Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
BAB E. PENDEKATAN,METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
1
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
BAB E PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
1. PENDAHULUAN Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun peradaban bangsa. Kenyataan menunjukkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan penting dalam perkembangan peradaban, terutama perekonomian dunia Abad ke-21 bahkan diyakini akan menjadi abad baru yang disebut era informasi-ekonomi (digitaleconomic) dengan ciri khas perdagangan yang memanfaatkan elektronika (electronic commerce). Kondisi ini mengakibatkan adanya pergeseran paradigma strategi pembangunan bangsa-bangsa dari pembangunan industri menuju ke era informasi (information age). Teknologi informasi dan komunikasi sebagai suatu perpaduan teknologi telah memungkinkan terjadinya internetworking yang menyebabkan faktor jarak menjadi kurang berarti. Informasi dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain dengan kecepatan tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk konsolidasi, koordinasi, dan kolaborasi yang mampu menghasilkan tindakan-tindakan dengan pertimbangan keuntungan bagi pihak-pihak yang terkait. Melalui internetworking dapat disebarkan berbagai informasi dalam jumlah besar secara gencar untuk melaksanakan berbagai transaksi baik profit maupun non profit. Teknologi informasi dan komunikasi telah membawa dunia menuju ke era informasi, dimana informasi merupakan salah satu sumberdaya paling penting dalam upaya peningkatan kehidupan masyarakat. . Pemberdayaan informasi tidak akan lepas dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal. Ketersediaan dan kualitas teknologi tidak akan mampu mengubah apapun bila tidak diimbangi dengan kemampuan dan kemauan
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
2
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
untuk menggunakannya. Artinya teknologi yang ada dan tersedia sebaik apapun tidak akan membawa manfaat bila tidak ada kemauan dan kemampuan untuk mengoperasikannya sesuai kebutuhan. 2. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI Tahap-Tahap Pengembangan Sistem 1. Analisis Sistem Sekarang Langkah ini bertujuan untuk mengetahui secara detail bagaimana sistem yang sedang berjalan saat ini. Pada langkah ini pengembang akan melakukan beberapa hal untuk mengetahui seperti apa sistem yang berjalan sekarang mulai dari prosedur kerja, dokumen-dokumen yang ada pada sistem, orangorang yang terlibat dengan sistem, termasuk data-data yang ada pada sistem serta keluaran-keluaran yang dihasilkan oleh sistem. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengetahui keadaan sistem sekarang adalah dengan survey, wawancara, atau memberikan kuisioner. Terdapat 2 pandangan yang harus dilakukan dalam tahap ini yaitu Phisical View (Pandangan Fisik) dan Logical View (Pandangan Lojik). Pandangan fisik melihat serta mencatatat kondisi sistem secara fisik atau apa yang terlihat oleh mata. Semua kerja dan alur yang terlihat maka direkam dan dimodelkan. Semua aktifitas-aktifitas fisik yang terlihat oleh mata itu kemudian akan disebut dengan Sistem Fisik. Sedangkan pandangan lojik lebih mengarah kepada proses-proses yang dilakukan secara lojik atau proses-proses yang tidak terlihat oleh mata. Proses-proses lojik ini biasanya tidak terpisah dari adanya proses-proses atau aktifitas fisik. Sistem dengan pandangan lojik inilah yang akan menjadi acuan utama untuk pembangunan sistem.
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
3
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
Sistem Manajerial Sistem Informasi Data Dari Lingkungan
Sistem Koleksi Data
Sistem Pemrosesan Data
Sistem Pengambil Keputusan
Sistem Perintah
- Data Sistem Fisik - Penyimpangan
Informasi Untuk Sistem Fisik
Sistem Fisik
Gambar 1 Sistem Fisik Jika dilihat pada gambar maka sebuah sistem informasi berada pada sub sistem manajerial. Ini artinya sistem informasi hanya menangkap data sesuai dengan fakta yang terjadi pada sistem fisik, tidak menangkap fakta secara fisik. Data yang telah ditangkap akan diproses agar menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk Sistem Pengambil Keputusan. Sistem Pengambil Keputusan akan menghasilkan kebijakan-kebijakan berkaitan dengan Sistem yang berjalan sekarang dan mungkin salah satu kebijakannya mengubah sesuatu yang ada pada Sistem fisik. a. Flowmap Flowmap adalah sebuah representasi atau alat untuk memodelkan prosedur-prosedur yang ada pada sistem. o Fungsi :
Menggambarkan alur perpindahan dokumen
Menunjukan alur kerja prosedur
o Ciri :
Berawal dan berakhir
Bisa menunjukan pelaku ( personil, jabatan, atau bagian organisasi)
Biasanya digambarkan per prosedur
Mengandung aspek logika (keterurutan aliran) dan aspek fisik
Memiliki simbol standar yang baku
o Simbol-simbol Flowmap
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
4
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
Tabel 1. Simbol – Symbol Flowmap Simbol
Arti
Simbol
Proses Manual
Proses xxxxx
xxxxx
Arti
Keputusan
Komputer
Dokumen xxxxx
xxxxx
Dokumen
Arsip xxxx
rangkap xxxxx
xxxxx
Off
page
xx
One page
refference
Reff.
