominalkan, maka nilai produksi minuman sari buah dikabarkan
telah
mencapai
Rp
524
miliar
pada
tahun
2010.
Tahun lalu, Asosiasi Industri Minuman Ringan Indonesia menyebutkan bahwa pada tahun itu pertumbuhan industri minuman ringan secara keseluruhan di Indonesia diperkirakan telah mencapai 17 sampai 18 persen. Adapun minuman sari buah -yang menjadi sub bagian dari industri minuman ringan- turut serta mengalami pertumbuhan
yang
menggembirakan.
Situasi yang kurang lebih sama diproyeksikan bisa terealisasi pada tahun ini. Selain karena semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap kegunaan minuman sari buah,
perkiraan
optimis
itu
juga
didorong
oleh
banyak
faktor.
Salah satunya adalah gencarnya promosi yang dilakukan oleh para produsen. Di samping itu, perluasan jalur distribusi, pengembangan kemasan produk, peluncuran produk baru hingga implementasi program-program edukasi intensif yang digelar para
pebisnis
minuman
sari
buah.
Ada kajian menarik yang disajikan oleh Frontier Consulting Group. Dari hasil riset yang dilakukan pada akhir tahun 2011, Frontier Consulting Group mencatat bahwa penetrasi minuman sari buah dalam kemasan mencapai 80,9 persen. Artinya, 8 dari 10 orang yang disurvei telah mengkonsumsi minuman sari buah dalam kemasan dalam sebulan terakhir. Dan, tingkat penetrasi tertinggi berlangsung di Bandung. Sedangkan, Jakarta dan Surabaya menyusul di posisi kedua serta ketiga.
12
Beranjak dari data itu, sebuah pendapat kemudian memperkirakan dengan optimis bahwa nilai bisnis minuman sari buah pada tahun ini ditaksir bakal melampaui
angka
Rp
600
miliar,
bahkan
bisa
lebih.
So, siapa saja yang terjun ke bisnis ini? Fakta membuktikan beragam merek minuman sari buah tersedia di pasar modern maupun pasar tradisional, saat ini. Mulai dari brand yang dijajakan oleh perusahaan ternama seperti Buavita hingga merek
minuman
sari
buah
yang
diproduksi
oleh
industri
rumahan.
Dan, jangan kaget, kalangan perguruan tinggi pun ikut terlibat di bisnis ini. Tahun 2009, dengan menggandeng PT Buana Citra Vista, Politeknik Negeri Malang (Polinema) meluncurkan pusat produksi minuman sari buah. Merujuk ke rencana yang pernah disampaikan ke media, Buana Citra Vista berencana memproduksi 1200 botol dan 5 ribu cup per jam minuman sari buah untuk tahap pertama, waktu itu. Sayang, hingga sekarang, tidak ada kabar pasti mengenai produksi
Polinema
itu.
Masih menurut data yang disampaikan oleh Frontier Consulting Group, berdasarkan riset Top Brand-nya ketika itu, ada lima merek yang bertengger di posisi lima teratas. Kelima merek itu adalah Buavita, Ale-Ale, ABC, Frutang, dan Nutrijeruk. Frontier Consulting Group juga mencatat kalau tiga merek minuman sari buah dalam kemasan (Buavita, Frutang, ABC) bersaing secara ketat selama tujuh tahun terakhir. Khusus untuk Ale-Ale yang diproduksi oleh Wings Group itu, Frontier Consulting Group bahkan memberikan perhatian khusus. Katanya, dengan penerapan strategi komunikasi yang besar-besaran, Ale-Ale mampu membangun
13
serta
meningkatkan
tingkat awareness-nya
dalam
tempo
relatif
cepat.
Oh ya, tiga tahun silam, dengan menggenggam market share kurang lebih 30 persen, Buavita tercatat berada di peringkat pertama bisnis minuman sari buah di Indonesia. Setelah itu, Frutang yang dirilis oleh PT Tang Mas (2 Tang Group) dengan pangsa pasar sebanyak 25 persen. Tak jauh berbeda dengan Frutang, ada Ale-Ale, ABC, dan Minute Maid Pulpy Orange yang diluncurkan PT Coca Cola Indonesia. Adapun Country Choice milik Sosro Group menyusul kemudian diikuti Kalbe Farma Group yang mengandalkan merek Tipco. Bagaimana dengan tahun ini dan dua tiga tahun mendatang? Agaknya posisi tidak akan banyak berubah. Buavita, Frutang, dan Ale-ale kelihatannya akan tetap nyaman di tiga peringkat teratas. (Christov. 2012. Buavita Pimpin Bisnis Minuman Sari Buah) Indonesia tampaknya kini semakin menjadi pangsa pasar yang empuk bagi para vendor komputer di seluruh dunia. Pasalnya, pertumbuhan pengiriman komputer ke Indonesia
meningkat
cukup
pesat.
