50
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Aspek-Aspek Penilaian Usaha Tabel 4.1 Tabel Aspek-Aspek Penilaian Usaha Variabel Penilaian
Dimensi Aspek Pasar
Kelayakan Ekspansi
Aspek Internal
Investasi
Perusahaan
Indikator
Pasar Produsen
Proyeksi
dan Konsumen
penjualan biji plastik
Pemasaran
permintaan
dan
1. Peramalan
area
pemasaran produk
Mesin
2. Strategi
pemasaran
yang akan dijalankan Teknik
1. Peninjauan Lokasi
dan Teknologi
2. Layout lokasi 3. Proses daur ulang yang akan dilakukan
Manajemen
1. Pengorganisasian manajemen 2. Struktur organisasi 3. Visi, misi dan tujuan ekspansi bisnis
Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Penentuan
jumlah
tenaga kerja 2. Kualifikasi tenaga kerja
Keuangan
1. Proyeksi
modal
yang
51
dibutuhkan
untuk
investasi
2. Proyeksi
pembiayaan
secara kredit 3. Analisis
kelayakan
ekspansi metode
dengan
PP,NPV,IRR,
dan PI Aspek
Politik, Ekonomi,
Lingkungan
dan Sosial
1. Analisis keadaan politik dan ekonomi 2. Analisis
manfaat
ekspansi
terhadap
lingkungan sosial Lingkungan Industri
Analisis
kelayakan
ekspansi
dengan model persaingan Porter Yuridis (Legal)
1. Bentuk
badan
hukum
yang akan dipergunakan 2. Kelegalan bisnis secara hukum Lingkungan Hidup
Analisis manfaat dan dampak proses recycling bagi lingkungan
Sumber: Data diolah (2009)
52
4.1.1 Aspek Pasar Pasar industri plastik palletizing PT Mike Meilindo Tanaga dari sisi produsen termasuk pasar persaingan sempurna dimana setiap perusahaan memiliki konsumen masing-masing. Persaingan yang ketat dialami pada saat pembelian bahan baku yaitu melalui persaingan harga yang membentuk harga dan kualitas limbah yang dipasarkan. Sedangkan, dari sisi konsumen bisnis plastik palletizing merupakan pasar industri karena hasil produksi yang digunakan kembali oleh perusahaan lain untuk diproses lebih lanjut.
Tabel 4.2 Tabel Produksi ABS PT Mike Meilindo Tanaga Tahun 2010 Perkiraan
Crushing ABS
Pallet ABS
Harga beli
Harga
Quantity/
Total
Margin
% Margin
limbah/ Kg
jual/ Kg
Bulan
Penjualan
Pendapatan
Pendapatan
(Rp)
(Rp)
(Kg)
(Rp)
(Rp)
5,500
8,000
20,800
166,400,000
52,000,000
31.25%
-
10,500
20,800
218,400,000
104,000,000
47.62 %
Sumber: Data Perusahaan (2009)
Keterangan: * Harga berfluktuasi sesuai jumlah permintaan dan penawaran produk * Asumsi harga rata-rata limbah ABS adalah Rp 5.500/Kg * Asumsi jumlah rata-rata limbah ABS per hari 800 Kg * Jumlah produksi ABS per bulan ±20 ton * 1 bulan = 26 hari kerja
53
Tabel 4.3 Tabel Proyeksi Penjualan Pallet ABS Skenario Pesimis Tahun
Quantity Rata-Rata/ Bulan (Ton)
Bulan
2011
10
12
2012
Harga Jual
Quantity/Tahun
(Rp/Kg)
(Ton)
Total (Rp)
10,500
120
1,260,000,000
15
10,500
180
1,890,000,000
2013
15
10,000
180
1,800,000,000
2014
15
10,000
180
1,800,000,000
2015
10
10,000
120
1,200,000,000
2016
10
9,500
120
1,140,000,000
2017
10
9,500
120
1,140,000,000
2018
10
9,000
120
1,080,000,000
2019
5
9,000
60
540,000,000
2020
0
8,500
0
0
Sumber: Data Proyeksi Pemilik (2009)
Keterangan: * 1 ton = 1000 kg * Jumlah rata-rata bahan baku yang digunakan setiap bulan pada skenario pesimis adalah 10 ton * Jumlah rata-rata bahan baku diperoleh dari hasil rata-rata proyeksi penggunaan bahan baku selama 10 tahun berjalan skenario pesimis. * Asumsi : Adanya penurunan harga dan permintaan pasar secara bertahap setiap tahun mulai dari tahun 2015 permintaan menurun disebabkan karena kemungkinan masuknya pesaing baru dengan produk sejenis dengan kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih rendah dan perusahaan tidak mampu bertahan dalam persaingan yang semakin ketat.
54
Tabel 4.4 Tabel Proyeksi Penjualan Pallet ABS Skenario Moderat
Tahun
Quantity Rata-Rata/ Bulan (Ton)
2011
20
2012
Bulan
Harga Jual
Quantity/Tahun
(Rp/ Kg)
(Ton)
12
Total (Rp)
10,500
240
2,520,000,000
20
10,500
240
2,520,000,000
2013
20
10,800
240
2,592,000,000
2014
25
11,000
300
3,300,000,000
2015
25
11,500
300
3,450,000,000
2016
40
10,500
480
5,040,000,000
2017
25
10,000
300
3,000,000,000
2018
15
9,500
180
1,710,000,000
2019
5
9,500
60
570,000,000
2020
5
9,000
60
540,000,000
Sumber: Data Proyeksi Pemilik (2009)
Keterangan: * 1 ton = 1000 kg * Kapasitas maksimal mesin palletizing ±40 ton per bulan * Jumlah rata-rata bahan baku yang digunakan setiap bulan pada skenario moderat adalah 20 ton * Jumlah rata-rata bahan baku diperoleh dari hasil rata-rata proyeksi penggunaan bahan baku selama 10 tahun berjalan skenario moderat. * Asumsi: Harga dan permintaan akan meningkat hingga tahun 2015 sesuai peningkatan permintaan produk plastik dari masyarakat dan kemudian akan menurun hingga tahun 2020 karena kemungkinan adanya produk substitusi (selain produk plastik).
