BAB I BACKGROUND
1.1
MARKET OVERVIEW
Kita mengenal Indonesia sebagai sebuah Negara yang terdiri dari banyak pulau. Banyaknya pulau yang tersebar di Indonesia juga diiringi dengan padatnya penduduk Indonesia yang terbukti dari data yang dirilis oleh Internet World Stats yang merupakan salah satu website yang menyediakan data tentang pengguna internet dunia, populasi penduduk di dunia dan data – data lainnya. Data mereka menunjukan bahwa populasi penduduk Indonesia per 19 September 2015 adalah negara dengan populasi penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah populasi sebesar 255.993.674 jiwa dibawah United States dengan jumlah populasi sebanyak 321.362.789 jiwa, India sebanyak 1.251.695.584 jiwa dan negara dengan populasi penduduk terbesar adalah China dengan jumlah populasi sebanyak 1.361.512.535 jiwa.
1
2
Tabel 1.1 Negara Dengan Pertumbuhan Penduduk Terbesar di Dunia Sumber: http://www.internetworldstats.com, 2015
Dengan pertumbuhan penduduk yang bergerak positif atau bertambah setiap tahunnya, tentunya kesejahteraan masyarakat menjadi salah satu issue dan tanggung jawab pemerintah dan juga setiap individu untuk menggapai hal tersebut. Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia memiliki track record yang cukup baik jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi berdasarkan Gross Domestic Product Indonesia tahun 2006 hingga 2013.
3
Tabel 1.2 Gross Domestic Product of Indonesia 2006 – 2013 Sumber : World Bank, 2013
Gross Domestic Product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun. GDP tidak mempertimbangkan kebangsaan perusahaan atau warga negara yang menghasilkan barang atau jasa negara tersebut. GDP dihitung berdasarkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berdomisili di negara tersebut, baik pribumi maupun warga negara asing. Konsumsi, investasi, pembelian pemerintah dan ekspor berkorelasi positif dengan GDP. Sedangkan impor berkorelasi negatif. Setiap kenaikan komponenkomponen yang berkorelasi positif akan menaikan nilai GDP. Sedangkan kenaikan komponen yang berkorelasi negatif akan menurunkan nilai GDP.
4
Setiap kenaikan konsumsi, investasi dan pembelian pemerintah maupun ekspor cederung meningkatkan nilai GDP. Sedangkan peningkatan impor cenderung menurunkan GDP. Dengan demikian peningkatan GDP dapat dilakukan dengan meningkatkan komponen-komponen yang berkorelasi positif dan menurunkan komponen yang berkorelasi negatif. Pendapatan pribadi berkorelasi positif terhadap besarnya nilai konsumsi. Naiknya pendapatan akan meningkatkan nilai komsumsi rumah tangga. Ketika komsumsi rumah tangga naik, maka GDP cenderung naik. Hal ini menjelaskan bahwa peningkatan GDP dapat terjadi ketika pendapat pribadi naik. GDP Indonesia dikatakan baik karena dapat dilihat pada tabel 2.1 bahwa trend
positif
ditunjukkan
oleh
GDP
Indonesia
yang
meningkat
setiap
tahunnya.Walaupun peningkatakan GDP Indonesia ini secara persentase setiap tahunnya terlihat fluktuatif, namun masih dalam angka yang positif. Sedangkan untuk GDP per kapita hanya tahun 2013 saja terlihat menurun namun tidak terlalu signifikan, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang selalu bertambah setiap tahunnya seperti pada tabel 2.1 dan GDP Indonesia yang juga positif seperti pada tabel 2.2 dapat dikatakan saat ini Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki perekonomian yang cukup baik. Telah disampaikan sebelumnya bahwa setiap kenaikan konsumsi berpengaruh positif kepada GDP suatu negara. GDP
5
Indonesia yang meningkat setiap tahunnya membuktikan bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia juga selalu meningkat. Selain data GDP Indonesia, seperti yang dilansir oleh Ziliun.com secara keseluruhan BPS merilis sebuah data bahwa Indonesia juga mengalami peningkatan di sektor ekonomi dari tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2014.