“Indonesia adalah pasar komputer PC yang berkembang paling cepat di seluruh dunia, di tahun fiskal 2010,” kata Bonnie Mamanua, Microsoft Office Group Head, Microsoft Office Indonesia, di acara peluncuran Microsoft Office 2010 di Tanjung Lesung
Labuan
Banten
Indonesia.
Menurut Bonnie, mengutip data dari IDC, untuk tahun fiskal 2010, pertumbuhan pengiriman komputer PC mencapai 62 persen. Tak hanya itu, kini Indonesia juga didapuk sebagai pasar notebook konsumer terbesar di Asia Pasifik.
14
Bonnie menerangkan, tren di Indonesia memang sedang mengarah kepada meningkatnya porsi pengguna komputer di sektor rumahan. “Saat ini komputer tak lagi hanya digunakan di kantor-kantor. Komputer sudah menuju ke rumah-rumah,” ucapnya. Buktinya, bila pada 2009 porsi pengguna komputer di sektor rumahan adalah 49 persen, pada 2010 porsi itu meningkat menjadi 64 persen. Sementara itu, pertumbuhan penjualan pada 2010 di sektor perusahaan kecil juga mengalami peningkatan satu persen dari tahun sebelumnya menjadi 18 persen. Pada 2011, diprediksi
meningkat
lagi
menjadi
68
persen.
Secara total, pengiriman PC baru ke Indonesia untuk tahun fiskal 2009 adalah 2,5 juta unit dan pada 2010 meningkat menjadi 4,17 juta unit. Sementara itu, pada 2011 angkanya diprediksi meningkat menjadi 5 juta unit dan pada 2012 naik lagi menjadi 6,49 juta unit. (Pertumbuhan PC Indonesia Terbesar di Dunia. 2010) Ini menjadikan pertumbuhan teknologi khususnya penggunaan perangkat komputer mendukung pertumbuhan penggunaaan sistem perencanaan berdasarkan komputer. Jumlah perusahaan pengguna system application and product in data processing (SAP) di Indonesia bertambah banyak. Oleh karena itu, mahasiswa dianggap perlu mendapatkan sertifikasi penguasaan sistem tersebut agar menjadi tenaga kerja yang lebih siap pakai. (Jumlah Perusahaan Pengguna SAP Semakin Bertambah. 2009) 15
Project Officer of SAP Program Certification Enterprise Resource Planning Center Universitas Widyatama Bandung, Edi Sudiarto, di Bandung, Sabtu (11/7), mengatakan, pengguna SAP di Indonesia saat ini lebih dari 250 perusahaan. Perusahaan-perusahaan itu di antaranya Astra Honda Motor, PT Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk, PT Blue Bird Group, BMW Indonesia, PT Bukaka Singtel International, dan Indofood Sukses Makmur Tbk. Pengguna SAP melonjak menjadi lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2008, sekitar 120 perusahaan. Pengguna SAP di dunia hingga tahun lalu lebih dari 82.000 perusahaan di 120 negara yang melibatkan tak kurang dari 18 juta tenaga kerja. Program SAP adalah sistem terpadu untuk menjalankan fungsi perusahaan, seperti penjualan, penyediaan, produksi, pembayaran, dan sumber daya manusia. Sertifikasi SAP berskala internasional untuk mahasiswa Universitas Widyatama telah diterapkan sejak tahun 2008. (Jumlah Perusahaan Pengguna SAP Semakin Bertambah. 2009) Penyimpanan dan manajemen data membutuhkan waktu dan uang perusahaan, semakin banyak data yang dikelola perusahaan per tahunnya, makin banyak pula biayanya seiring persyaratan infrastuktur manajemen data yang semakin rumit. Akan tetapi, anggaran TI tidak tumbuh dengan tingkat yang sama. Ini berarti Departemen TI selalu dalam tekanan untuk melakukan banyak hal dengan sumber daya terbatas. (Theiler, Rick. 2013. 3 Faktor Pangkas Biaya Manajemen Data)
16
Lebih lagi, semakin banyak perusahaan yang mencari cara memanfaatkan TI untuk mendapatkan penghasilan baru atau menggunakan data yang sudah ada untuk meraih
keunggulan.
