BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses menjadi informasi yang berguna. Sebelum dilakukan pengumpulan data langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pembuatan sampling plan karena data yang diambil merupakan data yang harus dapat mewakili proses yang akan dianalisa, untuk itu pengambilan data tidak dapat dilakukan secara sembarangan maka harus dilakukan pembuatan sampling plan untuk merencanakan berapa banyak data yang harus diambil dan bagaimana cara pengambilannya.
5.1.1
Pembuatan Rencana Sampel Rencana sampel harus dapat mewakili populasi dari pengukuran secara adil, jadi harus dapat dipastikan bahwa sampel yang diambil adalah merupakan sampel yang acak. Jumlah sampel yang akan diambil adalah sebanyak 5 setiap harinya, 5 data tersebut diambil dari 1 unit dari sekitar 12 unit produksi setiap harinya, untuk data akurasi data diambil dari alat yang digunakan untuk melakukan pengencangan bolt yang bernama torque click, setiap paginya alat ini dicek akurasinya dengan menggunakan alat yang bernama torque analyzer, pengambilan data akurasi dilakukan pada pagi hari sebelum alat – alat tersebut digunakan dalam proses perakitan, pengambilan data dilakukan sebanyak 5 kali secara berurutan. Untuk data yang kedua adalah data hasil pengukuran dari bolt
71
yang telah dikencangkan pada part yang telah dilakukan pemasangan bolt dengan menggunakan torque click tersebut, ketentuan dari pengambilan data ini adalah diambil pada jam – jam tertentu yaitu : 09.00 – 11.00 – 13.30 – 14.30 – 15.30, jumlah data yang diambil juga sebanyak 5 kali pengambilan data, apabila hasil cek Not Good ( NG ), tindakan yang langsung dilakukan adalah pengecekan pada unit – unit yang sudah lewat sampai pada unit cek jam sebelumnya, pengecekan dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama torque meter. Tujuan dari pengambilan data dengan menggunakan torque meter ini adalah untuk mengecek apakah alat torque click dapat bekerja dengan baik sesuai dengan hasil pengecekan yang dilakukan pada pagi hari, data yang ketiga adalah data yang diambil pada pos finish unit dimana pos yang terakhir melakukan pemeriksaan sebelum unit sampai ketangan konsumen. Sesuai dengan ruang lingkup yang telah ditentukan maka pengambilan data dilakukan di jalur perakitan : sub assy dan finish unit, untuk data pada jalur perakitan finish unit data yang diambil hanya data yang menggunakan torque meter.
5.1.2
Data Akurasi Torque Click Untuk data akurasi dari torque click dapat dilihat pada form peta kendali x dan R untuk akurasi pada bagian bawah, data diambil sebanyak 20 subgroup,
dan 1 subgroupnya diambil sebanyak 5x pengambilan data sehingga jika dijumlahkan semua data berjumlah 100 untuk pembuatan 1 peta kendali.
72
5.1.3
Data Sampling Torque Meter Untuk data sampling dengan torque meter dapat dilihat pada form peta kendali x dan R untuk torque meter pada bagian bawah, data diambil sebanyak 20 subgroup, dan 1 subgroupnya diambil sebanyak 5 x pengambilan data sehingga jika dijumlahkan semua data berjumlah 100 untuk pembuatan 1 peta kendali.
5.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan 5.2.1
Grafik X dan R Dari data yang sudah didapat diatas kemudian dimasukkan kedalam form peta kendali untuk dilakukan perhitungan, berikut akan ditunjukkan perhitungan untuk peta kendali untuk Part Nut Bearing Outer untuk Torque Accuracy, sebagai berikut : Menghitung rata – rata ( X ) dan range ( R ) Tabel 5.1 Contoh Perhitungan SPC
Sumber : Hasil Perhitungan SPC ( 2004 )
73
1. Jumlah data pada masing – masing subgroup dan masukkan nilainya pada kolom SUM SUM = 1.74 + 1.77 + 1.76 + 1.75 = 8.78 2. Isilah kolom X ( rata – rata ), dengan menggunakan rumus
X =
SUM 8.78 = = 1.76 No of reading 5
3. Isi kolom R ( range ), dengan menggunakan rumus : R = nilai maksimum – nilai minimum = 1.77 - 1.74 = 0.03 4. Plot nilai R ke grafik R dan nilai X ke grafik X
5.2.2 Menghitung rata – rata, UCL dan LCL Penentuan nilai konstanta
Tabel 5.2 Tabel Konstant
Sumber : Prosedur PT.Panjta Motor ( 2000 ) Nilai konstanta yang dipakai tergantung dari jumlah pengambilan data dalam satu hari ( sub group ), karena jumlah data dalam satu sub group adalah 5 data maka konstanta yang dipakai adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar diatas.
