BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI
Dengan keterbatasan waktu, tempat, dan biaya yang ada, serta terlalu banyakmya jaringan di kantor-kantor dan laboratorium BPPT yang perlu dihubungkan dengan interkoneksi jaringan ini, maka tidak memungkinkan untuk melakukan implementasi interkoneksi jaringan ini. Adapun perancangan interkoneksi jaringan ini dilakukan dengan menggunakan software simulator jaringan yaitu OPNET (Optimum Network Performance). OPNET yang digunakan adalah OPNET modeler versi 8.1. OPNET merupakan penyedia solusi terpercaya dalam me-manage jaringan dan aplikasi. Layanan-layanan yang dimiliki OPNET antara lain sebagai berikut : •
Application Performance Management Memastikan bahwa aplikasi yang berjalan dalam jaringan dapat bekerja dengan optimal dan jaringan yang mengantarkan fungsionalitas aplikasi tersebut dapat berada pada tingkat serviceobjectives.
•
Network Operations Solusi OPNET untuk operasi jaringan dengan menyediakan fasilitas untuk analisa jaringan secara real-time dengan dukungan dari banyak vendor jaringan, multi teknologi, termasuk visualisasi, situational awareness dan configuration
assurance.
Banyak
organisasi-organisasi
terkemuka
yang
menggunakan advanced anallytics OPNET untuk meningkatkan efektifitas operasional mereka.
82
83
•
Capacity Management Solusi Capacity Management merupakan lingkungan jaringan virtual OPNET yang unik, yang menyediakan tempat yang ideal untuk perencanaan infrastruktur jaringan. Setiap model virtual dalam OPNET memiliki behaviour jaringan, aplikasi, dan server yang berbeda-beda yang memungkinkan organisasi untuk membangun infrastruktur jaringan yang sesuai dengan kebutuhan untuk aplikasi dan layanan yang mereka gunakan.
•
Network R&D Solusi Network R&D merupakan aplikasi OPNET yang terkemuka untuk network modeling dan simulasi. Network R&D telah digunakan secara luas oleh banyak network engineer di seluruh dunia untuk merancang jaringan-jaringan komunikasi, produk-produk, teknologi, dan protocol-protokol untukfleksibilitas dan skalabilitas yang bervariasi.
4.1
Pemilihan Model dan Teknologi Interkoneksi Jaringan Dalam perancangan interkoneksi jaringan di BPPT, digunakan model TCP/IP, karena : •
Model TCP/IP merupakan model jaringan yang telah terstandarisasi karena pemakaiannya yang luas.
•
Merupakan standar de facto dalam pembangunan karena pemakaian yang luas.
•
Baik dalam sisi kinerja dan keamanan.
84 •
Banyak istilah dan konsep dalam internet berasal dari model ini.
•
TCP/IP sangat baik dari segi skalabilitas, dimana IP membuat teknologi internet menjadi cukup murah. Alasan digunakannya model ini juga disebabkan karena jaringan LAN
yang ada di BPPT sudah dibangun dengan model TCP/IP sejak semula. Teknologi jaringan yang akan digunakan dalam interkoneksi jaringan ini adalah MPLS. Pemilihan MPLS ini didasarkan pada kelebihan-kelebihan yang terdapat pada MPLS itu sendiri. Pemilihan MPLS ini juga cocok dengan model jaringan yang telah ditentukan yaitu model TCP/IP. MPLS merupakan teknologi yang diciptakan untuk memperbaiki kinerja jaringan yang menggunakan model TCP/IP. 4.2
Perancangan Topologi Interkoneksi Jaringan Topologi yang digunakan dalam perancangan interkoneksi jaringan BPPT adalah topologi Hub and Spoke. Gambar 4.1 di bawah ini merupakan topologi interkoneksi jaringan antar kantor-kantor BPPT di kota-kota di Indonesia.