55
Tabel 4.5 Proyeksi Permintaan Penjualan Pallet ABS Skenario Optimis
Tahun
Quantity Rata-Rata/ Bulan (Ton)
2011
30
2012
Bulan
Harga Jual
Quantity/
(Rp/ Kg)
Tahun (Ton)
12
Total (Rp)
10,500
360
3,780,000,000
40
10,500
480
5,040,000,000
2013
40
10,500
480
5,040,000,000
2014
40
11,000
480
5,280,000,000
2015
35
11,500
420
4,830,000,000
2016
35
12,000
420
5,040,000,000
2017
35
13,000
420
5,460,000,000
2018
35
13,000
420
5,460,000,000
2019
10
13,500
120
1,620,000,000
2020
10
14,000
120
1,680,000,000
Sumber: Data Proyeksi Pemilik (2009)
Keterangan: * 1 Ton = 1000 kg * Kapasitas maksimal mesin ±40 ton per bulan * Jumlah rata-rata bahan baku yang digunakan setiap bulan pada skenario optimis adalah 30 ton * Jumlah rata-rata bahan baku diperoleh dari hasil rata-rata proyeksi penggunaan bahan baku selama 10 tahun berjalan skenario optimis. * Asumsi: Perusahaan mampu beroperasi hingga kapasitas maksimal karena kebutuhan dan permintaan produk yang cenderung tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya
jumlah
konsumsi
produk-produk
hilir
industri
plastik
sehingga
56
membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang lebih besar. Kebutuhan dan permintaan produk akan menurun seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya penggunaan produk plastik.
4.1.2 Aspek Pemasaran Biji plastik atau yang disebut pallet ABS akan dipasarkan di pasar domestik. Hal ini didukung dangan adanya perkembangan dan kebutuhan industri dalam negeri seperti industri mainan anak-anak, kendaraan bermotor, komponen elektronik dan alat-alat rumah tangga yang membutuhkan bahan baku tersebut. Tingginya harga biji plastik atau pallet ABS murni yang berkisar antara (Rp 13.000/Kg – Rp 16.000/Kg) mendorong perkembangan industri biji plastik dalam negeri. Target pasar industri ini adalah perusahaan serupa dan perusahaan lain yang menggunakan bahan baku plastik dalam produksinya. Untuk pemasaran produk ini akan dijalankan strategi marketing mix 4P yaitu: 1. Product Produk yang ditawarkan merupakan biji plastik produk hasil daur limbah plastik ABS (palletizing) yang dibutuhkan oleh industri plastik hilir seperti industri mainan anakanak, kendaraan bermotor, komponen elektronik, dan alat-alat rumah tangga sebagai bahan baku dalam percetakan plastik (Injection). 2. Price Harga yang ditawarkan Rp 10,500/Kg cukup bersaing dan berada di bawah harga biji plastik murni yang cukup tinggi yaitu antara kisaran Rp 13.000/Kg – Rp 16.000/Kg. Dari harga Rp 10,000.00/Kg sudah termasuk biaya proses bahan baku ±5% dan biaya komisi ±1% untuk meningkatkan produktivitas karyawan.
57
3. Place Segmen perusahaan adalah di wilayah Jawa Barat dan tidak menutup jika ada perkembangan ke daerah lainnya di seluruh Indonesia. Biaya distribusi untuk 40 ton produk biji plastik per bulan diproyeksikan sebesar Rp 5,000,000.00 dengan asumsi satu kali pendistribusian dengan kapasitas maksimal tujuh (7) ton memerlukan biaya Rp 750,000.00. 4. Promotion Promosi industri ini akan dilakukan dengan mengikuti pameran-pameran industri yang diselenggarakan. Contohnya Jakarta IKM EXPO 2009 yang diselenggarakan oleh KADIN DKI Jakarta dan Pameran Indoplas, Indopack, Indofoodtec, dan Indoprint di Jakarta International Expo Hall, Kemayoran tahun 2008 lalu. Untuk mengikuti pameran Industri, perusahaan menyediakan dana operasional sebesar Rp 15,000,000.00. Direct marketing juga dapat dilakukan yaitu dengan menawarkan langsung kepada pelanggan atau industri hilir pencetakan plastik. Direct marketing dilakukan untuk memperkecil biaya.
4.1.3 Aspek Teknik dan Teknologi Usaha produksi biji plastik berjenis ABS ini direncanakan akan dijalankan di pabrik PT Mike Meilindo Tanaga yang berlokasi di Jatimulia RT 2/7 No. 18, Tangerang 15211. Lokasi ini dipilih mengingat penampungan limbah daur ulang berada di lokasi tersebut dan luas tanah dan gudang yang diperkirakan masih cukup luas untuk menjalankan ekspansi. Teknologi yang dipergunakan adalah Continue process karena dilakukan proses pengolahan lebih lanjut dari plastik ABS crushing menjadi biji plastik. Dengan proses
palletizing ini, diharapkan dapat dicapai optimasi dan efisiensi yang tinggi dalam penggunaan sumber daya, baik peralatan maupun tenaga kerja. Mesin yang dipergunakan adalah
Recycle/ Palletizing Machine Plasma dengan spesifikasi sebagai berikut:
58
Tabel 4.6 Tabel Spesifikasi Recycle/ Palletizing Machine Plasma
Type
Screw Dia (mm)
Motor Power
Capacity (kg/hour)
BMSJ-100/120
100/120
30KW/15KW
120-200
Sumber: Data Supplier Mesin (2009)
Asumsi: Produksi dengan kapasitas maksimal mesin adalah 200 kg x 8jam kerja x 26 hari = 41.600 kg/ bulan belum termasuk penyusutan ±3%. Produksi maksimal pallet ABS per bulan ±40 ton. Proses limbah plastik ABS Crushing yang akan diolah menjadi biji plastik ABS adalah sebagai berikut:
Limbah plastik ABS dibeli dari supplier
Tahap 1
Proses Crushing
Tahap 2
Proses Palletizing
Exit
Cutting
Tahap 3
Packing
Tahap 4
Pengiriman
Sumber : Data Perusahaan (2009) Gambar 4.1 Proses Produksi Daur Ulang Limbah PT Mike Meilindo Tanaga
59
Dan layout area produksi yang direncanakan untuk diperluas adalah sebagai berikut:
2
1
Area Produksi
Area Gudang
Kantor
3
Area Kosong
Sumber: Data Diolah (2009) Gambar 4.2 Rencana Layout Area Produksi PT Mike Meilindo Tanaga
Keterangan:
= Pintu
= Perluasan area produksi
1 2
= Mesin Crusher 1
= Mesin Crusher 2 = Mesin Palletizing
60
4.1.4 Aspek Manajemen PT Mike Meilindo Tanaga adalah perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang daur ulang limbah plastik menjadi biji plastik. Visi dari perusahaan adalah dapat menjadi industri recycle limbah plastik yang terus berkembang. Misi perusahaan adalah memproduksi biji plastik ABS dari bahan baku yang dimiliki dan tidak menutup kemungkinan untuk memperluas jenis produk recycle pada kemudian hari. Memasuki era perdagangan bebas (Free Trade 2010), PT Mike Meilindo Tanaga akan menghadapi lingkungan internal dan eksternal yang semakin kompleks dan global, kondisi ini yang menyebabkan penafsiran dan peramalan masa depan semakin sulit. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis lingkungan untuk mengidentifikasi segala peluang dan ancaman agar dapat mencapai tujuan perusahaan yaitu laba. Tujuan perusahaan adalah memajukan industri yang dimiliki dengan harapan dapat meningkatkan margin laba semaksimal mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan strategi integrasi ke depan atau forward integration. Diharapkan perusahaan recycle limbah plastik ini dapat berkembang menjadi perusahaan hilir yang mampu bersaing di pasar dengan menekan biaya produksi serendah mungkin karena telah memegang jalur hulu. Dengan adanya proses ekspansi, struktur organisasi perusahaan berubah karena adanya penambahan sumber daya manusia baru. Struktur organisasi PT Mike Meilindo Tanaga setelah proses ekspansi yaitu:
61
62
4.1.5 Aspek Sumber Daya Manusia Rencana tenaga kerja awal diperkirakan 4 orang. Adapun bagian-bagian serta tugas dan tanggung jawab dalam mengelola usaha ini adalah : a. Manajer - Bertanggung jawab terhadap pemlik yang mencakup seluruh kegiatan operasional produksi biji plastik. b. Pekerja - Operator Mesin : Melaksanakan tugas penggilingan atau produksi biji plastik. - Staff Gudang : Merapikan hasil produksi ke dalam gudang pada saat pemrosesan dan pengiriman.