74
Peta Kendali R 1. Hitung nilai R , dengan rumus R=
=
jumlah total R jumlah sub group
0.48 = 0.02 20
2. Hitung nilai UCL ( Upper Control Limit ) dan LCL ( Lower Control Limit ) Hitung UCL dengan rumus
Hitung LCL dengan rumus
UCL = D4 x R
LCL = D3 x R
= 2.11 x 0.02
= 0 x 0.02
= 0.051
=0
3. Plot garis R , UCL, dan LCL Peta Kendali X 1. Hitung nilai X , dengan rumus X =
=
jumlah total X jumlah sub group
35.03 = 1.75 20
2. Hitung nilai UCL ( Upper Control Limit ) dan LCL ( Lower Control Limit ) Hitung UCL dengan rumus
Hitung LCL dengan rumus
UCL = X + A2 R
LCL = X - A2 R
= 1.75 + 0.58 x 0.02
= 1.75 - 0.58 x 0.02
= 1.77
= 1.74
3. Plot garis X , UCL, dan LCL
Sub Assy Accuracy Nut Bearing Outer
Grafik 5.1 Peta Kendali X dan R Sub Assy Accuracy Nut Bearing Outer Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)
5.2.3
Analisa Peta Kendali Dan Perbaikan
Berikut akan ditunjukkan grafik – grafik peta kendali yang memiliki data yang berada diluar kontrol dan memiliki pola, baik data untuk accuracy dan torque meter dan dianalisa penyebab data tersebut berada diluar kendali.
Sub Assy Accuracy Bolt Cover King Pin
Grafik 5.2 Peta Kendali X dan R Sub Assy Accuracy Bolt Cover King Pin Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)
78
Sub Assy Accuracy Nut Rod End
Grafik 5.3 Peta Kendali X dan R Sub Assy Accuracy Nut Rod End Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)
5.2.3.1 Analisa peta kendali torque accuracy
Bolt Cover King Pin
Pada peta kendali ini dapat dilihat bahwa untuk peta kendali R semua data berada didalam batas kendali, untuk itu kita melihat ke peta kendali X , pada peta kendali X , pada subgroup yang ke-9 ada data yang keluar dari batas bawah, setelah diperiksa ternyata pada subgroup ke-9 operator yang bertanggung jawab atas accuracy tidak melakukan setting pada torque click yang digunakan pada part bolt cover king pin.
Tabel 5.3 Tabel Setting Torque Click Bolt Cover King Pin Jenis Bolt Cover King Pin Standard 2.8 Kgfm USL = 2.94 LSL = 2.66 UCL = 2.82 LCL = 2.77
Tanggal Setting July 1, 2004 July 2, 2004 July 6, 2004 July 7, 2004 July 13, 2004 July 14, 2004 July 15, 2004 July 16, 2004 July 20, 2004 July 21, 2004 July 22, 2004 July 27, 2004 July 28, 2004 July 29, 2004 July 30, 2004 August 4, 2004 August 5, 2004 August 6, 2004 August 9, 2004 August 10, 2004
Nilai Torsi ( X bar ) 2.80 2.81 2.79 2.81 2.78 2.80 2.79 2.80 2.76 2.78 2.78 2.79 2.81 2.79 2.80 2.80 2.81 2.79 2.80 2.81
Setting Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Sumber : PT Panjta Motor (2004) tidak dilakukannya setting ini terjadi karena operator yang bertanggung jawab menganggap torque click tersebut masih bagus maka ia tidak melakukan setting
80
terhadap torque click tersebut, karena tidak dilakukan setting maka data yang diambil pada satu subgroup yang bersangkutan nilainya lebih kecil semuanya bila dibandingkan dengan yang lainnya sehingga bila dirata – rata data tersebut akan berada dibawah batas kendali bawah. Nut Rod End
Pada peta kendali ini dapat dilihat bahwa pada peta kendali R tidak ada data yang berada diluar batas kendali akan tetapi ada pola yang terbentuk pada peta kendali X , yaitu merupakan pola instability dimana pola ini memiliki tingkat flukstuasi yang tinggi. Ada beberapa hal yang menyebabkan terbentuknya pola ini, dan setelah diperiksa ke lapangan hal ini bisa terjadi karena operator yang bersangkutan terlalu sering melakukan setting terhadap torque click yang bersangkutan sehingga bisa terbentuk pola seperti yang demikian, kenyataan yang terjadi di lapangan, alat tersebut selalu di setting tiap hari karena sering berubah nilai setting nya karena sering dipakai.
