BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang serta Syarat-syarat bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur secara kontinyu kuantitas cairan yang melewatinya. Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji yang digunakan harus memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan agar dalam penggunaannya memenuhi persyaratan. Berdasarkan uraian di atas, perlu disusun suatu Syarat Teknis Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji sebagai pedoman bagi Pegawai Berhak dalam melaksanakan pelayanan tera dan tera ulang serta Pengawas Kemetrologian dalam melaksanakan pengawasan Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji.
1.2
Maksud dan Tujuan 1. Maksud Untuk mewujudkan kesamaan persepsi dan keseragaman dalam pelaksanaan pelayanan tera dan tera ulang dan pengawasan Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji. 2. Tujuan Tersedianya pedoman bagi Pegawai Berhak dalam melaksanakan pelayanan tera dan tera ulang serta bagi Pengawas Kemetrologian dalam kegiatan pengawasan Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji.
1
1.3
Pengertian Dalam Syarat Teknis ini yang dimaksud dengan: 1. Meter Bahan Bakar Minyak yang selanjutnya disebut Meter BBM adalah meter yang terdiri dari Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin, Meter Arus Pengukur Massa Secara Langsung, atau Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak yang digunakan untuk mengukur secara kontinyu kuantitas cairan yang melewatinya. 2. Meter Arus Volumetrik atau Posistive Displacement Meter adalah meter arus yang badan ukurnya mempunyai ruang ukur dan cairan yang diukur menggerakkan dinding-dinding organ di dalam badan ukur yang merupakan batas ruang ukur, sehingga memungkinkan pengukuran secara kontinyu. 3. Meter Arus Turbin adalah meter arus yang penunjukan kuantitasnya didasarkan pada laju alir cairan yang menggerakkan rotor dalam ruang tertutup. 4. Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung (direct mass flow meter) yang selanjutnya disebut Meter Arus Massa (mass flow meter) adalah alat ukur yang digunakan untuk menentukan massa terhadap kuantitas cairan yang mengalir tanpa menggunakan perangkat bantu atau data dari sifat-sifat fisik cairan. 5. Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak yang selanjutnya disebut Pompa Ukur BBM adalah instalasi ukur yang tersusun lengkap, merupakan satu kesatuan yang digunakan untuk mengukur kuantitas bahan bakar minyak yang diisikan/diserahkan ke dalam tangki kendaraan bermotor. 6. Pompa Ukur Liquefied Petroleum Gas yang selanjutnya disebut Pompa Ukur Elpiji adalah instalasi ukur yang tersusun lengkap, merupakan satu kesatuan yang digunakan untuk mengukur jumlah Elpiji yang diisikan/diserahkan ke dalam tangki kendaraan bermotor. 7. Meter adalah alat ukur yang terdiri dari badan ukur dan badan hitung, serta dapat dilengkapi dengan alat justir atau alat koreksi. 8. Sistem pengukuran adalah sistem yang terdiri dari meter, perangkat bantu, dan perangkat tambahan. 9. Sistem pengukuran elektronik adalah sistem pengukuran yang dilengkapi dengan perangkat elektronik. 10. Pompa adalah alat yang dapat mengalirkan cairan melalui hisapan atau dorongan. 11. Perangkat bantu (ancillary device) adalah perangkat yang menjalankan fungsi tertentu, yang secara langsung terlibat dalam mengirimkan atau menampilkan hasil pengukuran. 12. Perangkat tambahan (additional device) adalah bagian atau perangkat lain selain perangkat bantu yang diperlukan untuk memastikan kebenaran pengukuran, memudahkan operasi pengukuran, atau mempengaruhi pengukuran. 13. Perangkat justir adalah perangkat yang terintegrasi pada meter dan dapat disetel, yang berfungsi untuk menyetel meter agar mengurangi kesalahan penunjukan sehingga mendekati nol.
2
14. Badan hitung (calculator) adalah bagian dari meter yang menerima sinyal keluaran dari badan ukur dan dari perangkat sensor dan/atau perangkat transduser kemudian memprosesnya dan menyimpan hasilnya dalam memori sampai hasil tersebut digunakan. 15. Badan ukur (measuring device) adalah bagian dari meter yang mengukur kuantitas cairan dan dilengkapi sensor dan transduser. 16. Sensor adalah perangkat yang mengubah karakteristik kuantitas cairan ke dalam sinyal pengukuran untuk dikirim ke transduser. 17. Transduser adalah bagian dari meter yang mengubah karakteristik kuantitas cairan menjadi sinyal pengukuran. 18. Kondisi dasar adalah nilai tertentu dari kondisi cairan yang diukur setelah dikonversi. 19. Kondisi operasional adalah kondisi penggunaan yang memberikan rentang nilai dari kuantitas pengaruh sehingga karakteristik kemetrologian berada dalam batas kesalahan yang diizinkan. 20. Kondisi ukur (metering conditions) adalah nilai dari kondisi yang menjabarkan sifat cairan selama pengukuran pada titik pengukuran. 21. Perangkat konversi adalah perangkat yang secara otomatis mengubah kuantitas yang diukur pada kondisi pengukuran ke dalam kuantitas pada kondisi dasar dengan memperhitungkan karakteristik cairan yang diukur menggunakan sensor dan transduser atau yang disimpan dalam memori. 22. Perangkat koreksi adalah perangkat yang dihubungkan ke atau terintegrasi di dalam meter dan secara otomatis mengoreksi kuantitas yang diukur pada waktu pengukuran. 23. Deviasi kuantitas minimum yang ditentukan adalah nilai absolut dari kesalahan maksimum yang diizinkan untuk kuantitas minimum yang diukur. 24. Kesalahan penunjukan adalah selisih antara penunjukan meter yang diuji dikurangi penunjukan standar uji pada kondisi yang sama. 25. Batas Kesalahan yang Diizinkan yang selanjutnya disebut BKD adalah kesalahan maksimum yang masih berada dalam rentang operasional yang ditentukan pada Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji. 26. Standar uji adalah alat yang digunakan sebagai penguji, dalam Syarat Teknis ini berupa Bejana Ukur, Master Meter, Meter Prover, Mass Flowmeter dan/atau Timbangan tertelusur dengan kapasitas tertentu yang digunakan untuk menguji Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji. 27. Ketidaktetapan adalah selisih terbesar kesalahan penunjukan dari pengukuran yang berurutan pada kondisi yang sama. 28. Saringan adalah perangkat untuk melindungi meter dan perangkat tambahan dari kerusakan akibat partikel asing. 29. Perangkat eliminasi udara adalah perangkat yang digunakan untuk menghilangkan berbagai udara dan uap cairan yang terkandung dalam cairan. 30. Perangkat penunjukan kuantitas adalah bagian badan hitung yang menunjukan kuantitas cairan yang diukur.
3
31. Perangkat penunjukan harga adalah bagian badan hitung yang menunjukan jumlah harga yang harus dibayar. 32. Perangkat penjatah (Pre-setting device) adalah perangkat untuk menentukan kuantitas yang diukur (volume, massa, atau harga) dan secara otomatis menghentikan aliran cairan pada akhir pengukuran dari kuantitas yang ditentukan. 33. Kuantitas yang ditunjukkan adalah total kuantitas yang ditunjukkan oleh meter. 34. Gelas penglihat (sight glass) adalah alat untuk memeriksa bahwa seluruh atau sebagian dari sistem pengukuran terisi sepenuhnya oleh cairan. 35. Titik transfer adalah titik yang disepakati untuk digunakan dalam serah terima cairan. 36. Sistem pengukuran selang kosong adalah sistem pengukuran dengan titik transfer yang berada pada bagian hulu dari selang penyerahan yang dirancang untuk mengirim cairan atau bagian hilir dari selang penerima yang dirancang untuk menerima cairan. 37. Sistem pengukuran selang penuh adalah sistem pengukuran dengan titik transfer yang berada pada bagian hilir dari selang penyerahan yang dirancang untuk mengirim cairan atau bagian hulu dari selang penerima yang dirancang untuk menerima cairan. 38. Penyerahan minimum (Minimum Measured Quantity) adalah kuantitas terkecil dari cairan yang diperkenankan untuk diukur. 39. Static Pressure Transmitter adalah perlengkapan yang merupakan sensor tekanan statis yang mengubah tekanan yang terjadi di dalam sistem pengukuran menjadi bentuk sinyal. 40. Temperature Transmitter adalah perlengkapan yang merupakan sensor temperatur yang mengubah temperatur yang terjadi di dalam pipa sistem pengukuran menjadi bentuk sinyal. 41. Laju alir atau debit adalah kuantitas cairan yang diukur per satuan waktu. 42. Laju alir cairan maksimum (Qmaks) adalah laju alir cairan terbesar yang melalui meter yang masih berada pada rentang BKD. 43. Laju alir cairan minimum (Qmin) adalah laju alir cairan terkecil yang melalui meter yang masih berada pada rentang BKD. 44. Kuantitas uji adalah kuantitas cairan yang diukur oleh meter pada setiap kali pengujian. 45. Kuantitas ukur adalah kuantitas cairan yang diukur oleh meter pada setiap kali pengukuran. 46. Kavitasi adalah suatu fenomena ketika tekanan cairan lebih rendah dari tekanan uap jenuhnya sehingga terjadi perubahan fasa dari cair menjadi udara. 47. Tekanan balik adalah tekanan minimal yang ditambahkan pada bagian hilir untuk mencegah terjadinya kavitasi cairan akibat perbedaan tekanan yang terlalu besar akibat instalasi meter.
4
BAB II PERSYARATAN ADMINISTRASI 2.1 Lingkup Syarat Teknis ini mengatur tentang persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan persyaratan kemetrologian untuk: 1. Meter BBM: a. Meter Arus Volumetrik; b. Meter Arus Turbin; c. Meter Arus Massa; dan d. Pompa Ukur BBM; 2. Pompa Ukur Elpiji. 2.2 Penerapan Syarat Teknis ini berlaku untuk setiap Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji yang digunakan dalam pengukuran serah terima (custody transfer) cairan yaitu: 1. minyak bumi (liquid petroleum); dan 2. produk derivatif seperti minyak mentah (crude oil), hidrokarbon cair (liquid hydrocarbon), bahan bakar cair (liquid fuel), pelumas, oli dan lain-lain. 2.3 Identitas 1. Setiap Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji harus dilengkapi dengan pelat identitas yang berisi informasi sebagai berikut: a. merek tanda pabrik; b. model/tipe dan nomor seri; c. tahun pembuatan; d. suhu maksimum dan minimum (jika ada); e. tekanan operasional maksimum dan minimum; f. rentang densitas Elpiji yang diperbolehkan (khusus untuk Pompa Ukur Elpiji); g. laju alir aktual maksimum dan minimum. 2. Semua tanda dan informasi pada angka 1 harus jelas, mudah dilihat dan dibaca, serta tidak mudah terhapus/dihilangkan.
5
2.4 Persyaratan Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji Sebelum Peneraan 1. Persyaratan sebelum dilakukan tera a. untuk Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji asal impor harus dilengkapi: 1) Nomor Izin Tipe; dan 2) Label Tipe yang melekat pada Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji b. untuk Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji produksi dalam negeri harus dilengkapi: 1) Nomor Izin Tanda Pabrik; dan 2) merek tanda pabrik yang melekat pada Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji. 2. Persyaratan sebelum dilakukan tera ulang Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya dan lemping tanda tera tidak terpisah dari meter.
6
BAB III PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN 3.1 Persyaratan Teknis 1. Ketentuan Umum a. Konstruksi sistem pengukuran 1) Sistem Pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji paling sedikit terdiri dari: a) Meter; b) Titik transfer; dan c) Jalur hidrolik. 2) Agar sistem dapat beroperasi dengan benar, maka perlu untuk menambahkan: a) Perangkat eliminasi udara; b) Saringan; c) Pompa; dan d) Perangkat koreksi. 3) Sistem pengukuran dapat dilengkapi dengan perangkat bantu dan perangkat tambahan. 4) Jika beberapa meter digunakan untuk operasi pengukuran tunggal, maka meter-meter tersebut dianggap membentuk suatu sistem pengukuran tunggal. 5) Jika beberapa meter digunakan untuk operasi pengukuran terpisah dengan beberapa elemen yang sama (badan hitung, saringan, perangkat eliminasi udara, perangkat konversi, dan lain-lain), masing-masing meter dianggap membentuk sistem pengukuran terpisah, berbagi elemen-elemen yang sama. b. Perangkat bantu 1) Perangkat bantu merupakan bagian dari badan hitung suatu meter atau dapat berupa perangkat yang dihubungkan melalui antarmuka ke badan hitung. 2) Yang termasuk perangkat bantu utama antara lain: perangkat penyetelan nol, pencetak, memori, penunjukan harga, koreksi, konversi, dan penjatah (pre-setting device). c. Perangkat tambahan Yang termasuk perangkat tambahan utama antara lain: gelas penglihat, saringan, pompa, dan perangkat pelurus (anti-swirl device). d. Kondisi operasi 1) Kondisi operasional dari sistem pengukuran ditentukan oleh
karakteristik berikut:
a) Penyerahan minimum (Minimum Measured Quantity/MMQ); b) Rentang laju alir yang dibatasi oleh laju alir minimum Qmin
dan laju alir maksimum Qmaks;
7
c) Nama atau tipe cairan, ketika penunjukan nama atau tipe
cairan tidak mencukupi untuk menentukan sifat cairan, maka disebutkan karakteristiknya sebagai contoh rentang viskositas dan rentang densitas;
d) Rentang tekanan yang dibatasi oleh tekanan minimum dari
cairan Pmin dan tekanan maksimum cairan Pmaks.
e) Rentang suhu yang dibatasi oleh suhu minimum cairan T min
dan suhu maksimum cairan Tmaks..
f)
Rentang bilangan Reynold (jika ada)
g) Nilai nominal dari catu tegangan AC dan/atau batas catu
tegangan DC.
2) Sistem pengukuran harus digunakan untuk cairan ukur dengan
karakteristik yang berada dalam kondisi operasional.
3) Kondisi operasional sistem pengukuran harus berada dalam
kondisi operasional dari setiap elemennya.
4) Penyerahan minimum sistem pengukuran harus dalam bentuk
1 x 10n, 2 x 10n atau 5 x 10n satuan kuantitas yang berlaku, dimana n adalah bilangan bulat positif, negatif atau nol.
5) Penyerahan minimum sistem pengukuran tidak boleh lebih kecil
daripada penyerahan minimum terbesar dari salah satu meter.
6) Rentang laju alir dari sistem pengukuran a) Rentang laju alir dari sistem pengukuran harus berada dalam
rentang laju alir dari masing-masing elemennya.
b) Sistem pengukuran harus dirancang sedemikian sehingga
laju alir berada antara laju alir minimum dan laju alir maksimum, kecuali pada awal dan akhir pengukuran atau selama interupsi.
e. Rasio antara laju alir maksimum dan laju alir minimum untuk sistem pengukuran paling sedikit 5 (lima). f. Rasio untuk sistem pengukuran dapat kurang dari 5 (lima) jika sistem pengukuran dilengkapi dengan perangkat pemeriksa otomatis yang mendeteksi ketika laju alir cairan yang diukur berada di luar batas rentang laju alir. g. Ketika dua atau lebih meter disusun paralel dalam sistem pengukuran yang sama, batas laju alir (Qmaks, Qmin) dari metermeter tersebut harus diperhitungkan, khususnya jumlah dari batas laju alir untuk memverifikasi bahwa sistem pengukuran memenuhi persyaratan pada huruf e. h. Penunjukan 1) Nama satuan penunjukan.
atau
simbol
harus
tampak
di
samping
2) Sistem pengukuran harus dilengkapi dengan perangkat penunjukan yang menunjukkan kuantitas cairan yang diukur pada kondisi ukur. 3) Ketika sistem pengukuran dilengkapi dengan perangkat konversi, maka harus dimungkinkan untuk menunjukkan kuantitas pada kondisi ukur dan kuantitas yang dikonversi.
8
4) Untuk Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji penunjukan yang ditampilkan hanya berupa kuantitas yang digunakan selama transaksi. i. Eliminasi udara 1) Sistem pengukuran harus dilengkapi dengan perangkat eliminasi udara untuk eliminasi udara atau uap air yang mungkin terkandung dalam cairan sebelum masuk meter. 2) Perangkat eliminasi udara tidak diperlukan jika cairan yang diukur memiliki viskositas dinamis yang lebih dari 20 mPa.s pada 20 0C. 3) Pompa harus dipasang sedemikian sehingga tekanan inlet selalu lebih besar daripada tekanan atmosfir. 4) Jika kondisi pada angka 3) tidak terpenuhi, maka harus tersedia perangkat untuk menghentikan aliran cairan secara otomatis segera setelah tekanan inlet turun di bawah tekanan atmosfir. 5) Jika tangki pemasok dari sistem pengukuran harus benar-benar dikosongkan, outlet dari tangki harus dilengkapi dengan perangkat pelurus (anti-swirl device), kecuali sistem pengukuran menggunakan pemisah udara. 6) Indikator udara harus terdapat di bagian hilir meter. j. Titik transfer 1) Sistem pengukuran harus memiliki minimal satu titik transfer. 2) Titik transfer ini terletak pada bagian hilir meter dalam sistem penyerahan dan bagian hulu meter dalam sistem penerimaan. k. Pengisian penuh dari sistem pengukuran 1) Meter dan pipa antara meter dan titik transfer harus terisi penuh cairan selama pengukuran dan selama periode shutdown. 2) Ketika kondisi pada angka 1) tidak dapat dipenuhi, khususnya dalam kasus instalasi tetap, pengisian penuh sistem pengukuran sampai pada titik transfer harus dilakukan secara manual atau otomatis dan harus dapat dimonitor selama pengukuran dan shutdown. 3) Dalam sistem pengukuran selang kosong, pipa bagian hilir dan pipa bagian hulu (jika diperlukan) harus berada pada posisi yang tinggi sehingga semua bagian dari sistem pengukuran selain selang selalu dalam keadaan penuh. 4) Dalam sistem pengukuran selang penuh yang digunakan untuk pengukuran cairan selain Elpiji, bagian ujung bebas dari selang harus dilengkapi perangkat yang mencegah pengeringan selang selama periode shutdown. 5) Pengosongan selang penyerahan Pada sistem pengukuran selang kosong, pengosongan dari selang penyerahan dijamin oleh venting valve.