Tabel 4.7 Tabel SDM yang Dibutuhkan PT Mike Meilindo Tanaga Jabatan Manajer
Jumlah 1
Kualifikasi 1. Mampu menjalankan tugas manajerial 2. Mengerti tentang Palletizing
Biaya Gaji (Rp) 3.000.000
Pekerja : Operator Mesin
1
Staff Gudang
2
Total
1. Minimal SMP/ SMA 2. Mengerti bidang limbah plastik 1. Laki-Laki, Usia 17-35 Tahun
4
1.200.000 2.000.000 (@ 1.000.000) 7.700.000
Sumber: Data Perusahaan (2009)
Mengingat jumlah staff gudang saat ini yang berjumlah 6 orang masih memiliki kapasitas untuk melaksanakan tugas pada ekspansi bisnis baru, maka dengan metode ramalan diprediksi perusahaan perlu menambah dua (2) orang staff gudang dengan 8 jam
63
kerja agar dapat menyesuaikan dengan kapasitas produksi sebesar ±40 ton sehingga kegiatan produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
4.1.6 Aspek Keuangan Modal awal yang dibutuhkan untuk ekspansi bisnis daur ulang limbah plastik
palletizing ini berbeda-beda untuk setiap skenario. Kondisi ini disebabkan oleh perbedaan proyeksi jumlah rata-rata bahan baku yang digunakan sehingga mempengaruhi biaya bahan baku masing-masing skenario. Adanya perbedaan biaya bahan baku merupakan penyebab perubahan nilai modal awal pada masing-masing skenario. Modal awal untuk ekspansi bisnis
palletizing limbah plastik ABS skenario pesimis, moderat, dan optimis adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Tabel Proyeksi Modal Awal Ekspansi Bisnis Palletizing Skenario Pesimis (Dalam Rupiah) Anggaran Tetap Berwujud
Palletizing Machine
427,500,000.00
Type PLASMA BMSJ-100/120 (1 Buah) Perluasan area produksi
10,000,000.00
Penambahan Daya Listrik
10,000,000.00
Meja Kursi
2,000,000.00
Komputer
5,000,000.00
Total Aktiva Tetap
454,500,000.00
Modal Kerja Bahan Baku Awal (bulan ke-1) Gaji TKTL
10,000 Kg
8,000.00
80,000,000.00 3,000,000.00
64
Gaji TKL
3,200,000.00
Perawatan Mesin dan Peralatan
1,200,000.00
Biaya ADM
12,500,000.00
Total Modal Kerja
99,900,000.00
Total Modal Awal
554,400,000.00
Sumber: Data Diolah (2009)
Asumsi: * Pengadaan biaya bahan baku untuk skenario pesimis adalah 10.000 Kg x Rp 8.000,00. Dimana 10.000 Kg merupakan jumlah rata-rata produksi selama 10 tahun berjalan skenario pesimis dan Rp 8.000,00 adalah biaya bahan baku yang dibebankan. * Modal kerja adalah modal kerja untuk menjamin operasional selama satu bulan pertama di awal operasi.
Tabel 4.9 Tabel Proyeksi Modal Awal Ekspansi Bisnis Palletizing Skenario Moderat (Dalam Rupiah) Anggaran Tetap Berwujud
Palletizing Machine Type PLASMA BMSJ-100/120 (1 Buah)
427,500,000
Perluasan Area Produksi
10,000,000
Penambahan Daya Listrik
10,000,000
Meja Kursi
2,000,000
Komputer
5,000,000
Total Aktiva Tetap
454,500,000
65
Modal Kerja Bahan Baku Awal (bulan ke-1)
20,000 Kg
8,000
160,000,000
Gaji TKTL
3,000,000
Gaji TKL
3,200,000
Perawatan Mesin dan Peralatan
1,200,000
Biaya ADM
12,500,000
Total Modal Kerja
179,900,000
Total Modal Awal
634,400,000
Sumber: Data Diolah (2009)
Asumsi: * Pengadaan biaya bahan baku untuk skenario moderat adalah 20.000 Kg x Rp 8.000,00. Dimana 20.000 Kg merupakan jumlah rata-rata produksi selama 10 tahun berjalan skenario moderat dan Rp 8.000,00 adalah biaya bahan baku yang dibebankan. * Modal kerja adalah modal kerja untuk menjamin operasional selama satu bulan pertama di awal operasi.
Tabel 4.10 Tabel Proyeksi Modal Awal Ekspansi Bisnis Palletizing Skenario Optimis (Dalam Rupiah) Anggaran Tetap Berwujud
Palletizing Machine Type PLASMA BMSJ-100/120 (1 Buah)
427,500,000
Perluasan Area Produksi
10,000,000
Penambahan Daya Listrik
10,000,000
Meja Kursi
2,000,000
66
Komputer
5,000,000
Total Aktiva Tetap
454,500,000
Modal Kerja Bahan Baku Awal (bulan ke-1)
30,000 Kg
8,000
240,000,000
Gaji TKTL
36,000,000
Gaji TKL
38,400,000
Perawatan Mesin dan Peralatan
1,200,000
Biaya ADM
1,200,000
Total Modal Kerja
316,800,000
Total Modal Awal
771,300,000
Sumber: Data Diolah (2009)
Asumsi: * Pengadaan biaya bahan baku untuk skenario optimis adalah 30.000 Kg x Rp 8.000,00. Dimana 30.000 Kg merupakan jumlah rata-rata produksi selama 10 tahun berjalan skenario optimis dan Rp 8.000,00 adalah biaya bahan baku yang dibebankan. * Modal kerja adalah modal kerja untuk menjamin operasional selama satu bulan pertama di awal operasi.
Sumber pendanaan investasi 35% berasal dari modal pribadi, sedangkan 65% pendanaan dipertimbangkan dengan menggunakan pinjaman bank selama 10 tahun dengan bunga 13.5 % p.a. Biaya resiko bisnis menurut sumber internal adalah ±20%.