81
Tabel 5.4 Tabel Setting Torque Click Bolt Nut Rod End Jenis Nut Rod End Standard 11.5 Kgfm USL = 12.08 LSL = 10.93 UCL = 11.62 LCL = 11.37
Tanggal Setting July 1, 2004 July 2, 2004 July 6, 2004 July 7, 2004 July 13, 2004 July 14, 2004 July 15, 2004 July 16, 2004 July 20, 2004 July 21, 2004 July 22, 2004 July 27, 2004 July 28, 2004 July 29, 2004 July 30, 2004 August 4, 2004 August 5, 2004 August 6, 2004 August 9, 2004 August 10, 2004
Sumber : PT Panjta Motor (2004)
Nilai Torsi ( X bar ) 11.58 11.44 11.62 11.46 11.46 11.38 11.54 11.50 11.44 11.54 11.40 11.60 11.50 11.60 11.40 11.56 11.42 11.56 11.54 11.42
Setting Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Sub Assy Torque Meter Bolt Cover King Pin
Grafik 5.4 Peta Kendali X dan R Sub Assy Torque Meter Bolt Cover King Pin Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)
83
Sub Assy Torque Meter Nut Knuckle Arm
Grafik 5.5 Peta Kendali X dan R Sub Assy Torque Meter Nut Knuckle Arm Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)
5.2.3.2 Analisa peta kendali torque meter
Bolt Cover King Pin
Pada peta kendali ini dapat dilihat bahwa pada peta kendali R tidak ada data yang berada diluar kontrol, untuk itu kita memperhatikan peta kendali X , pada peta kendali X juga dapat dilihat tidak ada data yang berada diluar batas kontrol, data yang diambil pada peta kendali ini merupakan data dari bolt yang telah terpasang, dari peta kendali X
pada bolt cover king pin ini terlihat pada data
subgroup ke-9 yang ditandai dengan lingkaran merah bahwa data tersebut nilainya lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya, hal ini bisa terjadi karena sesuai dengan peta kendali bolt cover king pin pada data akurasi juga terlihat dimana pada subgroup yang ke -9 terjadi penurunan data hingga keluar dari batas LCL, jadi data yang didapat dari bolt yang telah terpasang bisa menurun karena pada waktu itu alat tersebut tidak di setting sesuai dengan analisa pada peta kendali pada data akurasi. Nut Knuckle Arm
Peta kendali ini mewakili beberapa peta kendali torque meter yang lainnya yang bisa dilihat pada lampiran, baik peta kendali R maupun peta kendali X semua data berada didalam batas kendali, ini bisa terjadi karena operator yang melakukan pengecekan pada torque click selalu melakukan setting terhadap alat tersebut. Hal ini bila dilihat dari peta kendali memang merupakan hal yang baik tapi bila dilihat batas USL dan LSL nya nilainya masih sangat jauh dari batas dan karena torque click tersebut di setting tiap hari maka ini bukan merupakan hal yang baik karena akan membuang – buang waktu operator yang melakukan
85
setting dimana untuk melakukan hal ini pada semua torque click yang dibawanya
menghabiskan waktu sekitar ± 20 menit, dan juga torque click tersebut akan terlalu sering dilakukan setting sehingga lama kelamaan bisa menjadi kurang akurat. Tabel 5.5 Tabel Setting Nilai Torsi Nut Knuckle Arm Jenis Nut Knuckle Arm Standard 45 ± 5 USL = 60.00 LSL = 40.00
SubGroup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)
Nilai Torsi ( X bar ) 46.80 47.00 46.40 44.80 45.40 46.80 44.00 46.00 45.20 45.40 47.60 47.40 46.60 47.00 46.20 47.00 47.80 45.80 46.20 46.60
Finish Unit Torque Meter U Bolt Front
Grafik 5.6 Peta Kendali X dan R Finish Unit Torque Meter U Bolt Front Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)
5.2.3.3 Analisa peta kendali torque meter finish unit
U Bolt Front
Peta kendali ini merupakan peta kendali yang melakukan pengawasan pada bagian terakhir, pada grafik R dapat dilihat bahwa tidak ada data yang keluar pada semua subgroup dari batas kontrol, karena itu kita dapat menganalisa selanjutnya yaitu untuk grafik X , pada grafik X ada data yang keluar pada subgroup ke-12, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan,ini disebabkan karena kendaraan tersebut telah mengalami running test setelah keluar dari pos yang sebelumnya, pada waktu dilakukan running test kendaraan dijalankan sejauh ± 1 km dan dilakukan pengetesan rem, karena hal ini bolt yang sudah terpasang akan mengalami pergeseran karena dicoba untuk dijalankan untuk yang pertama kalinya maka bolt akan menyesuaikan dengan tempatnya terpasang dan ada kemungkinan kekuatannya akan menurun biasanya, ada kemungkinan pada waktu di rem kendaraan yang ditest cenderung untuk kearah kiri atau kanan sehingga bolt yang terpasang pada kendaraan akan menerima gaya yang berbeda, maka dari itu setelah kendaraan dibawa masuk ke pos finish unit, bolt tersebut yang tadinya dikencangkan dengan kekuatan yang kurang lebih sama akan menjadi berbeda, sehingga variasi yang ditemukan akan lebih banyak, dan mungkin saja cukup jauh selisihnya. Berikut contoh data yang didapat setelah melakukan pengamatan pada kendaraan sebelum dilakukan running test dan sesudah kendaraan masuk ke finish unit