9
l. Variasi dalam kuantitas internal selang penuh 1) Untuk sistem pengukuran selang penuh yang dilengkapi dengan hose reel, kenaikan kuantitas internal yang disebabkan oleh perubahan dari posisi selang yang tergulung ketika tidak bertekanan ke posisi selang terurai ketika bertekanan tanpa aliran cairan, harus tidak melebihi dua kali deviasi kuantitas minimum yang ditentukan. 2) Jika sistem pengukuran tidak dilengkapi dengan hose reel, kenaikan kuantitas internal harus tidak melebihi deviasi kuantitas minimum yang ditentukan. m. Percabangan dan bypass 2. Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji a. Bahan Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji harus terbuat dari bahan yang tahan karat dan kuat sehingga sifat atau karakteristik kemetrologiannya terjaga. b. Konstruksi: 1) Ada 3 (tiga) jenis Meter Arus Massa, yaitu: a) Jenis Coriolis, yaitu Meter Arus Massa yang mengukur laju alir massa dan densitas melalui interaksi antara cairan dan osilasi tabung. b) Jenis Termal, yaitu meter Arus Massa yang mengukur laju alir massa dengan cara mengarahkan cairan melewati elemen pemanas; dan c) Jenis Gabungan antara laju alir volume dan densitas cairan. 2) Pompa Ukur Elpiji dapat berupa Positive Displacement Meter atau Corriolis Meter. 3) Pompa Ukur BBM dari jenis Positive Displacement Meter. 4) Meter Arus Turbin berbentuk bilah-bilah turbin. 5) Meter Arus Volumetrik (Positive Displacement) terdiri dari jenis piston, oval, nutating disc, rotary vane dan helix. c. Kondisi operasional 1) Kondisi operasional berikut:
ditentukan
oleh
karakteristik
sebagai
a) Penyerahan minimum (Minimum Measured Quantity/MMQ); b) Daerah/rentang ukur yang dibatasi oleh laju alir minimum Qmin dan laju alir maksimum Qmaks; c) nama atau tipe cairan atau karakteristik yang bersangkutan, sebagai contoh rentang viskositas yang dibatasi oleh viskositas minimum cairan dan viskositas maksimum cairan dan/atau rentang densitas yang dibatasi oleh densitas minimum cairan ρmin dan densitas maksimum cairan ρmaks; d) Tekanan minimum cairan Pmin dan tekanan maksimum cairan Pmaks; e) Rentang ukur suhu yang dibatasi oleh suhu minimum cairan Tmindan suhu maksimum cairan Tmaks;
10
2) Nilai penyerahan minimum harus dalam bentuk1 x 10n, 2 x 10n atau 5 x 10n dalam satuan kuantitas yang berlaku, dimana n adalah bilangan positif, negatif, atau nol. 3) Penyerahan minimum sebesar 200 kali interval skala dari perangkat penunjukan, kecuali dinyatakan lain dalam Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik. d. Badan Ukur 1) Badan ukur harus tahan terhadap tekanan sesuai dengan spesifikasinya yang minimal 10 kg/cm2. 2) Badan ukur harus tahan terhadap pengaruh dari suhu dan cairan yang diukur. 3) Badan ukur tidak boleh ada kebocoran pada tekanan operasional e. Transduser 1) Spesifikasi Transduser harus memenuhi persyaratan untuk digunakan pada tekanan maksimum/minimum dan rentang suhu operasional serta komposisi cairan. 2) Penggantian Transduser tidak boleh dilakukan penggantian dengan transduser lain baik dengan spesifikasi sama ataupun berbeda setelah dilakukan peneraan. f. Perangkat justir 1) Meter dapat dilengkapi perangkat justir yang dapat disegel. 2) Perangkat justir digunakan hanya untuk mengurangi kesalahan penunjukan sehingga mendekati nol. 3) Penjustiran dengan cara bypass tidak diperbolehkan. g. Perangkat Koreksi 1) Meter dapat dilengkapi dengan perangkat koreksi yang tidak boleh mengubah karakteristik kemetrologian. 2) Dalam operasi normal, kuantitas yang tidak dikoreksi tidak boleh ditampilkan. 3) Perangkat koreksi hanya boleh digunakan untuk mengurangi kesalahan sehingga mendekati nol. 4) Semua parameter yang tidak diukur dan yang perlu untuk koreksi harus ada dalam badan hitung pada awal operasi pengukuran. h. Persyaratan tambahan untuk Sistem pengukuran yang menggunakan Meter Arus Turbin dan Meter Arus Massa adalah sebagai berikut: 1) Tekanan bagian hilir (downstream) dari meter harus sedemikian sehingga kavitasi dapat dihindari. 2) Jika dilengkapi dengan fitur “low-flow cut-off” yang dapat diprogram atau dijustir, atau fitur lain yang dapat dijustir untuk memenuhi persyaratan pengujian pada seluruh kondisi operasi, maka fitur harus dapat disegel.
11
3) Fitur “low-flow cut-off” tidak boleh disetel pada tingkat aliran yang lebih tinggi dari 20% dari laju alir minimum. 3. Perangkat Penunjukan Kuantitas Perangkat penunjukan kuantitas dapat berupa penunjukan mekanik atau penunjukan elektronik. a. Ketentuan umum 1) Pembacaan penunjukan membingungkan dalam penunjukan berhenti.
harus tepat, mudah dan tidak posisi di manapun perangkat
2) Jika alat tersebut terdiri dari beberapa elemen, maka harus dapat disusun sedemikian sehingga pembacaan kuantitas cairan yang diukur tetap dapat dilakukan. 3) Tanda desimal harus dapat dibedakan dengan jelas. 4) Interval skala penunjukan harus dinyatakan dalam bentuk 1x10n, 2x10n atau 5x10n satuan kuantitas yang berlaku, dimana n adalah bilangan bulat positif, negatif atau nol. 5) Interval skala harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Untuk alat penunjukan analog, yaitu kuantitas yang menunjukkan nilai 2 mm pada skala atau satu per lima 1 5 interval skala (dari elemen pertama), dipilih yang terbesar; b) Untuk alat penunjukan digital, yaitu menunjukkan nilai dua interval skala.
kuantitas
yang
b. Ketentuan untuk Perangkat Penunjukan Mekanik Selain ketentuan umum sebagaimana tercantum pada huruf a, bagi perangkat penunjukan mekanik berlaku ketentuan sebagai berikut: 1) Ketika pembagian skala sebuah elemen penunjukan tampak secara keseluruhan, nilai satu putaran elemen tersebut harus dalam bentuk 10n satuan kuantitas. 2) Pada perangkat penunjukan yang mempunyai beberapa elemen, nilai dari satu putaran elemen yang pembagian skalanya tampak secara keseluruhan harus sesuai dengan interval skala elemen berikutnya. 3) Suatu elemen dari perangkat penunjukan dapat mempunyai pergerakan kontinyu atau tidak kontinyu. Apabila elemen lain selain dari elemen yang pertama memiliki skala yang hanya terlihat sebagian, maka pergerakan elemen ini harus tidak kontinyu. 4) Kenaikan satu angka dari elemen yang memiliki pergerakan tidak kontinyu, angka penunjukan harus terlihat lengkap ketika elemen sebelumnya berubah dari 9 ke 0. 5) Ketika elemen pertama hanya mempunyai satu bagian dari skala yang terlihat dan mempunyai pergerakan kontinyu, maka ukuran tampilan paling kecil harus sama dengan 1,5 kali jarak antara dua tanda skala yang berurutan.
12
6) Semua tanda skala harus mempunyai lebar yang sama, tetap sepanjang baris dan tidak melebihi satu per empat 1 4 jarak skala. Jarak skala harus sama dengan atau lebih besar dari 2 mm. Tinggi angka harus sama atau lebih besar dari 4 mm. c. Ketentuan untuk perangkat penunjukan elektronik Selain ketentuan umum sebagaimana tercantum pada huruf a, bagi perangkat penunjukan elektronik berlaku ketentuan bahwa tampilan kuantitas selama pengukuran harus kontinyu. d. Perangkat penyetel nol untuk perangkat penunjukan kuantitas 1) Perangkat penunjukan kuantitas harus dilengkapi dengan perangkat penyetel nol. 2) Setelah penyetelan nol dimulai, perangkat penunjukan kuantitas tidak boleh menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil pengukuran yang baru saja dibuat, sampai penyetelan nol telah selesai. 3) Perangkat penunjukan sistem pengukuran elektronik tidak boleh direset ke nol selama pengukuran. 4) Pada perangkat penunjukan digital, penunjukan setelah kembali ke nol harus betul-betul nol, tanpa menimbulkan keraguan. 5) Pada perangkat penunjukan analog, sisa penunjukan setelah dikembalikan ke nol harus tidak boleh lebih dari setengah deviasi kuantitas minimum yang ditentukan. 6) Untuk Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji, berlaku persyaratan sebagai berikut: a) Penyerahan selanjutnya tidak boleh dilakukan sampai perangkat penunjukan telah dinolkan; atau b) Ketika penyetel nol tidak otomatis, sistem pengukuran harus menyediakan informasi yang dapat dibaca oleh pembeli untuk menyetel nol penunjukan sebelum penyerahan. 4. Perangkat penunjukan harga a. Harga satuan harus ditampilkan sebelum penyerahan cairan. b. Harga satuan harus dapat diatur. c. Harga satuan yang ditunjukkan pada awal operasi pengukuran harus valid untuk keseluruhan transaksi. Harga satuan baru hanya berlaku efektif pada saat operasi pengukuran baru. d. Jika harga satuan diatur dari perangkat bantu, maka waktu jeda antara penunjukan harga satuan baru dengan mulainya operasi pengukuran baru minimal 5 sekon. e. Untuk Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji, harga satuan harus ditampilkan atau dicetak. f. Ketentuan mengenai perangkat penunjukan kuantitas pada angka 3 juga berlaku untuk perangkat penunjukan harga. g. Simbol rupiah (Rp) yang digunakan harus tampak di samping penunjukan.
13
h. Perangkat penyetel nol dari perangkat penunjukan harga dan perangkat penunjukan kuantitas harus dirancang sedemikian sehingga penyetelan nol pada salah satu perangkat penunjukan akan menyetel nol perangkat penunjukan yang lain. i. Perbedaan antara harga yang ditunjukan dengan harga hasil perhitungan harus lebih kecil dari nilai nominal rupiah terkecil yang berlaku. j. Pada alat penunjukan harga analog (mekanik), penunjukan sisa setelah dilakukan penyetelan nol harus lebih kecil dari nilai nominal rupiah terkecil yang berlaku. k. Pada perangkat penunjukan digital, penunjukan harga setelah penyetelan nol harus benar-benar nol tanpa menimbulkan keraguan. 5. Perangkat Pencetak a. Interval skala yang dicetak harus dalam bentuk 1x10n, 2 x 10n atau 5 x 10n satuan kuantitas yang berlaku, dimana n adalah bilangan bulat positif, negatif atau nol dan tidak boleh melebihi deviasi penyerahan minimum. b. Interval skala yang dicetak tidak boleh lebih kecil dari interval skala terkecil dari perangkat penunjukan. c. Kuantitas yang dicetak harus dinyatakan dalam satuan ukuran yang berlaku untuk penunjukan kuantitas dan ditunjukkan dalam satuan yang sama seperti pada perangkat penunjukan. d. Angka, tanda desimal, dan satuan yang digunakan atau simbolnya harus dicetak dengan jelas sehingga tidak membingungkan. e. Jika perangkat pencetak dihubungkan dengan lebih dari satu sistem pengukuran, maka hasil cetakan harus mengidentifikasi sistem yang sesuai. f. Jika perangkat pencetak memungkinkan pengulangan pencetakan sebelum penyerahan baru dimulai, salinan harus ditandai dengan jelas. g. Selama pengukuran perangkat pencetak tidak dapat difungsikan. h. Saat perangkat pencetak dan perangkat penunjukan kuantitas masing-masing memiliki perangkat penyetel nol, perangkatperangkat ini harus dirancang sehingga penyetelan kembali salah satu perangkat ke nol akan menyebabkan yang lain juga menjadi nol. i. Perangkat pencetak harus dapat mencetak kuantitas cairan yang diukur, harga satuan, dan harga total transaksi. j. Interval skala harga yang dicetak harus dalam bentuk 1 x 10 n, 2 x 10n, 5 x 10n satuan mata uang, dimana n adalah bilangan bulat positif, negatif atau nol dan tidak boleh melebihi deviasi harga minimum yang ditentukan. k. Jika perangkat penunjukan kuantitas tidak dilengkapi dengan perangkat penunjukan harga, perbedaan antara harga yang dicetak dan harga yang dihitung berdasarkan kuantitas yang ditunjukkan dan harga satuan yang dicetak harus memenuhi persyaratan perangkat penunjukan harga pada angka 4 huruf i.
14
l. Jika volume ditentukan melalui perbedaan antara dua nilai yang dicetak, maka pencetakan hasil pengukuran tetap dimungkinkan tanpa harus dilakukan penyetelan nol. 6. Perangkat penyimpan (memory device) a. Sistem pengukuran dapat dilengkapi dengan perangkat penyimpan untuk menyimpan hasil pengukuran sampai digunakan atau untuk menyimpan rekaman transaksi. Perangkat yang digunakan untuk membaca informasi yang tersimpan dianggap termasuk dalam perangkat penyimpan. b. Media tempat data disimpan harus permanen untuk memastikan bahwa data tidak rusak dalam kondisi penyimpanan normal, memiliki kapasitas penyimpanan yang sesuai dan data dapat ditampilkan kembali sesuai dengan kondisi awal. c. Apabila kapasitas penyimpanan telah penuh, maka dimungkinkan untuk menghapus data yang disimpan ketika kedua kondisi berikut terpenuhi: 1) data yang dihapus sesuai dengan urutan perekaman. 2) penghapusan dilakukan baik secara otomatis maupun manual. d. Penyimpanan harus sedemikian sehingga tidak memungkinkan untuk mengubah nilai yang disimpan. e. Data yang tersimpan harus dilindungi. f. Perangkat penyimpan harus dipasang dengan fasilitas pengecek untuk memastikan dan menjamin data tersimpan sesuai dengan hasil perhitungan. 7. Perangkat Penjatah(pre-setting device) a. Kuantitas yang telah ditentukan sebelumnya harus ditunjukkan sebelum memulai pengukuran. b. Perangkat penjatah dapat diatur sedemikian sehingga pengulangan kuantitas yang dipilih tidak perlu menyetel alat pengaturnya lagi. c. Tampilan pada perangkat penjatah harus dapat dibedakan dengan tampilan penunjukan kuantitas. d. Selama pengukuran, penunjukan kuantitas yang dipilih tidak berubah atau kembali ke nol. e. Perangkat penjatah elektronik dapat menampilkan nilai penjatah pada perangkat penunjukan kuantitas atau harga tetapi nilai ini harus kembali ke nol sebelum operasi pengukuran. f. Kuantitas yang ditetapkan lebih dahulu pada penjatah dan kuantitas yang ditampilkan oleh perangkat penunjukan kuantitas, harus ditunjukkan dalam satuan yang sama. g. Interval skala dari perangkat penjatah tidak boleh kurang dari interval skala dari perangkat penunjukan. 8. Perangkat Konversi a. Sistem pengukuran dapat dipasang dengan perangkat konversi. b. Sensor dan transduser tidak boleh mempengaruhi kebenaran fungsi dari meter.
15
c. Parameter yang tidak diukur dan yang perlu untuk keperluan konversi harus ada dalam badan hitung pada awal pengukuran dan parameter-parameter tersebut memungkinkan untuk dicetak atau ditampilkan dari badan hitung. d. Sensor harus dipasang dalam jarak maksimal 1 meter dari badan ukur sehingga penentuan kuantitas dapat dilakukan seakurat mungkin. 9. Badan Hitung (calculator) a. Semua parameter yang diperlukan untuk penunjukan harus ada dalam badan hitung pada awal pengukuran. b. Badan hitung dapat dilengkapi dengan antarmuka (interface) untuk dihubungkan dengan perlengkapan periferal. Alat ini harus tetap berfungsi dengan benar dan tidak mempengaruhi karakteristik kemetrologian. 10. Perlengkapan Sistem Pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji dapat dilengkapi dengan perlengkapan tanpa mempengaruhi karakteristik kemetrologian. a. Perangkat perlengkapan antara lain terdiri dari: 1) Alat kompensasi suhu a) Alat kompensasi suhu hanya boleh dipasang pada Sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji yang menunjukkan kuantitasnya pada suhu dasar. b) Alat kompensasi suhu harus mempunyai sensor suhu dan boleh dilengkapi dengan gravity selector untuk memilih specific gravity yang sesuai dengan cairan ukurnya. c) Alat kompensasi suhu dipasang antara badan ukur dan perangkat penunjukan. d) Pada alat kompensasi suhu harus terdapat identitas yang jelas, mudah dibaca dan tidak mudah terhapus, yaitu: (1) Merek; (2) Model/tipe; dan (3) Nomor seri. e) Sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji yang dilengkapi dengan alat kompensasi suhu dapat ditambah dengan perangkat penunjukan kuantitas pada suhu operasional. f) Alat kompensasi suhu diuji tersendiri. 2) Temperature transmitter dan pressure transmitter. Temperature transmitter dan pressure transmitter digunakan untuk menghitung hasil pengukuran pada kondisi dasar (base condition). a) Daerah ukur Temperature transmitter dan pressure transmitter harus sesuai dengan operasional sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji. b) Temperature transmitter dan pressure transmitter harus tahan terhadap pengaruh lingkungan.
16
c) Pada Temperature transmitter dan pressure transmitter harus terdapat identitas yang jelas, mudah dibaca dan tidak mudah terhapus, yaitu: (1) Merek; (2) Model/tipe; dan (3) Nomor seri. d) Temperature transmitter dan pressure transmitter diuji tersendiri. 11. Persyaratan tambahan untuk tipe sistem pengukuran: a. Pompa Ukur BBM 1) Saat diinstal, rasio antara laju alir maksimum dan minimum dapat lebih kecil dari 10 tetapi tidak boleh kurang dari 5. 2) Apabila sistem pengukuran memiliki pompa sendiri, perangkat eliminasi udara harus dipasang pada bagian hulu dari bagian masukan meter (meter inlet). 3) Apabila gelas penglihat dipasang, mempunyai perangkat pembuang.
maka
tidak
boleh
4) Pompa ukur BBM harus dilengkapi dengan perangkat untuk mereset perangkat penunjukan kuantitas ke nol. 5) Jika sistem juga termasuk perangkat penunjukan harga, perangkat penunjukan harus dipasang dengan perangkat penyetel nol. 6) Indikator harus memenuhi persyaratan berikut: a) Tinggi minimum untuk angka indikator kuantitas yang dapat direset (resettable) adalah 10 mm. b) Tinggi minimum untuk indikator harga yang dapat direset adalah 10 mm. c) Tinggi minimum untuk harga satuan adalah 4 mm. 7) Ketika hanya satu nozzle yang dapat digunakan selama penyerahan, dan setelah nozzle ditempatkan kembali, penyerahan berikutnya harus menunggu sampai perangkat penunjukan sudah diubah ke nol. 8) Ketika dua atau lebih nozzle dapat digunakan secara bersamaan atau bergantian, dan setelah nozzle ditempatkan kembali, penyerahan berikutnya tidak diperbolehkan sampai perangkat penunjukan telah disetel kembali ke nol. 9) Sistem pengukuran yang mempunyai laju alir maksimum tidak lebih besar dari 60 L/menit, harus mempunyai penyerahan minimum tidak melebihi 5 L. 10) Ketika sistem pengukuran dipasang perangkat pencetak, operasi pencetakan harus mencegah kelanjutan dari penyerahan sampai penyetelan kembali ke nol telah dilakukan. 11) Operasi pencetakan tidak boleh mengubah kuantitas yang ditunjukkan pada perangkat penunjukan. 12) Ketika beberapa Pompa Ukur BBM mempunyai perangkat penunjukan bersama maka sistem pengukuran secara bersamaan tidak dimungkinkan.