Proses komputer
Penyimpanan
xxxxx
xxxxx
Tampilan layar
data
Masukan dengan alat
xxxxx
xxxxx
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
5
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
Arsip komputer
Anotasi Hal yang tidak dapat di representasikan dengan simbolsimbol yang telah disebutkan
xxxxx
Aliran Formulir
b. Diagram Konteks Representasi lain yang digunakan dalam tahap Analisis Sistem Sekarang ini adalah Diagram Konteks. Diagram ini menunjukan hubungan antara sistem dengan pihak luar yang memiliki kontribusi langsung terhadap sistem dam pihak lain yang memperoleh keluaran langsung dari sistem. Diagram ini diperlukan untuk menggambarkan bagaimana posisi sistem dalam sebuah organisasi atau bisa juga disebut suprasistem (sistem yg lebih luas). Dengan adanya diagram ini maka pengembang dapat melihat informasi apa yang diberikan oleh sistem serta data apa yang dibutuhkan oleh sistem termasuk pihak-pihak mana saja yang mendapat informasi dan yang memberikan data kepada sistem. Ini merupakan langkah awal yang sangat menentukan untuk melihat aliran data dari sistem ke lingkungan secara lojik mengingat sistem komputer adalah sistem yang berjalan secara lojik, artinya tidak terlihat oleh mata secara langsung.
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
6
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
Tabel 2. Simbol – simbol Diagram Konteks
X
Entitas Luar
Aliran Data/Informasi
Sistem Informasi XXXXX
Sistem Informasi
c. Current Physical DFD DFD (Data Flow Diagram) akan menunjukan aliran data antar proses pada sistem. Current Physical DFD merupakan DFD yang digambarkan dengan sudut pandang aktifitas fisik. Artinya DFD ini menunjukan aktifitasaktifitas yang terlihat secara fisik beserta alur data atau mungkin dokumen yang terlibat pada sistem yang berjalan sekarang. Objek yang ada pada DFD: •
Processes (Proses memperlihatkanmengenai apa yang dilakukan oleh sistem, kaitannya dengan aktifitas pengolahan data ) pengolahan data )
•
Data Stores (merupakan tempat penyimpanan data)
•
External Entities (merupakan External Entities (merupakan komponen DFD yang berada di luarsistem)
•
Data Flows (aliran data)
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
7
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
Tabel 3. Simbol – simbol Current Physical DFD
N
A XXXXX
Entitas Luar
A XXXXX
Entitas Luar Duplikat
Lokasi
xxxxx
Proses
Aliran Data/Informasi
N
XXXXX
N
XXXXX
Datastore
Datastore Duplikat
Untuk langkah ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana sistem berjalan selengkap mungkin dan detail mulai dari proses yang dilakukan, siapa yang melakukan, serta dokumen apa yang digunakan atau yang dihasilkan oleh proses tersebut.
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
8
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
Untuk analisis berpandangan lojik maka yang dihasilkan adalah struktur data yang ada pada sistem yang sekarang. Struktur data ini bisa direpresentasikan dengan menggunakan gambar model LDS (Logical Data Structure). LDS
(Logical
Data
Structure)
adalah
sebuah
model
yang
merepresentasikan data yang ada pada sistem. Data-data yang ada pada LDS adalah data-data yang terlibat pada sistem mulai dari yang masuk ke sistem, mengalir didalam sistem, maupun yang keluar dari sistem. Komponen LDS: Entitas -
Entitas merupakan individu yang mewakili sesuatu yang nyata (eksistensi nya) dan dapat dibedakan dari sesuatu yang lain.