88
Tabel 5.6 Tabel Nilai Torsi Sebelum dan Sesudah Running Posisi L1 L2 R1 R2
Sebelum ( kgfm ) 15.5 17 15 17
Sesudah ( kgfm ) 15.0 16.5 13 17.1
L1
R1
L2
R2
Sumber : PT.Panjta Motor (2004)
5.2.3.4 Usulan Perbaikan
Untuk usulan perbaikan adalah ditentukannya kapan batas untuk melakukan setting dan kapan tidak harus dilakukan setting, operator yang melakukan
pengecekan tidak mengetahui hal ini dengan baik sehingga ia selalu melakukan setting terhadap torque click jika alat tersebut mengalami perubahan mesipun
tidak terlalu jauh, sebagai akibatnya torque click bisa kurang keakuratannya dan waktu akan terbuang sia – sia dan ini dapat terlihat dari pola yang terbentuk pada peta kendali yaitu membentuk pola instability. Sebagai batas untuk kapan melakukan setting sesuai dengan kebijakan engineer dari bagian quality control adalah diberikan toleransi sebesar 5% dari standard, nilai 5% cukup besar karena bila dibawah itu maka setting akan terlalu sering dilakukan, untuk menjalankan ini maka diusulkan juga untuk dibuat instruksi kerja mengenai cara untuk mengakurasi torque click, instruksi kerja ini dibuat dengan memperhatikan prinsip kerja dari torque click yang merupakan alat yang sangat tergantung dengan jarak. Pembuatan instruksi kerja diawali dengan mengamati cara kerja operator yang bertugas melakukan akurasi. Setelah itu dianalisa elemen kerja yang salah yang
89
dipraktekkan oleh operator, berikut merupakan elemen kerja yang dilakukan oleh operator Tabel 5.7 Tabel Elemen Kerja Akurasi Torque Click No 1 2 3
Elemen Kerja siapkan torque analyzer siapkan torque click siapkan form pengambilan data
4
pasang torque click pada analyzer
5
tekan searah dengan jarum jam
6
setting alat bila tidak sesuai ambil data hingga 5 kali pengambilan
7
Analisa
pemasangan torque click sering terlalu miring penekanan kadang dengan 2 tangan, dan tidak pada pegangan yang disediakan setting berdasarkan kira-kira
Sumber : PT. Pantja Motor (2004)
Torque = T Force = F Torque = Force by Turning or Twisting. Tension = Power by Creating of Straight-Pull.
Torque = Force x Distance T = F x L so that: T1 = F1 x L1 = 10 lbs x 2 ft = 20 ft·lbs T2 = F2 x L2 = 20 lbs x 1 ft = 20 ft·lbs T1 = T2
Gambar 5.1 Torque dan Cara Pegang Torque Click Sumber : http://www.tohnichi.com/what’s torque.htm
90
Berdasarkan pada gambar diatas kita dapat melihat bahwa torque merupakan usaha yang dilakukan dengan memutar dan akan menghasilkan tension, dan untuk menghitung torque caranya adalah dengan mengalikan usaha dengan jarak ( Torque = Force x Distance
),
dari penjelasan diatas sangatlah jelas posisi
dimana kita melakukan usaha sangat berpengaruh dengan nilai torque yang dihasilkan. Karena itulah dikatakan torque click merupakan alat yang sangat tergantung dengan jarak. Untuk menambah keyakinan dari hasil analisa diatas maka dilakukan pengambilan data dengan beberapa cara dalam mengakurasi torque click.
Tabel 5.8 Tabel Nilai Hasil Percobaan Akurasi Torque Click Part Cara 1 Hasil Torque Cara 2 Hasil Torque Cara 3 Hasil Torque Cara 4 Hasil Torque
Bolt bracket Standard Mendatar secara horizontal 8.94 8.92 8.90 Lebih maju ke kiri 5 cm 9.44 9.39 9.43 Dengan 1 tangan 8.75 8.92 8.88 Dengan 2 tangan 9.00 8.99 9.05
= 9,0 Kgfm 8.84
8.84
9.37
9.47
8.85
8.89
9.04
9.03
Sumber : PT. Panjta Motor (2004) Dari hasil data diatas bisa diketahui bahwa data yang didapat mendukung penjelasan yang sebelumnya bahwa torque click merupakan alat yang tergantung dengan jarak dan gaya yang diberikan. Berdasarkan hasil analisa diatas lalu dibuat instruksi kerja untuk akurasi torque click, dan diinstruksikan ke operator yang bersangkutan lalu dilakukan pengambilan data lagi.
