BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK Kegiatan studi lapangan untuk kasus proyek ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan selama dalam pembuatan proyek dan juga untuk mengetahui kondisi tapak yang ada pada kawasan yang akan direncanakan. Setelah melakukan kegiatan studi lapangan, keadaan/kondisi bangunan yang ada di kawasan tergolong kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini digolongkan kepada permukiman kumuh. Kumuh di sini dilihat dari kondisi fisik dan kondisi sosial ekonomi budaya. Ciri-ciri permukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Suparlan (1997) adalah: •
Fasilitas umum yang kondisinya kurang memadai.
•
Kondisi hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruang-ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
•
Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume tinggi dalam penggunaan ruang-ruang yang ada di permukiman kumuh sehingga mencerminkan kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
•
Permukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas
5
Universitas Sumatera Utara
6
•
Penghuni permukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen, warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya.
•
Sebagian besar penghuni permukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sector informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sector informil.
1.1 Sungai Deli Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan saluran dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai (Wikipedia). Sungai dalam kehidupan manusia mempunyai peranan penting, yaitu sebagai mata pencaharian bagi yang bekerja menjadi nelayan, sebagai tempat daerah wisata,
Universitas Sumatera Utara
7
sebagai tempat untuk mendapatkan air, sebagai sarana transportasi, dan lain sebagainya. Menurut Mulyanto (2007) ada dua fungsi utama sungai secara alami yaitu mengalirkan air dan mengangkut sedimen hasil erosi pada Daerah Aliran Sungai dan alurna. Kedua fungsi ini terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi. Menurut Muttaqin (2013), jenis-jenis sungai berdasarkan debit airnya dilasifikasikan menjadi : a. Sungai pemanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. b. Sungai periodik, adalah sungai yang pada waktu musim penghujan debit airnya besar, sedangkan pada musim kemarau debitnya kecil. c. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau kering dan pada waktu musim penghujan airnya banyak. d. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang hanya ada airnya saat musim hujan dan airnya belum tentu banyak. Melihat dari jenis-jenis air berdasarkan debitnya, maka Sungai Deli termasuk pada jenis sungai periodic yang pada waktu musim penghujan debit airnya besar, sedangkan pada musim kemarau debitnya kecil, seperti yang terlihat pada gambar 1.1 dan gambar 1.2 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
8
Gambar 1.1 Kedalaman sungai saat tidak terjadi hujan (Sumber: penulis, 8 Maret 2014) Kedalaman Sungai Deli di Kelurahan Kampung Hamdan pada saat tidak terjadinya hujan hanya sekitar sepinggang anak-anak kira-kira 50 cm, seperti yang terlihat pada gambar 1.1 Anak-anak umumnya mandi di sungai sambil bermain. Ini merupakan kesenangan tersendiri bagi anak-anak tersebut.
Gambar 1.2 Kedalaman sungai saat terjadi hujan (Sumber: penulis, 4 Maret 2014) Pada saat terjadinya hujan, kedalaman air Sungai Deli bisa mencapai 1.5m sehingga anak-anak tidak berani masuk ataupun bermain di sungai. Anak-anak tersebut hanya bermain di sekitar tepi sungai. Kondisi ini hanya terjadi saat hujan
Universitas Sumatera Utara
9
deras dengan waktu yang tidak lama. Kata penduduk sekitar, kedalaman air sungai ini bila terjadi hujan deras yang berdurasi waktu yang sangat lama hingga seharian, maka kawasan di Kampung Hamdan akan terjadi banjir dengan ketinggian air mencapai 3m.
Gambar 1.3 Kondisi bantaran Sungai Deli (Sumber: penulis, 4 Maret 2014) Daerah tepi Sungai Deli yang mulanya, pada masa kerajaan Deli, merupakan urat nadi perdagangan ke daerah lain. Tapi melihat keadaan sekarang, kondisi air sungai sangatlah buruk atau bisa disebut kumuh dan mengotori sungai dengan limbah industri dan sampah rumah tangga yang terlihat pada gambar 1.3 dengan banyaknya tumpukan sampah yang disebabkan oleh warga sekitar. Sampah-sampah tersebut menumpuk di sekitar dasar sungai yang menyebabkan keadaan sungai menjadi dangkal setiap tahunnya. Dengan keaadan ini, pemandangan yang terjadi pada area sungai sangat tidak enak di pandang oleh mata.