-
Entitas menunjuk pada individu sebuah objek
-
Himpunan entitas menunjuk pada rumpun dari individu tersebut.
-
Entitas adalah sesuatu yang signifikan terhadap sistem dimana informasi disimpan
-
Diidentifikasi objek-objek dari dokumen yang ada di sistem
-
Hasil pengelompokan objek yang telah di identifikasi dari dokumen menjadi entitas di LDS
Atribut -
Sebuah atribut adalah komponen diskrit terkecil dari sistem informasi yang mempunyai arti
Atribut Kunci Relasi -
Sebuah relasi menjelaskan hubungan antara dua entitas yang dipakai oleh sistem
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
9
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
Tabel 3.4. LDS
Entitas
Entitas A
Hubungan one to one (mandatory)
Hubungan many to many (mandatory)
Hubungan optional
Contoh Penggambaran LDS:
Entitas A
Relasi A
Relasi A’
Relasi B
Entitas B
Entitas C Relasi B’
Gambar 3.4. Logical Data Structure 2.
BSO (Bussiness System Options) BSO dibuat untuk menetapkan alternatif penggunaan teknologi pada setiap fungsi yang akan dibangun dan konsekuensi dari adanya alternatif-alternatif yang dibuat terhadap lingkungan kerjanya. Masing-masing alternatif BSO harus berisi penjelasan mengenai :
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
10
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
•
Batasan
•
Masukan
•
Keluaran
•
dan konsep transformasi/pemrosesan yang dilakukan oleh sistem.
Ada beberapa tehnik yang harus diperhatikan ketika akan membuat BSO: •
Gunakan pandangan dan ide-ide kreatif yang segar untuk membayangkan sistem yang akan dibangun
•
Harus sesuai dengan hasil analisis dan sesuai dengan kebutuhan sistem
•
Bisa saja melakukan brainstorming agar dapat menghasilkan beberapa kemungkinan pengembangan sistem
•
Jika pilihan terlalu banyak sebaiknya di seleksi kembali menjadi dua atau tiga pilihan saja untuk di presentasikan kepada pengguna
Untuk setiap pilihan yang dibuat pada BSO sebaiknya meliputi: •
Deskripsi yang menggambarkan mengenai dungsi dan batasan dari sodoran usulan sistem
•
Kemungkinan atau prediksi dari DFD Level 1 dan LDS dari sistem yang diusulkan
•
Harus menunjukan hasil analisis terhadap keuntungan dan kepengeluaran yang mungkin muncul
•
Menjelaskan efek dari diimplementasikannya sistem baru terhadap berbagai aspek
BSO bisa dibuat dengan acuan sebagai berikut:
3.
•
Terms of reference atau KAK
•
Hubungan atau komunikasi dengan pengguna sistem
•
Dengan melihat sistem atau survey mengenai sistem dan lingkungannya
Analisis Kebutuhan Sistem Pada tahap Analisis kebutuhan Sistem hasil dari tahap sebelumnya akan di jabarkan lebih detail untuk melihat apa kebutuhan dari sistem. Hal ini perlu sebagai bahan perancangan sistem baru. Dengan adanya analisis kebutuhan ini maka data,
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
11
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
proses, informasi, serta pelaku yang harus ada pada sistem dapat teridentifikasi secara detail. a. Pelaku Sistem Pelaku sistem merupakan orang/bagian yang terlibat di dalam sistem. Pelaku ini adalah mereka yang membuat proses-proses pada sistem berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pada tahap Analisis Kebutuhan Sistem pelaku akan menentukan hak akses terhadap sistem di perancangan sistem. Sehingga nanti setiap pelaku tidak sembarangan dapat melakukan proses yang bukan menjadi haknya. b. Data/Informasi Data adalah sebuah representasi dari fakta yang ada. Data memang bersifat lojik dan yang terlihat adalah jika data sudah menggunakan media penyampaian data seperti kertas, monitor komputer, dan sebagainya. Dalam konsep Sistem Informasi data bisa disebut juga sebagai bahan dasar untuk pembentukkan informasi. Data akan melalui proses terlebih dahulu kemudian di keluarkan oleh proses tersebut dalam bentuk informasi. Secara sederhana hubungan antara data, proses, serta informasi adalah seperti pada gambar:
Sumber Data
Data
PROSES
Informasi
Pengguna
Gambar 3.5. Hubungan dalam Konsep SIstem Informasi Informasi adalah data yang telah diolah sedemikian rupa sehingga hasil dari pengolahan data tersebut memiliki makna yang penting bagi pihak lain yang membutuhkan. c. Proses Proses yang dimaksud disini adalah proses-proses yang ada pada sistem sehingga sistem berjalan dengan sebagaimana mestinya. Proses ini termasuk
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
12
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
proses komputer, proses yang bersifat fisik, atau proses yang bersifat lojik seperti perhitungan, keputusan pelaku, dan sebagainya. Proses ini memerlukan masukan data agar bisa berjalan dan pelaku sebagai yang melakukan proses. Proses ini akan menghasilkan keluaran berupa informasi yang bermanfaat bagi penerimanya. Pada tahap ini bisa juga dibuat Struktur Proses untuk memudahkan dalam pengelompokan proses-proses yang ada dalam sistem.