91
Gambar 5.2 IK Cara Mengakurasi Torque Click (1) Sumber : Hasil Analisa (2004)
92
Gambar 5.3 IK Cara Mengakurasi Torque Click (2) Sumber : Hasil Analisa (2004)
Sub Assy Torque Accuracy Bolt Cover King Pin setelah perbaikan
Grafik 5.7 Peta Kendali X dan R Sub Assy Torque Accuracy Bolt Cover King Pin setelah perbaikan Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)
94
Sub Assy Torque Meter Bolt Cover King Pin setelah perbaikan
Grafik 5.8 Peta Kendali X dan R Sub Assy Torque Meter Bolt Cover King Pin setelah perbaikan Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)
5.2.3.5 Analisa peta kendali hasil perbaikan
Torqe Accuracy Bolt Cover King Pin
Berdasarkan hasil peta kendali diatas setelah diberitahu kepada operator apa yang harus dilakukan, pada peta kendali R untuk torque accuracy terlihat bahwa nilai data pada subgroup yang ke-10 berada diluar batas UCL, sama halnya dengan peta kendali X pada subgroup yang ke-10 nilai datanya berada diluar batas LCL, hal ini bisa terjadi karena operator baru melakukan setting pada saat itu sehingga nilai data yang tidak bagus yaitu data yang pertama yang nilainya 2.13 ikut dicatat sehingga rata – rata pada subgroup itu menjadi rendah dan nilainya dibawah batas LCL pada grafik X , sama halnya pada grafik R karena data yang nilainya tidak bagus tersebut maka variasi yang timbul akan semakin besar sehingga nilai R pada subgroup tersebut berada diluar batas UCL. Tabel 5.9 Tabel Contoh Data SPC
Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004) Torqe Meter Bolt Cover King Pin
Untuk peta kendali hasil torque meter dapat dilihat hasilnya pada peta kendali R semua data berada didalam batas kontrol, untuk peta kendali X ada satu data yang diluar batas kontrol yaitu untuk subgroup yang ke-1, data pada subgroup ini bisa keluar, setelah diperiksa dengan operator yang bersangkutan ini bisa terjadi karena sebelum bolt dikencangkan, operator yang bertugas akan menggunakan
96
alat yang bernama impact wrench untuk melakukan pengencangan bolt untuk penggunaan impact wrench ini tidak ada ketentuan untuk berapa lama dilakukan impact setelah dipasang dengan menggunakan impact wrench, bolt akan
dikencangkan lagi agar sesuai dengan standarnya dengan menggunakan torque click, bila bolt sudah terlalu kencang karena penggunaan impact yang terlalu
lama maka pada waktu dikencangkan dengan menggunakan torque click alat tersebut akan langsung berbunyi klik menandakan kalau bolt tersebut sudah kencang, karena itu dapat terjadi bolt terlalu kencang terpasang, bila ditemukan hal seperti ini maka tindakan yang langsung dilakukan adalah mengendorkan baut tersebut dan mengencangkannya kembali agar sesuai dengan standar. Dari hasil perbaikan ini hal yang sangat jelas terlihat adalah operator tidak melakukan setting terhadap torque click setiap harinya, dari yang tadinya dalam waktu 1 bulan bisa melakukan setting hingga ± 20 kali, sekarang hanya dilakukan sebanyak 3 kali Tabel 5.10 Tabel Setting Torque Click Bolt Cover King Pin sesudah perbaikan Jenis Bolt Cover King Pin Standard 2.8 Kgfm USL = 2.94 LSL = 2.66 UCL = 2.85 LCL = 2.75
Tanggal Setting October 1, 2004 October 4, 2004 October 5, 2004 October 6, 2004 October 7, 2004 October 8, 2004 October 9, 2004 October 11, 2004 October 12, 2004 October 18, 2004 October 19, 2004 October 20, 2004 October 21, 2004 October 22, 2004 October 25, 2004 October 26, 2004
Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)
Nilai Torsi ( X bar ) 2.78 2.79 2.81 2.84 2.83 2.80 2.80 2.80 2.86 2.66 2.80 2.81 2.80 2.80 2.80 2.79
Setting Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
97
Tabel 5.11 Tabel Waktu Setting Torque Click Sub Assy Part Nut Bearing Outer Nut Tie Rod To Arm Nut Black Plate Nut Key Bolt Bolt Cover King Pin Nut Knuckle Arm Brake Drum Nut Knuckle Arm Nut Rod End
Jumlah Setting Bulan Juli 18 18 20 18 18 16 16 16 20
Waktu 1 kali setting 2 menit 2 menit 2 menit 2 menit 2 menit 2 menit 2 menit 2 menit 2 menit Total
Total Waktu Setting / bulan 36 menit 36 menit 40 menit 36 menit 36 menit 32 menit 32 menit 32 menit 40 menit 320 menit
Sumber : PT Pantja Motor (2004) Tabel 5.12 Tabel Waktu Setting Torque Click Sub Assy sesudah perbaikan Part Nut Bearing Outer Nut Tie Rod To Arm Nut Black Plate Nut Key Bolt Bolt Cover King Pin Nut Knuckle Arm Brake Drum Nut Knuckle Arm Nut Rod End
Jumlah Setting Bulan Oktober 2 0 1 2 3 0 0 0 0
Waktu 1 kali setting 2 menit 2 menit 2 menit 2 menit 2 menit 2 menit 2 menit 2 menit 2 menit Total
Total Waktu Setting / bulan 4 menit 0 menit 2 menit 4 menit 6 menit 0 menit 0 menit 0 menit 0 menit 16 menit
Sumber : PT Pantja Motor (2004) Efisiensi yang dilakukan = = =
160 menit - 16 menit 160 menit 95% 7.92%
x 100% ( 1 bulan ) ( 1 hari )
Efisiensi sebesar 95 % ini merupakan penghematan yang dapat dilakukan pada jalur sub assy dalam hal melakukan setting torque click dalam kurun waktu 1 bulan, bila dihitung perharinya yaitu sebesar 7,92 %
98
5.2.4
Menghitung Capability
5.2.4.1 Hitung Range Of Specification ( ROS ) Isi kolom USL ( Upper Standard Limit ) dan , LSL ( Lower Standard Limit ) dengan rumus : 1. Untuk Torque Accuracy USL = ( Standard * 5% ) + standard = ( 1.75 * 5% ) + 1.75 = 1.84 LSL = standard - ( Standard * 5% ) = 1.75 - ( 1.75 * 5% ) = 1.66 2. Untuk Torque Meter USL = ( Standard + toleransi ) x 120% LSL = standard - toleransi Hitung ROS dengan rumus : ROS = USL – LSL = 1.84 – 1.66 = 0.18 Hitung δ ( standar deviasi ) dengan R dengan menggunakan persamaan :
δ=
0.02 R = = 0.01 D2 2.326
Hitung capability process ( Cp ) dengan rumus : Cp =
ROS 0.18 = = 2.83 6δ 6 × 0.01
99
Hitung Cpk dengan rumus : CpkL =
=
X − LSL 3δ 1.75 − 1.66 3 × 0.01
= 2.88
USL − X 3δ
CpkU =
=
1.84 − 1.75 3 × 0.01
= 2.78
Setelah dihitung nilai capability nya maka diurutkan dan dibuat grafiknya untuk diurutkan dari nilai dari Cp nya mulai dari yang terbesar hingga terkecil.