85
Gambar 4.1 Topologi Interkoneksi Jaringan BPPT
86 Masing-masing jaringan LAN BPPT di tiap kota diwakili dengan sebuah subnet yang berbentuk bulat dan berwarna merah. Subnet-subnet tersebut kemudian dihubungkan ke internet. Karena pada tahap implementasinya, untuk menerapkan MPLS sebagai solusi interkoneksi jaringan dibutuhkan peran ISP (Internet Service Provider) untuk dapat menyediakan layanan internet sebagai jalur penghubung interkoneksi jaringan. Internet sendiri merupakan kumpulan dari beberapa gateway yang saling berhubungan. Gateway-gateway pada gambar 4.1 diatas digambarkan dengan icon router berwarna biru. Pada tahap implementasinya, ISP akan mengatur jalur gateway-gateway yang akan dilewati dari source ke destination. Dengan menyewa layanan dari ISP, maka jalur MPLS dapat ditentukan melalui gateway internet sebagai jalur transportasinya.
4.3
Perancangan MPLS Di Dalam Virtual Network Environment OPNET memiliki MPLS Configuration Object yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan MPLS di dalam rancangan jaringan yang telah dibangun. Dengan variabel-variabel dan behaviour yang telah di-bundle didalamnya membuat Configuration Object untuk MPLS ini dapat diterapkan di dalam virtual network environment yang telah dibangun dengan OPNET. Hasil analisa interkoneksi jaringan mampu mendekati kenyataan sehingga dapat menjadi acuan tolak ukur yang sangat penting sebelum mengimplementasikan MPLS pada jaringan yang sebenarnya. Gambar 4.2 dibawah ini merupakan topologi interkoneksi jaringan BPPT yang telah dibangun dengan MPLS.
87
Gambar 4.2 Topologi Interkoneksi Jaringan BPPT dengan MPLS
88 4.3.1
Perancangan Jalur MPLS Pada dasarnya untuk membangun suatu interkoneksi jaringan berbasis MPLS di OPNET, dibutuhkan LSP link dan MPLS Configuration Object. Gambar 4.3 dan 4.4 di bawah ini adalah icon MPLS Configuration Object dan LSP link pada OPNET.
Gambar 4.3 MPLS Configuration Object
Gambar 4.4 LSP link Untuk membuat jaringan berbasis MPLS maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan jalur untuk MPLS itu sendiri. Berdasarkan pada topologi interkoneksi jaringan yang telah dirancang sebelumnya, maka harus ditentukan subnet jaringan yang akan menjadi source dan destination. Setelah ditentukan subnet yang menjadi source dan destinationnya, kemudian jalur MPLS dibangun dengan LSP link. Gambar 4.5 dibawah merupakan gambar topologi interkoneksi jaringan dengan jalur MPLS yang telah dibuat, dimana jaringan di Thamrin menjadi source node dengan node firewall sebagai ingress dan jaringan di Lampung
89 dengan Router sebagai egress yang menjadi destination node-nya. MPLS Configuration Object merupakan tempat untuk mengimplementasikan MPLS di dalam virtual network environment OPNET. Seluruh konfigurasi untuk MPLS dalam interkoneksi diatur dalam Configuration Object ini. Gambar 4.5 dibawah ini merupakan tahap pengaturan untuk MPLS Configuration Object ini.
90
Gambar 4.5 Jalur MPLS
91 Tahapan-tahapan pembuatan jalur MPLS dengan LSP : 1. Tentukan subnet jaringan yang akan menjadi source dan subnet jaringan yang akan menjadi destination. Pada gambar diatas, ditentukan subnet Thamrin sebagai source dan subnet Lampung sebagai destination. 2. Masuk ke dalam jaringan LAN Thamrin dengan melakukan double click pada subnet Thamrin. Lebih spesifik tentukan perangkat jaringan mana yang akan menjadi ingress node-nya. Pada gambar 4.6 Firewall menjadi ingress node untuk jaringan LAN di Thamrin, karena Firewall merupakan gateway yang melakukan routing pertama kali yang terhubung langsung dengan switch-switch di LAN Thamrin. Jadi proses yang routing pertama kali terjadi pada node firewall ini. Jalur MPLS bisa terhubung antar gateway atau dengan perangkat yang mendukung fitur MPLS seperti router, firewall, dan cloud.
Gambar 4.6 LAN Thamrin
92 3. Pilih MPLS E-LSP STATIC pada Object Palette di bagian kanan atas, kemudian mulai sambungkan jalurnya mulai dari Firewall ke Router Cisco dan kemudian keluar dari subnet Thamrin. 4. Klik pada jalur yang ada sampai ke subnet Lampung, masuk ke jaringan LAN di Lampung dan klik pada ADSL Modem sebagai egress node.