17
13) Semua pompa ukur dengan penunjukan elektronik harus dilengkapi dengan perangkat time-out yang menghentikan transaksi apabila selama 120 sekon pompa ukur tidak aktif (tidak ada aliran). b. Pompa Ukur Elpiji 1) Rasio laju alir maksimum dan minimum untuk pompa ukur yang terpasang minimum 2,5. 2) Elpiji dalam sistem pengukuran harus tetap dalam bentuk cairan, untuk itu pompa ukur dapat dilengkapi dengan perangkat untuk mempertahankan tekanan. 3) Pompa Ukur Elpiji sebaiknya dilengkapi dengan thermometer well dan dipasang sedekat mungkin dengan meter. 4) Jalur pengembalian uap dari tangki kendaraan bermotor (penerima) ke dalam tangki penyuplai tidak diperbolehkan. 5) Ketika hanya satu nozzle yang dapat digunakan selama penyerahan, dan setelah nozzle ditempatkan kembali, penyerahan berikutnya harus menunggu sampai perangkat penunjukan sudah diubah ke nol. 6) Ketika dua atau lebih nozzle dapat digunakan secara bersamaan atau bergantian, dan setelah nozzle ditempatkan kembali, penyerahan berikutnya tidak diperbolehkan sampai perangkat penunjukan telah disetel kembali ke nol. 7) Pompa ukur Elpiji harus dilengkapi dengan katup non-return pada bagian hilir dari meter untuk mencegah hilang tekanan. 8) Fitur-fitur keselamatan tidak karakteristik kemetrologian.
boleh
mempengaruhi
12. Instalasi dan pemipaan a. Pipa pelurus digunakan untuk Sistem Pengukuran Meter Arus Turbin dan Meter Arus Massa sedemikian sehingga dapat mengurangi pusaran aliran (swirl) dan mengurangi terjadinya perubahan profil kecepatan aliran yang dapat terjadi: 1) Jika dilengkapi flow conditioner, maka panjang pipa pelurus yang dibutuhkan pada sisi hulu sekitar 10 kali diameter dalam pipa. 2) Jika tidak dilengkapi flow conditioner, maka panjang pipa pelurus yang dibutuhkan sekitar 20 kali diameter dalam pipa. 3) Pada sisi hilir panjang minimal pipa pelurus adalah sekitar 5 kali diameter dalam pipa. b. Katup (valves) pada instalasi dan pemipaan harus diperhatikan secara khusus yaitu: 1) Katup pengendali aliran atau tekanan harus diletakkan pada sisi outlet (downstream) dari sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji sehingga tidak menyebabkan perubahan pola aliran akibat adanya guncangan atau lonjakan dan tekanan di dalam sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji.
18
2) Katup yang dipasang diantara sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji dan standar uji seperti katup pengendali aliran, saluran air, dan ventilasi harus dilengkapi dengan double block dan bleed valve untuk mencegah terjadinya kebocoran. c. Perangkat suhu, tempat untuk meletakkan termometer (thermowell), perangkat tekanan, dan densitometer harus dipasang sedemikian sehingga dapat diperoleh hasil pengukuran yang akurat. d. Saringan (filter) harus tersedia untuk melindungi meter dari partikel yang mencampuri cairan, termasuk standar uji dan pompa. e. Instalasi harus dilengkapi dengan kompensator tekanan balik untuk mencegah kavitasi. Besarnya tekanan balik bisa didasarkan pada rekomendasi pabrikan atau dengan menggunakan rumus:
Pb 2.p 1.25. p e dimana Pb adalah tekanan balik minimum, p adalah perbedaan tekanan, dan pe adalah tekanan uap cairan pada suhu kerja. 3.2 Persyaratan Kemetrologian 1. BKD untuk Sistem Pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji dengan jumlah penyerahan lebih besar dari atau sama dengan 2 L atau lebih besar dari atau sama dengan 2 kg ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. BKD untuk Sistem Pengukuran Meter BBM dengan jumlah penyerahan lebih besar dari atau sama dengan 2 L atau lebih besar dari atau sama dengan 2 kg UTTP
BKD
Meter Bahan Bakar Minyak
+ 0,5 %
Pompa Ukur Elpiji
+ 1%
2. Persyaratan BKD untuk meter sebagai meter arus induk (master meter) adalah + 0,2 %. 3. Persyaratan BKD untuk jumlah penyerahan lebih kecil dari 2 L atau lebih kecil dari 2 kg, positif atau negatif ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 2. BKD untuk penyerahan lebih kecil dari 2 liter atau lebih kecil dari 2 kg
Kuantitas pengukuran (dalam liter atau kg)
BKD
1 s.d 2
Nilai pada Tabel 1, dengan kuantitas pengukuran 2 liter atau 2 kg
0,4 s.d 1
2 kali Nilai pada Tabel 1, dengan perhitungan Emin.
19
0,2 s.d 0,4
2 kali Nilai pada Tabel 1, dengan kuantitas pengukuran 0,4 liter atau 0,4 kg
0,1 s.d 0,2
4 kali Nilai pada Tabel 1, dengan perhitungan Emin
< 0,1
4 kali Nilai pada Tabel 1, dengan kuantitas pengukuran 0,1 liter atau 0,1 kg
4. Berapapun kuantitas yang diukur, nilai BKD yang berlaku adalah yang lebih besar dari dua nilai berikut: a. Nilai absolut dari BKD yang diberikan pada Tabel 1 atau Tabel 2, atau b. Deviasi kuantitas minimum yang ditentukan, (E min) 5. Untuk penyerahan minimum (MMQ) lebih besar dari atau sama dengan 2 L atau lebih besar dari atau sama dengan 2 kg, deviasi kuantitas minimum yang ditentukan dengan menggunakan rumus: Emin = (2MMQ) x A dimana MMQ adalah penyerahan minimum dan A adalah nilai BKD seperti dicantumkan pada Tabel 1. Untuk Penyerahan minimum (MMQ) lebih kecil dari 2 L atau lebih kecil dari 2 kg, Emin adalah dua kali nilai yang ditentukan dalam Tabel 2. 6. Ketidaktetapan a. Batas ketidaktetapan yang diizinkan untuk sistem pengukuran meter arus kerja dalam kondisi uji adalah sama dengan 0,1% untuk pengujian yang berurutan dengan catatan bahwa pengujian yang dilakukan pada masing-masing kondisi uji tersebut harus paling sedikit 3 (tiga) kali. b. Batas ketidaktetapan yang diizinkan untuk sistem pengukuran meter arus induk dalam kondisi uji adalah sama dengan 0,05% untuk pengujian yang berurutan dengan catatan bahwa pengujian yang dilakukan pada masing-masing kondisi uji tersebut harus paling sedikit 3 (tiga) kali. c. Batas ketidaktetapan yang diizinkan untuk Pompa ukur Elpiji dalam kondisi uji adalah sama dengan 0,4% untuk pengujian yang berurutan dengan catatan bahwa pengujian yang dilakukan pada masing-masing kondisi uji tersebut harus paling sedikit 3 (tiga) kali. 7. Persyaratan untuk Temperature Transmitter dan Static Pressure Transmitter Jika Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin dan Meter Arus Massa dilengkapi dengan transmitter, maka BKD pada tera dan tera ulang untuk temperature transmitter dan static pressure transmitter adalah ± 0,25% full scale.
20
BAB IV PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN 4.1 Pemeriksaan 1. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa Sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Syarat Teknis ini. 2. Sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji harus diperiksa untuk memastikan kesesuaian dengan tipe yang telah mendapatkan Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik. 3. Pemeriksaan juga harus memastikan pemasangan sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji dirancang sedemikian sehingga pengoperasian pada saat pengujian dan penggunaan dalam transaksi adalah sama. 4. Pemeriksaan kebocoran dilaksanakan dengan memperhatikan sambungan antara pipa instalasi dengan lubang masuk dan lubang keluar saat sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji berisi media uji. 4.2 Pengujian tera dan tera ulang 1. Persyaratan Umum a. Sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji harus diuji untuk memverifikasi kesesuaian dengan persyaratan kemetrologian dan persyaratan teknis. b. Pengujian dapat dilakukan di laboratorium Metrologi atau di tempat sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji terpasang tetap (in-situ). 2. Pengujian penyetel nol Pengujian ini untuk memastikan penunjukan aliran pada badan hitung menunjuk angka nol ketika sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji dalam kondisi tidak bekerja. 3. Pengujian Sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji Jenis standar uji yang digunakan untuk melakukan pengujian tergantung pada kapasitas sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji dan metode pengujian sebagai berikut: a. Metode Volumetrik 1) Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin dan Meter Arus Massa. Standar uji yang dapat digunakan pada metode pengujian ini adalah Bejana Ukur Standar, Master Meter, atau Meter Prover. 2) Pompa Ukur BBM Standar Uji yang digunakan pada metode pengujian ini adalah Bejana Ukur Standar. 3) Pompa Ukur Elpiji Standar Uji yang digunakan pada metode pengujian ini adalah Master Meter atau Mass Flowmeter.
21
b. Metode Gravimetri Standar uji yang dapat digunakan pada metode pengujian ini adalah Timbangan. 4. Pengujian Perlengkapan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin dan Meter Arus Massa a. Pengujian Pressure Transmitter Beberapa perangkat uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah: 1) Dead Weight Tester (DWT) yang bersertifikat dan sesuai dengan rentang ukur. 2) Pressure Calibrator yang bersertifikat dan sesuai dengan rentang ukur. 3) Sumber tegangan yang sesuai. b. Pengujian Temperature Transmitter Beberapa perangkat uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah: 1) Thermobath yang bersertifikat dan sesuai dengan rentang ukur. 2) Sumber tegangan yang sesuai.
22
BAB V PEMBUBUHAN TANDA TERA 5.1 Pembubuhan 1. Tanda Daerah, Tanda Pegawai Berhak, dan Tanda Sah dibubuhkan pada lemping tanda tera yang terbuat dari aluminium atau logam dengan kualitas yang tahan karat. 2. Tanda Jaminan dibubuhkan atau dipasang pada bagian-bagian sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan. 3. Bentuk dan ukuran tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan. 5.2 Tempat Pembubuhan 1. Penempatan Lemping tanda tera dipasang pada bagian sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji yang mudah dilihat, tidak mudah lepas dan dapat menjamin keutuhan tanda-tanda tersebut. 2. Tera a. Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin, dan Meter Arus Massa: 1) Tanda Daerah ukuran 4 mm (D4), Tanda Pegawai Berhak (H), dan Tanda Sah Logam ukuran 4 mm (SL4) dibubuhkan pada lemping Tanda Tera. Lemping tersebut dipasang pada meter dengan kawat segel dan dijamin dengan Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8). 2) Tanda Jaminan ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada bagianbagian meter yang tidak boleh dilakukan perubahan, tutup transmitter, tutup bagian elektronik dan badan hitung yang terpisah dari meter. b. Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji 1) Tanda Daerah ukuran 4 mm (D4), Tanda Pegawai Berhak (H), dan Tanda Sah Logam ukuran 4 mm (SL4) dibubuhkan pada lemping Tanda Tera. Lemping tersebut dipasang pada Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur ELPIJI dengan kawat segel dan dijamin dengan Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8). 2) Tanda Pegawai Berhak Plombir (HP) dan Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) dibubuhkan secara bolak-balik pada perangkat justir. 3) Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) dibubuhkan pada perangkat penunjukan dan kelihatan dari luar. 4) Tanda Jaminan ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada pembangkit pulsa (pulser), pada tutup Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji dan bagian-bagian meter yang harus dilindungi dari perubahan.
23
3. Tera Ulang a. Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin dan Meter Arus Massa: 1) Untuk meter yang tidak memiliki perangkat justir, Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8) yang dipasang pada saat tera pada lemping diganti dengan Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6). 2) Untuk meter yang memiliki perangkat justir, Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8) yang dipasang pada perangkat justir pada saat tera diganti dengan tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6). 3) Tanda Jaminan ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada bagianbagian meter yang tidak boleh dilakukan perubahan, tutup transmitter, tutup bagian elektronik dan badan hitung yang terpisah dari meter. b. Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji 1) Tanda Daerah ukuran 4 mm (D4), Tanda Pegawai Berhak (H), dan Tanda Sah Logam ukuran 4 mm (SL4) dibubuhkan pada lemping Tanda Tera. Lemping tersebut dipasang pada Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji, diikat dengan kawat segel dan dijamin dengan Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8). 2) Tanda Pegawai Berhak Plombir (HP) dan Tanda Sah Plombir ukuran 8 mm (SP8) dibubuhkan secara bolak-balik pada perangkat justir. 3) Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) dibubuhkan pada perangkat penunjukan dan kelihatan dari luar. 4) Tanda Jaminan ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada pembangkit pulsa (pulser), pada tutup Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji dan bagian-bagian meter yang harus dilindungi dari perubahan.
.
24
BAB VI PENUTUP Syarat Teknis Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji merupakan pedoman bagi Pegawai Berhak dalam melaksanakan pelayanan tera dan tera ulang serta Pengawas Kemetrologian dalam melaksanakan pengawasan Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji, untuk meminimalkan penyimpangan penggunaan Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji dalam transaksi serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
25
Lampiran I PROSEDUR PENGUJIAN SISTEM PENGUKURAN METER ARUS VOLUMETRIK, METER ARUS TURBIN DAN METER ARUS MASSA Pengujian dapat dilakukan dengan beberapa Standar Uji, antara lain: A. Menggunakan Bejana Ukur 1. Perangkat yang diperlukan: a. Bejana Ukur 1) Bejana ukur standar yang terpasang secara terintegrasi dengan sistem pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa berdiri sendiri, mampu telusur; 2) Bersertifikat dan masih berlaku. b. Termometer 1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan 2) Ketelitian pembacaan 0,10C. c. Stopwatch dengan penunjukan sekon 1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan 2) Ketelitian pembacaan 0,1 s. d. Manometer 1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan 2) Ketelitian pembacaan 0,1 kg/cm2. e. Tabel koreksi 53, 54 dan Tabel II pada dokumen standar ASTM 2. Langkah-langkah Pengujian a. Persiapan dan pengujian 1)
Siapkan semua perangkat uji di tempat pengujian, termasuk sertifikat yang diperlukan;
2)
Catat data teknis bejana ukur;
3)
Catat
data
teknis
Sistem
Pengukuran
Meter
Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa; 4)
Kuantitas bejana ukur yang tersedia harus sesuai dengan laju alir maksimum dari Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa yang diuji;
5)
Letakkan
bejana
ukur
kedatarannya;
26
pada
landasan
dan
atur
6)
Basahi bejana ukur, keluarkan cairan dengan tetesan yang sesuai, apabila menggunakan pengujian dengan metode kering, maka bejana dikeringkan dengan kain bersih;
7)
Alirkan cairan dan periksa kebocorannya;
8)
Penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa dinolkan;
9)
Alirkan cairan pada laju alir (flow rate) sesuai dengan yang diinginkan dan catat laju alirnya;
10) Catat penunjukan tekanan saat cairan masuk dan keluar Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (Pm1, Pm2) dan rata-ratakan nilai tersebut (Pm); 11) Catat penunjukan tekanan saat cairan masuk dan keluar Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (Tm1, Tm2) dan rata-ratakan nilai tersebut (Tm); 12) Setelah kuantitas bejana ukur telah mencapai kuantitas nominal, tutup katup untuk menghentikan aliran; 13) Catat penunjukan kuantitas bejana ukur (Vb1, Vb2) dan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (Vm1, Vm2); 14) Baca penunjukan suhu bejana ukur (TB); 15) Lakukan pengujian sebagaimana langkah 8) s.d. langkah 14) sebanyak 3 (tiga) kali pada laju alir yang sama; 16) Ketidaktetapan (repeatability) selisih terbesar antara dua pengujian yang berurutan tidak boleh melebihi BKD; 17) Rata-rata hasil pengujian yang dilakukan pada langkah 15) adalah
kesalahan
Sistem
Pengukuran
Meter
Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa pada laju alir tersebut; 18) Lakukan pengujian sebagaimana langkah 8) s.d. langkah 15), pada laju alir tersebut; 19) Lakukan pengujian sebagaimana langkah 8) s.d. langkah 15), pada laju alir yang lain; dan 20) Pengujian minimal dilakukan pada laju alir minimum, transisi, operasional dan maksimum.
27
b. Perhitungan 1) Kuantitas Bejana Ukur (VB) = (
+
)
2) Kuantitas Meter (Vm) =
3) Kesalahan Penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa =
−
100%
Notasi yang digunakan
Ctsb : faktor koreksi kuantitas bejana ukur akibat perubahan suhu saat pengujian TB dari suhu dasar TS terhadap bahan bejana ukur. Ctlb : faktor koreksi kuantitas cairan akibat perubahan suhu saat pengujian TB dari suhu dasar TS pada bejana ukur. Ctlm
: faktor koreksi kuantitas cairan akibat perubahan suhu saat pengujian TM dari suhu dasar TS pada Sistem Pengukuran
Meter
Arus
Volumetrik,
Meter
Arus
Turbin atau Meter Arus Massa. Cplm : faktor koreksi kuantitas cairan akibat tekanan pada Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa. SB
: kesalahan penunjukan pada bejana ukur.
Vb
: kuantitas cairan pada bejana ukur sebelum dikoreksi.
VB
: kuantitas cairan pada bejana ukur untuk kondisi dasar.
Vml12: kuantitas cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa sebelum dikoreksi. Vm
: kuantitas cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa pada kondisi dasar.
E
: kesalahan penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa.
28
3. Contoh Cerapan Pengujian Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa menggunakan Bejana Ukur. KOP INSTANSI
NAMA INSTANSI DAN ALAMAT
Pemilik : Lokasi : DATA BADAN UKUR Merek : Tipe : No. Seri : Diameter : Dalam Kapasitas : Buatan :
DATA BEJANA UKUR Merek Tipe No. Seri Kuantitas Nominal
DATA BADAN HITUNG Merek : Tipe : No. Seri : Buatan : No.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
(8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
(17)
Koefisien Muai Bahan ( ) Kesalahan penunjukan (SB) Waktu Tetesan
: :
Cairan uji Suhu Dasar Tekanan Dasar
: : :
URAIAN
SATUAN
Laju alir BEJANA UKUR Pembacaan Akhir (Vb2) Pembacaan Awal (Vb1) Kuantitas yang Diukur (Vb) (1) - (2) Suhu (TB) Ctsb = (1+ (TB -TS)) Ctlb Tabel 54 ASTM Kuantitas BU (VB) = (Vb + SB) x Ctsb x Ctlb Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa Pembacaan Akhir (Vm2) Pembacaan Awal (Vm1) Kuantitas yang Diukur (Vm12) (8) - (9) Suhu (Tm) Tekanan (Pm)
L/menit
Ctlm Tabel 54 ASTM Cplm ( 1 : (1-PF)) CCFm (13) x (14) Vol. Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (Vm) pada Kondisi Dasar (10) x (15) Kesalahan − = 100%
(18) Ketidaktetapan Keterangan SAH
: : : :
BATAL
29
L L L 0C
L
L L L 0C kPa (kg/cm2)
L
L %
:
1
PENGUJIAN KE 2 3
B. Menggunakan Master Meter 1. Perangkat yang diperlukan a. Master Meter Master Meter harus bersertifikat dan masih berlaku; b. Termometer 1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan 2) Ketelitian pembacaan 0,1 0C. c.