67
Perkiraan biaya operasional dan COGS pada skenario pesimis, moderat, dan optimis adalah berdasarkan asumsi tingkat inflasi dan kenaikan biaya masing-masing skenario sebesar 10%, 8%, dan 5%, yaitu sebagai berikut: a. Skenario Pesimis Tabel 4.11 Tabel Proyeksi Biaya Operasional Skenario Pesimis (Dalam Rupiah) Tahun
Total Gaji TKTL
Total Biaya Perawatan
Total Biaya ADM
Biaya Operasional
2011
36,000,000.00
14,400,000.00
150,000,000.00
200,400,000.00
2012
39,600,000.00
15,840,000.00
165,000,000.00
220,440,000.00
2013
43,560,000.00
17,424,000.00
181,500,000.00
242,484,000.00
2014
47,916,000.00
19,166,400.00
199,650,000.00
266,732,400.00
2015
52,707,600.00
21,083,040.00
219,615,000.00
293,405,640.00
2016
57,978,360.00
23,191,344.00
241,576,500.00
322,746,204.00
2017
63,776,196.00
25,510,478.40
265,734,150.00
355,020,824.40
2018
70,153,815.60
28,061,526.24
292,307,565.00
390,522,906.84
2019
77,169,197.16
30,867,678.86
321,538,321.50
429,575,197.52
2020
84,886,116.88
33,954,446.75
353,692,153.65
472,532,717.28
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan: * Rata-rata inflasi berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 untuk periode 2009 – 2011 adalah sebesar 4.50%. * Pada skenario pesimis, dianggap kondisi perekonomian akan memburuk sehinnga diasumsikan peningkatan kenaikan biaya sebesar 10% yang di dalamnya telah memperhitungkan tingkat inflasi sebesar 8%.
68
* Asumsi peningkatan biaya skenario pesimis sebesar 10% dianggap telah mencakup biaya kenaikan gaji tenaga kerja tidak langsung, perawatan mesin, dan administrasi. * Peningkatan biaya operasional skenario pesimis sebesar 10% dimulai pada tahun ke-2. * Perincian biaya dapat dilihat di Lampiran 1. Tabel 4.12 Tabel Proyeksi Tingkat COGS Skenario Pesimis (Dalam Rupiah) Tahun
Total Biaya Bahan Baku
Biaya Gaji TKL
Total COGS
2011
960,000,000.00
38,400,000.00
998,400,000.00
2012
1,056,000,000.00
42,240,000.00
1,098,240,000.00
2013
1,161,600,000.00
46,464,000.00
1,208,064,000.00
2014
1,277,760,000.00
51,110,400.00
1,328,870,400.00
2015
1,405,536,000.00
56,221,440.00
1,461,757,440.00
2016
1,546,089,600.00
61,843,584.00
1,607,933,184.00
2017
1,700,698,560.00
68,027,942.40
1,768,726,502.40
2018
1,870,768,416.00
74,830,736.64
1,945,599,152.64
2019
2,057,845,257.60
82,313,810.30
2,140,159,067.90
2020
2,263,629,783.36
90,545,191.33
2,354,174,974.69
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan : * Biaya bahan baku awal skenario pesimis merupakan hasil perhitungan rata- rata jumlah bahan baku yang dibutuhkan pada skenario pesimis (10 ton per bulan) dikalikan dengan harga bahan baku sebesar Rp 8.000,00. * Peningkatan biaya per tahun skenario pesimis diasumsikan sebesar 10% karena kondisi perekonomian dianggap akan memburuk yang di dalamnya telah memperhitungkan tingkat inflasi sebesar 8%.
69
* Tingkat kenaikan biaya skenario pesimis sebesar 10% dianggap telah mencakup peningkatan biaya bahan baku dan tenaga kerja tidak langsung. * Peningkatan COGS skenario pesimis sebesar 10% dimulai pada tahun ke-2. * Perincian biaya dapat dilihat di Lampiran 1. b. Skenario Moderat Tabel 4.13 Tabel Proyeksi Biaya Operasional Skenario Moderat (Dalam Rupiah) Tahun
Biaya TKTL
Total Biaya Perawatan
Total Biaya ADM
Total Biaya Operasional
2011
36,000,000.00
14,400,000.00
150,000,000.00
200,400,000.00
2012
37,620,000.00
15,552,000.00
162,000,000.00
215,172,000.00
2013
39,312,900.00
16,796,160.00
174,960,000.00
231,069,060.00
2014
41,081,980.50
18,139,852.80
188,956,800.00
248,178,633.30
2015
42,930,669.62
19,591,041.02
204,073,344.00
266,595,054.65
2016
44,862,549.76
21,158,324.31
220,399,211.52
286,420,085.58
2017
46,881,364.49
22,850,990.25
238,031,148.44
307,763,503.19
2018
48,991,025.90
24,679,069.47
257,073,640.32
330,743,735.68
2019
51,195,622.06
26,653,395.03
277,639,531.54
355,488,548.63
2020
53,499,425.05
28,785,666.63
299,850,694.07
382,135,785.75
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan: * Rata-rata inflasi berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 untuk periode 2009 – 2011 adalah sebesar 4.50%. * Diasumsikan kenaikan biaya skenario moderat sebesar 8% yang di dalamnya telah memperhitungkan tingkat inflasi 6%
70
* Pada skenario moderat, dianggap kondisi perekonomian akan berada si posisi normal dimana tingkat inflasi tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi 4.5%. * Asumsi kenaikan biaya skenario moderat sebesar 8% dianggap telah mencakup biaya kenaikan gaji tenaga kerja tidak langsung, perawatan mesin, dan administrasi. * Peningkatan biaya operasional skenario moderat sebesar 8% dimulai pada tahun ke-2. * Perincian biaya dapat dilihat di Lampiran 1.
Tabel 4.14 Tabel Proyeksi Tingkat COGS Skenario Moderat (Dalam Rupiah) Tahun
Total Biaya Bahan Baku
Biaya Gaji TKL
Total COGS
2011
1,920,000,000.00
38,400,000.00
1,958,400,000.00
2012
2,073,600,000.00
41,472,000.00
2,115,072,000.00
2013
2,239,488,000.00
44,789,760.00
2,284,277,760.00
2014
2,418,647,040.00
48,372,940.80
2,467,019,980.80
2015
2,612,138,803.20
52,242,776.06
2,664,381,579.26
2016
2,821,109,907.46
56,422,198.15
2,877,532,105.61
2017
3,046,798,700.05
60,935,974.00
3,107,734,674.05
2018
3,290,542,596.06
65,810,851.92
3,356,353,447.98
2019
3,553,786,003.74
71,075,720.07
3,624,861,723.82
2020
3,713,706,373.91
76,761,777.68
3,790,468,151.59
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan : * Biaya bahan baku awal skenario moderat merupakan hasil perhitungan rata- rata jumlah bahan baku yang dibutuhkan pada skenario moderat sebesar 20 ton per bulan dikalikan dengan harga bahan baku sebesar Rp 8.000,00.