Gambar 4.7 LAN Lampung
5. Kembali lagi ke top subnet dengan cara klik kanan -> Go To Parent Subnet. Jalur MPLS sudah selesai dibangun. (gambar 4.8)
93
Gambar 4.8 Contoh MPLS
94 4.3.2 Konfigurasi MPLS Elemen terpenting untuk membangun interkoneksi berbasis MPLS ini adalah MPLS Configuration Object. Dengan Configuration Object ini, maka bisa didapatkan analisa MPLS yang akurat berdasarkan LSP link yang sudah dibangun dan dengan adanya MPLS Configuration Object, maka parameter hasil simulasi MPLS dapat ditampilkan. Ada 2 Attribute penting yang harus dikonfigurasi didalam MPLS Configuration Object yaitu : 1. FEC (Forwarding Equivalence Class) Specification Tahapan-tahapan pengaturan FEC di MPLS Configuration Object (gambar 4.9): 1. Klik kanan pada MPLS Configuration Object pilih Advance Edit Attribute pada menu. 2. Pada FEC Specification , klik tanda (...) untuk mendefinisikan Attribute-nya. 3. Beri nama FEC Name dengan nama destination node yang telah ditentukan pada saat membangun jalur LSP untuk mempermudah pengenalan berhubung destination node yang akan dibuat cukup banyak. Klik tanda (...) pada FEC Details. 4. Cantumkan IP dari workstation atau server tempat destination yang dituju.
95
Gambar 4.9 Tahapan-tahapan pengaturan konfigurasi MPLS Configuration Object
2. Traffic Trunk Profile Tahapan-tahapan pengaturan Traffic Trunk profile di MPLS Attribue Definition (gambar 4.10): 1. Klik kanan pada MPLS Configuration Object pilih Advance Edit Attribute pada menu. 2. Pada Traffic Trunk Profile , klik tanda (...) untuk mendefinisikan Attributenya. 3. Beri nama Traffic Trunk Profile dengan nama Trunk yang akan dibuat. Klik tanda (...) pada Trunk Details, kemudian pilih edit.
96 4. Pilih Trafiic Profile dan tentukan value-nya dengan cara klik tanda (...) pada kolom value, kemudian tentukan value untuk Maximun Bit Rate (bits/sec), Average Bit Rate (bits/sec), Minimum Bit Rate (bits).
Gambar 4.10 Tahapan-tahapan pengaturan Traffic Trunk Profile di MPLS Configuration Object
Agar antara source dan destination yang telah terhubung dapat saling berkomunikasi maka perlu dibangun Traffic Conversation Browser.
97 Tahap-tahap pengaturan Traffic Conversation Browser : 1. Klik tab Menu -> Conversation Pair Browser pada OPNET
Gambar 4.11 Menu Conversation Pair Browser pada OPNET
2. Hilangkan tanda centang pada opsi “Only Sources” di sebelah kiri bawah agar semua subnet yang telah dibangun dapat terlihat, cari dan klik node yang menjadi source yang telah dibuat sebelumnya
Gambar 4.12 Mengilangkan tanda centang pada opsi “Only Sources”
98 3. Lakukan hal yang sama seperti poin ke-2, tetapi centang dihilangkan pada opsi “Only Destination”. Klik kanan pada node yang menjadi destination sampai muncul pilihan “Create Traffic”
Gambar 4.13 Menghilangkan pada Opsi “Only Destination”
Selanjutnya firewall yang menjadi titik awal di LAN Thamrin harus disetting juga agar perangkat tersebut mendukung MPLS sehingga pengukuran terhadap MPLS dapat dilakukan dan disimulasi. Konfigurasi dilakukan di ingress node pada subnet source. Tahap-tahap pengaturan MPLS di dalam node : 1. Klik kanan -> Advance Edit Attribute pada node firewall di subnet Thamrin. 2. Pengaturan dilakukan di MPLS Parameter. Pilih edit untuk masuk ke dalam MPLS Parameter, kemudian pilih Traffic Engineering Configuration.