Berikut adalah tiga faktor utama yang akan membantu perusahaan memangkas biaya, sambil tetap menjaga skala seiring pertumbuhan data dan meningkatnya persyaratan akan apa yang bisa dilakukan perusahaan dengan memanfaatkan data. Kompatibilitas dan Interoperabilitas Itu Harus. Semakin sedikit waktu yang dihabiskan untuk berkutat dengan isu kompatibilitas, semakin banyak waktu dan sumber daya yang dihemat perusahaan, yang artinya semakin hemat biaya. Perusahaan harus mencari cara untuk meningkatkan kolaborasi antar pulau operasional dengan melakukan pencarian cerdas dan membuka wawasan atas aset informasi yang ada di perusahaan. Peranti lunak manajemen data saat ini harus mudah digunakan dan diakses pada berbagai aplikasi, sistem file dan platform NAS. Kemampuan back-up, pengarsipan dan deduplikasi yang terintegrasi secara menyeluruh, akan mengoptimalkan sumberdaya penyimpanan, dengan demikian memperpanjang umur aset penyimpanan yang sudah ada. Ini akan memungkinkan perusahaan
untuk
mengklasifikasi,
mengorganisir,
mengkonsolidasi
dan
mempertahankan aset informasi dengan lebih baik demi manajemen jangka panjang yang efektif dan nilai bisnis yang lebih besar. (Theiler, Rick. 2013. 3 Faktor Pangkas Biaya Manajemen Data)
17
Perusahaan harus mencari cara untuk membuat sistem yang lebih efisien dengan meningkatkan nilai dari data. Salah satu caranya adalah dengan menawarkan akses informasi yang terorganisir dan intutif yang mampu meningkatkan produktivitas, eDiscovery yang lebih cepat dan hemat biaya, serta pengambilan keputusan yang lebih baik. Dengan tak perlu lagi memikirkan kompatibilitas dan interoperabilitas, perusahaan bisa menurunkan biaya kepemilikan total dengan migrasi data lawas ke penyimpanan yang lebih hemat, secara efektif memungkinkan ketahanan data yang lebih baik dengan sumberdaya yang sama. Meminimalkan Administrasi. Mengelola data dan infrastruktur terkait di sebuah perusahaan adalah hal yang rumit, menghabiskan banyak waktu dan pada akhirnya, makan biaya. Sebuah studi dari Data Management Institute menunjukkan bahwa administrasi mencakup 80 persen dari total biaya penyimpanan, dan hanya 20 persen yang digunakan untuk perangkat keras. Dengan peningkatan data tersimpan per tahun mencapai 60 persen (menurut laporan IDC), manajemen data secara efisien adalah hal yang benar-benar harus dilakukan demi sehatnya perusahaan. (Theiler, Rick. 2013. 3 Faktor Pangkas Biaya Manajemen Data) Perusahaan yang menerapkan pendekatan terpadu dalam manajemen back-up dan pengarsipan, misalnya, bisa menghilangkan masalah administratif yang terkait data yang tidak terhubung, sehingga waktu yang biasanya digunakan untuk tugas (Theiler, Rick. 2013. 3 Faktor Pangkas Biaya Manajemen Data)
18
administratif bisa digunakan lebih baik, dan diprioritaskan untuk pekerjaan yang lebih penting. Mengurangi Kerumitan. Perusahaan yang ingin mengurangi biaya manajemen data yang membumbung tinggi bisa melakukannya dengan melakukan sentralisasi dan melangsingkan operasi dari sebuah konsol browser terpadu. Dengan melakukan perlindungan, pengarsipan, replikasi dan pencarian data di dalam satu platform tunggal, CIO bisa mengurangi kerumitan dari infrastruktur manajemen data perusahaan. Saat semua fungsi manajemen data – seperti pelaporan dan perkiraan – bisa dilakukan dalam satu tampilan, waktu pengelolaan akan berkurang, sehingga memperbaiki
efisiensi
dari
tim
pengelola
data.