Grafik Cp Sub Assy Torque Accuracy
Grafik 5.9 Grafik Cp Sub Assy Torque Accuracy Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004)
101
Grafik Cp Sub Assy Torque Meter
Grafik 5.10 Grafik Cp Sub Assy Torque Meter Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004)
102
Grafik Cp Finish Unit Torque Meter
Grafik 5.11 Grafik Cp Finish Unit Torque Meter Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004)
103
5.2.4.2 Analisa grafik Cp sub assy torque accuracy
Dari grafik Cp dapat dilihat untuk grafik Cp torque accuracy semua nilai Cp berada diatas batas minimalnya yaitu 1.33 ini berarti menunjukkan indikator yang bagus dimana proses masih mampu untuk memproduksi sesuai dengan spesifikasi. Pada grafik Cp ada satu nilainya yang sangat tinggi sekali, bila dilihat dari grafik terletak di paling kiri, ini bisa terjadi karena standar dari torque click tersebut sangat tinggi yaitu 45 kgfm, dimana dengan nilai variasi yang tidak jauh berbeda dengan yang lainnya maka nilai Cp nya akan menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang lainnya, nilai variasi akan semakin besar dengan semakin besarnya standar, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.13 Tabel Nilai Cp Sub Assy Torque Accuracy Jenis Nut Tie Rod To Arm Nut Black Plate Nut Rod End Nut Knuckle Arm Nut Key Bolt Bolt Cover King Pin Brake Drum Nut Bearing Outer Nut Knuckle Arm
Standard 11.00 Kgfm 9.00 Kgfm 11.50 Kgfm 30.00 Kgfm 3.30 Kgfm 2.80 Kgfm 35.00 Kgfm 1.75 Kgfm 45.00 Kgfm
R 0.31 0.22 0.21 0.53 0.05 0.04 0.50 0.02 0.34
Cp 1.40 1.57 2.07 2.21 2.37 2.62 2.70 2.83 5.14
Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004) Bila dilihat dari tabel diatas kita dapat mengambil kesimpulan jadi yang sangat berpengaruh terhadap nilai Cp adalah nilai standard dan nilai variasi masing – masing part. Semakin besar nilai standard dan semakin kecil nilai variasi maka nilai Cp akan semakin besar.
104
5.2.4.3 Analisa grafik Cp sub assy torque meter
Untuk grafik Cp torque meter nilainya tidak terlalu bagus karena banyak yang nilai Cp nya berada dibawah 1.33, hal ini bisa terjadi karena untuk memasang bolt melibatkan lebih banyak proses, diantaranya yaitu : penggunaan torque wrench untuk memasang bolt dan mengencangkannya untuk memudahkan sebelum dikencangkan dengan menggunakan torque click, dan kemudian baru torque click digunakan untuk mengencangkan baut agar sesuai dengan standar spesifikasinya, berbeda dengan data dari accuracy yang hanya dilakukan pada pagi hari, pemasangan bolt dilakukan sepanjang hari oleh operator jadi operator yang memasang bolt juga sangat berpengaruh dalam hal ini. Karena lebih banyak faktor yang berpengaruh maka nilai variasi yang ditimbulkan akan semakin besar Tabel 5.14 Tabel Nilai Cp Sub Assy Torque Meter Jenis Nut Knuckle Arm Bolt Cover King Pin Nut Key Bolt Nut Knuckle Arm Nut Bearing Outer Nut Key Bolt
Standard 30.00 Kgfm ± 2.80 Kgfm ± 3.30 Kgfm ± 45.00 Kgfm ± 1.75 Kgfm ± 9.00 Kgfm ±
R 2.00 0.50 0.50 5.00 0.75 1.00
5.15 0.60 0.55 6.05 0.52 0.64
Cp 0.78 1.08 1.24 1.28 1.49 2.42
Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004)
5.2.4.4 Analisa grafik Cp finish unit torque meter
Pada grafik Cp untuk finish unit nilai yang didapat tidak bagus karena masih berada dibawah nilai batas yaitu 1.33, ini menunjukkan bahwa proses pengencangan bolt ini memerlukan perbaikan, untuk itu akan dilakukan analisa lebih jauh untuk melakukan perbaikan dengan menggunakan failure mode and effect analysis process ( FMEA process ).