Sistem Informasi X
1 Proses A
Level 1
Level 2
1.1 Proses A1
2 Proses B
1.2 Proses A2
Level 3
3 Proses C
3.1 Proses C1
3.1.1 Proses C1A
3.2 Proses C2
3.1.2 Proses C1B
Gambar 3.6. Struktur Proses
d. DFD Pada tahap analisis kebutuhan digambarkan sebuah model untuk menunjukan aliran data antar proses yang sudah di jabarkan sebelumnya. Dengan adanya model ini maka proses tahap perancangan dan konstruksi akan sangat terbantu mengingat pada tahap tersebut akan dibuat modul-modul aplikasi sesuai dengan kebutuhan sistemnya. Terdapat beberapa simbol baku untuk penggambaran DFD yang sesuai dengan ketentuan SSADM:
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
13
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
Tabel 3.5. Simbol Baku Penggambaran DFD Entitas Luar A XXXXX
Entitas Luar Duplikat A XXXXX
Proses N
xxxxx
Proses Level Terbawah N
xxxxx *
Aliran Data/Informasi
Datastore N
XXXXX
Datastore Duplikat
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
14
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
N
XXXXX
DFD (Data Flow Diagram) terbagi dalam beberapa level sesuai Struktu Proses yang telah dibuat sebelumnya. Data/Informasi yang mengalir pun sesuai dengan yang sudah di jabarkan pada langkah sebelumnya.
B External 2
A External 1 - eeeee
- bbbb
- aaaaa
- bbbb
2
1
Proses B
Proses A 1
Datastore 1
*
2
Datastore 2
3
Proses C
- ddddd
C External 3
Gambar 3.7. DFD Level 1 Pelevelan pada DFD adalah sesuai dengan Struktur Proses. Aliran data pada setiap level harus sesuai dengan level-level yang diatasnya. Jika pada level 1 terdapat aliran data dari Proses A ke External 1, maka untuk level selanjutnya saat detail Proses A aliran ke External 1 harus ada.
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
15
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
A External 1
1
A External 1
- aaaaa
Proses A
- eeeee
2
1
Proses A2
Proses A1 Datastore 3
*
*
Datastore 1
Gambar 3.8. DFD Level 2. Proses A 4.
Perancangan Sistem Perancangan Sistem terdiri dari 2 tahap yaitu Perancangan Lojik dan Perancangan Fisik. Perancangan Lojik dikerjakan terlebih dahulu sebagai acuan untuk pengerjaan tahap Perancangan Fisik. Pada taham Perancangan Sistem Lojik, pengembang akan fokus terhadap rancangan prototipe dari aplikasi yang akan dibangun. Rancangan disini termasuk rancangan algoritma, rancangan query database, dan rancangan antarmuka aplikasi. a. Tree View Algorithm Tree View Algorithm ini menggambarkan gambaran umum algoritma (langkah-langkah logis) untuk beberapa proses inti pada aplikasi terutama proses-proses transaksi. b. Database Design Dalam merancang sebuah query diperlukan beberapa langkah agar query yang dirancang sesuai dengan sistem yang akan dibangun. •
Kamus data ini menjabarkan lebih detail mengenai data-data yang mengalir pada model DFD. Tujuan dari kamus data ini sebagai acuan bagi pengembang untuk melihat detail data pada sistem. Kamus data juga dapat mempermudah pembuatan LDS pada langkah selanjutnya.
c. Struktur Menu
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
16
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
Struktur menu dibuat berdasarkan proses-proses yang telah diidentifikasi sebelumnya. Setiap proses utama memunculkan 1 menu utama. Tetapi ini semua disesuaikan dengan kemudahan pengguna dalam mengakses menu. Aplikasi XXX
Id_menu: 01 AAA
Id_menu: 02 BBB
Id_menu: 03 BBB
Id_menu: 11 aaa
Id_menu: 31 ddd
Id_menu: 12 bbb
Id_menu: 41 eee
Id_menu:13 ccc
Gambar 3.9.Struktur Menu
5.