Universitas Sumatera Utara
10
1.2 Kampung Hamdan Kawasan Kelurahan Kampung Hamdan merupakan kawasan permukiman padat yang dihuni oleh masyarakat kalangan menegah ke bawah. 1.2.1 Aspek Lingkungan
Gambar 1.4 Peta Lokasi Proyek (Sumber: Bauni hamid, 2 Maret 2014) Kawasan permukiman padat Kampung Hamdan terletak di Jl. Ir. H. Juanda, tepatnya pada Kelurahan Kampung Hamdan, Kecamatan Medan Maimun. Kawasan ini merupakan kawasan permukiman kumuh dengan bangunan yang tidak tertata rapi. Kawasan ini berbatasan dengan Rumah Sakit Stella Maris, Area Perkantoran, Sungai Deli, dan Istana Maimun. Pada proyek kali ini diharapkan supaya desain bangunan memiliki hubungan yang terkonsep dengan baik pada keadaan yang ada di sekitar kawasan.
Universitas Sumatera Utara
11
1.2.2 •
Aspek Fisik Bangunan Tipe bangunan yang berada di site tidak sesuai dengan standart rumah yang
baik, karena perbandingan jumlah anggota keluarga dengan luas rumah tidak sesuai dengan ketentuan rumah yang layak huni. Keaadan rumah juga tidak memiliki jarak yang menyebabkan kurangnya bukaan pada setiap rumah di kawasan ini yang berdampak pada kenyamanan termal/penerang menjadi kurang baik. Rumah yang berdempet dan material yang tidak mendukung akustika bangunan menyebabkan ketidaknyamanan akustik. Serta kulit bangunan di kawasan ini masih ada yang menggunakan seng bekas. Material yang digunakan bukan saja dari seng bekas, tetapi juga dari material kayu, dan papan bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah cenderung rendah. Sedangkan masyarakat yang berpenghasilan mencukupi menggunakan material dari batu bata.
Gambar 1.5 Rumah penduduk berdinding batu bata (Sumber: penulis, 8 Maret 2014)
Universitas Sumatera Utara
12
Warga sekitar yang berpenghasilan sudah mencukupi, menggunakan material batu bata sebagai bahan bangunan untuk rumah yang ditinggali. Rumah dengan material bata ini dapat ditemui sekitar pinggiran jalan dan tengah tapak. Selain itu, bahan lantai sudah berupa keramik. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 1.5.
Gambar 1.6 Rumah penduduk yang menggunakan material dinding seng bekas (Sumber: penulis, 4 Maret 2014) Material seng bekas merupakan mayoritas bahan material yang terlihat pada kelurahan Kampung Hamdan. Material ini digunakan karena lebih terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah. Melihat dari bahan material yang digunakan, keaadan ini sangatlah tidak nyaman karena pada siang hari seng untuk dinding akan terasa panas dan pada malam hari akan terasa dingin.
Universitas Sumatera Utara
13
•
Jalan atau Sirkulasi Warga Pada kawasan Kampung Hamdan ini banyak terdapat jalan-jalan kecil atau
bisa disebut seperti gang yang bisa diakses dari jalan manapun karena jalan tersebut tidak ada yang buntu. Dengan banyaknya jalan-jalan seperti gang di kawasan, banyak pengunjung yang akan terlihat bingung mau ke arah mana untuk mencapai jalan utama. Jalan utama di kawasan ini terletak pada jalan yang ada di sekitar tapak, yaitu Jl. Ir. H. Juanda, Jl. Multatuli dan Jl. Samanhudi.
Gambar 1.7 Kondisi jalan di sekitar tapak berupa gang (Sumber: penulis, 8 Maret 2014) Jalan yang berada di kawasan berupa gang ini hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan juga sepeda motor. Untuk melewati jalan ini, pejalan kaki dan sepeda motor
Universitas Sumatera Utara
14
harus bergantian, tidak bisa sekaligus karena kondisi jalan yang terlihat pada gambar 1.7 sangatlah sempit dan kecil.