Grafik Cp Sub Assy Torque Accuracy Perbaikan
Grafik 5.12 Grafik Cp Sub Assy Torque Accuracy Perbaikan Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004)
106
Grafik Cp Sub Assy Torque Meter Perbaikan
Grafik 5.13 Grafik Cp Sub Assy Torque Meter Perbaikan Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004)
5.2.4.5 Analisa grafik Cp sub assy torque accuracy setelah perbaikan
Tabel 5.15 Nilai Cp Sub Assy Torque Accuracy sesudah perbaikan Jenis Brake Drum Bolt Cover King Pin Nut Key Bolt Nut Tie Rod To Arm Nut Bearing Outer Nut Black Plate Nut Rod End Nut Knuckle Arm Nut Knuckle Arm
Standard 35.00 Kgfm 2.80 Kgfm 3.30 Kgfm 11.00 Kgfm 1.75 Kgfm 9.00 Kgfm 11.50 Kgfm 30.00 Kgfm 45.00 Kgfm
R 1.45 0.08 0.09 0.25 0.04 0.16 0.18 0.40 0.22
Cp 0.94 1.29 1.50 1.71 1.84 2.18 2.55 2.89 8.09
Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004) Bila dilihat setelah dilakukan perbaikan nilai Cp malah menurun pada beberapa alat dan bahkan ada yang turun dibawah nilai batas yaitu 1.33, ini jelas terjadi karena dari yang tadinya alat tersebut di setting tiap hari dan sekarang hanya kurang lebih 2 kali dalam sebulan atau bahkan ada alat yang tidak di setting sama sekali dalam kurun waktu satu bulan, dengan mengurangi frekuensi dari setting ada yang harus dikorbankan yaitu nilai Cp yang menurun, tapi ini dapat diatasi dengan lebih memperhatikan torque click yang berada dibawah 1.33 nilai Cp nya untuk lebih ditingkatkan frekuensi untuk melakukan setting, karena pada waktu dilakukan pengambilan data ini alat tersebut sama sekali tidak di setting. Pada grafik ini dapat dilihat ada satu yang nilai Cp nya paling besar yaitu nut knuckle arm sama seperti sebelum dilakukan perbaikan nilai Cp nya merupakan yang terbesar karena nilai standarnya sangat besar dimana ini merupakan salah satu dari faktor yang mempengaruhi nilai Cp, menurunnya nilai Cp pada data accuracy memang bukan merupakan hal yang baaik akan tetapi nilai Cp pada data torque meter menunjukkan adanya peningkatan.
108
5.2.4.6 Analisa grafik Cp sub assy torque meter setelah perbaikan
Tabel 5.16 Nilai Cp Sub Assy Torque Meter sesudah perbaikan Jenis Nut Key Bolt Bolt Cover King Pin Nut Bearing Outer Nut Key Bolt
Standard 3.30 Kgfm ± 2.80 Kgfm ± 1.75 Kgfm ± 9.00 Kgfm ± ±
R 0.50 0.50 0.75 1.00
0.48 0.37 0.26 0.38
Cp 1.48 1.75 3.10 4.10
Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004) Ditampilkan grafik Cp setelah perbaikan ini tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa setelah dibuat instruksi kerja dan diminta kepada operator untuk tidak melakukan setting tiap hari, ternyata hasilnya sampai bolt telah terpasang pada pada part nilai Cp nya masih tetap baik bahkan ada peningkatan, peningkatan ini bisa terjadi dengan dipraktekkannya instruksi kerja yang baru dimana disana ditunjukkan cara yang benar untuk melakukan akurasi sehingga bila cara yang dipraktekkan dalam melakukan setting sudah benar maka alat tersebut dapat bekerja dengan baik.
5.2.5
Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)
5.2.5.1 Process Review
Proses yang akan dibahas disini merupakan salah satu bagian dari proses perakitan yaitu proses pengencangan bolt, berikut akan ditunjukkan diagram alir dari proses pengendalian pengencangan bolt.