Manometer 1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan 2) Ketelitian pembacaan 0,1 kg/cm2.
d. Tabel koreksi 53, 54 dan tabel II pada dokumen standar ASTM 2. Langkah-langkah Pengujian a. Persiapan dan Pengujian 1) Siapkan semua perangkat uji di tempat pengujian, termasuk sertifikat yang diperlukan; 2) Pasang (instal) Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa pada instalasi pengujian secara seri; 3) Catat data teknis Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa dan Master Meter; 4) Master Meter yang tersedia harus sesuai dengan laju alir maksimum dari Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa yang diuji; 5) Alirkan cairan dan periksa kebocorannya; 6) Penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa dan Master Meter dinolkan; 7) Alirkan cairan pada laju alir sesuai dengan yang diinginkan; 8) Catat penunjukan tekanan pada saat cairan masuk dan keluar Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (Pm1, Pm2) dan rata-ratakan nilai tersebut (Pm); 9) Catat penunjukan suhu saat cairan masuk dan keluar Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (Tm1, Tm2) dan rata-ratakan nilai tersebut (Tm); 10) Setelah kuantitas yang diinginkan telah tercapai, tutup kran untuk menghentikan aliran;
30
11) Catat penunjukan kuantitas Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (Vm1, Vm2) dan Master Meter (Vmm1, Vmm2); 12) Catat penunjukan suhu Master Meter (Tmm); 13) Catat penunjukan tekanan Master Meter (P mm); 14) Lakukan pengujian sebagaimana langkah 6) s.d. langkah 13) sebanyak 3 (tiga) kali pada laju alir yang sama; 15) Ketidaktetapan (repeatability) selisih terbesar antara dua pengujian yang berurutan tidak boleh melebihi BKD; 16) Rata-rata hasil pengujian yang dilakukan pada langkah 14) adalah kesalahan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa pada laju alir tersebut; 17) Lakukan pengujian sebagaimana langkah 6) s.d. langkah 14) pada laju alir yang lain; dan 18) Pengujian minimal dilakukan pada laju alir minimum, transisi, operasional dan maksimum. b. Perhitungan 1) Kuantitas cairam Master Meter pada kondisi dasar (Vmm) Vmm = MFmm x Ctlmm x Cplmm x Vmm12 2) Kuantitas cairan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa pada kondisi dasar (Vm) Vm = Ctlm x Cplm x Vm12 3) Kesalahan penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa
c.
=
−
100%
Notasi yang digunakan: Ctlmm : faktor koreksi suhu cairan pada Master Meter Cplmm : faktor koreksi tekanan cairan pada Master Meter MFmm : nilai meter faktor pada Master Meter Ctlm
: faktor koreksi suhu cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa
Cplm
: faktor koreksi tekanan cairan pada Sistem Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa Arus Volumetrik atau Meter Arus Turbin.
Vmm12 : kuantitas cairan pada Master Meter sebelum dikoreksi.
31
Vm12 : kuantitas cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa sebelum dikoreksi. Vm
: kuantitas cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa untuk kondisi dasar.
Vmm
: kuantitas cairan pada Master Meter untuk kondisi dasar.
E
: kesalahan penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa
32
3. Contoh Cerapan Pengujian Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa menggunakan Master Meter KOP INSTANSI
NAMA INSTANSI DAN ALAMAT
Pemilik : Lokasi : DATA BADAN UKUR Merek : Tipe : No. Seri : Diameter : Dalam Kapasitas : Buatan :
DATA BADAN HITUNG Merek : Tipe : No. Seri : Buatan : No.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7 (8) (9) (10)
(11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
(20)
DATA MASTER METER Merek Tipe No. Seri Buatan Koefisien Muai Bahan ( ) Kesalahan penunjukan (SB) Waktu Tetesan
: :
Cairan uji Suhu Dasar Tekanan Dasar
: : :
URAIAN
SATUAN
Laju alir Master Meter Pembacaan Akhir (Vmm2) Pembacaan Awal (Vmm1) Kuantitas yang Diukur (Vmm12) (1) - (2) Suhu (TMM) Tekanan (Pmm) Master Meter Faktor (MFmm) Ctlmm Tabel 54 ASTM Cplmm = (1 : (1-PF)) CCFmm = (6) x (7) x (8) Kuantitas MM (VMM) pada kondisi dasar (3) x (9) Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa Pembacaan Akhir (Vm2) Pembacaan Awal (Vm1) Kuantitas yang Diukur (Vm12) (11) - (12) Suhu (Tm) Tekanan (Pm)
L/menit
Ctlm Tabel 54 ASTM Cplm ( 1 : (1-PF)) CCFm (16) x (17) Vol. Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (Vm) pada Kondisi Dasar (13) x (18) Kesalahan − = 100%
(21) Ketidaktetapan Keterangan SAH
: : : :
BATAL
33
L L L 0C kPa
L L L 0C
kPa (kg/cm2)
L
L %
:
1
PENGUJIAN KE 2 3
C. Pengujian Untuk Meter Arus Massa dengan Penunjukan dalam besaran Massa Dapat Juga Dilakukan dengan Menggunakan : I.
Meter Prover Jenis Conventional Pipe Prover 1. Persiapan Pengujian a. Catat data Conventional Pipe Prover sebagai Standar Uji yang meliputi: 1)
tanggal sertifikat;
2)
nama merek/pabrik;
3)
volume dasar (V0);
4)
nomor seri;
5)
Tipe/Model;
6)
Tebal pipa (Wt);
7)
Modulus Elastisitas (E);
8)
Koefisien muai ruang bahan (); dan
9)
Diameter Dalam.
b. Catat data Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung yang meliputi: 1) nomor seri; 2) nama merek/pabrik; 3) Kapasitas Maksimum; 4) tipe/model; 5) lokasi pengujian; 6) faktor kalibrasi pabrik; 7) faktor skala pulsa; dan 8) K-faktor (KFm). c. Alat hitung elektronik 1)
Merek;
2)
Nomor seri;
3)
Tipe/model; dan
4)
K-faktor (KFe).
d. Pasang Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung secara seri dengan Meter Prover dalam instalasi pengujian menggunakan pipa dengan diameter yang sama. e. Hubungkan alat hitung elektronik pada generator pulsa Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung yang diuji dan hubungkan kabel saklar start-stop pada detektor dari Meter Prover. f.
Pasang densitometer, instalasi pengujian.
termometer
g. Alirkan cairan dan periksa kebocoran.
34
dan
manometer
pada
2. Pelaksanaan Pengujian Tahapan pengujian Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung sebagai berikut: a. catat penunjukan awal Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung dan/atau alat hitung elektronik dinolkan; b. alirkan cairan dengan laju alir sesuai dengan laju minimum Meter Arus Massa; c. catat densitas cairan pada Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung,ρm; d. catat densitas cairan pada Meter Prover, ρp; e. catat suhu Meter Prover (tp); f.
catat tekanan Meter Prover (Pp);
g. setelah Meter Prover mencapai volume dasar, catat penunjukan jumlah pulsa Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung (PM) pada alat hitung elektronik; 3. Perhitungan Lakukan perhitungan sebagai berikut: a. Hitung CTSp = 1 + (tp – T) dengan: T = suhu dasar Meter Prover (15,6 oC atau 28 oC) b. Hitung CPSp= 1 +
∙
∙
c. Hitung volume Meter Prover, Vp = V0 × CTSp × CPSp. d. Hitung massa Meter Prover, A = Vp × ρp. e. Hitung penunjukan massa Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung, B = PM / KF. f.
Hitung kesalahan, = [(B − A) / A] × 100 %.
g. Lakukan prosedur butir b.1) sampai dengan c.6) sebanyak lima kali. h. Hitung kesalahan rata-rata ̅ = (1 + 2 + 3 + 4 + 5) / 5. i. j.
Hitung ketidaktetapan = Max.(| − |, | − |, |
−
|, |
−
|).
Ketidaktetapan tidak boleh melebihi 0,1%, apabila tidak terpenuhi maka pengujian harus diulang dari pengujian pertama.
k. Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.j. sekurangkurangnya untuk laju alir massa operasional/sedang dan maksimum/tinggi.
35
4. Contoh Cerapan Pengujian dengan Meter Prover jenis Conventional Pipe Prover DIREKTORAT METROLOGI Jalan Pasteur No. 27 Bandung 40171 Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035
1.
DATA METER PROVER JENIS CONVENTIONAL PIPE PROVER
TANGGAL SERTIFIKAT:
MEREK/PABRIK PROVER
:
(DD/MM/YYYY)
VOLUME DASAR PROVER, V0
NO. SERI PROVER (LITER)
KOEFISIEN MUAI RUANG BAHAN METER PROVER,
DIAMETER DALAM PIPA, D
MODULUS ELASTISITAS BAHAN PIPA, E
2.
TEBAL DINDING PIPA, Wt
DATA METER ARUS MASSA SECARA LANGSUNG
NO. SERI
PABRIK
KAPASITAS MAKSIMUM
TIPE/MODEL
LOKASI
FAKTOR KALIBRASI PABRIK
KF (Alat Terkait)
FAKTOR SKALA PULSA (PULSA/kg)
3.
(PULSA/kg)
ALAT HITUNG ELEKTRONIK
MEREK
NOMOR SERI
TIPE/MODEL
K-FAKTOR
DATA PENGUJIAN
LAJU ALIR
JENIS FLUIDA (kg/MIN)
(liter/JAM)
SUMBER DENSITAS (PERANGKAT/LOKASI) (TANGGAL PENGUJIAN DD/MM/YYYY) PENGUJIAN KE
1
2
TOTAL PULSA METER ARUS MASSA, PM
36
(FAKTOR) 3
4
5
DENSITAS PROVER, ρp (kg/m3)
SUHU PROVER, tp (oC)
CTSp
TEKANAN PROVER, Pp (Pa)
CPSp
VOLUME PROVER, Vp (L) = (V0) × CTSp × CPSp
MASSA PROVER, A (kg) = (Vp)×( ρp)
MASSA METER ARUS PENGUKUR MASSA SECARA LANGSUNG, B (kg) = (PM) / (KF)
KESALAHAN, = [(B − A) / A] × 100 %
KESALAHAN RATA-RATA, (1 + 2 + 3+ 4 + 5) / 5
LOKASI ENTRI
̅=
(Meter Faktor)
KETIDAKTETAPAN
TRANSMITTER/PENGHITUN G
VERIFIKASI NOL? Max. (|
|)
YA/TIDAK
−
|, |
−
SAH
|, |
−
|, |
−
AS FOUND
AS LEFT
BATAL
KETERANGAN
DIUJI OLEH
DISAKSIKAN OLEH (TANDA TANGAN)
(TANGGAL)
(TANDA TANGAN)
37
(TANGGAL)
II. Meter Prover Jenis Small Volume Prover 1. Persiapan Pengujian a. Catat data Meter Prover jenis Small Volume Prover sebagai Standar Uji yang meliputi: 1) tanggal sertifikat; 2) nama merek/pabrik; 3) volume dasar (V0); 4) nomor seri; 5) tipe/model; 6) tebal pipa (Wt); 7) diameter dalam (D); 8) modulus elastisitas (E); dan 9) koefisien muai ruang bahan (). b. Catat data Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung yang meliputi: 1) nomor seri; 2) nama merek/pabrik; 3) kapasitas maksimum; 4) tipe; 5) lokasi pengujian; 6) faktor kalibrasi pabrik; 7) faktor skala pulsa; dan 8) K-faktor (KF). c. Alat hitung elektronik 1) merek; 2) nomor seri; 3) tipe/model; dan 4) K-faktor (KF). d. Pasang Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung secara seri dalam instalasi pengujian menggunakan pipa dengan diameter yang sama. e. Hubungkan alat hitung elektronik pada generator pulsa Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung yang diuji dan hubungkan kabel saklar start-stop pada detektor dari Meter Prover jenis Small Volume Prover. f.
Pasang densitometer, instalasi pengujian.
termometer
g. Alirkan cairan dan periksa kebocoran.
38
dan
manometer
pada
2. Pelaksanaan Pengujian Tahapan pengujian Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung dengan Meter Prover jenis Small Volume Prover sebagai berikut: a. catat penunjukan awal Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung dan/atau alat hitung elektronik dinolkan; b. alirkan cairan dengan laju alir sesuai dengan laju minimum Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung; c. catat densitas cairan pada Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung, ρm; d. catat densitas cairan pada Meter Prover, ρp; e. catat suhu Meter Prover (tp); f.
catat tekanan Meter Prover (Pp);
g. setelah Meter Prover mencapai volume dasar, catat penunjukan jumlah pulsa pada alat hitung elektronik dari Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung (PM); 3. Perhitungan Lakukan perhitungan sebagai berikut: a.
Hitung CTSp = 1 + (tp – T) dengan: T = suhu dasar Meter Prover (15,6 oC atau 28 oC) ∙
c.
Hitung CPSp= 1 +
d.
Hitung massa Meter Prover, A = Vp × ρp
e.
Hitung penunjukan massa Meter Arus Massa, B = KF / PM
f.
Hitung kesalahan, = [(B − A) / A] × 100 %.
g.
Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.f. sebanyak lima kali.
h.
Hitung kesalahan rata-rata ̅ = (1 + 2 + 3 + 4 + 5) / 5.
b.
i. j.
k.
∙
Hitung volume Meter Prover,Vp = V0 × CTSp × CPSp
Hitung ketidaktetapan = Max.(| − |, | − |, |
−
|, |
−
|).
Ketidaktetapan tidak boleh melebihi 0,1%, apabila tidak terpenuhi maka pengujian harus diulang dari pengujian pertama. Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.j. sekurangkurangnya untuk laju alir massa operasional/sedang dan maksimum/tinggi.
39
4. Cerapan Pengujian dengan Meter Prover jenis Small Volume Prover DIREKTORAT METROLOGI Jalan Pasteur No. 27 Bandung 40171 Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035
1.
DATA METER PROVER JENIS SMALL VOLUME PROVER
TANGGAL SERTIFIKAT:
MEREK/PABRIK PROVER
:
(DD/MM/YYYY)
VOLUME DASAR PROVER, V0
NO. SERI METER PROVER (LITER)
2.
DATA METER ARUS MASSA SECARA LANGSUNG
NO. SERI
MEREK/PABRIK
ID METER ARUS MASSA
TIPE
LOKASI
FAKTOR KALIBRASI PABRIK
KF (Alat Terkait)
FAKTOR SKALA PULSA (PULSA/kg)
3.
(PULSA/kg)
ALAT HITUNG ELEKTRONIK
MEREK
NOMOR SERI
TIPE/MODEL
K-FAKTOR
DATA PENGUJIAN
LAJU ALIR
JENIS FLUIDA (kg/MIN)
(liter/JAM)
SUMBER DENSITAS (PERANGKAT/LOKASI)
PENGUJIAN KE
1
2
RATA-RATA INTERPOLASI PULSA, PM
RATA-RATA DENSITAS PROVER, ρP, (kg/m3)
RATA-RATA SUHU PROVER, tp (oC)
CTSp
40
3
4
5
RATA-RATATEKANAN PROVER, Pp (Pa)
CPSp
VOLUME PROVER, Vp (L) = V0 × CTSp × CPSp
MASSA PROVER, A (kg) =Vp×ρP
MASSA METER ARUS PENGUKUR MASSA SECARA LANGSUNG, B (kg) = PM / KF
KESALAHAN, = [(B – A) / A] × 100 %
KESALAHAN RATA-RATA , (1 + 2 + 3+ 4 + 5) / 5
LOKASI ENTRI
̅=
(Meter Faktor)
KETIDAKTETAPAN
TRANSMITTER/PENGHITUN G
VERIFIKASI NOL? Max. (|
|, | |, | |, |
− − − − |)
YA/TIDA K
SAH
AS FOUND
AS LEFT
BATAL
KETERANGAN
DIUJI OLEH
DISAKSIKAN OLEH (TANDA TANGAN)
(TANGGAL)
(TANDA TANGAN)
41
(TANGGAL)
D. Pengujian Meter Arus Massa dengan Penunjukan dalam besaran Volume dapat dilakukan dengan menggunakan I.
Meter Prover jenis Conventional Pipe Prover 1. Persiapan Pengujian a. Catat data Conventional Pipe Prover sebagai Standar Uji yang meliputi: 1) tanggal sertifikat; 2) nama merek/pabrik; 3) volume dasar (V0); 4) nomor seri; 5) Tipe/Model; 6) Tebal pipa (Wt); 7) Modulus Elastisitas (E); 8) Koefisien muai ruang bahan (); dan 9) Diameter Dalam. b. Catat data Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung yang meliputi: 1) nomor seri; 2) nama merek/pabrik; 3) Kapasitas Maksimum; 4) tipe/model; 5) lokasi pengujian; 6) faktor kalibrasi pabrik; 7) faktor skala pulsa; dan 8) K-faktor (KFm). c. Alat hitung elektronik 1) Merek; 2) Nomor seri; 3) Tipe/model; dan 4) K-faktor (KFe). d. Pasang Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung secara seri dengan Meter Prover dalam instalasi pengujian menggunakan pipa dengan diameter yang sama. e. Hubungkan alat hitung elektronik pada generator pulsa Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung yang diuji dan hubungkan kabel saklar start-stop pada detektor dari Meter Prover. f.
Pasang densitometer, instalasi pengujian.
termometer
g. Alirkan cairan dan periksa kebocoran.
42
dan
manometer
pada
2. Pelaksanaan Pengujian Tahapan pengujian Meter Langsung sebagai berikut:
Arus
Pengukur
Massa
secara
a. catat penunjukan awal Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung dan/atau alat hitung elektronik dinolkan; b. alirkan cairan dengan laju alir sesuai dengan laju minimum Meter Arus Massa; c. catat densitas cairan pada Meter Arus Massa, ρm; d. catat densitas cairan pada Meter Prover, ρp; e. catat suhu Meter Prover (tp); f.
catat tekanan Meter Prover (Pp);
g. setelah Meter Prover mencapai volume dasar, catat penunjukan jumlah pulsa Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung (PM) pada alat hitung elektronik; 3. Perhitungan Lakukan perhitungan sebagai berikut: a. Hitung CTSp = 1 + (tp – T) dengan: = koefisien muai ruang bahan Meter Prover T = suhu dasar Meter Prover (15,6 oC atau 28 oC) b. Hitung: 1)
=
dengan: e
∙∆ (
, ∙∆ )
= konstanta eksponensial
∆t = suhu actual prover – suhu acuan 2) c. Hitung CPSp= 1 +
∙
∙
dengan: D = diameter dalam pipa E = modulus elastisitas bahan pipa WT= tebal dinding pipa
d. Hitung CPLp = dengan:
∙
Pp = tekanan statik air F = faktor kompresibilitas air e. Hitung CPLm f.