71
* Peningkatan biaya per tahun skenario moderat diasumsikan sebesar 8% karena kondisi perekonomian dianggap akan berada di posisi normal yang di dalamnya telah memperhitungkan tingkat inflasi sebesar 6%. * Asumsi peningkatan biaya skenario moderat sebesar 8% dianggap telah mencakup peningkatan biaya bahan baku dan tenaga kerja tidak langsung. * Peningkatan COGS skenario moderat sebesar 8% dimulai pada tahun ke-2. * Perincian biaya dapat dilihat di Lampiran 1.
c.
Skenario Optimis
Tabel 4.15 Tabel Proyeksi Biaya Operasional Skenario Optimis (Dalam Rupiah) Tahun
Total Biaya TKTL
Total Biaya Perawatan
Total Biaya ADM
Total Biaya Operasional
2011
36,000,000.00
14,400,000.00
150,000,000.00
200,400,000.00
2012
37,800,000.00
15,120,000.00
157,500,000.00
210,420,000.00
2013
39,690,000.00
15,876,000.00
165,375,000.00
220,941,000.00
2014
41,674,500.00
16,669,800.00
173,643,750.00
231,988,050.00
2015
43,758,225.00
17,503,290.00
182,325,937.50
243,587,452.50
2016
45,946,136.25
18,378,454.50
191,442,234.38
255,766,825.13
2017
48,243,443.06
19,297,377.23
201,014,346.09
268,555,166.38
2018
50,655,615.22
20,262,246.09
211,065,063.40
281,982,924.70
2019
53,188,395.98
21,275,358.39
221,618,316.57
296,082,070.94
2020
55,847,815.78
22,339,126.31
232,699,232.40
310,886,174.48
Sumber: Data Diolah (2009)
72
Keterangan: * Rata-rata inflasi berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 untuk periode 2009 – 2011 adalah sebesar 4.50%. * Diasumsikan kenaikan biaya skenario optimis sebesar 5% yang di dalamnya telah memperhitungkan tingkat inflasi 4.5% * Pada skenario optimis, dianggap kondisi perekonomian akan membaik dimana tingkat inflasi lebih kecil bila dibandingkan dengan skenario moderat dan optimis. * Asumsi peningkatan biaya skenario optimis sebesar 5% dianggap telah mencakup biaya kenaikan gaji tenaga kerja tidak langsung, perawatan mesin, dan administrasi. * Peningkatan biaya operasional skenario optimis sebesar 5% dimulai pada tahun ke-2. * Perincian biaya dapat dilihat di Lampiran 1.
Tabel 4.16 Tabel Proyeksi Tingkat COGS Skenario Optimis (Dalam Rupiah) Tahun
Total COGS
Total Biaya Bahan Baku
Total Biaya Gaji TKL
2011
2,880,000,000
38,400,000.00
2,918,400,000
2012
3,024,000,000
40,320,000.00
3,064,320,000
2013
3,175,200,000
42,336,000.00
3,217,536,000
2014
3,333,960,000
44,452,800.00
3,378,412,800
2015
3,500,658,000
46,675,440.00
3,547,333,440
2016
3,675,690,900
49,009,212.00
3,724,700,112
2017
3,859,475,445
51,459,672.60
3,910,935,118
2018
4,052,449,217
54,032,656.23
4,106,481,873
2019
4,255,071,678
56,734,289.04
4,311,805,967
2020
4,467,825,262
59,571,003.49
4,527,396,266
Sumber: Data Diolah (2009)
73
Keterangan : * Biaya bahan baku awal skenario optimis merupakan hasil perhitungan rata- rata jumlah bahan baku yang dibutuhkan pada skenario optimis sebesar 30 ton per bulan dikalikan dengan harga bahan baku sebesar Rp 8.000,00. * Rata-rata inflasi berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 untuk periode 2009 – 2011 adalah sebesar 4.50%. * Peningkatan biaya per tahun skenario optimis diasumsikan sebesar 5% karena kondisi perekonomian dianggap membaik yang di dalamnya telah memperhitungkan tingkat inflasi sebesar 4.5%. * Peningkatan inflasi skenario optimis sebesar 5% dianggap telah mencakup peningkatan biaya bahan baku dan tenaga kerja tidak langsung. * Peningkatan COGS skenario optimis sebesar 5% dimulai pada tahun ke-2. * Perincian biaya dapat dilihat di Lampiran 1.
Analisis biaya penyusutan dari aktiva yang dimiliki PT Mike Meilindo Tanaga adalah sebagai berikut: Tabel 4.17 Tabel Proyeksi Biaya Penyusutan Aktiva ( Dalam Rupiah) Mesin
Gedung
Total Depresiasi
Tahun 1
37.750.000
2.000.000
39.750.000
Tahun 2
37.750.000
2.000.000
39.750.000
Tahun 3
37.750.000
2.000.000
39.750.000
Tahun 4
37.750.000
2.000.000
39.750.000
Tahun 5
37.750.000
2.000.000
39.750.000
Tahun 6
37.750.000
-
37.750.000
Tahun 7
37.750.000
-
37.750.000
74
Tahun 8
37.750.000
-
37.750.000
Tahun 9
37.750.000
-
37.750.000
Tahun 10
37.750.000
-
37.750.000
Nilai Buku
50.000.000
0
50.000.000
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan: 1. Mesin industri Nilai sisa= Rp 50.000.000,00 Umur Ekonomis = 10 tahun Nilai mesin = Rp 427.500.000 Penyusutan = Nilai Mesin – Nilai Sisa Umur Ekonomis Penyusutan = 427.500.000 – 50.000.000 10 = Rp 37.750.000/ tahun
2. Gedung Area Produksi Nilai sisa = Rp 0 Umur Ekonomis = 5 tahun Nilai gedung area produksi = Rp 10.000.000 Penyusutan = Nilai Gedung – Nilai Sisa Umur Ekonomis = 10.000.000 – 0 5 = Rp 2.000.000/ tahun
75
Arus kas PT Mike Meilindo Tanaga dibagi menjadi 3 skenario yaitu skenario pesimis, moderat, dan optimis sebagai berikut: a. Pesimis Proyeksi arus kas rencana bisnis skenario pesimis usaha ini dapat dilihat di tabel 4.18
Tabel 4.19 Tabel Proyeksi Aliran Kas Operasional Skenario Pesimis (Dalam Rupiah)
EAT
Tahun
Penyusutan
OCF
2011
15,444,000.00
39,750,000.00
55,194,000.00
2012
382,730,400.00
39,750,000.00
422,480,400.00
2013
174,588,480.00
39,750,000.00
214,338,480.00
2014
192,047,328.00
39,750,000.00
231,797,328.00
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan: Aliran kas operasional skenario pesimis hanya diproyeksikan sampai dengan tahun 2014 karena perkiraan dari cash flow yang memperlihatkan bahwa produksi tidak akan menguntungkan bila dilanjutkan pada tahun 2015 dan seterusnya.