Gambar 1.8 Kondisi jalan di sekitar tapak berupa jalan menengah (Sumber: penulis, 4 Maret 2014) Jalan menengah ini, bisa dilewati oleh pejalan kaki, sepeda motor dan becak. Area untuk kendaraan dan pejalan kaki di kawasan ini tidak dibedakan yang menyebabkan pejalan kaki harus berhati-hati selama berjalan di sekitar kawasan. Bagi pengguna kendaraan, bila melewati jalan ini harus berhati-hati juga karena pada ujung jalan terdapat tikungan yang menyebabkan pengguna tidak bisa melihat pengendara lain dari arah yang berlawanan. Jalan yang ada di sekitar kawasan tidak bisa di lewati oleh mobil karena ukuran lebar jalan tidak memungkinkan untuk mobil lewat seperti yang terlihat pada gambar 1.7 dan gambar 1.8.
Universitas Sumatera Utara
15
• Parit dan tempat sampah Gambar 1.9 Kondisi parit di sekitar kawasan (Sumber: penulis, 4 Maret 2014) Kondisi parit yang terbuka dan beberapa tempat dipenuhi oleh tumpukan sampah membuat pemandangan tapak menjadi buruk dan dapat berpengaruh pada kesehatan warga yang menyebabkan parit terlihat tidak terawat dengan baik, disebabkan oleh warga. Dengan adanya tumpukan sampah ini, jalur air yang melewati parit tersebut menjadi tersumbat. Keaadan ini terjadi karena tidak adanya terdapat tempat sampah di sekitar perumahan warga. 1.2.3 Aspek Sosial & Budaya Kehidupan sosial merupakan bagian kebudayaan, di mana kehidupan sosial meliputi interaksi sosial yakni kelakuan manusia dengan manusia lain di
Universitas Sumatera Utara
16
sekelilingnya yang akan menghasilkan tingkatan-tingkatan sosial tertentu dan stratifikasi sosial. Tempat interaksi sosial yang ada pada kawasan ini berlangsung di
area sungai, bantaran jalan, dan warung tempat jualan warga. Gambar 1.10 Manfaat sungai bagi warga (Sumber: penulis, 8 Maret 2014) Di sungai, warga melakukan kegiatan seperti bermain bagi anak-anak, dan mencuci bagi para ibu yang ada di kawasan. Dengan adanya kegiatan mencuci ini, tercipta suatu interaksi sosial bagi warga sehingga warga saling mengenal satu sama lain. Di dalam kawasan terdapat beberapa suku yaitu: Padang, Jawa, Batak, Cina, Melayu, dan India. Tetapi mayoritas warga di kawasan ini bersuku Padang dan Jawa. Masyarakat di sini mayoritas beragama Islam. 1.2.4
Aspek Ekonomi Pada kawasan, kegiatan yang lebih terlihat lebih kepada warga yang berjualan
yang berada di pinggir-pingir jalan ataupun di dalam rumah warga. Usaha ini
Universitas Sumatera Utara
17
dilakukan untuk menunjang kegiatan ekonomi warga yang berada di Kelurahan Kampung Hamdan. Usaha
yang
dimaksud
berupa
jualan
nasi,
bakso,
tempat
area
kecantikan/salon, toko serba ada, serta industri rumah tangga seperti pembuatan bakso dan depot air bersih. Depot air bersih ini dijual kepada warga sekitar yang digunakan untuk air minum, sedangkan pembuatan bakso ini dilakukan pada siang hari bagi warga yang berjualan dengan menggunakan gerobak bakso yang dijual pada malam hari. Di kawasan ini juga terkenal dengan Warung Bakso Amat yang kelezatannya tidak diragukan lagi oleh masyarakat Kota Medan.
Gambar 1.11 Aktivitas ekonomi di pinggir jalan (Sumber: penulis, 8 Maret 2014) Dengan adanya warung-warung di sekitar badan jalan menyebabkan terjadinya kemacetan karena pengunjung menggunakan jalan sebagai area untuk parker, seperti yang terlihat pada gambar 1.11.