Gambar 1.1 Indonesia’s Economic Growth Sumber : Ziliun.com, 2014
6
Tidak hanya konsumsi untuk barang – barang yang dibeli secara offline atau retail saja tapi juga transaksi online di Indonesia yang terus meningkat. Menkominfo, Rudiantara melalui kominfo.go.id pada Maret 2015 lalu mengungkapkan bahwa pada tahun 2014 nilai transaksi e-commerce mencapai angka US$12 miliar atau setara dengan Rp150 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar US$8 miliar. Peningkatan ini sudah mulai tampak dari tahun 2007 hingga tahun 2012 lalu.
Gambar 1.2 Nilai Belanja Offline dan Nilai Belanja Online Indonesia Sumber : Spire Research & Consulting, 2012
Meningkatnya nilai belanja online di Indonesia dari tahun ke tahun, didukung juga oleh meningkatnya pengguna internet di Indonesia setiap tahunnya yang menunjukkan bahwa awal tahun 2015 ini mencapai 72.7 juta pengguna.
7
Gambar 1.3 Digital In Indonesia Sumber : We Are Social, 2015 Besar dan terus meningkatnya pengguna internet di Indonesia dan juga transaksi online yang juga menunjukkan trend positif, menjadikan trigger bagi penggelut bisnis e – commercedi Indonesia untuk meramaikan industri ini. Peluang yang dilihat oleh pemilik bisnis e – commerce tentu saja beralasan melihat potensi pasar yang cukup besar ini. Tidak dapat dipungkiri pertumbuhan e – commercedi Indonesia cukup signifikan dilihat dari banyaknya transaksi belanja online di Indonesia setiap tahunnya. Saat ini sudah banyak situs – situs belanja online yang sudah sangat akrab dan dikenal bagi konsumen di Indonesia seperti misalnya yang saat ini cukup terkenal
8
adalah Tokopedia, OLX, Bukalapak, elevania, Lazada, Zalora, blanja, blibli.com dan sebagainya. E-commerce yang ada saat sekarang ini memberikan kesempatan jual beli bagi konsumen ataupun usernya hingga hampir ke seluruh daerah di Indonesia yang walaupun Indonesia terdiri dari banyak pulau seperti yang sebelumnya kami katakan. E – commerce yang ada saat ini menawarkan produk – produk dari berbagai macam kategori misalnya pakaian, otomotif, sepatu, tas, jam tangan, gadget, aksesoris dan lain sebagainya.
Gambar 1.4 Kategori Produk Online Paling Populer Sumber : Statista, 2013 Dari beberapa e-commerce yang ada di Indonesia, produk – produk yang paling laku dan paling dicari oleh masyrakat Indonesia berdasarkan riset Statista tahun 2013 adalah apparel, disusul oleh sepatu, tas, jam tangan, tiket pesawat,
9
handphone, aksesoris mobil, aksesoris handphone, kosmetik dan yang terakhir adalah buku. Selain jual beli online yang saat ini sangat meningkat pertumbuannya di Indonesia, banyak juga beberapa website ataupun offline store yang menyewakan satu jenis barang tertentu. Fenomena ini dapat kita lihat di beberapa media social misalnya Instagram, saat kita browsing menggunakan hashtags, kita akan menemukan beberapa account yang menyewakan beberapa barang tertentu yang bahkan mungkin sebelumnya tidak disewakan oleh orang lain.
Gambar 1.5 Pencarian hashtag Sewa di Instagram Sumber : Instagram, 2015 Berkembangnya dunia digital di Indonesia membuka jalan dan akses baru bagi masyarakatnya untuk membuka sebuah bisnis ataupun untuk mencari barang yang mereka butuhkan bahkan tanpa harus membeli barang tersebut atau dengan
10
menyewa barang – barang yang mereka butuhkan itu walaupun saat ini belum semua barang yang mereka butuhkan dapat mereka sewa.