99
Gambar 4.14 MPLS Parameter
Gambar 4.15 Traffic Engineering Configuration.
3. Pilih Interface switch yang di-binding berdasarkan dari mana source node berasal. Mendefinisikan FEC yang telah dikonfigurasi ke dalam ingress node dimana source itu berada.
100
Gambar 4.16 Interface Binding Specification
4. Pilih berdasarkan FEC yang telah didefinisikan di MPLS Configuration Object berdasarkan destination node yang ingin dituju.
Gambar 4.17 Traffic Engineering Configuration untuk pemilihan FEC
101
5. Pilih Jalur Trunk yang telah dibuat
Gambar 4.18 Traffic Engineering Configuration untuk pemilihan Traffic Trunk
6. Tentukan jenis LSP-nya, primary LSP atau backup LSP
Gambar 4.19 LSP Table
102
Gambar 4.20 Primary LSP Table
4.3.3
Pemilihan Routing Procokol Routing protocol di OPNET dapat ditentukan di tab Protocols>IP->Routing protocol. Routing protocol yang digunakan dalam mensimulasikan jaringan di BPPT ini adalah protokol RIP.
4.4
Perancangan Topologi Interkoneksi Jaringan Gambar 4.22 berikut ini merupakan topologi interkoneksi jaringan BPPT dengan rekayasa traffic engineering menggunakan MPLS.
103
Gambar 4.21 Topologi Perancangan Interkoneksi Jaringan BPPT dengan teknologi MPLS Masing-masing subnet terhubung dengan gateway-gateway utama yang akan menjadi LSR yang nantinya dihubungkan dengan path-path yang dibentuk dengan sirkuit-sirkuit LSP. Berikut ini rincian hubungan antara subnet dengan gateway berdasarkan topologi interkoneksi jaringan di atas : •
Subnet Lampung <-> Gateway Sumatera
•
Subnet Jakarta, Serpong <-> Gateway Jawa 1
•
Subnet Jogja, Surabaya <-> Gateway Jawa 2
•
Subnet Bali <-> Gateway Bali Adapun juga path-path yang telah dibangun sebagai jalur MPLS berdasarkan
topologi pada gambar diatas meliputi :
104 Source Node
Destination Node
Egress Node
Ingress Node
Jakarta.Thamrin.wk1
Lampung.RemotePC
Jakarta.Thamrin.Firewall
Lampung.ADSL
(192.0.10.14)
(192.0.1.4)
Lampung.RemotePC
Jakarta.Thamrin.wk1
Lampung.ADSL
(192.0.1.4)
(192.0.10.14)
Modem_Lampung
Jakarta.Thamrin.wk1
Jakarta.Serpong.
Jakarta.Thamrin.Firewall
(192.0.10.14)
Serpong_
Modem_Lampung Jakarta.Thamrin.Firewall
Jakarta.Serpong_ Router_BPPT_ Polimer_460
BPPT_Polimer_460. Remote_PC (192.0.13.2) Jakarta.Serpong. Serpong_
Jakarta.Thamrin.wk1
Jakarta.Serpong_ Router_BPPT_
BPPT_Polimer_460.