Konstruksi Konstruksi merupakan tahapan pembangunan aplikasi sistem informasi yang telah dirancang. Disini dijabarkan beberapa kode program proses-proses utama serta kode-kode query basisdata yang digunakan. Langkah pengujian aplikasi juga dimasukan kedalam tahap ini. Hal itu karena pengujian akan mempengaruhi hasil akhir dari aplikasi. Revisi dari pengguna tentu akan terjadi setelah pengembang melakukan diskusi tentang aplikasi yang sedang dibangun pada tahap ini. Selain kode program pada tahapan ini juga di munculkan antarmuka akhir dari aplikasi sistem. Antarmuka ini nanti menjadi pertimbangan bagaimana hasil akhir yang dicapai dan tentu akan mengalami beberapa kali revisi sesuai dengan keinginan pengguna.
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
17
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
6.
Implementasi Implementasi adalah tahapan yang menjelaskan perencanaan penerapan sistem dalam lingkungannya, mulai dari merencanakan spesifikasi setiap kebutuhan software, hardware, hinggasumberdayamanusia. Implementasi menentukan spesifikasi dari sistem dari segi perangkat keras dan perangkat lunak serta model pengalihan sistem. Spesifikasi kebutuhan yang dimaksudkan disini adalah spesifikasi yang harus dipenuhi untuk menjalankan sistem baru yang akan digunakan. Pengalihan sistem ada beberapa macam seperti cut off, modular, dan paralel. Cut off berarti sistem baru akan di implementasikan langsung dengan memberhentikan sistem yang berjalan sekarang kemudian digantikan oleh sistem baru. Resiko dalam menerapkan model implementasi cut off paling besar karena dengan berhentinya sistem lama untuk digantikan sistem baru maka berbagai masalah yang muncul pada sistem baru akan sangat menghambat kinerja sistem.
Sistem Lama Sistem Baru
Gambar 3.10. Pengalihan Sistem Cut Off Munculnya hambatan bisa dikarenakan pengguna yang belum terbiasa, masalah perangkat, ataupun sistemnnya sendiri yang masih ada beberapa kekurangan yang tidak terdeteksi sebelumnya. Modular berarti menanamkan sistem secara bertahap yaitu permodul atau per beberapa modul. Model implementasi ini banyak digunakan untuk saat ini. Model ini mengurangi resiko terhentinya sistem karena gangguan yang
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
18
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
muncul pada sistem baru dan memberikan waktu bagi pengguna untuk beradaptasi dengan sistem yang baru. Setidaknya satu modul akan memiliki pola yang sama dengan modul sisanya.
Sistem Lama (Modul A)
Sistem Baru (Modul A)
Sistem Lama (Modul B)
Sistem Baru (Modul B)
Sistem Lama (Modul C)
Sistem Baru (Modul
Gambar 3.11. Pengalihan Sistem Modular Tetapi model modular ini juga membutuhkan waktu implementasi yang lebih banyak dibandingkan dengan cut off. Adaptasi dengan satu modul dan memperbaiki berbagai kekurangan tidaklah mudah dan tidak ada jaminan seberapa cepat sistem akan sempurna 100%. Model implementasi yang lain adalah model paralel. Paralel ini berarti sistem baru akan berjalan berbarengan dengan sistem yan lama selama beberapa waktu. Hal ini bertujuan untuk memberikan waktu para pengguna untuk beradaptasi secara langung serta memberi peluang kepada para pengguna untuk menunjukan jika ada kekurangan-kekurangan yang menonjol jika dibandingkan dengan sistem yang lama.