Hitung volume Meter Prover, A (L) = V0 × CTSp × CPSp × CTLp × CPLp.
g. Hitung volume Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung, B (L) = (PM / KF) ×CTLm×CPLm. h. Hitung kesalahan, = [(B – A) / A] × 100 %.
43
i.
Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.h. sebanyak 5 (lima) kali.
j.
Hitung kesalahan rata-rata, ̅ = (1 + 2 + 3 + 4 + 5) / 5.
k. Hitung ketidaktetapan = Max.(| |). l.
−
|, |
|, |
−
−
|, |
−
Ketidaktetapan tidak boleh melebihi 0,1%, apabila tidak terpenuhi maka pengujian harus diulang dari pengujian pertama.
m. Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.l. sekurangkurangnya untuk laju alir massa operasional/sedang dan maksimum/tinggi. 4. Contoh Cerapan PengujianMeter Arus Pengukur Massa secara Langsung dengan Meter Prover Jenis Conventional Pipe Prover DIREKTORAT METROLOGI Jalan Pasteur No. 27 Bandung 40171 Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035
DATA METER PROVER JENIS CONVENTIONAL PIPE PROVER
TANGGAL SERTIFIKAT
MEREK/PABRIK
:
(DD/MM/YYYY)
VOLUME DASAR
NO. SERI UNIT (LITER)
KOEFISIEN MUAI RUANG BAHAN METER PROVER,
DIAMETER DALAM PIPA, D
MODULUS ELASTISITAS BAHAN PIPA, E
TEBAL DINDING PIPA, Wt
DATA METER ARUS MASSA PENGUKUR MASSA SECARA LANGSUNG
NO. SERI
MEREK/PABRIK
ID METER
TIPE
LOKASI
FAKTOR KALIBRASI ARUS PABRIK
KF (Alat Terkait)
FAKTOR SKALA PULSA (PULSA/L)
(PULSA/L)
DATA PENGUJIAN
LAJU ALIR
FAKTOR KOR. DENSITAS (kg/MIN)
(L/JAM)
SUMBER DENSITAS
DENSITAS (PERANGKAT/LOKASI)
44
JENIS FLUIDA
PENGUJIAN KE
1
2
3
4
5
TOTAL PULSA METER ARUS MASSA, PM SUHU METER PROVER, tp (oC) CTSp CTLp TEKANAN METER PROVER, Pp (Pa) CPSp CPLp SUHU METER (oC) CTLm TEKANAN METER ARUS PENGUKUR MASSA SECARA LANGSUNG (Pa) CPLm VOLUME STANDAR, A (L) = V0 × CTSp × CPSp × CTLp × CPLp VOLUME METER ARUS MASSA, B (L) = PM / KF× CTLm × CPLm KESALAHAN, = [(B – A) / A] × 100 %
KESALAHAN RATA-RATA , (1 + 2 + 3+ 4+ 5) / 5
LOKASI ENTRI
̅=
(Meter Faktor)
KETIDAKTETAPAN
TRANSMITTER/PENGHITUN G
VERIFIKASI NOL? Max. (|
YA/TIDAK
−
|, |
−
SAH
|, |
−
|, |
−
|)
AS FOUN D
AS LEFT
BATAL
KETERANGAN
DIUJI OLEH
DISAKSIKAN OLEH (TANDA TANGAN)
(TANGGAL)
(TANDA TANGAN)
45
(TANGGAL)
II.
METER PROVER JENIS SMALL VOLUME PROVER 1. Persiapan Pengujian a. Catat data Meter Prover jenis Small Volume Prover sebagai Standar Uji yang meliputi: 1) tanggal sertifikat; 2) nama merek/pabrik; 3) volume dasar (V0); 4) nomor seri; 5) Tipe/Model; 6) Tebal pipa (Wt); 7) Modulus Elastisitas (E); 8) Koefisien muai ruang bahan (); dan 9) Diameter Dalam (D). b. Catat data Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung yang meliputi: 1) nomor seri; 2) nama merek/pabrik; 3) diameter dalam (ID); 4) tipe; 5) lokasi pengujian; 6) faktor kalibrasi pabrik; 7) faktor skala pulsa; dan 8) K-faktor (KF). c. Alat hitung elektronik 1) merek; 2) nomor seri; 3) tipe/model; dan 4) K-faktor (KF). d. Pasang Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung secara seri dalam instalasi pengujian menggunakan pipa dengan diameter yang sama. e. Hubungkan alat hitung elektronik pada generator pulsa Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung yang diuji dan hubungkan kabel saklar start-stop pada detektor dari Meter Prover jenis Small Volume Prover. f.
Pasang densitometer, instalasi pengujian.
termometer
dan
manometer
pada
g. Alirkan cairan dan periksa kebocoran. 2. Pelaksanaan Pengujian Tahapan pengujian: a. catat penunjukan awal Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung dan/atau alat hitung elektronik dinolkan;
46
b. alirkan cairan dengan laju alir sesuai dengan laju minimum Meter Arus Massa; c. catat densitas cairan pada Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung, ρm; d. catat densitas cairan pada Meter Prover, ρp; e. catat suhu Meter Prover (tp) dan Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung (tm); f.
catat tekanan Meter Prover (Pp);
g. setelah Meter Prover mencapai volume dasar, catat penunjukan jumlah pulsa pada alat hitung elektronik dari Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung (PM); 3. Perhitungan Lakukan perhitungan sebagai berikut: a. Hitung 1) CTSp = 1 + (tp – T) dengan: T = suhu dasar Meter Prover (15,6 oC atau 28 oC) 2)
=
dengan: e ∆t
∙∆ (
, ∙∆ )
= konstanta eksponensial = suhu aktual prover – suhu acuan
3) 4) CPSp = 1 + 5) CPLp =
dengan:
∙
∙
∙
Pp = tekanan statik air atau cairan uji lainnya F = faktor kompresibilitas air 6)
=
dengan:
∙
Pm = rata-rata tekanan Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung F
= Faktor kompresibilitas hidrokarbon
b. Hitung volume Standar, A (L) = V0 × CTSp × CPSp × CTLp × CPLp. c. Hitung volume Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung, B (L) = PM / KF × CTLm × CPLm d. Hitung Kesalahan, = [(B – A) / A] × 100 %. e. Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.d. sebanyak 5 (lima) kali. f.
Hitung kesalahan rata-rata, ̅ = (1 + 2 + 3 + 4 + 5) / 5. 47
g. Hitung ketidaktetapan = Max.(| − |, | − |, | −
|, |
|).
−
h. Ketidaktetapan tidak boleh melebihi 0,1%, apabila tidak terpenuhi maka pengujian harus diulang dari pengujian pertama. i.
4.
Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.h. masingmasing untuk laju alir massa operasional/sedang dan maksimum/tinggi.
Contoh Cerapan Pengujian dengan Small Volume Prover keluaran Volume DIREKTORAT METROLOGI Jalan Pasteur No. 27 Bandung 40171 Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035
DATA METER PROVER JENIS SMALL VOLUME PROVER
TANGGAL SERTIFIKAT
MEREK/PABRIK (DD/MM/YYYY)
VOLUME DASAR
NO. SERI UNIT (LITER)
DATA METER ARUS PENGUKUR MASSA SECARA LANGSUNG
NO. SERI
MEREK/PABRIK
LOKASI
FAKTOR KALIBRASI ARUS PABRIK
FAKTOR SKALA PULSA
KF (Alat terkait) (PULSA/L)
DATA PENGUJIAN
LAJU ALIR
FAKTOR KOR. DENSITAS (kg/MIN)
(liter/JAM)
SUMBER DENSITAS
DENSITAS PERANGKAT/LOKASI
PENGUJIAN KE
1
JENIS FLUIDA o
(kg/m3 @ 15,6 C)
2
RATA-RATA PULSA, PM
RATA-RATA SUHU METER PROVER, tp (oC)
CTSp
CTLp
48
3
4
5
RATA-RATATEKANAN METER PROVER, Pp CPSp CPLp
RATA-RATA SUHU METER ARUS MASSA tm(oC) CTLm
RATA-RATA TEKANAN METER ARUS MASSA, Pm CPLm
VOLUME METER PROVER, A (L) = V0 × CTSp × CPSp × CTLp × CPLp
VOLUME METER ARUS MASSA, B (L) = PM / KF × CTLm × CPLm
KESALAHAN, = [(B – A) / A] × 100 %
KESALAHAN RATA-RATA , (1 + 2 + 3+ 4+ 5) / 5
LOKASI ENTRI
̅=
(Meter Faktor)
KETIDAKTETAPAN
TRANSMITTER/PENGHITUN G
VERIFIKASI NOL? Max. (|
|, | |, | |, |
SAH
− − − − |)
YA/TIDA K
AS FOUND
AS LEFT
BATAL
KETERANGAN
DIUJI OLEH
DISAKSIKAN OLEH (TANDA TANGAN)
(TANGGAL)
(TANDA TANGAN)
49
(TANGGAL)
E. Pengujian dengan Menggunakan Timbangan 1. Perangkat yang diperlukan a. Timbangan yang terpasang secara integrasi dengan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa atau berdiri sendiri, telah bersetifikat dan masih berlaku serta memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa yang diuji; b. Termometer 1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan 2) Ketelitian pembacaan 0,1 0C. c.
Manometer 1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan 2) Ketelitian pembacaan 0,1 kg/cm2.
d. Perangkat penampung/bejana ukur cairan lainnya baik yang terpasang secara terintegrasi dengan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa atau berdiri sendiri; e. Stopwatch dengan penunjukan sekon 1) Bersertifikat dan masih berlaku; 2) Ketelitian pembacaan 0,1 s; 2. Langkah-langkah Pengujian a. Letakkan semua peralatan uji di tempat pengujian, termasuk sertifikat yang diperlukan; b. Pasang (instal) Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa dan Timbangan pada instalasi pengujian; c.
Catat data teknis Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa dan Timbangan;
d. Timbangan dan perangkat penampung cairan harus sesuai dengan kapasitas maksimum dari Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa yang diuji; e.
Alirkan
cairan
dan
periksa
kebocoran
pada
perangkat
penampung cairan; f.
Letakkan perangkat penampung cairan pada lantai muatan Timbangan;
g.
Catat penunjukan awal pada indikator timbangan (I 0);
50
h. Naikkan imbuh (ΔL) pada lantai muatan sampai penunjukan indikator timbangan berubah 1 (satu) skala; i.
Penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa dinolkan;
j.
Alirkan cairan pada laju alir sesuai yang diinginkan;
k. Catat penunjukan tekanan saat cairan masuk dan keluar Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (Pm1, Pm2) dan rata-ratakan nilai tersebut (Pm); l.
Catat penunjukan suhu saat cairan masuk dan keluar Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (Tm1, Tm2) dan rata-ratakan nilai tersebut (Tm);
m. Setelah kapasitas cairan yang diinginkan telah tercapai, tutup katup untuk menghentikan aliran; n. Catat penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (V0, V1) dan indikator timbangan (I1); o. Naikkan imbuh (ΔL) pada lantai muatan sampai penunjukan indikator Timbangan berubah 1 (satu) skala; p. Lakukan pengujian sebagaimana langkah pada huruf f s.d. huruf o sebanyak 3 (tiga) kali pada laju alir yang sama; q. Ketidaktetapan
(repeatability)
selisih
terbesar
antara
dua
pengujian yang berurutan tidak boleh melebihi BKD, apabila tidak terpenuhi pengujian harus diulang; r.
Rata-rata hasil pengujian yang dilakukan pada huruf p adalah kesalahan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa pada laju alir tersebut;
s.
Lakukan pengujian sebagaimana langkah huruf f s.d. huruf p pada laju alir yang lain; dan
t.
Pengujian
minimal
dilakukan
operasional dan maksimum.
51
pada
laju
alir
minimum,
3. Contoh Cerapan Pengujian Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa menggunakan Timbangan KOP INSTANSI Pemilik : Lokasi : 1. BADAN UKUR Merek : Tipe : No. Seri : Diamater : dalam Laju Alir : Maks. Buatan :
No.
Laju Alir (L/Menit)
V0
NAMA DAN ALAMAT INSTANSI 2. BADAN HITUNG Merek : Tipe : No. Seri : Buatan :
V1
3. TIMBANGAN Merek Tipe No. Seri Kelas
: : : :
Kapasitas
:
Skala terkecil Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik/Meter Arus Turbin Massa M = V x ρ x Ctlm x Cplm V=V1-V0 Tm Pm Ctlm Cplm jenis (kg) (ρ)
4. KONDISI UJI Cairan uji : Suhu dasar : Tekanan dasar :
: Timbangan Io
ΔL
Po
I1
ΔL
P1
Kesalahan (%) P = P1 - P0 (kg)
−
100
1 2 3 Repeatability Keterangan M : Penunjukan massa sebenarnya pada Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik/Meter Arus Turbin/Meter Arus Massa Vo : Penunjukan kuantitas awal pada Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik/Meter Arus Turbin/Meter Arus Massa V1 : Penunjukan kuantitas akhir pada Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik/Meter Arus Turbin/Meter Arus Massa P : Penunjukan sebenarnya Timbangan P0 P1
: :
Penunjukan awal sebenarnya Timbangan Penunjukan akhir sebenarnya Timbangan
52
Io
:
Penunjukan awal pada indikator timbangan
I1
:
Penunjukan akhir pada indikator timbangan
Ctlm
:
Cplm
:
faktor koreksi suhu cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik/Meter Arus Turbin/Meter Arus Massa faktor koreksi tekanan cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik/Meter Arus Turbin/Meter Arus Massa
Rata-rata
F. Pengujian Perlengkapan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa 1. Prosedur Pengujian Static Pressure Transmitter (PT) a. Pelaksanaan Pengujian Dalam melakukan pengujian Static Pressure Transmitter, lakukan sesuai dengan tahap sebagai berikut: 1) Lepaskan pipa saluran masuk dari Static Pressure Transmitter dari pressure tap-nya; 2) Hubungkan
keluaran
Dead
Weight
Tester
(DWT)
pada
masukan Static Pressure Transmitter; 3) Lepaskan hubungan dari keluaran Static Pressure Transmitter dan pasangkan resistor standar dengan kelas 0,01 secara seri dengan beban; 4) Pasangkan Digital Multi Meter (DMM) pada posisi paralel dengan resistor tersebut; 5) Berikan beban pada DWT sesuai dengan daerah ukur Static Pressure Transmitter dengan titik pengujian 0, 25%, 50%, 75% dan 100% atau titil lain sesuai dengan kemampuan standar; 6) Lakukan pembacaan DMM dan indikator pada Flow Computer di setiap titik pembebanan DWT; 7) Lakukan tahapan pengujian pada angka 5) s.d. angka 6) pada posisi pembebanan naik dan menurun. b. Perhitungan 1) Nilai arus sebenarnya keluaran Static Pressure Transmitter adalah Is; 2) Pembacaan
DMM
pada
keluaran
transmitter
adalah
Vt.
Selanjutnya dikombinasikan dengan nilai resistan R s menjadi It (It = Vt : Rs); 3) Pembacaan Static Pressure Indicator adalah Pi; 4) Tekanan standar adalah nilai tekanan ekivalen tahanan masukan Static Pressure Transmitter, Ps; 5) Kesalahan penunjukan Static Pressure Transmitter adalah E t; =
− −
100%
6) Kesalahan penunjukan Static Pressure Indicator adalah E i; =
− −
100% 53
c.
Notasi yang digunakan: DMM
: Digital Multi Meter
PT
: Static Pressure Transmitter
Et
: Kesalahan penunjukan Static Pressure Transmitter (%) : Tegangan keluaran Static Pressure Transmitter
Ve
(diubah menjadi) It = Vt : Rs Is
: Arus sebenarnya
Pi
: Pembacaan Static Pressure Indicator
Ps
: Static Pressure ekivalen tahanan masukan
Pmin
: Static Pressure minimum dari rentang ukur Static Pressure Transmitter
Pmaks
: Tekanan maksimum rentang ukur Static Pressure Transmitter
2. Prosedur Pengujian Temperature Transmitter (TT) a. Pelaksanaan Pengujian Dalam melakukan pengujian Pressure Transmitter, lakukan sesuai dengan tahap sebagai berikut: 1) Atur posisi selector DMM pada satuan volt DC; 2) Atur nila tahanan suhu pada decade resistance box dengan urutan 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dari rentang ukur masukan Temperature Transmitter; 3) Sebagai standar keluaran dari Temperature Transmitter adalah hasi kali antara nilai arusnya dengan tahanan standar; 4) Pada setiap pembacaan DMM dilakukan pembacaan suhu pada Temperature Indicator (pada komputer); 5) Tentukan
kesalahan
penunjukan
keluaran
Temperature
Transmitter; 6) Tentukan kesalahan penunjukan Temperature Indicator; 7) Lakukan tahapan pengujian pada angka 1) s.d. angka 6) dengan titik-titik tahanan ekivalen suhu dari 100%, 75%, 50%, 25% dan 0% dari rentang ukurnya.
54
b. Perhitungan 1) Nilai arus sebenarnya keluaran Temperature Transmitter adalah Is; 2) Pembacaan
DMM
pada
transmitter
keluaran
adalah
Vt.
Selanjutnya dikombinasikan dengan nilai resistan R s menjadi It (It = Vt : Rs); 3) Pembacaan Temperature Indicator adalah Ti; 4) Suhu
sebenarnya
adalah
nilai
suhu
ekivalen
tahanan
masukan Temperature Transmitter, Ts; 5) Kesalahan penunjukan Temperature Transmitter adalah Et; − −
=
100%
6) Kesalahan penunjukan Temperature Indicator adalah Ei;
c.