(192.0.10.14)
Polimer_460
Yogya.Wk1_Yogya_1
Jakarta.Thamrin.Firewall
Jakarta.Thamrin.Firewall
Remote_PC (192.0.13.2) Jakarta.Thamrin.wk1
Yogya.ADSL Modem_
105 (192.0.10.14)
(192.0.16.1)
Yogya
Yogya.Wk1_Yogya_1
Jakarta.Thamrin.wk1
Yogya.ADSL Modem_
(192.0.16.1)
(192.0.10.14)
Yogya
Jakarta.Thamrin.wk1
Surabaya.Wk_Surabaya1
Jakarta.Thamrin.Firewall
(192.0.10.14)
(192.0.4.4)
Surabaya.Wk_Surabaya1
Jakarta.Thamrin.wk1
Surabaya.ADSL
(192.0.4.4)
(192.0.10.14)
Modem_Surabaya
Jakarta.Thamrin.wk1
Bali.Wk_Bali_1
Jakarta.Thamrin.Firewall
Bali.ADSL Modem_Bali
(192.0.10.14)
(192.0.7.1)
Bali.Wk_Bali_1
Jakarta.Thamrin.wk1
Bali.ADSL Modem_Bali
Jakarta.Thamrin.Firewall
(192.0.7.1)
(192.0.10.14)
Jakarta.Thamrin.Firewall
Surabaya.ADSL Modem_Surabaya
Tabel 4.1 Jalur – jalur MPLS yang ditentukan
Jakarta.Thamrin.Firewall
106 4.5
Simulasi Interkoneksi Jaringan Tanpa MPLS Waktu yang ditentukan untuk proses simulasi interkoneksi jaringan ini adalah selama 1 jam. Waktu tersebut mewakili kinerja interkoneksi jaringan selama 1 jam di dalam virtual network environment di dalam OPNET. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dalam 1 hari BPPT kurang lebih mendownload data kurang lebih 500 MB per hari. Dengan mengacu pada karakteristik dari data yang semakin lama semakin membesar, maka diambil angka 700 MB per hari. Berarti dalam setiap detik kurang lebih mengirimkan data sebesar 66kb/s. Angka ini didapat dari hasil perhitungan sebagai berikut : Diambil 700MB / hari karena merupakan data yang paling besar. 700 MB/hari kemudian dijadikan bit. 700 MB/hari x 8 = 5600Mbit/hari Dari 5600Mbit/hari kemudian dijadikan per detik atau per second. 5600Mbit/hari
= 233,33..Mbit/jam
24 jam 233,33...Mbit/jam
= 0.064814814...Mbit/s
3600 detik Kemudian dijadikan Kilo Bit per second 0.064814814... x 1024 = 66.370370...Kbit/s = 66 Kbit/s (dibulatkan) Setelah melakukan simulasi berdasarkan parameter yang telah ditentukan di atas, maka diperoleh hasil throughput out dan throughput in dari link antara Router_Thamrin dengan gateway Jawa 1.
107
Gambar 4.22 Grafik Throughput In dan Throughput Out Jakarta.Router_Thamrin <-> Gateway Jawa 1 tanpa MPLS
Dari grafik Throughput In dan Throughput Out hasil simulasi diatas dapat diketahui pemakaian jaringan atau utilisasi jaringan yang ada di BPPT Thamrin. Utilisasi didapat dari perhitungan Throughput dibagi dengan bandwidth. Throughput In
=
587.755,10 b/s
= 573,98 kb/s
1024 Incoming Utilization =
573,98
x 100%
4096 = 14,01 %
Throughput Out
= 680.272,10 b/s = 664,33 kb/s 1024
108 Outgoing Utilization =
664,33
x 100%
4096 = 16,21 %
4.6
Simulasi Interkoneksi Jaringan Dengan MPLS Pada tahapan simulasi, hasil output yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja MPLS adalah sebagai berikut. 1. Throughput : •
Average Throughput point-to-point In (bits/sec)
•
Average Throughput point-to-point Out (bits/sec)
2. Queuing Delay: •
Average Queuing Delay (bits/sec)
•
Average Queueing Delay (bits/sec)
3. LSP Traffic : •
Average LSP Traffic Out (bits/sec)
•
Average LSP Traffic In (bits/sec)
Waktu yang ditentukan untuk proses simulasi interkoneksi jaringan ini adalah selama 1 jam. Waktu tersebut mewakili kinerja interkoneksi jaringan selama 1 jam di dalam virtual network environment di dalam OPNET. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dalam 1 hari BPPT kurang lebih mendownload data kurang lebih 500 MB per hari. Dengan mengacu pada karakteristik dari data yang semakin lama semakin membesar, maka diambil
109 angka 700 MB per hari. Berarti dalam setiap detik kurang lebih mengirimkan data sebesar 66kb/s. Angka ini didapat dari hasil perhitungan sebagai berikut : Diambil 700MB / hari karena merupakan data yang paling besar. 700 MB/hari kemudian dijadikan bit. 700 MB/hari x 8 = 5600Mbit/hari Dari 5600Mbit/hari kemudian dijadikan per detik atau per second. 5600Mbit/hari
= 233,33..Mbit/jam
24 jam 233,33...Mbit/jam
= 0.064814814...Mbit/s
3600 detik Kemudian dijadikan Kilo Bit per second 0.064814814... x 1024 = 66.370370...Kbit/s = 66 Kbit/s (dibulatkan) Setelah melakukan simulasi berdasarkan parameter yang telah ditentukan di atas, maka diperoleh hasil output sebagai berikut.
