BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis 1 Hipotesis pertama dari penelitian ini adalah pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha, dan jenis usaha
berpengaruh signifikan terhadap penggunaan
informasi akuntansi. Besarnya hubungan variabel bebas yang terdiri dari pengetahuan (X1), skala usaha (X2), pengalaman usaha (X3), jenis usaha (X4) secara bersama – sama terhadap informasi akuntansi adalah ditunjukkan oleh besar R sebesar 0,625. Hasil ini dapat dikatakan bahwa hubungan variabel bebas secara bersama – sama terhadap informasi akuntansi karyawan dapat dikatakan kuat. Pengaruh variabel bebas secara bersama–sama, yaitu pengetahuan akuntansi (X1), skala usaha (X2), pengalaman usaha (X3), jenis usaha (X4) terhadap penggunaan informasi akuntansi (Y1) dapat dilihat pada besarnya koefisien determinasi yaitu R2 atau R square sebesar 0,390 atau 39,0 %, sisanya sebesar 0,51 atau 51 % dipengaruhi oleh faktor–faktor lain. Berdasarkan atas uji statistik dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda didapat bahwa: persamaan regresi linier berganda adalah Y1 = 1,680 + 0,383 X1 + 0,006 X2 + 0,022 X3 - 0,158 X4 Persamaan regresi tersebut memperlihatkan koefisien regresi dari pengetahuan (X1), skala usaha (X2), pengalaman usaha (X3), jenis usaha (X4) bertanda positif kecuali jenis usaha yang bertanda negatif berarti variabel bebas mempunyai pengaruh searah dengan variabel tergantung artinya apabila nilai dari variabel bebas meningkat atau
menurun maka akan mendorong menaikkan atau menurunkan penggunaan informasi akuntansi. Seberapa besar pengaruh dari variabel–variabel bebas secara parsial terhadap variabel tergantung dapat diketahui dari : 1. Nilai konstanta sebesar 1,680, nilai ini berarti bahwa jika nilai X1 sampai dengan X4 tidak ada atau sebesar nol, maka nilai variabel informasi akuntansi adalah sebesar 1.680. Nilai koefisien regresi X1 sebesar 0,383. Hal ini mengandung pengertian bahwa jika terjadi peningkatan atau penurunan nilai variabel X1 atau pengetahuan akuntansi sebesar 1, maka nilai variabel penggunaan informasi akuntansi akan meningkat atau menurun sebesar 0,383 dengan asumsi variabel lainnya tetap. Hal ini menunjukkan bahwa jika pengetahuan akuntansi meningkat maka penggunaan informasi akuntansi juga meningkat, karena pengetahuan akuntansi sangat diperlukan oleh pimpinan atau pemilik perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaan. Motivasi untuk mempelajari tentang pengetahuan akuntansi
akan
meningkatkan pemahaman pimpinan atau pemilik dalam menerapkan akuntansi dalam perusahaan (Bedard dan Chi, 1993; Libby, 1993; Spilker, 1995). Rumusan penelitian Rahman dan McCosh (1976) dalam Suhairi, Yahya dan Haron (2004) berbeda dengan hasil penelitian ini. Rahman dan McCosh mendapatkan bahwa seseorang yang mempunyai pengetahuan akuntansi yang tinggi akan lebih sedikit dalam menggunakan informasi akuntansi, khususnya dalam penilaian prestasi bawahan. Hal ini disebabkan seseorang yang memiliki pengetahuan yang tinggi selalu berupaya untuk mencari cara baru yang lebih baik, dia tidak mau hanya menggunakan informasi akuntansi saja tetapi juga informasi non
akuntansi, karena kombinasi kedua ukuran ini dapat memberikan hasil penilaian prestasi yang lebih baik sesuai dengan konsep Balance Scorecard. Sejalan dengan penemuan penelitian ini yang manyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya penggunaan informasi akuntansi dalam perusahaan menengah adalah karena rendahnya pengetahuan akuntansi yang dimiliki oleh manajer atau pemilik usaha (Wichman, 1984; Peacock, 1985; Holmes dan Nicholls, 1988; Suhairi, Yahya dan Haron, 2004) 2. Nilai koefisien regresi X2 sebesar 0,006. Hal ini mengandung pengertian bahwa jika terjadi peningkatan atau penurunan nilai variabel X2 atau skala usaha sebesar 1, maka nilai variabel penggunaan informasi akuntansi akan meningkat atau menurun sebesar 0,006 dengan asumsi variabel lainnya tetap. Hal ini menunjukkan bahwa jika skala usaha meningkat maka penggunaan informasi akuntansi juga meningkat, karena kompleksitas usaha juga semakin meningkat. Skala usaha dalam penelitian ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya dengan melihat berapa jumlah karyawan yang dipekerjakan. Jumlah karyawan dapat menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasionalkan usahanya, semakin besar jumlah karyawan semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan, sehingga informasi akuntansi sangat dibutuhkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Holmes dan Nicholls (1988). 1.