109
Mulai
Accuracy dan Sampling Accuracy
Pengencangan Bolt
Sampling Torque Meter
Inline Inspection
Finish Unit Inspection dan Sampling Torque Meter
Selesai
Diagram 5.1
Flowchart Process Bolt Tightening
Sumber : PT Pantja Motor (2004) Proses dimulai dari dengan melakukan accuracy pada pagi hari pada pos torque analyzer , torque click dicek pada saat ini, bila tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh engineer maka torque click akan di setting agar sesuai kembali, dan diambil data untuk sampling accuracy sebanyak 5 kali pengambilan data untuk pembuatan SPC. Proses yang berikutnya adalah torque click yang telah dicek akan digunakan untuk melakukan pengencangan bolt , pada proses ini
110
diawali dengan pemasangan bolt dengan menggunakan impact wrench, tujuan dari penggunaan impact wrench ini adalah untuk mempercepat proses pengencangan bolt , setelah bolt terpasang lalu dilakukan pengencangan dengan menggunakan torque click untuk mengencangkan bolt agar sesuai dengan standarnya. Setelah dikencangkan pada jam – jam tertentu yaitu : 09.00 – 11.00 – 13.30 – 14.30 – 15.30 akan dilakukan sampling dengan menggunakan torque meter, bila hasilnya tidak sesuai standar maka bolt akan dikencangkan bila terlalu kendor dan di kencangkan ulang bila terlalu kencang, dan dilakukan pengecekan ke unit sebelum dan sesudah sampling ini. Data hasil dari sampling ini akan dicatat untuk pembuatan SPC, setelah ini ada proses inline inspection yang merupakan proses pengecekan apakah semua part telah terpasang dengan benar dan baik, untuk pengecekan bolt hanya diperiksa apakah sudah terpasang dan untuk beberapa bolt yang penting akan diperiksa kekencangannya apakah sudah kencang atau belum, jika kendor maka akan dikencangkan. Sebelum melalui finish unit inspection unit akan mengalami running test , setelah itu akan memasuki pos finish unit untuk diperiksa secara keseluruhan termasuk beberapa bolt yang dianggap penting sebelum sampai ke tangan konsumen.
5.2.5.2 Identifikasi Failure Mode
Untuk mengidentifikasi failure mode maka digunakan diagram tulang ikan atau diagram fish bone, pada diagram ini yang menjadi topik permasalahan adalah proses pengendalian pengencangan bolt yang masih banyak menimbulkan variasi, dengan kata lain masih banyak ditemukan adanya bolt dengan kekuatan torsi yang berada diluar standar sehingga nilai variasinya semakin besar, untuk
111
itu yang menjadi permasalahan yang akan dibahas didalam grafik fish bone ini adalah torsi pada bolt yang berada diluar standar.
MANUSIA
MATERIAL
Kurang pengalaman, kurang konsentrasi
Lupa untuk mengencangkan Karena bekerja menggantikan operator yang tidak masuk
Rasio material bolt dari vendor tidak sesuai standar
Material tidak sesuai standar
Pengecekan akurasi tidak dilakukan setiap hari
Sudah mau istirahat / pulang
Tidak memahami prinsip kerja torque click
Kerjanya tergesa-gesa Dimensi bolt dari vendor tidak sesuai standar
Tidak mengikuti instruksi kerja untuk accuracy
Tidak memahami prinsip kerja torque click
Tidak mengikuti instruksi kerja penggunaan torque click
Perubahan dimensi
Umurnya sudah lama
Pengambilan data untuk SPC tidak dilakukan dengan baik
Torsi pada bolt diluar standard
Tingkat accuracy torque click berkurang
Proses SPC kurang baik
Belum dikalibrasi Tidak ada standard waktu penggunaan impact wrench
Tingkat accuracy torque analyzer berkurang
Penggunaan Impact wrench terlalu lama
METODE
Belum dikalibrasi
Umurnya sudah lama
MESIN
Diagram 5.2 Diagram Fishbone Nilai Torsi diluar Standar Sumber : Hasil Analisa (2004)
5.2.5.3 Identifikasi Efek Kegagalan dan Penyebab Failure Mode
Setelah semua failure mode dimasukkan kedalam kertas kerja FMEA, lalu untuk setiap failure mode diidentifikasi semua efek dari kegagalan yang mungkin dan juga dicari penyebab dari failure mode tersebut
112
5.2.5.4 Penentuan Tingkat Severity, Probability, dan Detection
Dari masing – masing efek kegagalan ditentukan tingkat severity nya dengan menggunakan acuan dari tabel FMEA ranking criteria, lalu ditentukan probability dari masing – masing efek yang dapat menyebabkan failure mode, dan yang terakhir adalah menentukan tingkat detection yaitu kemampuan untuk mendeteksi failure mode yang disebabkan oleh masing – masing penyebabnya
5.2.5.5 Hitung Nilai RPN ( Risk Priority Number )
Pada tahap ini dilakukan penghitungan nilai RPN dengan menggunakan rumus : RPN = Sev x Prob x Det Setelah nilai RPN didapatkan lalu dibuat grafik dari nilai RPN dan diurutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil, tujuannya adalah untuk menentukan masalah mana yang perlu untuk diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan
5.2.5.6 Recommended Action
Setelah memprioritaskan masalah mana yang perlu diperbaiki yang selanjutnya dilakukan adalah menentukan recommended action yang bertujuan untuk mengurangi nilai RPN dengan setelah dilakukannya recommended action ini, pembuatan recommended action juga difokuskan pada nilai RPN yang paling besar sehingga bisa cepat ditangani terlebih dahulu
113
5.2.5.7 Dokumentasi FMEA
Setelah semuanya selesai dikerjakan yang terakhir harus dilakukan adalah membuat dokumentasi FMEA, dengan memasukkan data – data yang telah didapat kedalam form FMEA untuk tujuan dokumentasi dan kelengkapan bila diperlukan dalam audit.