110 1. Throughput •
Gateway Sumatera <-> Gateway Jawa 1
Gambar 4.23 Average throughput In and Out from Gateway Sumatera <-> Gateway Jawa 1 •
Gateway Jawa 1 <-> Gateway Jawa 2
Gambar 4.24 Average throughput In and Out from Gateway Jawa 1 <-> Gateway Jawa 2
111 •
Gateway Jawa 2 <-> Gateway Bali
Gambar 4.25 Average throughput In and Out from Gateway Jawa 2 <-> Gateway Bali 2. Delay •
Gateway Sumatera <-> Gateway Jawa 1
Gambar 4.26 Average throughput In and Out from Gateway Sumatera <-> Gateway Jawa 1
112 •
Gateway Jawa 1 <-> Gateway Jawa 2
Gambar 4.27 Average throughput In and Out from Gateway Jawa 1 <-> Gateway Jawa 2
•
Gateway Jawa 2 <-> Gateway Bali
Gambar 4.28 Average throughput In and Out from Gateway Jawa 2 <-> Gateway Bali
113 3. LSP •
Jakarta.Thamrin.Firewall Æ Lampung.ADSL Modem_Lampung
Gambar 4.29 Average of LSP Traffic Out and LSP Traffic In from Jakarta.Thamrin.Firewall Æ Lampung.ADSL Modem_Lampung
•
Lampung.ADSL Modem_Lampung Æ Jakarta.Thamrin.Firewall
Gambar 4.30 Average of LSP Traffic Out and LSP Traffic In from Lampung.ADSL Modem_Lampung Æ Jakarta.Thamrin.Firewall
114 •
Jakarta.Thamrin.Firewall Æ Jakarta.Serpong_Router_BPPT_ Polimer_460
Gambar 4.31 Average of LSP Traffic Out and LSP Traffic In from Jakarta.Thamrin.Firewall Æ Jakarta.Serpong_Router_BPPT_ Polimer_460 •
Jakarta.Serpong_ Router_BPPT_ Polimer_460 Æ Jakarta.Thamrin.Firewall
Gambar 4.32 Average of LSP Traffic Out and LSP Traffic In from Jakarta.Serpong_Router_BPPT_ Polimer_460 Æ Jakarta.Thamrin.Firewall
115 •
Jakarta.Thamrin.Firewall Æ Yogya.ADSL Modem_Yogya
Gambar 4.33 Average of LSP Traffic Out and LSP Traffic In from Jakarta.Thamrin.Firewall Æ Yogya.ADSL Modem_Yogya
•
Yogya.ADSL Modem_Yogya Æ Jakarta.Thamrin.Firewall
Gambar 4.34 Average of LSP Traffic Out and LSP Traffic In from Yogya.ADSL Modem_Yogya Æ Jakarta.Thamrin.Firewall
116 •
Jakarta.Thamrin.Firewall Æ Surabaya.ADSL Modem_Surabaya
Gambar 4.35 Average of LSP Traffic Out and LSP Traffic In from Jakarta.Thamrin.Firewall Æ Surabaya.ADSL Modem_Surabaya
•
Surabaya.ADSL Modem_Surabaya Æ Jakarta.Thamrin.Firewall
Gambar 4.36 Average of LSP Traffic Out and LSP Traffic In from Surabaya.ADSL Modem_Surabaya Æ Jakarta.Thamrin.Firewall
117 •
Jakarta.Thamrin.Firewall Æ Bali.ADSL Modem_Bali
Gambar 4.37 Average of LSP Traffic Out and LSP Traffic In from Jakarta.Thamrin.Firewall ÆBali.ADSL Modem_Bali
•
Bali.ADSL Modem_Bali Æ Jakarta.Thamrin.Firewall
Gambar 4.38 Average of LSP Traffic Out and LSP Traffic In from Bali.ADSL Modem_Bali ÆJakarta.Thamrin.Firewall
118 4.7
Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan menganalisa hasil output yang diperoleh setelah proses simulasi jaringan. Berikut di bawah ini rincian evaluasi terhadap parameter simulasi yang telah didapatkan. 1. Perbandingan Average Throughput In dan Out (bits/sec)
Gambar 4.39 Grafik Perbandingan Average Throughput In dan Out (bits/sec)
Pada grafik perbandingan average throughpur, besarnya suatu throughput dipengaruhi oleh padatnya traffic data yang melewati jalur pada jaringan. Semakin padat traffic data yang menuju suatu jaringan maka bandwidth pun akan digunakan secara maksimal untuk mengurangi delay yang lama akibat pemakaian jalur yang sama. Pemakaian topologi
119 juga mempengaruhi besarnya throughput. Gateway-gateway yang menjadi konsentrator (hub) pada topologi Hub and Spoke akan memiliki throughput in yang besar. Berdasarkan rancangan interkoneksi jaringan di BPPT, Gateway Jawa 1 yang menjadi konsentrator (hub) yang menjadi penghubung antara Gateway Sumatera dan Gateway Bali serta jalur LSP yang dibangun memiliki tujuan dari semua jaringan kantor cabang menuju ke Thamrin..