Tabel 4.20 Tabel Proyeksi Aliran Kas Akhir Skenario Pesimis (Dalam Rupiah) Tahun 0
ICF
OCF
554,400,000.00
TCF
CF 554,400,000.00
2011
55,194,000.00
55,194,000.00
2012
422,480,400.00
422,480,400.00
2013
214,338,480.00
214,338,480.00
76
2014
231,797,328.00
358,500,000.00
590,297,328.00
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan: Modal Kerja
Rp 80,000,000.00
Nilai sisa Nilai sisa mesin (4 tahun)
Rp 276,500,000.00
Nilai sisa gedung (4 tahun)
Rp 2,000,000.00 Rp 278,500,000.00
TCF
Rp 358,500,000.00
Asumsi: Untuk TCF digunakan nilai dari bahan baku saja karena biaya tenaga kerja dan yang lainnya dianggap tidak relevan.
Metode penilaian investasi skenario pesimis ini adalah sebagai berikut: 1.
Payback period Perhitungan payback period dalam rencana ekspansi yaitu:
Payback period Investasi
Rp 554,400,000.00
Cash flow tahun 1
Rp 55,194,000.00 Rp 499,206,000.00
Cash flow tahun 2
Rp 422,480,400.00 Rp 76,725,600.00
Cash flow tahun 3
Rp 214,338,480.00
Payback period = 2 tahun + 76,725,600.00 x 12 bulan 214,338,480.00 = 2 tahun 4.30 bulan
77
2. NPV (Net Present Value)
Initial investment
554,400,000.00
Umur Ekonomis
10 tahun
Nilai Sisa
278,500,000.00
Asumsi: Nilai sisa didapatkan dari penyusutan tahun 2011-2014 karena adanya kemungkinan penghentian produksi mulai tahun 2015-2020. Kondisi ini disebabkan karena kemungkinan terjadinya kerugian bila produksi tetap dijalankan.
Tabel 4.21 Tabel Present Value Skenario Pesimis (Dalam Rupiah)
CF
Tahun
PV
18.50%
0
-554,400,000.00
1
-554,400,000.00
2011
55,194,000.00
0.8439
46,577,215.19
2012
422,480,400.00
0.7121
300,863,750.47
2013
214,338,480.00
0.6010
128,808,669.86
2014
590,297,328.00
0.5071
299,362,513.09
PV of Cash Inflows
775,612,148.61
NPV
221,212,148.61
Sumber: Data Diolah(2009)
Keterangan: * Discount Factor sebesar 18.50% didapatkan dari hasil perhitungan Weighted Average Cost
of Capital, dimana:
78
Suku bunga deposito per tahun
5.00%
% resiko menurut internal perusahaan
20.00%
Suku bunga kredit per tahun
15.00%
Biaya modal atas kredit investasi
65% x 15%
9.75%
Biaya modal atas investasi pemilik
35% x (20%+5%)
8.75%
Weighted average cost of capital
18.50%
* Asumsi suku bunga kredit per tahun untuk skenario pesimis adalah 15% karena kemungkinan perekonomian yang kurang baik sehingga suku bunga kredit meningkat dan bunga deposito menurun menjadi 5% per tahun. * Data suku bunga kredit dan deposito tahun 2009 dapat dilihat di Lampiran 2.
3. IRR Tingkat suku bunga IRR skenario pesimis yang ditentukan dengan menggunakan Microsoft Excel adalah sebesar 33.49%.
4. Profitability Index
PI = PV of Cash In Flow PV of Investment = 775,612,148.61
554,400,000.00 = 1.40
79
Tabel 4.22 Tabel Perincian 4 Metode Kelayakan Investasi Skenario Pesimis Metode
Kriteria Penilaian
Hasil
Keputusan
PP
5 Tahun
2 Tahun 4.3 Bulan
Diterima
NPV
Positif
221,212,148.61
Diterima
IRR
18.50%
33.49%
Diterima
PI
1
1.40
Diterima
Sumber: Data Diolah (2009)
b. Moderat Proyeksi arus kas rencana bisnis skenario moderat usaha ini dapat dilihat di tabel 4.23
Tabel 4.24 Tabel Aliran Kas Operasional Skenario Moderat (Dalam Rupiah)
EAT
Tahun
Penyusutan
OCF
2011
231,444,000.00
39,750,000.00
271,194,000.00
2012
108,004,320.00
39,750,000.00
147,754,320.00
2013
26,570,289.60
39,750,000.00
66,320,289.60
2014
392,436,997.85
39,750,000.00
432,186,997.85
2015
345,076,823.58
39,750,000.00
384,826,823.58
2016
1,323,574,422.35
37,750,000.00
1,361,324,422.35
Sumber: Data Diolah (2009)
80
Keterangan: Aliran kas operasional hanya diproyeksi sampai dengan tahun 2016 karena perkiraan dari cash flow yang memperlihatkan bahwa produksi tidak akan menguntungkan bila dilanjutkan pada tahun 2017 dan seterusnya. Tabel 4.25 Tabel Proyeksi Aliran Kas Akhir Skenario Moderat (Dalam Rupiah)
ICF
Tahun 0
OCF
TCF
CF
634,400,000.00
634,400,000.00
2011
271,194,000.00
271,194,000.00
2012
147,754,320.00
147,754,320.00
2013
66,320,289.60
66,320,289.60
2014
432,186,997.85
432,186,997.85
2015
384,826,823.58
384,826,823.58
2016
1,361,324,422.35
323,250,000.00
1,684,574,422.35
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan:
TCF
= Pengembalian Modal Kerja + Nilai Sisa
Modal Kerja
Rp 160,000,000.00
Nilai Sisa Nilai Sisa Mesin (7 tahun) Nilai Sisa Gedung (7 Tahun)
Rp 163,250,000.00 Rp 0.00 Rp 163,250,000.00
TCF
Rp 323,250,000.00
Asumsi: Untuk TCF digunakan nilai dari bahan baku saja karena biaya tenaga kerja dan biaya lainnya dianggap tidak relevan.
81
Metode penilaian investasi skenario moderat ini adalah sebagai berikut:
1. Payback period Perhitungan payback period dalam rencana ekspansi yaitu: Investasi
634,400,000.00
Cash flow tahun 1
271,194,000.00 363,206,000.00
Cash flow tahun 2
147,754,320.00 215,451,680.00
Cash flow tahun 3
66,320,289.60 149,131,390.40
Cash flow tahun 4
432,186,997.85
Payback period = 3 tahun + 149,131,390.40 x 12 bulan 432,186,997.85 = 3 tahun 4 bulan
2. NPV (Net Present Value)
Initial investment Umur Ekonomis Nilai Sisa
634,400,000.00 10 tahun 163,250,000.00
Asumsi: Nilai sisa didapatkan dari penyusutan tahun 2011-2016 karena adanya kemungkinan penghentian produksi mulai tahun 2017-2020. Kondisi ini disebabkan karena adanya kemungkinan terjadinya kerugian bila produksi tetap dijalankan.