Nilai koefisien regresi X3 sebesar 0,022. Hal ini mengandung pengertian bahwa jika terjadi peningkatan atau penurunan nilai variabel X3 atau pengalaman usaha sebesar 1, maka nilai variabel informasi akuntansi akan meningkat atau menurun sebesar
0,022 dengan asumsi variabel lainnya tetap. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama usaha beroperasi, maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh pimpinan atau pemilik usaha, sehingga semakin membutukan informasi yang diperlukan dalam operasional usaha, yaitu informasi akuntansi, karena pimpinan atau pemilik usaha akan membutuhkan informasi akuntansi tersebut untuk pengambilan keputusan usaha yang semakin kompleks dalam menghadapi persaingan usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Holmes dan Nicholls (1988). 2.
Nilai koefisien regresi X4 sebesar -0,158. Hal ini mengandung pengertian bahwa jika jenis usaha industri, maka pengusaha kurang memerlukan informasi akuntansi dibandingkan jenis usaha perdagangan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis usaha industri tidak hanya membutuhkan informasi akuntansi saja, tetapi juga membutuhkan informasi non akuntansi. Informasi non akuntansi disini dimaksudkan untuk menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat, jadi tidak hanya masalah keuangan atau akuntansinya saja yang dibutuhkan oleh jenis usaha industri tetapi juga segi non keuangan yang dibutuhkan oleh jenis usaha industri
pada saat ini. Informasi akuntansi yang diperlukan
misalnya berupa laporan keuangan dan laporan pendukung lainnya, sedangkan informasi non akuntansi disini, misalnya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentang operasional industri (manufaktur), manajemen lingkungan, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan lain-lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan McCosh (1976) dalam Suhairi, Yahya dan Haron (2004).