1.2
CONSUMER BEHAVIOR CHANGES
Konsumen di Indonesia saat ini mengalami pergerseran perilaku dari tahun – tahun sebelumnya. Menigkatnya tingkat daya beli masyarakat dari tahun ke tahun membuat Indonesia terus melaju sebagai negara yang berkembang. Dapat kita lihat saat ini pertumbuhan insfrastruktur dengan dibangunnya pusat – pusat perbelanjaan khususnya di kota besar sangatlah pesat. Contoh real yang ada saat ini pada tahun 2014 saja jumlah mall yang ada di jakarta adalah sebanyak 173 mall. Namun tingginya tingkat daya beli masyarakat ini tidak hanya pada barang – barang retail. Dari data – data yang sebelumnya sudahkami sajikan, tentu dapat kita lihat terdapat perubahan perilaku konsumen di Indonesia dewasa ini. Meningkatnya pengguna internet dan transaksi onlinedi Indonesia yang terus meningkat menjadi beberapa bukti adanya pergeseran perilaku konsumen di Indonesia. Pertumbuhan dari variabel – variabel pengguna internet dan peningkatan transaksi online di Indonesia menunjukkan adanya perubahan gaya hidup masyarakat bahwa saat ini konsumen Indonesia sudah cukup akrab dengan dunia digital. Membahas mengenai adanya pergeseran atau perubahan perilaku konsumen yang ada di Indonesia pada saat sekarang ini yang berpengaruh pada perubahan gaya hidup masyarakatnya, kami akan mengkorelasikan hal tersebut dengan VALS Framework yang merupakan teori segmentasi pengukuran berdasarkan gaya hidup
11
dan nilai untuk dapat melihat di kategori manakah konsumen di Indonesia saat ini dan bagaimana karakteristiknya.
Gambar 1.6 VALS Framework Sumber : Sri International, 1989 Segmentasi pengukuran berdasarkan gaya hidup dan nilai biasa digunakan oleh system VALS yang merupakan akronim dari “values and lifestyle”. Sistem VALS ini adalah pendekatan yang umum digunakan untuk penelitian tentang gaya hidup dalam menentukan segmentasi pasar. VALS dikembangkan oleh Arnold Mitchell dari SRI (Stanford Research Institute) Consulting Business Intelligence (sekarang SBI (Strategic Business Insights)).
12
VALS terbagi menjadi dua dimensi. Dimensi pertama, konsumen dibagi berdasarkan tiga motivasi utama (primary motivation), yaitu : 1. Motivasi ideal (ideals motivation). Konsumen memilih berdasarkan pengetahuan, keyakinan dan prinsip yang anutnya, bukan atas perasaan atau keinginan untuk diakui secara sosial. Konsumen yang termasuk ke dalam motivasi ini merupakan konsumen yang membeli secara fungsi dan keandalan. Kelompok yang masuk ke dalam motivasi ideal ini adalah kelompok Thinkers dan kelompok Believers. 2. Motivasi penghargaan (achievement motivation). Konsumen dalam motivasi ini selalu berjuang untuk posisi sosial yang jelas dan sangat dipengaruhi oleh tindakan, persetujuan dan opini dari yang lain. Konsumen pada kelompok ini membeli simbol status sosial. Mereka mencari produk dan jasa yang menunjukkan keberhasilan kepada kelompoknya. Kelompok Achievers dan kelompok Strivers adalah termasuk dalam motivasi penghargaan. 3. Motivasi ekspresi diri (self-expression motivation). Kelompok ini merupakan kelompok konsumen yang berorientasi pada tindakan (action-oriented). Konsumen ini berjuang untuk mengekspresikan individualitas mereka melalui pilihan – pilihan mereka. Konsumen - konsumen ini membeli pengalaman. Mereka juga keinginkan aktivitas sosial atau fisik, menyukai keberagaman dan pengambil resiko. Kategori motivasi ekspresi diri terdiri dari kelompok Experiencers dan kelompok Makers. Ketiga motivasi diri ini masing – masing
13