=
Notasi yang digunakan:
−
DMM
: Digital Multi Meter
TT
: Temperature Transmitter
E
:
Kesalahan
100%
penunjukan
Temperature
Transmitter
(%) Ve
: Tegangan keluaran Temperature Transmitter (diubah menjadi) It = Vt : Rs
Is
: Arus sebenarnya
Ti
: Pembacaan Temperature Indicator
Ts
: Temperature ekivalen tahanan masukan
Tmin
:Temperatur minimum dari rentang ukur Temperature Transmitter
Tmaks
: Temperatur maksimum rentang ukur Temperature Transmitter
55
3. Contoh Cerapan Pengujian Perlengkapan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa Pemakai User Perangkat ukur Measuring Instrument Merek Mark Tipe Type Nomor Seri Serial Number Catu daya Power Supply
Masukan Input % 0 25 50 75 100
Nomor Tag Tag Number
:
:
Daerah ukur Range
:
:
Satuan Unit Masukan Input Keluaran Output
:
Kesalahan Maks. Max. Permissible Error HASIL PENGUJIAN CALIBRATION RESULT
:
: : :
Vdc
Sebelum Justir Keluaran Actually Output (mA) (mA) Naik Turun Up Down
Perangkat Standar yang Digunakan: Standard equipment used No. Nama Standar Standard Name
Kesalahan Error (%) Naik Turun Up Down
Masukan Input %
Merek Mark
Disaksikan oleh: Witnessed by No
:
Institusi terkait
Nama
Tanda Tangan
56
: :
Sesudah Justir Keluaran Actually Output (mA) (mA) Naik Turun Up Down 0 25 50 75 100
Tipe Type
Kesalahan Error (%) Naik Turun Up Down
Nomor Seri Serial Number
Tempat, Tanggal : Diuji oleh : Direktorat Metrologi Calibrated by No. Nama
Tanda Tangan
Lampiran II PROSEDUR PENGUJIAN POMPA UKUR BBM 1. Persiapan pengujian: a. Keselamatan kerja 1) Memakai baju kerja pengaman dari bahan anti static (bahan katun 100%) 2) Memakai sepatu pengaman (safety shoes) 3) Memakai topi pengama (safety foot wear) 4) Pastikan ada tabung pemadam api yang masih bekerja dengan baik dan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau. 5) Pastikan tidak ada sumber pengapian yang potensial. 6) Tempatkan tanda “POMPA SEDANG DITERA” pada tempat yang mudah dilihat. 7) Tempatkan alat pengaman untuk menghalangi orang/kendaraan masuk ke pompa yang sedang diuji. b. Persiapan standar, peralatan dan perlengkapan uji 1) Bejana ukur standar dengan kapasitas minimal 10 L yang sesuai untuk penyerahan pada laju alir maksimum pompa ukur. Ukuran harus sesuai untuk penyerahan lebih besar dari 3 (tiga) kali kuantitas minimum yang diukur (Vmin) dari pompa ukur. Untuk pompa ukur lebih besar dari 60 L/menit menggunakan bejana ukur yang setara dengan volume untuk penyerahan setidaknya 1 menit pada laju alir maksimum dan minimum. 2) Bejana ukur kapasitas kecil yang diverifikasi pada interval yang relevan untuk keperluan pengujian. 3) Sertifikat bejana ukur standar dan peralatan/perlengkapan uji harus tersedia dan dijadikan acuan. 4) Landasan dan penyipat datar. 5) Stop watch 6) Cerapan pengujian Pompa Ukur BBM. c.
Pemeriksaan visual Pemeriksaan secara visual Pompa Ukur BBM dan catat data serta karakteristik yang diperlukan dari pompa ukur pada laporan pengujian. 1) Data yang diperlukan a) Tanggal pengujian b) Tipe pengujian: tera atau tera ulang c) Nama pemilik/pengguna d) Alamat pemilik/pengguna e) Nama kontak di tempat pengujian f)
Nama dagang/merek
g) Alamat dimana pompa ukur dipasang h) Pabrikan
57
i)
Model
j)
Nomor pompa ukur
k) Nomor seri pompa ukur l)
Nomor Izin Tipe/Izin Tanda Pabrik
m) Produk bahan diserahkan
bakar
pompa
ukur
yang
disetujui
untuk
n) Laju alir maksimum dan minimum 2) Karakteristik instrumen a) Apakah PU BBM ini dilengkapi dengan IT/ITP? b) Apakah PU BBM ini digunakan dengan benar? c) Apakah semua deskripsi yang wajib jelas terpasang pada pelat data dan terpasang tetap pada PU BBM? d) Apakah Pompa Ukur BBM dalam kondisi lengkap dan bersih? e) Apakah semua panel eksternal dalam kondisi terlindungi? f)
Apakah PU BBM terpasang tetap pada pondasinya?
g) Apakah tutup penunjukan rusak? h) Apakah gelas penglihat berisi spinner atau bola plastik, bersih serta penuh produk? i)
Apakah penunjukan volume, harga satuan, dan harga total sesuai dengan selang yang dipilih?
j)
Apakah semua penunjukan kelihatan dengan jelas pada siang dan malam hari?
k) Apakah selang dalam kondisi baik, misalnya tidak lecet, retak, atau pembungkus selangnya tidak usang? l)
Apakah masing-masing nozzle menghentikan aliran cairan ketika dikembalikan ke tempat penyimpanannya?
m) Apakah ada kebocoran? n) Untuk penunjukan kontinyu: apakah pergerakan roda penunjuk harga mengikuti pergerakan tuas internal penyetel harga? 2. Prosedur Pengujian Untuk Pompa Ukur BBM dengan laju alir maksimum tidak lebih besar daripada 60 L/menit harus mempunyai kuantitas minimum yang diukur (Vmin) 2 L. a.
Pemeriksaan fasilitas untuk alat penunjukan elektronik Pemeriksaan fasilitas untuk alat penunjukan elektronik harus dilakukan pemeriksaan visual untuk semua tampilan, yang harus memenuhi persyaratan: 1) tampilkan semua elemen; 2) hilangkan semua tampilan; dan 3) tampilkan nol pada semua elemen tampilan Pengujian ini dapat dilakukan bersamaan dengan pengujian untuk penyetelan nol dengan menggunakan mekanisme reset elektronik 1) Angkat nozzle dari posisi hang-up dan periksa: 58
a) pengujian tampilan dilakukan; dan b) segmen tampilan tidak rusak 2) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal 3) Catat hasilnya pada laporan pengujian b.
Penyetelan nol 1) Mekanisme reset mekanik Untuk alat penunjukan mekanis, penunjukan volume sisa setelah kembali ke nol tidak boleh lebih dari setengah deviasi volume minimum yang ditentukan (Emin). Demikian juga penunjukan harga sisa setelah kembali ke nol tidak boleh lebih dari setengah deviasi harga minimum yang ditentukan (H) dimana H = E min x harga satuan. a) Angkat nozzle dari posisi menggantung. b) Jika penjualan sebelumnya tetap ada di penunjukan, pindah tuas start ke posisi ON dan pastikan motor pompa tidak menyala atau pompa ukur tidak diaktifkan. Jika motor pompa menyala atau pompa ukur aktif maka mekanisme interlock rusak. c) Reset penunjukan ke nol dan periksa apakah penunjukan volume adalah nol d) Pindahkan tuas secara pelan ke posisi ON sampai motor menyala (atau pompa ukur aktif) dan kemudian pindah secara pelan ke posisi OFF sampai motor berhenti (atau pompa ukur tidak aktif). e) Pindahkan tuas secara pelan ke posisi ON dan periksa apakah interlock telah bekerja dan mencegah motor menyala. f)
Kembalikan tuas start ke posisi OFF.
g) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal. h) Catat hasilnya pada laporan pengujian. 2) Mekanisme reset elektronik Untuk alat penunjukan elektronik, penunjukan volume/harga setelah kembali ke nol harus benar nol. a) Angkat nozzle dari posisi menggantung dan pastikan bahwa pengujian penunjukan dilakukan, penunjukan volume dan harga adalah nol sebelum penyerahan. b) Kembalikan nozzle ke posisi menggantung dan pastikan bahwa ketika nozzle diangkat tidak ada lagi penyerahan sebelum pengujian penunjukan dimulai dan penunjukan kembali ke nol. c) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal. d) Catat hasilnya pada laporan pengujian. 3) Perhitungan harga Penunjukan harga harus sama dengan perhitungan harga dari penunjukan volume dan harga satuan dalam batas kesalahan yang diizinkan a) Reset pompa ukur ke nol. b) Lakukan penyerahan volume yang kita kehendaki. 59
c) Hitung harga total dari harga satuan dan volume total yang ditunjukkan. d) Bandingkan harga yang dihitung dengan yang ditunjukkan pompa ukur. e) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal. f)
Catat hasilnya pada laporan pengujian.
4) Nozzle cut-off Ketika selang dipasang dengan nozzle cut-off otomatis, nozzle harus menutup secara otomatis ketika port sensor pada nozzle bersentuhan dengan cairan atau buih. Pengujian ini dapat dilakukan selama pengujian akurasi atau antidrain. Langkah-langkah pengujian: a) Lakukan penyerahan pada laju alir operasional. b) Lakukan kontak antara port sensing dari nozzle dengan cairan atau buih. c) Pastikan nozzle cut-off mati. d) Ulangi langkah a s.d. c sebanyak 2 kali. e) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal. f)
Catat hasilnya pada laporan pengujian.
5) Interlock Penggunaan perangkat penunjukan yang sama untuk penunjukan dari beberapa sistem pengukuran (yang mempunyai perangkat penunjukkan bersama) diperbolehkan selama tidak dimungkinkan untuk menggunakan keduanya secara bersamaan. Persyaratan ini berarti tidak ada bahan bakar yang dapat dikeluarkan kecuali bahan bakar diukur dan bahwa harga satuan yang ditunjukkan bersesuaian dengan harga satuan dari bahan bakar yang dipilih dan diserahkan. Tentukan apakah selang mempunyai penunjukan bersama atau apakah selang mempunyai pompa bersama dan laksanakan pengujian yang sesuai seperti dijelaskan berikut. a) Beberapa selang dengan satu perangkat penunjukan (1) Pilih
satu selang menggantung.
dan
angkat
nozzle
dari
posisi
(2) Penunjukkan harga dan volume untuk selang yang dipilih
harus tetap menunjuk nol:
(a) Dengan penunjukan harga satuan yang terpisah: Penunjukan harga satuan untuk tipe bahan bakar yang dipilih ditransfer ke penunjukan utama. (b) Tanpa penunjukan harga satuan terpisah: Penujukan harga satuan untuk selang yang dipilih ditampilkan dan semua penunjukan harga satuan lainnya tidak ditampilkan sampai penyerahan selesai.
60
(3) Periksa dan pastikan bahwa selang yang lain dalam kondisi
non-aktif, dengan posisinya.
cara
mengangkat
nozzle
lain
dari
(4) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal. (5) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
b) Beberapa selang dengan satu unit pompa (1) Pilih selang yang berbagi unit pompa yang sama. (2) Saat unit pompa beroperasi, angkat selang lain yang
terhubung ke unit pompa penggantung pada posisi OFF.
yang
sama
tetapi
tuas
(3) Periksa
bahwa tidak memungkinkan melakukan penyerahan dari selang lain yang terhubung ke unit pompa yang sama.
(4) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal. (5) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
c) Penunjukan penjatah (pre-set) Pengujian ini dapat dikombinasikan dengan pengujian akurasi pre-set dan satu hasil dicatat. (1) Reset pompa ukur ke nol.
nilai pre-set volume/harga yang diinginkan menggunakan fasilitas pre-set. Pastikan jumlah pre-set muncul di perangkat penunjukkan.
(2) Masukkan
(3) Lakukan
penyerahan dengan nozzle terbuka sehingga memungkinkan fasilitas pre-set memperlambat dan menghentikan penyerahan otomatis.
penuh untuk secara
(4) Catat penunjukan volume/harga. (5) Tentukan apakah hasil penunjukan volume/harga sesuai
dengan nilai pre-set yang diberikan.
(6) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal. (7) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
d) Laju alir maksimum Laju alir maksimum yang dapat dicapai harus berada dalam rentang yang diperbolehkan (Qmin ke Qmaks) yang tercantum pada pelat data. Pengujian ini untuk menunjukkan bahwa laju alir maksimum yang dapat dicapai berada dalam rentang yang diperbolekan dan dapat dilakukan saat pengujian akurasi pada laju alir maksimum yang dapat dicapai. (1) Selang dengan unit pompa sendiri
(a) Mulai penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai. (b) Hentikan penyerahan pada setidaknya setelah 10 sekon. (c) Catat penunjukan pada pompa ukur dan hitung laju alir. 61
(d) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal (e) Catat hasilnya pada laporan pengujian. (2) Selang yang berbagi pompa bersama
Persyaratan ini untuk tera atau lokasi.
ketika ada perubahan
(a) Pilih sejumlah selang yang dihubungkan pada unit pompa yang sama. (b) Lakukan penyerahan pada semua selang yang beroperasi pada laju alir maksimum yang dapat dicapai, (c) Hentikan penyerahan setelah sekurang-kurangnya 10 sekon dan hitung laju alir. (d) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal. (e) Catat hasilnya pada laporan pengujian. 6) Akurasi Langkah-langkah pengujian: a) Siapkan bejana ukur. b) Lakukan penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai. Catat volume yang ditunjukkan oleh Pompa Ukur BBM (VFD) dan volume yang ditunjukkan oleh bejana ukur (VREF). c) Hitung dan catat kesalahan relatif (E FD) EFD = ((VFD – VREF)/VREF) x 100 d) Ulangi langkah b) s.d. c) dua kali. e) Lakukan penyerahan pada laju alir operasional dan laju alir minimum masing-masing sebanyak 3 kali. Catat volume yang ditunjukkan oleh pompa ukur (VFD) dan volume yang ditunjukkan oleh bejana ukur (VREF). f)
Hitung dan catat kesalahan relatif (E FD).
g) Tentukan apakah semua hasil masih berada dalam kesalahan maksimum yang diizinkan. Jika tidak, analisa hasilnya dan periksa apakah meter dapat dijustir sehingga hasilnya masih masuk dalam kesalahan maksimum yang diizinkan. h) Jika justir telah dilakukan, alirkan kuantitas bahan bakar dan ulangi langkah b) s.d. g). i)
Catat hasilnya pada laporan pengujian
7) Akurasi dari penjatah Langkah-langkah pengujian: a) Siapkan Bejana ukur b) Masukkan dan catat nilai penjatah volume/harga menggunakan fasilitas penjatah. Nilai penjatah yang diserahkan harus mendekati kuantitas bejana ukur yang digunakan. c) Lakukan penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai sampai penyerahan berhenti. Catat volume yang ditunjukkan oleh pompa ukur (VFD) dan volume yang ditunjukkan oleh bejana ukur (VREF). 62
d) Hitung dan catat kesalahan relatif (E FD) EFD = ((VFD – VREF)/VREF) x 100 e) Tentukan apakah hasil berada dalam kesalahan maksimum yang diizinkan. f)
Catat hasilnya pada laporan pengujian.
8) Eliminasi gas Pengujian ini hanya perlu jika terdapat alat penguji eliminasi gas pada pompa ukur . Perbedaan kesalahan (ED) antara pengujian tanpa gas/udara dan dengan gas/udara harus tidak boleh melebihi kesalahan maksimum yang diizinkan yang diberikan dalam Tabel 1. Tabel 1. BKD untuk pengujian eliminasi udara Viskositas
BKD
≤ 1 mPa.s
0,5%
>1 mPa.s
1,0%
a) Hitung dan catat kesalahan rata-rata (EAV) dari 3 kali penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai selama pengujian akurasi. b) Siapkan bejana ukur. c) Jika disegel, pindahkan segel dari katup pengujian. d) Lakukan penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai. Selama pengujian buka perlahan katup pengujian gas/udara sehinga aliran berkurang atau berhenti. e) Tutup katup pengujian, dan selesaikan penyerahan. f)
Catat volume yang ditunjukkan oleh pompa ukur BBM (V FD) dan volume yang ditunjukkan oleh bejana ukur (VREF).
g) Hitung dan catat kesalahan relatif (E FD) EFD = ((VFD – VREF)/VREF) x 100 h) Tentukan perbedaan kesalahan (ED) untuk alat eliminasi gas. ED = EAV - EFD i)
Tentukan apakah ED berada dalam BKD.
j)
Catat hasilnya pada laporan pengujian.
9) Anti-drain Untuk sistem pengukuran selang penuh yang dilengkapi dengan hose reel, kenaikan volume internal selama perubahan dari posisi selang yang digulung ketika tidak bertekanan ke posisi selang yang tidak digulung ketika bertekanan tanpa aliran cairan harus tidak melebihi dua kali deviasi volume minimum yang ditentukan. Jika sistem pengukuran tidak dilengkapi hose reel, kenaikan volume internal tidak boleh melebihi deviasi volume minimum yang ditentukan.
63
Tabel 2. BKD untuk pengujian anti-drain Vmin
BKD tanpa hose reel
BKD dengan hose reel
2L
20 mL
40 mL
5L
50 mL
100 mL
Jika Vmin tidak terdapat pada Tabel 2 maka nilai BKD dapat dihitung dengan persamaan:
Tanpa hose reel (BKD dalam mL) BKD = Vmin(L) x 10
Dengan hose reel (BKD dalam mL) BKD = = Vmin(L) x 20
a) Tanpa hose reel (1) Siapkan bejana ukur (2) Mulai penyerahan ke sehingga selang bertekanan (3) Hentikan penyerahan secara tiba-tiba membenamkan nozzle kedalam cairan atau melepaskan pemicu nozzle secara tiba-tiba.
dengan dengan
(4) Matikan pompa ukur dengan mengoperasikan secara manual tuas penggantung nozzle dan jangan gantung nozzle. (5) Selagi memegang nozzle, keringkan selama 5 sekon. (6) Buka nozzle dan biarkan tekanan dalam selang berkurang selagi mengosongkan nozzle ke dalam bejana ukur. (7) Tutup nozzle ketika aliran berhenti, atau setelah 30 sekon. Jika nozzle masih menetes setelah 30 sekon nozzle harus diperbaiki. (8) Catat volume dari pengosongan ditunjukkan oleh bejana ukur .
bahan
bakar
yang
(9) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal. b) Dengan hose reel 1) Urai selang dari reel nya. 2) Siapkan bejana ukur. 3) Mulai penyerahan agar selang bertekanan 4) Hentikan pengiriman secara tiba-tiba membenamkan nozzle kedalam cairan atau melepaskan pemicu nozzle secara tiba-tiba.
dengan dengan
5) Matikan pompa ukur dengan mengoperasikan secara manual tuas penggantung nozzle dan jangan gantung nozzle. 6) Gulung selang dan kembalikan ke tempat reel-nya. 7) Selagi memegang nozzle, keringkan selama 5 sekon. 8) Buka nozzle dan biarkan tekanan dalam selang berkurang selagi mengosongkan nozzle ke dalam bejana ukur.
64
9) Tutup nozzle ketika aliran berhenti, atau setelah 30 sekon. Jika nozzle masih menetes setelah 30 sekon nozzle harus diperbaiki. 10) Catat volume pengosongan bahan bakar yang ditunjukkan oleh bejana ukur standar . 11) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
65
3. Contoh Cerapan Pengujian untuk Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak KOP INSTANSI
NAMA DAN ALAMAT INSTANSI
Tanggal pengujian ………………. Tipe pengujian : Merek
:
Tipe
:
Nomor seri
:
tera
tera ulang
Nomor IT/ITP : Pemilik
:
Alamat
:
1. Apakah PU BBM ini dilengkapi dengan IT/ITP?
ya
tidak
2. Apakah PU BBM ini digunakan dengan benar?
ya
tidak
3. Apakah semua deskripsi yang wajib jelas terpasang pada pelat data dan terpasang tetap pada PU BBM?
ya
tidak
4. Apakah semua panel eksternal terjamin?
ya
tidak
5. Apakah PU BBM terpasang tetap pada pondasinya?
ya
tidak
6. Apakah tutup tampilan rusak?
ya
tidak
7. Apakah gelas penglihat berisi spinner atau bola plastic, dan bersih serta penuh produk?
ya
tidak
8. Apakah penunjukan volume, harga satuan, dan harga total sesuai dengan selang yang dipilih?
ya
tidak
9. Apakah semua penunjukan kelihatan dengan jelas pada siang dan malam hari?
ya
tidak
10. Apakah selang dalam kondisi yang yang wajar, misalnya tidak lecet, retak, atau pembungkus selangnya usang?
ya
tidak
11. Apakah masing-masing nozzle menghentikan aliran cairan ketika dikembalikan ke tempat penyimpanannya?
ya
tidak
12. Apakah ada kebocoran?
ya
tidak
13. Untuk penunjukan kontinyu: apakah pergerakan roda penunjuk harga mengikuti pergerakan tuas internal penyetel harga?
ya
tidak
66
HASIL PENGUJIAN Nomor PU BBM dan identifikasi nozzle Harga satuan yang ditampilkan
Rp./L
Rp./L
Rp./L
Pembacaan totalisator volume pada awal pengujian
L
L
L
Pembacaan totalisator volume pada akhir pengujian
L
L
L
Total volume yang digunakan untuk pengujian
L
L
L
Qmin dan Qmaks pada pelat data Akurasi
Qmin
Qmaks
VFD
VREF
Qmin EFD
ED
Qmaks
VFD
Qmin
VREF
EFD
ED
Qmaks
VFD
VREF
EFD
ED
EFD = (VFD – VREF)/ VREF x 100 Penyerahan 1 pada laju alir maksimum yang dapat dicapai/Laju alir operasional/Laju alir minimum
L
L
%
L
L
%
L
L
%
Penyerahan 2 pada laju alir maksimum yang dapat dicapai/Laju alir operasional/Laju alir minimum
L
L
%
L
L
%
L
L
%
Penyerahan 3 pada laju alir maksimum yang dapat dicapai/Laju alir operasional/Laju alir minimum.