82
Tabel 4.26 Tabel Present Value Skenario Moderat (Dalam Rupiah)
CF
Tahun
PV
18.05%
0
-634,400,000.00
1
-634,400,000.00
2011
271,194,000.00
0.8471
229,728,081.32
2012
147,754,320.00
0.7176
106,024,981.34
2013
66,320,289.60
0.6079
40,313,308.29
2014
432,186,997.85
0.5149
222,539,819.54
2015
384,826,823.58
0.4362
167,855,423.84
2016
1,684,574,422.35
0.3695
622,435,356.08
PV of cash inflows
1,388,896,970.40
NPV
754,496,970.40
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan:
* Discount Factor sebesar 18.05% didapatkan dari hasil perhitungan Weighted Average Cost of Capital, dimana: Suku bunga deposito per tahun
6.50%
% resiko menurut internal perusahaan
20%
Suku bunga kredit per tahun
13.50%
Biaya modal atas kredit investasi
65% x 13.5%
8.78%
Biaya modal atas investasi pemilik
35% x (6.5+20)%
9.28%
Weighted average cost of capital
18.05%
* Suku bunga kredit per tahun menurut data Bank Mandiri 2009 adalah sebesar 13.50%.
83
* Asumsi suku bunga kredit per tahun untuk skenario moderat adalah sesuai dengan suku bunga kredit yang berlaku yaitu sebesar 13.50%. * Data suku bunga kredit dan deposito dapat dilihat di Lampiran 2.
3. IRR Tingkat suku bunga IRR skenario moderat yang ditentukan dengan menggunakan Microsoft Excel adalah sebesar 43.94%.
4. Profitability Index
PI = PV of Cash Inflow PV of Investment = 1,820,498,949.87 634,400,000.00 = 2,19
Tabel 4.27 Tabel Perincian 4 Metode Kelayakan Investasi Skenario Moderat Metode
Kriteria Penilaian
Hasil
Keputusan
PP
5 Tahun
3 Tahun 4 Bulan
Diterima
NPV
Positif
754,496,970.40
Diterima
IRR
18.05%
43.94%
Diterima
PI
1
2.19
Diterima
Sumber: Data Diolah (2009)
84
c. Optimis Proyeksi arus kas rencana bisnis optimis usaha ini dapat dilihat pada tabel 4.28
Tabel 4.29 Tabel Proyeksi Aliran Kas Operasional Skenario Optimis (Dalam Rupiah)
EAT
Tahun
Penyusutan
OCF
2011
447,444,000.00
39,750,000.00
487,194,000
2012
1,242,367,200.00
39,750,000.00
1,282,117,200
2013
1,124,476,560.00
39,750,000.00
1,164,226,560
2014
1,173,491,388.00
39,750,000.00
1,213,241,388
2015
719,516,957.40
39,750,000.00
759,266,957
2016
735,683,805.27
37,750,000.00
773,433,805
2017
894,786,995.53
37,750,000.00
932,536,996
2018
744,325,345.31
37,750,000.00
782,075,345
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan: Aliran kas operasional hanya diproyeksi sampai dengan tahun 2018 karena perkiraan dari cash flow yang memperlihatkan bahwa produksi tidak akan menguntungkan bila dilanjutkan pada tahun 2019 dan seterusnya.
Tabel 4.30 Tabel Proyeksi Aliran Kas Akhir Skenario Optimis (Dalam Rupiah) Tahun 0
ICF
OCF
771,300,000
TCF
CF 771,300,000
2011
487,194,000.00
487,194,000
2012
1,282,117,200
1,282,117,200
85
2013
1,164,226,560
1,164,226,560
2014
1,213,241,388
1,213,241,388
2015
759,266,957
759,266,957
2016
773,433,805
773,433,805
2017
932,536,996
932,536,996
2018
782,075,345
365,500,000.00
1,147,575,345
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan:
TCF
= Pengembalian Modal Kerja + Nilai Sisa
Modal Kerja
Rp 240,000,000
Nilai Sisa Nilai Sisa Mesin (8 tahun)
Rp 125,500,000.00
Nilai Sisa Gedung (8 tahun)
Rp 0.00 Rp 125,500,000.00
TCF
Rp 365,500,000.00
Asumsi: Untuk TCF digunakan nilai dari bahan baku saja karena biaya tenaga kerja dan yang lainnya dianggap tidak relevan.
Metode penilaian investasi skenario optimis ini adalah sebagai berikut:
1. Payback period Perhitungan payback period dalam rencana ekspansi yaitu: Investasi
771,300,000.00
Cash flow tahun 1
487,194,000.00
86
284,106,000.00
Cash flow tahun 2
1,282,117,200.00
Payback period = 1 tahun + 284,106,000.00 x 12 bulan 1,282,117,200.00 = 1 tahun 2.66 bulan
2. NPV (Net Present Value)
Initial investment Umur Ekonomis Nilai Sisa
771,300,000.00 10 tahun 125,500,000.00
Asumsi: Nilai sisa didapatkan dari penyusutan tahun 2011-2018.
Tabel 4.31 Tabel Present Value Skenario Optimis (Dalam Rupiah)
CF
Tahun
PV
17.60%
0
-771,300,000.00
1
-771,300,000
2011
487,194,000.00
0.8503
414,280,612.24
2012
1,282,117,200.00
0.7231
927,071,185.62
2013
1,164,226,560.00
0.6149
715,839,299.76
2014
1,213,241,388.00
0.5228
634,333,912.76
2015
759,266,957.40
0.4446
337,565,373.46
2016
773,433,805.27
0.3781
292,401,246.63
2017
932,536,995.53
0.3215
299,788,395.63
2018
1,147,575,345.31
0.2734
313,705,862.85
PV of cash inflows
3,934,985,888.95
87
NPV
3,163,685,888.95
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan:
* Discount Factor sebesar 17.60% didapatkan dari hasil perhitungan Weighted Average Cost of Capital, dimana: Suku bunga deposito per tahun
8.00%
% resiko menurut internal perusahaan
20%
Suku bunga kredit per tahun
12.00%
Biaya modal atas kredit investasi
65% x 12%
7.80%
Biaya modal atas investasi pemilik
35% x (8+20)%
9.80%
Weighted average cost of capital
17.60%
* Suku bunga kredit per tahun menurut data Bank Mandiri 2009 adalah sebesar 13.05%. * Asumsi suku bunga kredit per tahun untuk skenario optimis adalah 12% karena kemungkinan perekonomian yang membaik sehingga suku bunga kredit menurun dan bunga deposito meningkat menjadi 8% per tahun. * Data suku bunga kredit dan deposito dapat dilihat di Lampiran 2.