merepresentasikan sikap, gaya hidup dan gaya pengambilan keputusan yang berbeda – beda. Dimensi kedua berdasarkan sumber daya (resources) dan inovasi (innovation). Adapun penjelasan dari tiap – tiap kategori dari VALS Framework tersebut adalah sebagai berikut : 1. Innovators. Setiap orang yang termasuk dalam kelompok ini merupakan orang yang sukses, canggih, aktif, memimpin orang lain dengan kepercayaan diri tinggi dan sumber daya melimpah. Seorang innovator termotivasi dari citacita, penghargaan dan ekspresi diri. Citra menjadi penting bagi seorang innovator, sebagai bentuk ekspresi dari cita rasa, kebebasan dan karakter. Kepemilikan dan kesenangannya menunjukkan cita rasa yang tinggi. Mereka berada diantara yang mapan dan menjadi pemimpin dalam bisnis dan pemerintahan untuk terus berkembang dan mencari tantangan baru. Mereka juga pemimpin perubahan dan yang cepat memahami adanya produk, ide dan teknologi baru. 2. Thinkers. Konsumen motivasi ideal, memiliki sumber daya tinggi. Thinkers bersifat dewasa, merasa puas, merasa nyaman, orang yang reflektif yang menghargai perintah, pengetahuan dan tanggung jawab. Mereka cenderung memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan secara aktif mencari informasi dalam proses pembuat keputusan. Mereka menyukai produk yang tahan lama, memiliki fungsi dan nilai. Mereka jenis konsumen yang praktis dan berdasarkan rasional. Selalu mendapatkan dan mengikuti informasi dengan
14
baik untuk memperluas pengetahuannya, serta cenderung menghabiskan waktu luang di rumah, dan selalu terbuka akan ide baru dan perubahan sosial. 3. Believers. Konsumen motivasi ideal, namun memiliki sumber daya rendah. Konsumen ini adalah orang yang konservatif, konvensional dengan memegang keyakinan dan kepercayaan atas dasar kode – kode tradisional dan sudah didirikan, seperti keluarga, gereja, komunitas dan Negara. Maka itu, mereka lamban untuk berubah dan menolak teknologi. Sebagai konsumen, mereka konservatif, mudah ditebak, sangat loyal terhadap suatu produk. Mereka memilih produk - produk dan merek yang dikenal atau yang sudah lazim mereka ketahui. 4. Achievers. Konsumen motivasi atas penghargaan, sumber daya tinggi. Seorang achiever memiliki gaya hidup berorientasi pada tujuan yang mengacu pada keluarga dan karir. Termasuk orang yang sukses dalam karir dan berorientasi pada pekerjaan yang sering kali merasa dirinyalah yang mengkontrol hidupnya. Mereka menghargai kesepakatan, prediktabilitas dan stabilitas atas resiko, keintiman dan penemuan diri. Mereka menjalani kehidupan yang konvensional, cenderung menjadi kolot secara politis, serta menghargai kekuasaan dan status quo. Citra menjadi penting bagi mereka; mereka menyukai kemapanan, produk maupun jasa prestise dan premium untuk menunjukkan sukses di antara kelompoknya. Produk dan jasa yang berkaitan dengan kenyamanan dan hemat waktu menjadi minat mereka sebagai perwujudan kebutuhan gaya hidup mereka yang sibuk.
15
5. Strivers. Konsumen motivasi atas penghargaan, sumber daya rendah. Mereka adalah orang yang trendi dan menyenangkan. Mereka berpenghasilan rendah, pendidikan terbatas dan cenderung memiliki minat yang terbatas. Mereka menyukai produk yang penuh gaya untuk menandingi atau meniru pembelian orang – orang yang memiliki kekayan materi lebih besar. Uang berarti sukses bagi mereka. Strivers memiliki kepercayaan diri yang rendah dibanding achievers. 6. Experiencers. Konsumen motivasi ekspresi diri, sumber daya tinggi. Termasuk orang yang muda, penting, antusias, impulsive dan pemberontak. Mereka mencari keragaman dan kegembiraan, menikmati hal baru, aneh dan penuh resiko. Berada dalam proses perumusan nilai kehidupan, experiencers cepat menjadi antusias terhadap kemungkinan – kemungkinan baru, tetapi juga cepat merasa bosan. Saat berada di tahap ini, mereka berlaku netral secara politis, tidak mengetahui, dan bersikap bertentangan dengan yang diyakininya. Tenaga yang dikeluarkan cocok untuk aktivitas berlatih, berolahraga, kegiatan luar ruangan dan aktivitas social. Mereka merupakan konsumen yang bersemangat dan menghabiskan pendapatannya untuk baju, makanan cepat saji, musik, film, video dan teknologi. 7. Makers. Konsumen motivasi ekspresi diri, sumber daya rendah. Merupakan orang yang praktis yang memiliki kemampuan membangun dan menghargai kemandirian diri. Mereka memilih aktivitas konstruktif menggunakan tangan dan menghabiskan waktu luangnya dengan keluarga dan teman dekat mereka. Fokus terhadap hal - hal yang sudah dikenal, seperti keluarga, pekerjaan dan