Universitas Sumatera Utara
18
1.2.5 Studi Banding Proyek Sejenis Inventarisasi data terbagi dua yaitu data sekunder yang informasi data didapat dari peta, peraturan uu, data kawasan, dan jurnal yang berkaitan dengan kasus proyek. Sedangkan yang kedua, data primer yang didapat dari kegiatan survei serta melakukan pengamatan pada kawasan. Dalam melakukan survei, peta memang dibutuhkan untuk perancang agar mendapatkan analisa langkah-langkah kerja apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan survei berlangsung supaya pekerjaan kita lebih terarah. Untuk
menambah
wawasan,
maka
dilakukan
studi
banding
untuk
mendapatkan perbandingan kondisi tapak yang akan direncanakan. Studi banding yang dilakukan dengan mencari tentang proyek sejenis yang sudah terlaksana berupa tentang arsitektur tepi sungai dan lebih tepatnya lagi tentang rumah susun yang berorientasi pada area tepi sungai. Studi banding tentang rumah susun yang sudah terlaksana merupakan solusi untuk menangani permukiman kumuh dan mengurangi kepadatan bangunan. Dari studi banding yang diperoleh, maka didapatlah pengetahuan tentang bagaimana mendesain bangunan rumah susun yang tidak akan menyebabkan area permukiman tersebut menjadi kumuh. Selain itu, studi banding yang dicari juga diperoleh dari beberapa jurnal yang berkaitan dengan proyek tersebut. Pengetahuan tentang permasalahan permukiman kumuh atau bangunan tepi sungai yang berkaitan dalam isi jurnal berupa:
Universitas Sumatera Utara
19
1. Perencanaan kualitas fisik bangunan secara vertical ini gunanya untuk menghindari pengembangan rumah secara horizontal yang cenderung memakan lahan (Putro, 2011). 2. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam perencanaan di kawasan pinggiran sungai antara lain: memundurkan bangunan (setback) dari pinggir sungai, membuat dinding penahan untuk mengurangi terjadinya erosi yang akan mendangkalkan aliran sungai, dan membuat jalur hijau di pinggiran sungai sebagai barrier terhadap terjadinya erosi (Putro, 2011). 3. Dalam pengembangan kawasan waterfront perlu memperhatikan aspek-aspek yang mempengaruhinya antara lain: aspek ekonomi yang mencakup besaran nilai lahan serta potensi perekonomian yang dapat dikembangkan oleh suatu kota; aspek sosial meliputi penyediaan fasilitas sosial sepanjang badan air sebagai tempat berkumpul, bersenang-senang serta untuk menikmati fasilitas yang tersedia; aspek preservasi bersifat melindungi adanya bangunan atau kawasan lain yang memiliki nilai-nilai historis (Suriyadi, 2008) 4. Secara garis besar, karakteristik waterfront adalah sebagai berikut: memiliki pola penataan tersendiri baik secara arsitektural maupun teknologi pada situasi pantai yang direncanakan; memiliki pola pengembangan massa yang dinamis sesuai dengan karakter air; memiliki karakter yang unik diciptakan secara keseluruhan meliputi sungai sebagai latar depan, sebagai penghubung aktivitas yang menyertai; orientasi bangunan, kegiatan pada air sebagai
Universitas Sumatera Utara
20
elemen utama kawasan sebagai salah satu cara penyatuan karakter kawasan (Suriyadi, 2008). 5. Budaya sungai dapat diartikan sebagai cara hidup masyarakat yang berada dekat dengan sungai, menjadikan sungai sebagai way of lifenya, sungai sebagai tempat berkehidupan dan sungai membentuk karakter masyarakat yang akan tercermin dalam kehidupan fisik, sosial dan ekonominya, Sedangkan cara beradaptasi dan bertahan hidup dilakukan dengan cara menyesuaikannya dengan karakter sungai, kehidupan ekologi dan sumber daya yang dimiliki sungai (Goenmiandari dkk, 2010). 6. Untuk mendapatkan konsep penataan permukiman pinggir sungai dilakukan analisa berdasarkan sasaran yang dicapai, yaitu dengan analisa deskriptif kualitatif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik suatu populasi secara factual dan cermat; analisa trianggulasi dipergunakan untuk merumuskan konsep penataan permukiman pinggir sungai yang sesuai dengan budaya setempat (Goenmiandari dkk, 2010). 7. Strategi pengendalian bagi pemanfaatan ruang publik sebagai tempat negosiasi berbagai pihak, dilakukan dengan dua cara: pendekatan menyeluruh dengan memperhatikan berbagai aspek pengelolaan keterkaitan, peruntukan lahan, bentukan elemen fisik ruang publik yang diharapkan serta adanya cetak biru pengembangan kota; pendekatan insentif yang member peluang terjadinya negosiasi antara sektor pribadi dan wilayah publik (Asvada, 2013).
Universitas Sumatera Utara
21
Dari ke tujuh jurnal di atas, maka diperoleh pengetahuan tentang mengatasi solusi permasalahan-permasalahan permukiman di area tepi sungai, sehingga memudahkan dalam melakukan analisa permasalahan kawasan yang akan direncanakan.
Universitas Sumatera Utara