Sistem Lama Sistem Baru
Gambar 3.12. Pengalihan Sistem Paralel Kekurangan untuk model paralel ini adalah model ini akan membuat pengguna mengejakan pekerjaannya secara rangkap. Sistem lama harus tetap berjalan,
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
19
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
tapi sistem baru pun berjalan berbarengan dengan sistem lama, dan hal ini cukup memberatkan para pengguna. Ada hal lain yang harus dijelaskan pada tahap implmentasi ini yaitu mengenai Gobal Service Level. Global Service Level adalah detail mengenai layanan yang disediakan oleh sistem terhadap berbagai hal termasuk transaksi atau kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
Mean Time Between Failure (MTBF) Sebuah nilai dalam satuan waktu (detik, menit, jam, hari, minggu, bulanatautahun) yang mengindikasikan waktu hidup dari perangkatperangkat pendukung sistem.
Max Time To Recovery (MTTR) Sebuah nilai dalam satuan waktu (detik, menit, jam, hari, minggu, bulan atau tahun) yang mengindikasikan berapa lama infrastruktur teknologi informasi (server, storage, dan perangkat keras komunikasi lainnya) akandipulihkan, setelah mengalami perubahan atau kerusakan. Catatan : Contoh tabel MTTR sama dengan tabel MTBF
Size Of Storage Menghitung seberapa besar kebutuhan dari tempat penyimpanan
Data Back Up
Disini dijelaskan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam rangka backup, dapat dijelaskan pula teknologi yang akandigunakan.
Data Back up Frequency (Continuos, Daily, Weekly, Monthly)
Back Up Type (Full, Differential, Incremental)
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
20
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
3.3.
Program Kerja Persiapan
Pengumpulan Data
Identifikasi Kebutuhan Sistem
Uji coba dan Penyempurnaan Sistem
Pembangunan Sistem
Analisis & Perancangan Sistem
Pembuatan User Manual
Pelatihan
Pelaporan
Program kerja disusun ke dalam empat garis besar tahapan pelaksanaan pekerjaan yang terdiri atas: a. Persiapan b. Pelaksanaan 1) Pengumpulan Data 2) Identifikasi Kebutuhan Sistem 3) Analisis dan Perancangan Sistem 4) Pembangunan Sisten 5) Uji coba dan peneyempurnaan sisten 6) Pembuatan User Manual c. Pelatihan d. Pelaporan 3.3.1. Persiapan Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan pada persiapan adalah sebagai berikut: a. Mobilisasi Personil Mobilisasi personil dilakukan sesuai dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab masing-masing peronil. Pada tahap persiapan personil
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
21
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
yang diterjunkan adalah beberapa tenaga ahli dan beberapa tenaga pendukung yang dipimpin oleh Team Leader.
Tim Leader
Ahli Sarana & Prasarana
Ahli Informatika
Ahli Perencanaan Wilayan & Kota
Ahli GIS
Gambar 3.13. Personil Pelaksana
b. Penyepakatan Metode dan Rencana Kerja Metode dan rencana kerja yang disusun akan didiskusikan dengan pemberi kerja guna tercapainya kesepakatan bersama sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan. Metode dan rencana kerja hasil kesepakatan dituangkan dalam bentuk Laporan Pendahuluan. Metode dan Rencana Kerja ini akan menjadi bahan acuan untuk pelaksanaan pekerjaan. Dalam rangka penyepakatan metode dan rencana kerja langkahlangkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Persiapan dasar, berupa telaah keputusan yang menghasilkan postulatpostulat, asumsi-asumsi, dan hipotesa-hipotesa mengenai kegiatan;
Pemantapan KAK, yaitu pemahaman secara mendalam apa-apa yang sudah ditetapkan dalam KAK terutama maksud, tujuan, dan sasaran pekerjaan, agar hasil pekerjaan yang dilakukan dapat maksimal;
Pengumpulan referensi berupa hasil-hasil studi terkait, literatur, dan Peraturan perundang-undangan terkait guna mempertajam pemahaman terhadap permasalahan dan kondisi di wilayah pekerjaan;
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
22
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
Pengumpulan data-data sementara berupa data sekunder, baik data tabular
maupun spatial (peta) dari berbagai instansi pemerintah terkait; Mempersiapan instrumen kegiatan berupa:
Penyusunan rencana kerja; Menyusun daftar data/informasi yang diperlukan (Checklist Data); Kerangka studi sebagai usulan teknis ; Menyusun daftar 3.3.2.1.