16
kesenangan fisik, serta memiliki minat rendah terhadap dunia luas. Mereka konservatif secara politis, mencurigai ide baru, menghargai kekuasaan pemerintah, tetapi terkadang sebal terhadap campur tangan pemerintah atas hak individu. Mereka lebih memilih nilai daripada kemewahan, maka mereka membeli produk - produk pokok, dan menghargai produk praktis dan fungsional. 8. Survivors. Konsumen yang termasuk dalam kelompok ini hidup dalam pendapatan yang terbatas tetapi relatif puas. Kebanyakan usia tua dan sangat memerhatikan kesehatan, keamanan mereka serta untuk berada di keluarga mereka, juga tidak aktif di pasar. Survivors tidak menunjukkan motivasi utamanya dan terkadang merasa tidak berdaya. Mereka cenderung loyal terhadap brand dan membeli barang potongan harga. Dipandang melalui teori VALS ini, ada pergeseran konsumen Indonesia beberapa tahun lalu dengan konsumen Indonesia yang sekarang. Menurut kami, dahulu konsumen Indonesia termasuk ke dalam kategori Believers. Kami katakan believers karena konsumen Indonesia dahulu dibawah tahun 2010 mereka bersifat motivasi ideal dimana mereka memilih barang yang mereka inginkan berdasarkan pengetahuan, keyakinan dan prinsip yang individu itu sendiri anut dan tidak atas perasaan atau keinginan untuk diakui secara sosial. Mereka membeli suatu barang berdasarkan fungsi dari benda tersebut. Selain itu dari data tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan GDP yang sebelumnya kami terakan, dapat dilihat bahwa konsumen Indonesia pada saat itu masih memiliki sumber daya yang rendah
17
dibandingkan tahun – tahun setelahnya. Selain itu kami katakan ketogeri konsumen Indonesia pada saat itu adalah kategori believers karena lambannya keinginan masyrakat Indonesia untuk dapat berubah dan masih menolak adanya kemajuan dalam teknologi. Misalnya pada saat itu konsumen secara global di dunia sudah sangat mengenal teknologi smartphone seperti blackberry, iphone dan juga situs – situs e – commerce seperti ebay.com, amazon dan sebagainya. Di indonesia pada masa itu hanya segelintir orang yang mengenal kemajuan teknologi seperti yang sebelumnya kami sebutkan tersebut. Ini menunjukkan bahwa konsumen Indonesia lambat dalam menerima kemajuan teknologi seperti itu. Konsumen indonesia hanya memilih produk – produk yang sudah biasa mereka gunakan dan tidak memiliki keinginan untuk mencoba akan hal – hal yang lebih baru dan mengambil resiko. Dapat dikatakan konsumen Indonesia pada masa itu sangat konservatif dan mudah ditebak. Namun perilaku tersebut perlahan mulai berubah, konsumen Indonesia saat ini mulai menunjukkan ketertarikan mereka akan hal – hal yang lebih baru. Pergeseran perilaku konsumen Indonesia dari memilih barang hanya dengan keyakinan mereka sendiri, fungsi dan tidak mementingkan status sosial mereka berubah menjadi konsumen yang lebih mengikuti trend yang ada dan lebih terbuka pola fikirnya. Walaupun penghasilan konsumen indonesia saat ini masih dibawah dari penghasilan konsumen – konsumen di negara maju atau dapat dikatakan memiliki sumber daya yang rendah, mereka saat ini sudah lebih memikirkan status sosial mereka dalam memilih suatu produk dan memilih suatu barang untuk menunjukkan keberhasilan
18