6.2. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis 2 Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menilai besarnya korelasi. Besarnya hubungan variabel bebas yang terdiri dari pengetahuan akuntansi (X1), skala usaha (X2), jenis usaha (X4), pengalaman usaha*ketidakpastian lingkungan secara bersama – sama terhadap informasi akuntansi adalah ditunjukkan oleh besar R multiple sebesar 0,625. Untuk menilai pengaruh variabel bebas secara bersama – sama pengetahuan akuntansi (X1), skala usaha (X2), jenis usaha (X4), pengalaman usaha*ketidakpastian lingkungan terhadap informasi akuntansi (Y1) dapat dilihat pada besarnya koefisien determinasi yaitu R2 sebesar 0,391 atau 39,1 %, sisanya sebesar 0,509 atau 50,9 % dipengaruhi oleh faktor – faktor lain. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan koefisien regresi diperoleh hasilnya sebagai berikut : Y1 = 1,706 + 0,379 X1 + 0,006 X2 + 0,010 X3*Z - 0,158 X4 Persamaan regresi tersebut memperlihatkan bahwa ketidakpastian lingkungan hanya memoderasi pengaruh pengalaman usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman usaha pimpinan atau pemilik dalam mengoperasionalkan usahanya dipengaruhi oleh ketidakpastian lingkungan dalam menggunakan informasi akuntansi. Ketidakpastian lingkungan (Z) tidak terbukti memoderasi pengaruh pengetahuan akuntansi (X1), skala usaha (X2), dan jenis usaha (X4) dalam penelitian ini, hal ini
disebabkan ketidakpastian lingkungan
merupakan ketidakmampuan individu dalam
memprediksi sesuatu secara tepat yang berasal dari lingkungan organisasi. Artinya, bahwa pengetahuan akuntansi yang dimiliki oleh pemilik atau pimpinan usaha, skala usaha dan jenis usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha menengah Kabupaten Sidoarjo tidak terpengaruh oleh ketidakpastian lingkungan yang ada di dalam maupun di luar lingkungan organisasi. Pengetahuan akuntansi yang dimiliki pimpinan atau pemilik usaha masih kurang, skala usaha hanya dilihat dari jumlah karyawan, jenis usaha (industri dan perdagangan) yang dijalankan masih dalam tahap menengah. Sedangkan ketidakpastian lingkungan hanya memoderasi pengaruh pengalaman usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi, bisa dilihat dari masa pemilik atau pimpinan usaha dalam mengoperasionalkan usahanya, semakin lama dalam mengelola usaha maka semakin cepat dalam memprediksi kondisi lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi operasionalisasi usahanya. Semakin tinggi ketidakpastian lingkungan yang dirasakan pimpinan atau pemilik usaha, maka pimpinan atau pemilik usaha mungkin membutuhkan tambahan informasi untuk menanggulangi kompleksitas dari lingkungan (Chia et al., 1994). Adanya ketidakpastian lingkungan yang dirasakan, diperlukan adanya informasi yang relevan untuk dapat meningkatkan kinerja, karena informasi yang relevan tersebut dapat memberikan prediksi yang lebih akurat atas kondisi lingkungan, sehingga dapat memberikan pilihan efektif atas tindakan yang dibutuhkan, yaitu berupa penggunaan informasi akuntansi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhairi, Yahya dan Haron (2004) yang menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan
tidak
mempengaruhi lokus pengawasan dan pengetahuan terhadap penggunaan informasi akuntansi. Suatu organisasi harus memperhatikan faktor-faktor lingkungannya, karena lingkungan
menciptakan
ketidakpastian
bagi
pimpinan
atau
pemilik
Ketidakpastian lingkungan yang dirasakan oleh pimpinan atau pemilik
usaha. adalah
merupakan suatu rasa ketidakmampuan untuk memprediksi secara tepat terhadap kondisi lingkungan yang terjadi, ini disebabkan karena para pimpinan atau pemilik usaha kurang atau tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai faktor-faktor lingkungan tersebut. Lingkungan umum organisasi memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap organisasi yang meliputi kondisi: ekonomi, politik, kebijakan pemerintah, keamanan dan sosial. Lingkungan tugas adalah lapisan lingkungan organisasi yang mempengaruhi perusahaan secara langsung, yang meliputi: pesaing, pemasok, pelanggan dan pasar tenaga kerja. Organisasi yang mengalami ketidakpastian lingkungan yang meningkat sehubungan dengan persaingan, pelanggan, pemasok dan pasar tenaga kerja, ada beberapa strategi yang bisa diambil oleh pimpinan atau pemilik usaha untuk secepatnya
beradaptasi
dengan
perubahan
lingkungan
tersebut,
yaitu
dengan
meningkatkan pengetahuan dan memperbanyak informasi. Ketidakpastian lingkungan umum mempengaruhi jenis usaha dan perdagangan Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2001 – 2005, seperti fluktuasi suku bunga bank, peristiwa 12 Oktober 2002 (Bom Bali), pada tahun 2006 saat ini peristiwa Lumpur Lapindo. Peristiwa-peristiwa ini mempengaruhi operasional perusahaan.