L
L
%
L
L
%
L
L
%
Kesalahan rata-rata (EAV) untuk 3 penyerahan
%
Penyerahan penjatah
L
L
%
Penyerahan eliminasi udara ED = EAV -EFD
L
L
%
Anti-drain, volume dari pengosongan bahan bakar
%
%
L
L
L
L
%
% %
mL
L
L
L
L
mL
% % mL
Fasilitas pemeriksa untuk perangkat penunjukan
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Penyetelan nol
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Perhitungan harga
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Nozzle cut-off
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Interlock
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Penunjukan penjatah (pre-set)
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Hasil keseluruhan
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Lolos
Gagal
Pegawai Berhak:
1. 2.
67
Lampiran III PROSEDUR PENGUJIAN POMPA UKUR ELPIJI I.
Pemeriksaan Visual
A. Pemeriksaan Administrasi Periksa dan catat kelengkapan administrasi Pompa Ukur Elpiji yang akan diuji, meliputi: 1. Pelat identitas, yang berisi: a. tanda pabrik atau merek; b. model/tipe dan nomor seri; c. tahun pembuatan; d. temperatur maksimum dan minimum; e. tekanan operasional maksimum dan minimum; f. range density Elpiji yang diperbolehkan; g. laju alir aktual maksimum dan minimum (pada kondisi aliran). 2. Label tipe, untuk pompa ukur Elpiji asal impor pada saat tera. 3. Nomor Surat Izin Tanda Pabrik, untuk pompa ukur Elpiji buatan dalam negeri pada saat tera. 4. Kelengkapan data, antara lain: a. nama pemilik/pengguna; b. alamat pemilik/pengguna; c. nama contact person di lokasi; d. nama perusahaan; e. alamat di mana pompa ukur berada; f. nomor pompa ukur (tag number). B. Pemeriksaan Karakteristik Instrumen 1. Apakah pompa ukur digunakan secara benar? 2. Apakah semua penandaan yang wajib terdapat pada pelat data yang melekat permanen pada pompa ukur dan dapat dilihat dengan jelas? 3. Apakah semua panel eksternal dalam keadaan aman dan baik? 4. Apakah pompa ukur terpasang dengan kokoh pada fondasinya? 5. Apakah jendela penutup rusak? 6. Apakah penunjukkan volume, harga satuan dan total harga sesuai dengan selang yang dipilih? 7. Apakah semua penunjukkan terlihat jelas pada semua kondisi siang dan malam? 8. Apakah selang dalam kondisi siap pakai (misal: tidak lecet parah, terbelah, atau aus)? 9.
Apakah ada kebocoran?
10. Untuk sistem swalayan, apakah nomor pompa ukur sesuai dengan konsol?
68
II.
Pengujian Fasilitas Pompa Ukur ELPIJI
A. Penyetelan Nol Pengujian perangkat penyetelan nol dilakukan sebagai berikut: 1. Angkat nozzle dari posisinya dan pastikan bahwa display menampilkan suatu angka, penunjukkan harga/volume adalah nol sebelum penyerahan produk dilakukan. 2. Kembalikan nozzle ke posisinya, angkat kembali nozzle sebagaimana dilakukan pada angka 1. 3. Catat hasil pengujian pada cerapan. B. Penghitungan Harga Pengujian perangkat penghitung harga dilakukan sebagai berikut: 1. Reset pompa ukur ke nol. 2. Lakukan penyerahan volume sesuai yang diinginkan. 3. Catat nilai volume dan penunjukan harganya. 4. Hitung harga dengan mengalikan harga satuan dan volume yang ditunjukkan. 5. Bandingkan harga hasil perhitungan dengan harga pada penunjukan. C. Interlock Pengujian interlock dilakukan terhadap beberapa kondisi: -
beberapa selang dengan satu perangkat penunjukan
-
beberapa selang dengan beberapa perangkat penunjukan
-
satu selang dengan dua perangkat penunjukan.
1. Beberapa selang dengan satu perangkat penunjukan a. Pilih satu selang dan angkat nozzle dari posisinya. b. Penunjukkan harga dan volume untuk selang yang dipilih harus tetap menunjuk nol. c. Lakukan penyerahan. d. Periksa dan pastikan bahwa selang yang lain dalam kondisi nonaktif, dengan cara mengangkat nozzle lain dari posisinya. e. Catat hasil pengujian pada cerapan. 2. Beberapa selang dengan beberapa perangkat penunjukan a. Pilih salah satu selang dan angkat nozzle dari posisinya. b. Penunjukkan harga dan volume untuk selang yang dipilih harus tetap menunjuk nol. c. Angkat nozzle lain yang tidak diuji dan alirkan produk. d. Pada selang yang dipilih untuk penyerahan, alirkan produk sesuai dengan volume dan laju alir yang diinginkan. e. Setelah volume yang diinginkan tercapai, tutup nozzle dan catat penunjukkannya. f. Tutup nozzle yang tidak diuji.
69
g. Catat hasil pengujian pada cerapan dan harus sesuai dengan BKD. h. Lakukan langkah-langkah pada huruf a s.d. g untuk selang yang lain. 3. Satu selang dengan dua perangkat penunjukan a. Angkat nozzle dari posisinya. b. Penunjukkan harga dan volume untuk selang yang dipilih harus tetap menunjuk nol. c. Alirkan produk sesuai dengan volume dan laju alir yang diinginkan. d. Setelah volume yang diinginkan tercapai, tutup nozzle dan catat penunjukkannya. e. Catat hasil yang ditampilkan pada kedua penunjukan dan penunjukannya tidak boleh berbeda.
di cerapan
D. Perangkat Pre-set Pengujian perangkat pre-set untuk volume dan harga dilakukan sebagai berikut: 1. Reset pompa ukur ke nol. 2. Masukkan nilai pre-set volume/harga yang diinginkan menggunakan fasilitas pre-set. Pastikan jumlah pre-set muncul di perangkat penunjukkan. 3. Lakukan penyerahan dengan nozzle terbuka penuh sehingga memungkinkan fasilitas pre-set untuk memperlambat dan menghentikan penyerahan secara otomatis. 4. Catat penunjukan volume/harga. 5. Tentukan apakah hasil penunjukan volume/harga sesuai dengan nilai pre-set yang diberikan. Pengujian sebagaimana poin A sampai dengan C dapat dilakukan secara bersamaan dengan pengujian akurasi.
70
Contoh Cerapan Pemeriksaan Visual dan Pengujian Fasilitas Pompa Ukur Elpiji KEMENTERIAN PERDAGANGAN DIREKTORAT JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171 Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035
CERAPAN PENGUJIAN POMPA UKUR LPG (PEMERIKSAAN VISUAL & FASILITAS)
TERA TERA ULANG
DATA POMPA UKUR Nama Perusahaan Nama Pemilik Alamat Pemilik Nama Contact Person Alamat (lokasi Pompa Ukur) Nomor Pompa Ukur Merek Model/Tipe Nomor Seri Tahun Pembuatan Temperatur (Min - Max)
: : : : : : : : : : :
Tekanan Minimum Tekanan Maksimum Density (yg diperbolehkan) Laju Alir Minimum Laju Alir Maksimum
: : : : :
PEMERIKSAAN KARAKTERISTIK Apakah pompa ukur digunakan secara benar? Apakah semua penandaan yang wajib terdapat pada pelat data yang melekat permanen pada pompa ukur dan dapat dilihat dengan jelas? Apakah semua panel eksternal dalam keadaan aman dan baik? Apakah pompa ukur terpasang dengan kokoh pada fondasinya?
Ya Ya
Tidak Tidak
Ya Ya
Tidak Tidak
Apakah jendela penutup rusak? Apakah penunjukkan volume, harga satuan dan total harga sesuai dengan selang yang dipilih? Apakah semua penunjukkan terlihat jelas pada semua kondisi siang dan malam? Apakah selang dalam kondisi siap pakai (misal: tidak lecet parah, terbelah, atau aus)? Apakah terdapat kebocoran? Untuk sistem swalayan, apakah nomor pompa ukur sesuai dengan konsol?
Ya Ya
Tidak Tidak
Ya Ya Ya Ya
Tidak Tidak Tidak Tidak
PENYETELAN NOL Pengangkatan Nozzle ke-1 - Display menyala dan menampilkan angka? - Display menunjukkan angka nol?
Ya Ya
Tidak Tidak
SAH
Pengangkatan Nozzle ke-2 - Display menyala dan menampilkan angka? - Display menunjukkan angka nol?
Ya Ya
Tidak Tidak
BATAL
PENGHITUNG HARGA Harga LPG per liter Volume LPG yang Diserahkan Penunjukan Harga pada Display Harga Hasil Perhitungan
: Rp. : : Rp. : Rp
SAH
L BATAL
INTERLOCK Beberapa selang - Apakah penunjukan volume & harga reset ke nol? dengan 1 display : - Apakah selang yang lain non-aktif?
Ya Ya
Tidak Tidak
Beberapa selang - Apakah penunjukan volume & harga reset ke nol? dengan beberapa - Apakah selang lain dapat beroperasi? display : - Apakah volume yg diserahkan selang yg diuji sesuai dengan yang ditunjukkan pada display?
Ya Ya Ya
Tidak Tidak Tidak
(1)
71
SAH
BATAL
KEMENTERIAN PERDAGANGAN DIREKTORAT JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171 Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035
CERAPAN PENGUJIAN POMPA UKUR LPG (PEMERIKSAAN VISUAL & FASILITAS) INTERLOCK (lanjutan) 1(satu) selang - Apakah penunjukan volume & harga reset ke nol? dengan 2 display : - Apakah penunjukan volume pada display 1 dan display 2 menampilkan nilai yg sama? - Apakah penunjukan harga pada display 1 dan display 2 menampilkan nilai yg sama?
Ya Ya
Tidak Tidak
Ya
Tidak
PRE-SET Pengaturan :
- Volume - Harga Hasil Penyerahan : - Volume - Harga
SAH
: : : :
L
SAH
L
BATAL
Rp. Rp.
BATAL
......................, ........................20..... Petugas : 1. .....................................................
2. .....................................................
(2)
72
Pengujian Akurasi dengan Metode Volumetri menggunakan Master Meter
III.
A. Peralatan yang diperlukan 1. Master meter a. harus mampu telusur; b. harus mempunyai akurasi lebih tinggi dari Pompa Ukur Elpiji yang diuji dengan ketidakpastian + 0,2%; c. dilengkapi dengan termometer standar referensi (skala terkecil +0,1oC) dan pressure gauge standar referensi 2500 kPa (ketidakpastian + 25 kPa), dipasang pada inlet master meter. 2. Termometer a. harus mampu telusur; b. skala terkecil + 0,1oC; c. harus dapat dimasukkan ke dalam thermowell Pompa Ukur Elpiji. 3. Hydrometer pressure vessel a. harus mampu telusur; b. dilengkapi dengan hydrometer standar referensi (ketidakpastian + 1 kg/m3), termometer standar referensi (skala terkecil + 0,1oC) dan pressure gauge standar referensi 2500 kPa (ketidakpastian + 25 kPa). B. Pengujian Pengujian harus dilakukan pada laju alirsebagai berikut:
3 (tiga) penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai (Qmaks);
3 (tiga) penyerahan pada laju alir operasional; dan
3 (tiga) penyerahan pada laju alir minimum (Q min).
Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Pastikan pompa uncompensated).
ukur
dalam
kondisi
aktual
(mode
temperature
Catatan: apabila tidak memungkinkan, lakukan penyerahan pada mode temperature compensated dan gunakan switch yang sesuai untuk menampilkan VFD. b. Masukkan minyak atau glycol ke dalam thermowell pompa ukur dan letakkan termometer di dalamnya. Di sinilah pengukuran temperatur TFD dilakukan. c. Hubungkan selang keluaran master meter ke vapour return line pada pompa ukur. d. Hubungkan nozzle pompa ukur ke inlet (masukan) master meter. e. Buka nozzle pompa ukur secara perlahan kemudian buka secara penuh valve pengontrol aliran pada master meter agar dapat dilakukan pengujian pada laju alirmaksimum. f. Buka nozzle master meter dan sirkulasikan setidaknya 100 L produk melalui sistem tersebut dan dikembalikan ke tangki penyuplai sampai temperatur dan pembacaan tekanan pada master meter menjadi stabil. g. Reset master meter dan pompa ukur ke nol.
73
h. Lakukan penyerahan pada laju alirmaksimum yang dapat dicapai sampai minimum volume terbesar dari ketiga nilai berikut: -
penyerahan selama 1 menit;
-
2 x penyerahan minimum; atau
-
kuantitas minimum master meter seperti yang tercantum pada sertifikat pengujian.
i.
Kira-kira pada kondisi ½ penyerahan, catat temperatur produk di dalam pompa ukur dan master meter (TFD dan TMM) serta tekanan pada master meter (PMM).
j.
Lanjutkan penyerahan menggunakan nozzle master meter sampai selesai, catat volume yang ditampilkan pada master meter (VMM) serta volume uncompensated pada pompa ukur (VFD). Catatan: apabila pompa ukur dapat menampilkan nilai volume compensated (VFD15) dan uncompensated (VFD) secara bersamaan, catat kedua penunjukkan tersebut. Volume compensated (VFD15) hanya perlu dicatat 1 (satu) kali selama pengujian. Nilai V FD15 digunakan untuk menilai apakah proses konversi bekerja dengan benar.
k. Tenentukan faktor konversi CtlFD dan CtlMM sebagai pengaruh temperatur terhadap ELPIJIpada pompa ukur dan master meter menggunakan D15, TFD dan TMM dengan dihubungan terhadap ASTM-IPAPI Tabel 54. l.
Hitung faktor konversi tekanan (CplMM) sebagai pengaruh tekanan terhadap ELPIJIpada master meter dengan menggunakan D15, Pe, PMM, TMM dan faktor compressibility dari API Manual of Petroleum Measurement Standards, Chapter 11.2.2M. Atau, gunakan tabel ringkasan yang terdapat dalam Lampiran B.
m. Catat meter faktor dari master meter (MFMM) berdasarkan keterangan padasertifikat pengujiannya. n. Hitung volume master meter terkonversi dan terkoreksi dengan persamaan berikut: =
×
×
×
o. Hitung volume pompa ukur terkonversi dengan persamaan berikut: ,
=
×
,
−
/
p. Hitung kesalahan relatif (EFD) dengan membandingkan volume pompa ukur terkonversi dan volume pengujian terkonversi. =
× 100%
q. Ulangi langkah g sampai p sebanyak 2 (dua) kali.
r. Hasil rata-rata dari 3 (tiga) kali pengujian tersebut di atas merupakan kesalahan penunjukkan pada laju alir yang diuji. s. Hitung repeatability (ketidaktetapan) dari selisih terbesar antara 2 (dua) hasil pengujian yang berurutan, apabila hasilnya melebihi BKD maka pengujian harus diulangi. t. Ulangi langkah g sampai s pada Qmin dan Qoperasional sebanyak 3 (tiga) kali. u. Tentukan apakah semua hasil pada langkah t berada dalam BKD (lihat Tabel 2).
74
v. Apabila hasil sebagaimana huruf s melebihi BKD, lakukan penyetelan meter, ulangi langkah g sampai dengan u. w. Catat hasil pengujian dalam cerapan. x. Pastikan pompa ukur berada dalam mode temperature compensated.
75
C. Contoh Cerapan KEMENT ERIAN PERDAGANGAN DIREKTORA T JENDERA L STA NDA RDISA SI DA N PERLINDUNGA N KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171 Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035
Pompa Ukur dilengkapi dengan Switch V F D/VF D1 5
CERA PA N PENGUJIA N POMPA UKUR LPG MENGGUNA KA N MA STER METER - Nomor Seri Mast er Met er : Pembacaan Hydromet er
- Densit y pada Pompa Ukur : ...............................................
- Observed Pe - Corect ed Pe
:
kPa
:
kPa
Penunjukan Tot alisat or : - Awal : - Akhir :
L L
.................. kg/L
- Observed Temperat ure :
o
- Corect ed Temperat ure :
o
Tot al Volume Terpakai
Penyerahan 1 (Qmaks/Qop/
........................L
Qmin)
TM M PM M VM M Laju alir maksimum yg dapat dicapai MFM M
o
C
- Temperat ur pada Pompa Ukur :
- Observed Densit y
:
kg/L
- Corect ed Densit y : C Penyerahan 2 Penyerahan 3 (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ Qmin)
C
kPa L L/min
o
Qmin)
C
kPa L L/min
o
C
kPa L L/min
o
TF D VF D Repeatability VF D1 5 (dengan menekan switch V F D/VF D1 5 )
o
C L
C L
EF D
C
L
L
L % L
L
L
L
%
%
%
%
%
%
CtlF D*) (menggunakan TF D dan density pada 15o C) VF D,c (V F D x CtlF D)
o
Rata-rata Kesalahan Relatif (EF D_A V )
%
EC Rata-rata Kesalahan Konversi (EC _A V )
% %
Pet ugas :
SAH
BATAL
Tanggal Pengujian : .............................
1. ........................................................ 2. ........................................................
76
C
o
Densit y pada 15 C (D15) :
kg/L
Cat at an : *)
CtlM M *) (menggunakan TM M dan density pada 15o C) CplM M (menggunakan TM M , PM M , Pe dan density pada 15o C) Vr e f (V M M ×CtlM M ×CplM M ×MFM M )
kg/L
o
............
jika perbedaan antara TFD dan TMM > 0,5oC, maka faktor koreksi dapat disamakan
KEMENTERIAN PERDAGANGAN DIREKTORA T JENDERA L STA NDA RDISA SI DA N PERLINDUNGA N KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171 Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035
Pompa Ukur tidak dilengkapi dengan Switch VF D/VF D1 5
CERA PA N PENGUJIA N POMPA UKUR LPG MENGGUNA KA N MA STER METER - Nomor Seri Mast er Met er : Pembacaan
- Densit y pada Pompa Ukur : ...............................................