mereka kepada kelompoknya. Mereka menyukai produk yang penuh gaya untuk menandingi ataupun meniru pembelian orang – orang yang memiliki sumber daya materi yang lebih besar. Selain itu mereka memilih sebuah barang atau produk tidak lagi berdasarkan apa yang mereka ketahui saja melainkan dipengaruhi oleh tindakan, perstujuan dan opini dari lingkungan atau sumber – sumber yang mereka percaya. Oleh sebab itu kami merasa bahwa posisi konsumen Indonesia saat ini termasuk dalam kategori Strivers. Contoh nyata konsumen di Indonesia saat ini termasuk ke dalam kategori strivers adalah cepatnya adaptasi konsumen di Indonesia untuk menggunakan smartphone yang berbasiskan Android, iOS ataupun windows. Mereka menunjukan ketertarikannya untuk mencoba hal baru tersebut walaupun dengan keterbatasan resources. Namun perusahaan – perusahaan sebagai provider produk – produk teknologi tersebut membuka opportunity bagi konsumen Indonesia yang memiliki keterbatasan dalam hal resourcer’s tersebut dengan meluncurkan smartphone – smartphone dengan harga yang lebih terjangkau. Selain itu contoh lainnya adalah fenomena Go Pro di Indonesia, banyak konsumen di indonesia yang juga terpengaruh dengan Fenomena Go Pro ini. Untuk mengikuti trend ini dengan keterbatasan resource, konsumen indonesia memilih untuk membeli produk sejenis dengan merk lain yang memiliki fungsi sama namun kualitas yang berbeda. Namun hal ini semata – mata mereka lakukan untuk mendapatkan pengakuan atas status sosial di lingkungan mereka. Tapi tidak dapat dipungkiri juga beberapa konsumen di Indonesia saat ini khususnya di kota – kota besar seperti jakarta termasuk kedalam kategori Achievers.
19
Berbeda dengan kategori Strivers, mereka yang berada dalam kategori Achievers memiliki sumber daya yang tinggi. Konsumen yang berada pada kategori achievers memiliki gaya hidup yang tinggi dengan berorientasi pada pekerjaan atau karir mereka sehingga dapat dikatakan mereka memiliki mobilitas yang sangat tinggi. Konsumen dalam kategori ini biasanya mengharapkan sesuatu yang lebih fleksibel.Selain itu mereka lebih menghargai prediktabilitas dan stabilitas atas resiko yang membuat mereka lebih cepat untuk merasa ingin tahu dan ingin mencoba akan hal – hal yang lebih baru dan berbeda dari apa yang sudah ada sebelumnya. Citra mereka menjadi salah satu hal yang sangat penting untuk mereka jaga di tengah lingkungan mereka. Bukti nyata bahwa beberapa konsumen di Indonesia sudah termasuk ke dalam kategori Achievers dapat dilihat dari bagaimana ketertarikan mereka terhadap hal – hal baru misalnya iphone yang meluncurkan iphone 5s, iphone 6, iphone 6+, iphone 6s dan iphone 6s+. Konsumen dalam kategori achievers ini selalu mengikuti trend yang diluncurkan oleh iphone semata – mata untuk memiliki citra yang lebih baik dimata lingkungan mereka. Selain itu produk tersebut juga digunakan untuk menunjang kegiatan mereka sehari – hari.
1.3
PROBLEM STATEMENT Berdasarkan market overview dan perubahan perilaku konsumen yang
sudah kami bahas sebelumnya, dapat kita lihat bahwa ada beberapa gap yang sebenarnya dapat diisi sebagai solusi dari masalah yang dihadapi oleh konsumen di
20
Indonesia. Berikut adalah beberapa problem yang dapat kami tarik berdasarkan market overview dan perubahan perilaku konsumen : 1. Banyak konsumen Indonesia yang ingin menggunakan suatu barang namun memiliki pertimbangan untuk membeli barang tersebut. Disisi lain banyak konsumen Indonesia yang membeli suatu produk hanya untuk menigkatkan gaya hidup dan citra mereka di lingkunnya namun pada akhirnya barang tersebut jarang mereka gunakan. 2. Tingginya tingkat mobilitas kaum urban khususnya di kota – kota besar menjadikan mereka konsumen yang membutuhkan fleksibilitas dan aksesbilitas yang mudah dalam proses jual beli. 3. Sudah banyaknya online marketplace yang menawarkan kemudahan untuk konsumen di Indonesia dalam melakukan proses jual beli namun belum ada marketplace yang konsumen menawarkan untuk menyewa online dengan simpel dan fleksibel.