2. Perbandingan Average Queing Delay In dan Out (seconds)
Gambar 4.40 Grafik Perbandingan Average Queuing Delay In dan Out (bits/sec) Berdasarkan grafik perbandingan queueing delay in dan out diatas, delay (tundaan) yang dihasilkan sangat kecil. Rata-rata delay yang
120 dihasilkan berkisar antara 0,00001 – 0,00013 detik. Hal ini membuktikan bahwa kinerja interkoneksi jaringan yang sangat baik karena delay yang dapat diterima atau dianggap layak adalah tidak lebih dari 0,1 detik. (Sumber:http://www.keycomm.state.pa.us/keycomm/lib/keycomm/Ex_E _AcceptanceTestingTable_1.pdf). Delay yang dihasilkan pun beragam tergantung rata-rata throughput pada tiap objek dan traffic jaringannya.
3. Perbandingan Average Traffic In dan Traffic Out
Gambar 4.41 Grafik Perbandingan Average LSP Traffic In dan Out (bits/sec) Grafik perbandingan LSP di atas merupakan traffic paket data yang disimulasikan berdasarkan dari simulasi data yang dikirimkan sebesar 66Kb/s dari grafik diatas dapat dilihat bahwa traffic yang
121 dihasilkan berkisar antara 60Kb/s, jadi dapat disimpulkan bahwa data yang dikirimkan sesuai dengan hasil traffic pada setiap jaringan yang diatur dalam Traffic Conversation Pair Browserk, yaitu sebesar 66Kb/s.
4. Utilisasi Utilisasi yang diukur dihitung dari link antara Router_Thamrin dengan gateway Jawa 1 yang didapat dari perhitungan throughput out dan throughput in.
Gambar 4.42 Grafik Throughput In dan Throughput Out Jakarta.Router_Thamrin <-> Gateway Jawa 1 dengan MPLS
122 Utilisasi didapat dari perhitungan Throughput dibagi dengan bandwidth. Throughput In
604.081,63 b/s = 589,92kb/s 1024
Incoming Utilization =
589,92
x 100%
4096 = 14,4 % Throughput Out
691.156,46 b/s = 674,96kb/s 1024
Outgoing Utilization =
674,96
x 100%
4096 = 16,47 % Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa incoming utilization bernilai 14,4% dan untuk outgoing untilization bernilai 16,47%, dengan demikian maka utilization jaringan BPPT antara Router_Thamrin dan gateway Jawa 1 tergolong baik, sesuai dengan kriteria jaringan yang baik yang dibawah 30%. Dengan begitu dapat disimpulkan dengan dirancangnya interkoneksi jaringan untuk BPPT tidak memperburuk kinerja jaringan yang sudah ada dilihat dari sedikitnya kenaikan utilisasi jaringan dari sebelum pemakaian MPLS. Dengan selisih 0,39% dari incoming utilization 14,01% tanpa MPLS dan 14,4% dengan MPLS sedangkan selisih 0,26% dari outgoing untilization 16,21% tanpa MPLS dan 16,47% dengan MPLS.