- Observed Pe Hydromet er - Corect ed Pe Penunjukan Tot alisat or : - Awal : - Akhir :
:
kPa
:
kPa L L
o
- Observed Temperat ure : - Corect ed Temperat ure : Tot al Volume Terpakai Penyerahan 1 (Qmaks/Qop/ ........................L Qmin)
TM M PM M VM M Laju alir maksimum yg dapat dicapai MFM M
C
- Temperat ur pada Pompa Ukur : ............
- Observed Densit y
:
kg/L
- Corect ed Densit y : C Penyerahan 2 Penyerahan 3 (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/
kg/L
o
Qmin)
Qmin)
o
C
o
Densit y pada 15 C (D15) :
kg/L
Cat at an : *)
jika perbedaan antara TFD dan TMM > 0,5oC, maka faktor koreksi dapat disamakan
-
C tlFD untuk penyerahan terkompensasi pada temperatur 15oC dianggap 1,00
Tanggal Pengujian : ...........................
CtlM M *) (menggunakan TM M dan density pada 15o C)
Petugas :
CplM M (menggunakan TM M , PM M , Pe dan density pada 15o C) Vr ef (VM M ×CtlM M ×CplM M ×MFM M ) TF D VF D Repeatability VF D1 5 (dengan perhitungan)
1. .....................................................
2. .....................................................
CtlF D*) (menggunakan TF D dan density pada 15o C) VF D,c (VF D x CtlF D) EF D Rata-rata Kesalahan Relatif pd temperatur operasional (EF D_A V ) EF D1 5 Rata-rata Kesalahan Relatif pd temperatur 15o C (EF D1 5 _A V ) Kesalahan Konversi (EC )
SAH
.................. kg/L
BATAL
77
IV.
Pengujian Akurasi dengan Metode Volumetri menggunakan Flowmeter
Mass
A. Peralatan yang diperlukan 1. Mass Flowmeter a. harus mampu telusur; b. harus mempunyai akurasi lebih tinggi dari Pompa Ukur Elpiji yang diuji dengan ketidakpastian + 0,2%; c. dilengkapi dengan termometer standar referensi (skala terkecil +0,1oC) dan pressure gauge standar referensi 2500 kPa (ketidakpastian + 25 kPa), dipasang pada inlet master meter. 2. Termometer a. harus mampu telusur; b. skala terkecil + 0,1oC; c. harus dapat dimasukkan ke dalam thermowell Pompa Ukur Elpiji. 3. Hydrometer pressure vessel a. harus mampu telusur; b. dilengkapi dengan hydrometer standar referensi (ketidakpastian + 0,5 kg/m3), termometer standar referensi (skala terkecil + 0,1oC) dan pressure gauge standar referensi 2500 kPa (ketidakpastian + 25 kPa). B. Pengujian Pengujian harus dilakukan pada laju alir sebagai berikut:
3 (tiga) penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai (Qmaks);
3 (tiga) penyerahan pada laju alir operasional; dan
3 (tiga) penyerahan pada laju alir minimum (Qmin).
Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Pastikan pompa ukur dalam mode temperature uncompensated. Catatan: apabila tidak memungkinkan, lakukan penyerahan pada mode temperature compensated dan gunakan switch yang sesuai untuk menampilkan VFD. b. Masukkan minyak atau glycol ke dalam thermowell pompa ukur dan letakkan termometer di dalamnya. Di sinilah pengukuran temperatur TFD dilakukan. c. Hubungkan selang keluaran mass flowmeter ke vapour return line pada pompa ukur. d. Hubungkan nozzle pompa ukur ke inlet mass flowmeter. e. Buka nozzle pompa ukur secara perlahan kemudian buka secara penuh valve pengontrol aliran pada mass flowmeter agar dapat dilakukan pengujian pada laju alir maksimum. f.
Buka nozzle mass flowmeter dan sirkulasikan setidaknya 100 L produk melalui sistem tersebut dan dikembalikan ke tangki penyuplai sampai temperatur dan pembacaan tekanan pada mass flowmeter menjadi stabil.
g. Reset (nolkan) mass flowmeter dan pompa ukur. 78
h. Lakukan penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai sampai minimal volume terbesar dari ketiga nilai berikut: -
penyerahan selama 1 menit;
-
2 x penyerahan minimum Pompa Ukur Elpiji; atau
-
kuantitas penyerahan minimum mass flowmeter seperti yang tercantum pada sertifikat pengujian.
i.
Pada ½ penyerahan, catat temperatur produk di dalam pompa ukur dan mass flowmeter (TFD dan TMFM) serta tekanan pada mass flowmeter (PMFM).
j.
Setelah penyerahan mencapai volume yang diinginkan, hentikan penyerahan dan catat penunjukkan volume uncompensated pada pompa ukur (VFD) dan penunjukkan massa mass flowmeter (MMFM).
k. Hitung volume mass flowmeter terkonversi dan terkoreksi dengan persamaan berikut: l.
=(
)÷
×
Tentukan faktor konversi temperatur (C tlFD) menggunakan D15 dan TFD dengan dihubungan terhadap ASTM-IP-API Tabel 54.
m. Hitung volume pompa ukur terkonversi dengan persamaan berikut: ,
=
×
,
−
/
n. Hitung kesalahan relatif (EFD) dengan membandingkan volume pompa ukur terkonversi dan volume pengujian terkonversi. =
× 100%
o. Ulangi langkah g sampai n sebanyak 2 (dua) kali.
p. Hasil rata-rata dari 3 (tiga) kali pengujian tersebut di atas merupakan kesalahan penunjukkan pada laju alir yang diuji. q. Hitung repeatability (ketidaktetapan) dari selisih terbesar antara 2 (dua) hasil pengujian yang berurutan, apabila hasilnya melebihi BKD maka pengujian harus diulangi. r. Ulangi langkah g sampai q pada Qmin dan Qoperasional sebanyak 3 (tiga) kali. s. Tentukan apakah semua hasil pada langkah r berada dalam BKD (lihat Tabel 2). t.
Apabila hasil sebagaimana huruf s melebihi BKD, lakukan penyetelan meter, ulangi langkah g sampai dengan s.
u. Catat hasil pengujian dalam cerapan.
79
C. Contoh Cerapan KEMENT ERIAN PERDAGANGAN DIREKTORA T JENDERA L STA NDA RDISA SI DA N PERLINDUNGA N KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171 Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035
Pompa Ukur dilengkapi dengan Switch VF D/VF D1 5
CERA PA N PENGUJIA N POMPA UKUR LPG MENGGUNA KA N MA SS FLOWMETER - Nomor Seri Mass Flowmet er ............................................... : - Densit y pada Pompa Ukur : Pembacaan - Observed Temperat ure Hydromet er - Corect ed Temperat ure Penunjukan Tot alisat or : - Awal L : - Akhir L :
o
: :
o
Tot al Volume Terpakai ........................L
- Temperat ur pada Pompa Ukur :
C
- Observed Densit y : - Corect ed Densit y : C Penyerahan 1 Penyerahan 2 (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ Qmin)
MM F M PM F M TM F M MFM M Vr e f ((MM F M ×MFM F M )/D1 5 ) Laju alir maksimum yg dapat dicapai TF D VF D Repeatability VF D1 5 (dengan menekan switch V F D/VF D1 5 )
.................. kg/L
Qmin)
kg/L kg/L Penyerahan 3 (Qmaks/Qop/ Qmin)
kg kPa o C
kg kPa o C
kg kPa o C
L/min o C
L/min o C
L/min o C
L
L % L
L % L
CtlF D (menggunakan TF D dan density pada 15o C) VF D,c (VF D x CtlF D) EF D
L
L
L
L
%
%
%
%
%
Rata-rata Kesalahan Relatif (EF D_A V )
%
EC Rata-rata Kesalahan Konversi (EC _A V )
% %
Pet ugas :
SAH
BATAL
1. ........................................................
Tanggal Pengujian : ............................. 2. ........................................................
80
Cat at an :
............ o
o
C
Densit y pada 15 C (D15) : kg/L
KEMENTERIAN PERDAGANGAN DIREKTORA T JENDERA L STA NDA RDISA SI DA N PERLINDUNGA N KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171 Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035
Pompa Ukur tidak dilengkapi dengan Switch VF D/VF D1 5
CERA PA N PENGUJIA N POMPA UKUR LPG MENGGUNA KA N MA SS FLOWMETER - Nomor Seri Mass Flowmet er ............................................... : - Densit y pada Pompa Ukur : Pembacaan - Observed Temperat ure Hydromet er - Corect ed Temperat ure Penunjukan Tot alisat or : - Awal L : - Akhir L :
o
: :
o
Tot al Volume Terpakai ........................L
.................. kg/L
- Temperat ur pada Pompa Ukur :
C
- Observed Densit y : - Corect ed Densit y : C Penyerahan 1 Penyerahan 2 (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ Qmin)
MM F M PM F M TM F M MFM M Vr ef ((MM F M ×MFM F M )/D1 5 ) Laju alir maksimum yg dapat dicapai TF D VF D Repeatability VF D1 5 (dengan perhitungan)
Qmin)
Qmin)
kg kPa
o
o
o
C
C
L/min o C L %
L
L
L
%
%
% %
EF D1 5
% o
%
%
Rata-rata Kesalahan Relatif pd temperatur 15 C (EF D1 5 _A V )
%
Kesalahan Konversi (EC )
%
SAH
BATAL
81
C tlFD untuk penyerahan terkompensasi pada temperatur 15oC dianggap 1,00
L % L 2. .....................................................
L
o
C
Densit y pada 15 C (D15) : kg/L
C Tanggal Pengujian : ........................... Petugas : 1. ..................................................... L/min o C
L
Rata-rata Kesalahan Relatif pd temperatur operasional (EF D_A V )
o
Cat at an : -
kg kPa
L
EF D
Penyerahan 3 (Qmaks/Qop/
kg kPa
L/min o C
CtlF D (menggunakan TF D dan density pada 15o C) VF D,c (VF D x CtlF D)
kg/L kg/L
............
V.
Pengujian Akurasi dengan Metode Gravimetri
A. Peralatan yang diperlukan 1. Timbangan a. harus mampu telusur; b. memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari Pompa Ukur Elpiji yang diuji. 2. Anak timbangan standar a. harus mampu telusur; b. 1 (satu) set (1 g sampai dengan 1 kg). 3. Hydrometer pressure vessel a. harus mampu telusur; b. dilengkapi dengan hydrometer standar referensi (ketidakpastian + 0,5 kg/m3), termometer standar referensi (skala terkecil +0,1oC) dan pressure gauge standar referensi 2500 kPa (ketidakpastian + 25 kPa). 4. Termometer a. harus mampu telusur; b. skala terkecil +0,1oC; c. harus dapat dimasukkan ke dalam thermowell Pompa Ukur Elpiji 5. Alat penampung Elpiji dengan kapasitas yang cukup, mampu menampung laju alir sampai dengan Q maks dan mempunyai katup kontrol aliran yang memadai. B. Pengujian Pengujian harus dilakukan pada laju alir sebagai berikut:
3 (tiga) penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai (Qmaks);
3 (tiga) penyerahan pada laju alir operasional; dan
3 (tiga) penyerahan pada laju alir minimum (Qmin).
Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Pastikan pompa ukur dalam mode temperature uncompensated. Catatan: apabila tidak memungkinkan, lakukan penyerahan pada mode temperature compensated dan gunakan switch yang sesuai untuk menampilkan VFD. b. Masukkan minyak atau glycol ke dalam thermowell pompa ukur dan letakkan termometer di dalamnya. Di sinilah pengukuran temperatur TFD dilakukan. c. Setel kedataran timbangan. d. Tempatkan alat penampung Elpiji pada timbangan, catat nilai penunjukan awal pada indikator timbangan (I o), kemudian naikkan imbuh (∆L) pada lantai muatan sampai penunjukan timbangan berubah 1 (satu) skala dan catat nilai imbuhnya. e. Reset pompa ukur ke nol. f.
Lakukan penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai sampai minimal volume terbesar dari kedua nilai berikut:
82
-
penyerahan selama 1 menit; atau
-
2 x penyerahan minimum.
Catatan: untuk mempertahankan penyerahan tetap pada laju alir maksimum, pengisian ke alat penampung Elpiji dapat dilakukan hanya sampai setengah penuh saja. g. Pada ½ penyerahan, catat temperatur produk di dalam pompa ukur (TFD). h. Lanjutkan penyerahan sampai selesai, catat volume uncompensated yang ditampilkan pada pompa ukur (V FD), timbang alat penampung Elpiji dan catat nilai massa produk yang diserahkan dari penunjukkan awal pada indikator timbangan (I 1). Catatan: apabila pompa ukur dapat menampilkan volume compensated (VFD15) dan uncompensated (VFD), catat kedua penunjukkan tersebut. i.
Letakkan imbuh (∆L) pada lantai muatan sampai penunjukan timbangan berubah 1 (satu) skala, catat besarnya imbuh.
j.
Konversikan nilai massa ke volume pada kondisi dasar (VREF) dengan membagi nilai massa dengan D15.
k. Tentukan faktor konversi temperatur (C tlFD) menggunakan D15 dan TFD dengan dihubungan terhadap ASTM-IP-API Tabel 54. l.
Hitung volume pompa ukur terkonversi dengan persamaan berikut: ,
=
×
,
−
/
m. Hitung kesalahan relatif (EFD) dengan membandingkan volume pompa ukur terkonversi dan volume pengujian terkonversi. =
× 100%
n. Ulangi langkah e sampai dengan m sebanyak 2 (dua) kali. o. Hasil rata-rata dari 3 (tiga) kali pengujian tersebut di atas merupakan kesalahan penunjukkan pada laju alir yang diuji. p. Hitung repeatability (ketidaktetapan) dari selisih terbesar antara 2 (dua) hasil pengujian yang berurutan, apabila hasilnya melebihi BKD maka pengujian harus diulangi. q. Ulangi langkah e sampai p pada Qmin dan Qoperasional sebanyak 3 (tiga) kali. r.
Tentukan apakah semua hasil pada langkah q berada dalam BKD (lihat Tabel 2).
s. Apabila hasil sebagaimana huruf s melebihi BKD, lakukan penyetelan meter, ulangi langkah g sampai dengan r. t.
Catat hasil pengujian dalam laporan hasil pengujian.
u. Pastikan pompa ukur berada dalam mode temperature compensated.
83
C. Contoh Cerapan KEMENTERIAN PERDAGANGAN DIREKTORA T JENDERA L STA NDA RDISA SI DA N PERLINDUNGA N KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171 Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035
Pompa Ukur dilengkapi dengan Switch VF D/VF D1 5
CERA PA N PENGUJIA N POMPA UKUR LPG MENGGUNA KA N MA STER METER - Nomor Seri Mast er Met er : Pembacaan
- Observed Pe Hydromet er - Corect ed Pe Penunjukan Tot alisat or : - Awal : - Akhir :
I0
- Densit y pada Pompa Ukur : ............................................... :
kPa
:
kPa L L
- Observed Temperat ure : - Corect ed Temperat ure : Tot al Volume Terpakai Penyerahan 1 (Qmaks/Qop/ ........................L
.................. kg/L
o
C
- Observed Densit y
I0 '
:
kg/L
- Corect ed Densit y : C Penyerahan 2 Penyerahan 3 (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/
o
Qmin)
Qmin)
kg
kg
kg
DL2
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
L L/min o C
L L/min o C
(nilai penunjukan akhir LPG + penampung) (I1 ' - DL2 )
ML P G (P1 - P0 ) Vr ef (ML P G / D1 5 ) Laju alir maksimum yg dapat dicapai TF D VF D Repeatability VF D1 5 (dengan menekan switch V F D/VF D1 5 ) CtlF D (menggunakan TF D dan density pada 15o C) VF D,c (VF D x CtlF D) EF D
Cat at an :
kg
L
L %
L
L
L
L
%
%
%
%
Rata-rata Kesalahan Relatif (EF D_A V ) EC
kg/L
kg
P0 (I0 ' - DL1 ) I1 (nilai penunjukan awal LPG + penampung) I1 ' P1
Densit y pada 15 C (D15) :
kg
(nilai penunjukan akhir alat penampung LPG)
L 2. ..................................................... %
% %
84
BA TA L
L Tanggal Pengujian : ........................... L/min Petugas : o C 1. ..................................................... L % L
%
Rata-rata Kesalahan Konversi (EC _A V )
SA H
C
o
kg
(imbuh)
(imbuh)
kg/L
o
............
Qmin)
(nilai penunjukan awal alat penampung LPG)
DL1
- Temperat ur pada Pompa Ukur :
KEMENTERIAN PERDAGANGAN DIREKTORA T JENDERA L STA NDA RDISA SI DA N PERLINDUNGA N KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171 Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035
Pompa Ukur tidak dilengkapi dengan Switch VF D/VF D1 5
CERA PA N PENGUJIA N POMPA UKUR LPG MENGGUNA KA N MA STER METER - Nomor Seri Mast er Met er : Pembacaan
- Densit y pada Pompa Ukur : ...............................................
- Observed Pe
:
kPa
Hydromet er - Corect ed Pe Penunjukan Tot alisat or :
:
kPa
- Awal - Akhir
: :
L L
o
- Observed Temperat ure : - Corect ed Temperat ure : Tot al Volume Terpakai Penyerahan 1 (Qmaks/Qop/ ........................L
.................. kg/L
Qmin)
C
- Temperat ur pada Pompa Ukur :
- Observed Densit y
:
kg/L
- Corect ed Densit y : C Penyerahan 2 Penyerahan 3 (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/
kg/L
o
Qmin)
Qmin)
kg
DL1 (imbuh)
kg
I0 '
kg
(nilai penunjukan akhir alat penampung LPG)
P0 (I0 ' - DL1 ) I1 (nilai penunjukan awal LPG + penampung)
kg
kg
kg
DL2 (imbuh)
kg
kg
kg
I1 ' P1
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
L L/min o C
L L/min o C
Densit y pada 15 C (D15) :
kg/L
C tlFD untuk penyerahan terkompensasi pada temperatur 15oC dianggap 1,00
kg
(nilai penunjukan akhir LPG + penampung) (I1 ' - DL2 )
ML P G (P1 - P0 ) Vr ef (ML P G / D1 5 ) Laju alir maksimum yg dapat dicapai TF D VF D Repeatability VF D1 5 (dengan perhitungan)
L
L %
CtlF D (menggunakan TF D dan density pada 15o C) VF D,c (VF D x CtlF D) EF D
L
L
L
L
%
%
Rata-rata Kesalahan Relatif pd temperatur operasional (EF D_A V ) % o
%
L 2. ..................................................... % %
Rata-rata Kesalahan Relatif pd temperatur 15 C (EF D1 5 _A V )
%
Kesalahan Konversi (EC )
%
85
BA TA L
L Tanggal Pengujian : ........................... L/min Petugas : o C 1. ..................................................... L % L
%
EF D1 5
SA H
C
o
Cat at an : -
I0 (nilai penunjukan awal alat penampung LPG)
o
............
86