1.4
URGENCY
Dari problem statement yang ada, kami melihat bahwa ada beberapa problem yang sifatnya mendesak untuk diselesaikan, yang mana problem tersebut bersifat mendasar dan dampaknya akan sangat signifikan jika problem tersebut terselesaikan. Berikut adalah problem statement yang memiliki urgency tinggi untuk dapat diselesaikan :
21
1. Banyak konsumen Indonesia yang ingin menggunakan suatu barang namun memiliki pertimbangan untuk membeli barang tersebut. Disisi lain banyak konsumen
Indonesia
yang
membeli
suatu
produk
hanya
untuk
meningkatkan gaya hidup dan citra mereka di lingkungannya namun pada akhirnya barang tersebut jarang mereka gunakan. 2. Konsumen Indonesia memiliki barang yang tidak terpakai tapi tidak mau menjualnya. 3. Sudah banyaknya online marketplace yang menawarkan kemudahan untuk konsumen di Indonesia dalam melakukan proses jual beli namun belum ada marketplace yang ditawarkan kepada konsumen untuk menyewa online dengan simpel dan fleksibel.
1.5
BUSINESS IDEA Melihat dari market overview dan adanya perubahan perilaku konsumen
dewasa ini, kami akhirnya telah merumuskan beberapa urgency yang merupakan gap yang belum diisi oleh pelaku bisnis di Indonesia sekarang ini. Berdasarkan itu semua lahirlah sebuah ide bisnis dalam rangka mengisi gap yang tadi tercipta dari pembahasan kami sebelumnya. Ketika beberapa perusahaan atau secara individu mencoba untuk menjualkan produk mereka sebanyak – banyaknya kepada konsumen dan hanya terfokus kepada segmentasi dan target yang mereka miliki sesuai dengan produk yang mereka tawarkan, kami akan mencoba untuk hadir dan mengisi gap yang mana yang konsumen tersebut bukanlah segmentasi ataupun target dari suatu
22
produk
namun
konsumen
tersebut
memiliki
ketertarikan
untuk
dapat
menggunakannya, hal ini biasanya berkaitan erat dengan masalah kemampuan finansial atau bagi mereka yang ada dalam kategori Strivers berdasarkan pada teori VALS dalam perubahan perilaku konsumen. Maka lahirlah sebuah ide bisnis dari kami yang bergerak dalam industri online renting yang menyediakan sebuah marketplace yang berbeda dari marketplace lainnya. Jika saat ini kita mengenal OLX, Bukalapak, Tokopedia dan marketplace lainnya sebagai marketplace jual beli antar konsumen ke konsumen (C2C) ataupun corporate ke konsumen (B2C), kami hadir sebagai jawaban bagi konsumen yang ingin menggunakan sebuah barang tanpa harus membeli barang tersebut, sebagai jawaban bagi para account – account instagram yang menyewakan barang – barang tertentu, offline renting dan beberapa website penyewaan barang jenis tertentu namun saat ini masih stand alone untuk mencari konsumennya, sebagai jawaban dari adanya perubahan perilaku konsumen berdasarkan teori VALS dimana kategori konsumen Indonesia sebelumnya berada pada kategori believers saat ini berubah menjadi kategori strivers dengan tuntutan gaya hidup yang tinggi, kemajuan akan beradaptasi dengan teknologi, memiliki keinginan untuk diakui oleh lingkungannya namun memiliki sumber daya yang terbatas. Disinilah kami hadir sebagai sebuah marketplace yang memberikan kemudahan untuk customer yang ingin menyewakan barang yang mereka miliki kepada konsumen lain yang mungkin membutuhkan atau ingin menggunakan barang tersebut tanpa harus membelinya sehingga mereka dapat menyewanya dari konsumen yang lain.