pertanyaan (Questioner)
Pembangunan Sisten
Aplikasi akan didesain sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan informasi untuk setiap level pengguna. Tahapan desain aplikasi dikembangkan berdasarkan tahapan pengembangan sistem yang baku. Pada tahap ini akan didesain suatu aplikasi menu interface yang dapat memenuhi kebutuhan. Menu ini dikembangkan dengan menggunakan menu, simbol dan icon-icon yang diinginkan dan disesuaikan dengan standar yang digunakan. Pada desain aplikasi ini pula akan didesain bagaimana prosedur dan tata cara penggunaan menu interface yang user friendly dan sistematis. Pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
Pembuatan Rancangan Dasar
Pembuatan Rancangan Detail/Prototype
Pendesainan Menu Interface
Pendesainan tatacara dan sistematika prosedur operasi
Pendesainan simbol, icon, loga serta gambar-gambar lain yang diperlukan.
Pendesainan data-data lain yang diperlukan untuk mendukung fungsi-fungsi dan aplikasi yang diinginkan.
Hasil akhir yang ingin didapat adalah sebagai berikut : 1) Mendapatkan Rancangan Dasar : •
Daftar input/output
•
Paner (layout) input/output
•
Daftar item data
•
Kode external
•
Perkiraan volume pekerjaan untuk pengembangan aplikasi
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
23
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
•
Hal lain yang dianggap perlu oleh user
2) Rancangan Detail/Prototype : •
Struktur program
•
Spesifikasi program yang umum
•
Spesifikasi fungsi program
•
Menu interface
•
Recana pengujian
Sistem yang akan dirancang untuk kebutuhan Aplikasi ini memiliki sifat Open System, yaitu aplikasi dapat melakukan analisis terhadap semua data-data yang ada, dimana variabel-variabel pendukung analisis sepenuhnya diserahkan kepada user untuk memilih variabel yang sesuai, dengan catatan; pada Aplikasi ini nantinya akan diberikan modul untuk melakukan registrasi data yang akan dianalisis guna menghindari bias terhadap output yang dihasilkan. Aplikasi ini akan memiliki kemampuan melakukan management data yang baik, serta mampu melakukan input data serta verifikasi dan updating data, baik data spasial maupun data tabular. Aplikasi ini memiliki implikasi secara langsung pada pengurangan beban kerja dalam hal penyediaan informasi sebagai bahan analisis lebih lanjut, sehingga pengguna dapat lebih berkonsentrasi dalam hal pengambilan keputusan dan analisis lanjutan. Dengan kata lain, sistem ini merupakan sebuah alat bantu (tool) bagi pengguna dalam hal penyediaan dan analisis informasi. 3.3.2.2.
Uji coba dan peneyempurnaan sisten
Prototyping cocok digunakan bila pemakai sudah menentukan tujuan dari sistem tetapi belum pasti dalam masukan, keluaran atau implementasi sistem. Prototyping adalah suatu proses dimana pengembang sistem dapat membuat terlebih dahulu suatu model dari sistem yang diinginkan. Pemakai lalu akan menilai model tersebut dan memberikan masukan-masukan untuk menyempurnakan model tersebut. Proses ini terus berulang sampai pemakai sudah puas dan pasti akan segala spesifikasi sistem. Setelah itu baru sistem disempurnakan sehingga menjadi produk akhir. Harus
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
24
Penyusunan Sistem Informasi Revisi DIPA Ditjen Cipta Karya
diingat bahwa prototipe bukanlah produk akhir (sistem) yang sesungguhnya melainkan hanya model untuk membantu pengembangan produk akhir. Dalam tahap-tahap tertentu pihak konsultan akan menunjukan hasil implementasi dan pengembangan yang dilakukan. Pada tahap ini diharapkan masukan dari pihak Tim Teknis (Counterpart), yang dapat dijadikan acuan untuk terus memperbaiki implementasi yang dilakukan. Kegiatan pengujian (tetsing) dilakukan untuk menjamin bahwa sistem yang dibangun dapat melaksanakan fungsi yang diinginkan dengan benar, yaitu dengan cara: 1) Functional Testing, pada jenis testing ini akan dilihat behavior sistem, apakah dapat menjalankan fungsi yang diinginkan dengan baik, apakah ada kesalahankesalahan pada fungsi yang dijalankan. 2) Security Testing, sistem yang dibangun akan menerapkan metode pengamanan yang akan dilihat berdasarkan ujicoba bahwa sistem hanyamemperbolehkan pengguna yang mempunyai akses ke sistem saja.
PT. DWI ELTIS KONSULTAN | PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
25