Konsol browser terpadu bisa mengurangi kerumitan ini dengan penerapan framework strategi manajemen data yang konsisten. Platform tunggal yang efisien kemudian bisa menetapkan kebijakan dan melakukan otomatisasi prosedur untuk mengangkut data melalui tahapan replikasi, perlindungan dan pengarsipan sesuai definisi yang telah ditentukan, dengan demikian menyederhanakan fungsi manajemen data lintas aplikasi, platform, perangkat dan lokasi – dari kantor cabang di pelosok hingga data center korporasi di kantor pusat. (Theiler, Rick. 2013. 3 Faktor Pangkas Biaya Manajemen Data) Banyak sekali cara-cara atau metode yang digunakan perusahaan untuk merencanakan pengadaan bahan baku. Beberapa cara, tidak tepat bagi perusahaan tersebut, sehingga biaya yang ingin diminimalisir menjadi tidak signifikan. Salah satu cara yang umum dilakukan adalah dengan metode Material Requirement Planning. (Theiler, Rick. 2013. 3 Faktor Pangkas Biaya Manajemen Data)
19
Metode Material Requirement Planning, dapat mengatasi masalah kompleks yang muncul saat pengadaan persediaan bahan baku untuk memenuhi produksi perusahaan tersebut. Sistem ini dapat mengukur tingkat persediaan yang optimal untuk suatu perusahaan dan sistem produksi untuk jumlah dan waktu yang tepat. Dengan cara ini, pengadaan persediaan dari segi biaya dan waktu bisa lebih efisien dan efektif, guna menurunkan biaya yang tidak perlu. Maka dengan permasalahan tersebut, penting sekali bagi perusahaan untuk mengelola persediaannya, agar terhindar dari kekurangan, biayanya menjadi naik, dan lain sebagainya. Itu merupakan salah satu kunci sukses perusahaan manufaktur khususnya. Pengelolaan persediaan yang kurang baik akan berdampak pada biaya, pada produktivitas, pada kualitas, yang berujung pada menurunnya performa perusahaan tersebut. Apalagi dengan dibantu sistem komputer yang mempermudah dalam perencanaan bahan baku, harusnya dimanfaatkan dengan baik. Tidak hanya dari sisi perangkat lunak dan SDM yang memadai, namun metode yang digunakan harus sesuai dan tentunya aplikatif kepada perusahaan yang membutuhkan. Dengan kombinasi semua hal diatas, maka perusahaan akan senantiasa produktif, kinerjanya meningkat seiring waktu, dan menjadi dapat market leader di industrinya. Berdasarkan uraian diatas, maka perencanaan persediaan bahan baku merupakan suatu faktor yang penting dalam suatu perusahaan. Maka untuk mempelajari sistem MRP (Material Requirement Planning) dengan ini, penulis mengambil judul “PERBANDINGAN TEKNIK LOT SIZING PADA MATERIAL REQUIREMENT PLANNING UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN PADA PT. MONYSAGA PRIMA“
20
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalah penelitian, sebagai berikut: 1. Berapa besar biaya persediaan menurut perusahaan? 2. Berapa besar biaya persediaan menurut MRP? 3. Apakah MRP dapat meminimalkan biaya persediaan?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis menetapkan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui berapa besar biaya persediaan menurut perusahaan 2. Untuk mengetahui berapa besar biaya persediaan menurut MRP 3. Untuk mengetahui, apakah MRP dapat meminimalkan biaya persediaan
1.4 Pembatasan Masalah Penggunaan metode MRP (Material Requirement Planning) jika digunakan untuk menganalisis semua bahan baku dalam perusahaan akan menyebabkan terlalu luas pembatasannya. Dengan ini, penulis akan membahas 1 macam bahan baku yang mempunyai peran utama dalam pembuatan Sunkist Orange 1 liter. Peneliti membatasi teknik penelitian dengan 4 teknik lot sizing, yaitu lot for lot, economic order quantity, least total costs, least unit cost dalam kurun waktu 1 tahun produksi, pada tahun 2013
21
1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan kegunaan tertentu dari penyelenggaraan penelitian yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan kegunaan praktis yang berkaitan dengan kontribusi praktis yang diberikan dari penyelenggaraan penelitian yang dapat langsung digunakan oleh objek penelitian. 1.5.1 Manfaat Akademis 1. Meningkatkan pemahaman mengenai teori manajemen pengelolaan persediaan bahan baku, khususnya metode Material Requirement Planning yang telah di dapat di bangku perkuliahan, dan membandingkannya di lapangan. 2. Meningkatkan pemahaman tentang meningkatkan efisiensi produksi perusahaan dan menekan biaya persediaan dengan metode Material Requirement Planning. 1.5.2 Manfaat Manajerial Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan positif dan membangun serta saran yang berguna bagi perusahaan, khususnya pada bagian perencanaan bahan baku perusahaan agar mampu meminimalkan biaya persediaan. 1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Dengan terlaksananya penelitian ini, peneliti telah mengaplikasikan teknik yang telah dipelajari di bangku kuliah kepada kehidupan nyata, yaitu langsung kepada obyek penelitian, sehingga semoga dapat membantu perusahaan dalam memberikan saran berdasarkan apa yang telah dipelajari oleh penulis.
22
1.6 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini berisi tentang uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tahapan dalam proses penelitian, dan sistematika penulisan Bab II Kerangka Teoritis Bab ini menguraikan teori-teori yang dipakai untuk landasan dalam penelitian ini, penjelasan tiap variabel dependen maupun independen, juga berisi penelitian terdahulu, model penelitian. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi tentang rancangan penelitian, operasionalisasi variabel, pembuatan kuisioner, pengolahan dan analisis data, waktu serta lokasi penelitian. Bab IV Analisis dan Pembahasan Bab ini berisi intisari dari keseluruhan penelitian yang dilakukan. Disini peneliti menguraikan tentang hasil penelitian yang mencakup gambaran penelitian secara umum, objek yang akan diteliti, dan hasil pengumpulan data yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini berisikan hal-hal mengenai kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan, dan pembahasan terkati dengan tujuan penelitian, serta berisi saran untuk bidang akademis, maupun manajerial.
23