23
Cara menggunakan marketplace yang kami tawarkan ini sangatlah mudah dan dapat digunakan oleh semua orang baik individu maupun sebuah company yang ingin menawarkan penyewaan terhadap barang tertentu. Cukup hanya dengan membuat sebuah account, mereka langsung dapat mendaftarkan barang yang ingin mereka tawarkan untuk disewakan kepada konsumen lainnya tanpa dikenakan biaya apapun.Selanjutnya supplier barang dapat bertemu langsung dengan renter untuk proses transaksi. Dalam tahap awal kami akan melakukan research untuk menentukan kategori – kategori barang yang akan kami tawarkan kepada konsumen melalui marketplace kami ini. Kami akan melakukan riset kepada konsumen produk apa saja yang paling banyak diminati dan dicari secara online, selain itu kami juga akan membandingkan hasilnya dengan beberapa riset di Internet mengenai produk yang banyak dicari secara online. Dengan demikian kami harapkan kami akan dapat membantu konsumen Indonesia untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan membantu memberikan sebuah lapangan usaha atau pekerjaan bagi masyarakat di Indonesia dan juga ikut memajukan ekonomi Indonesia dan masyarakat di dalamnya. Asumsi kami, ukuran dari bisnis kami ini akan menjadi bisnis yang ideal atau besar, hal ini berdasarkan pertimbangan cost untuk pembuatan website dan aplikasi untuk smartphone yang akan memakan biaya yang cukup besar. Dengan semua penjabaran kami mengenai ide bisnis yang akan kami jalankan berdasarkan market overview dan perubahan perilaku konsumen yang
24
membentuk urgency dari problem statement yang ada, kami beri nama marketplace kami ini dengan “WHYBUY.CO.ID”.
1.6
OVERVIEW OF THE THESIS Dalam thesis ini, tujuan kami adalah mengisi gap kosong yang ada dalam
industry e – commerce, yaitu industry online renting yang mana sampai dengan saat ini belum ada marketplace yang menawarkan sebuah system penyewaan bagi konsumennya dan hanya terfokus pada jual beli terhadap barang. Marketplace yang ada dewasa ini belum dapat menawarkan sebuah benefit dimana konsumen dapat menggunakan suatu barang tanpa membeli barang tersebut. Dengan thesis ini kamiakan membuatkan sebuah marketplace yang menawarkan beberapa kategori barang untuk disewakan sehingga konsumen dapat mencari barang – barang yang ingin mereka gunakan hanya di satu tempat saja. Selain memberikan kemudahan bagi konsumen yang ingin mencari suatu barang dan menggunakannya tanpa harus membeli barang tersebut, kami juga membukakan sebuah peluang usaha bagi pemilik barang baik secara personal ataupun companydalam menyewakan barangnya untuk mendapatkan keuntungan dan menambah demandakan barang yang mereka sewakan. Kami membagi thesis ini menjadi 5 chapter, yaitu : BAB 1 Dalam chapter ini, kami membahas tentang market overview dari industry kami, lalu consumer behavior changes dari sebelum maraknya e-commerce platform sampai
25
dengan sekarang setelah muncul banyak e-commerce platform, lalu semua problem statement dari apa yang bias ditarik dari market overview dan consumer behavior changes, dan urgency dari masalah – masalah yang sudah disebutkan mana yang palin penting untuk bisa diselesaikan terlebih dahulu. Lalu selanjutkan bagaimana gambaran secara garis besar business model kami dalam business idea. BAB 2 Dalam chapter ini, kami membahas tentang value proposition yang kami tawarkan kepada customer, dan juga kami akan memberikan data untuk melengkapi value proposition kami dengan data seperti market growth saat ini, bagaimana keadaan industri kami dengan melakukan industry analysis(5 forces), consumer behavior research untuk mengetahui apakah data yang kami berikan sesuai dengan ekspektasi konsumen saat ini , lalu survey analysis substitute competitors dimana kami menjabarkan kompetitor yang ada saat ini dan juga akan datang. BAB 3 Dalam chapter ini, kami membahas tentang desain akhir dari business model kami dengan menggunakan business model canvas theory yang berisi 9 bagian yaitu (Customer segment, value proposition, customer relationship, channels, revenue, key activities, key resources, key partnerships, and cost).
26
BAB 4 Dalam chapter ini, kami membahas tentang bagaimana kita bisa memberikan value proposition yang kita miliki dan hal itu bisa membuat kita mendapatkan competitive advantage dari hal itu semua. Kita akan menjelaskan Visi, Misi, dan rangkuman secara umum dari model bisnis kami, 4p, operation strategy, human resources strategy, organization structure and profile of executives, technology plan, and financial planning. BAB 5 Dalam chapter ini, kami akan membahas tentang konklusi dari thesis kami, dan feasibility dari business model kami, lalu apakah business model ini bisa bertahan atau tidak, lalu limitasi dari business model ini, dan kami akan menjelaskan tentang area business lain yang bisa kami manfaatkan untuk mengembangkan bisnis ini kedepannya.