4. IRR Tingkat suku bunga IRR skenario optimis yang ditentukan dengan menggunakan Microsoft Excel adalah sebesar 106.95%. 5. Profitability Index
PI = PV of Cash Inflow PV of Investment
88
=
3,934,985,888.95 771,300,000.00 = 5.10
Tabel 4.32 Tabel Perincian 4 Metode Kelayakan Investasi Skenario Optimis Metode
Kriteria Penilaian
Hasil
Keputusan
PP
5 Tahun
1 Tahun 2.6 Bulan
Diterima
NPV
Positif
3,163,685,888.95
Diterima
IRR
17.60 %
106.95%
Diterima
PI
1
5.10
Diterima
Sumber: Data Diolah (2009)
89
90
91
92
4.1.7 Aspek Politik dan Ekonomi dan Sosial Bangkitnya bursa saham, stabilnya ekonomi, dan perkiraan berakhirnya resesi ekonomi global, serta awal tahun 2010 yang merupakan awal tahun perdagangan bebas atau
free trade dimana persaingan akan menjadi semakin ketat. Diharapkan dengan tumbuhnya industri plastik hulu, dapat mendorong produktivitas dan kualitas produk plastik domestik sehingga mampu bersaing di pasar perdagangan bebas. Dengan kegiatan produksi daur ulang yang dilaksanakan, diharapkan perusahaan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi untuk jangka panjang dengan menghasilkan raw material untuk industri plastik yang akan mengurangi tingkat impor bahan baku biji plastik dan menghemat cadangan devisa serta memberikan pemasukan pajak bagi negara. Manfaat ekspansi terhadap lingkungan sosial ini adalah menjadi salah satu situs Usaha Kecil Menengah (UKM) yang diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih besar dari masyarakat sekitar. Ekspansi ini juga relatif tidak membawa dampak negatif terhadap moral lingkungan sekitar, tetapi memberi masukan positif terhadap kepedulian lingkungan dengan melakukan kegiatan daur ulang. Berikut ini merupakan data perkembangan ekonomi Indonesia yang dilihat melalui tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan tingkat bunga deposito rata-rata. Berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2009 – 2011, masing-masing sebesar 5,0%, 4,5%, dan 4,0% dengan deviasi ±1%. Sumber:http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Bank+Indonesia+dan+Inflasi/penetapan .htm
93
Tabel 4.33 Tabel Pertumbuhan Ekonomi Per Tahun Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Persentase
4.02
5.13
5.60
5.50
6.30
6.50
5.50
Sumber : http://www.batan.go.id/ppen/WEb2006/PSE/2_EKONOMI_INDONESIA.pdf
Tabel 4.34 Tabel Bunga Deposito Rata-Rata Per Tahun Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Bunga Deposito
5.73
6.75
11.50
8.25
7.37
5.75
6.80
Sumber: http://www.bankmandiri.co.id/resource/suku_bunga.asp
4.1.8 Aspek Lingkungan Industri Berikut adalah kondisi bisnis PT Mike Meilindo Tanaga yang dianalisis berdasarkan 5 kekuatan Porter : 1. Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrants) Dengan datangnya pendatang baru, maka hal ini menjadi ancaman bagi perusahaan lama karena datangnya pendatang baru ke dalam suatu industri membawa masuk kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar (market share). Akan tetapi pada saat ini masih sedikit pendatang baru yang memproduksi biji plastik daur ulang karena kebutuhan modal bisnis yang relatif besar, memiliki jaringan bisnis, dan paham terhadap bisnis daur ulang limbah plastik. 2. Ancaman Produk Pengganti (Threat Of Substitute Products) Dengan adanya produk pengganti, maka hal ini menjadi ancaman bagi perusahaan recycle dalam menguasai pasar dan konsumen. Namun sampai saat ini belum ada produk pengganti untuk industri recycle (Palletizing) jenis ABS.
94
3. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli (Bargaining Power Of Buyers) Pembeli atau pelanggan merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan juga dengan mendapatkan pembeli atau pelanggan dalam jumlah yang besar, dapat diartikan perusahaan memenangkan
persaingan
dalam
suatu
industri dengan
perusahaan lainnya. Dalam kegiatan bisnis PT Mike Meilindo Tanaga mempunyai pembeli atau partner bisnis antara lain The Global Serve Pte Ltd, Minerva Resources Pte Ltd. 4. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok (Bargaining Power Of Supplier) Pemasok bertugas untuk menyediakan bahan baku yang akan digunakan perusahaan untuk melakukan proses produksi dan menghasilkan produk yang akan dilempar ke pasar. Pemasok dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan laba yaitu dengan cara menjaga dan meningkatkan mutu bahan baku dan memenuhi pemesanan perusahaan dengan tepat waktu. Pemasok dari PT Mike Meilindo Tanaga adalah CV Barokah, PT Millenium Plastik, PT Bintang Plastik dan beberapa penadah yang belum berbadan hukum. 5. Rivalitas di Antara Pesaing (Rivalry Among Existing Firms) Ancaman utama dalam suatu perusahaan adalah perusahaan pesaing yang memproduksi barang sejenis untuk dijual. Untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan perusahaan harus menetapkan strategi yaitu dengan cara meningkatkan mutu produk, terus mengikuti perkembangan pasar, dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, juga dengan menekan harga produksi sehingga bisa mendapatkan konsumen sebanyakbanyaknya. PT Mike Meilindo Tanaga mempunyai pesaing dan merupakan
95
kompetitor yang cukup lama berada di industri ini yaitu Puri Indah Jaya Plastik dan PT Xing Hua Plastic.
4.1.9 Aspek Yuridis (Legal) Bisnis daur ulang ini akan didirikan dalam bentuk Perseroan Terbatas atau PT Mike Meilindo Tanaga yang merupakan ekspansi atau perluasan dari bisnis utama yang berfokus pada daur ulang limbah plastik. Bisnis yang akan dijalankan merupakan unit bisnis baru yang masih berhubungan secara langsung dengan unit bisnis sebelumnya yang merupakan bahan baku untuk produksi tingkat selanjutnya, yaitu palletizing ABS yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini tidak ada peraturan pemerintah yang melarang ekspansi bisnis tersebut untuk dijalankan karena produk tidak berhubungan dengan produk ilegal seperti narkotika, senjata, dan sebagainya.
4.9.10 Aspek Lingkungan Hidup Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang merugikan. Sampah atau limbah plastik sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah adalah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle). Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam. Penghematan yang cukup besar pada energi dapat diperoleh dengan mendaur ulang plastik.
96
Sampah plastik berbahaya bagi lingkungan, karena dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi. Kantong plastik juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran air, tanggul. Sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk. Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya sangat tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA), sampah plastik mengeluarkan gas rumah kaca. Berbagai negara mulai melarang dan merespon terhadap bahaya penggunaan kantong plastik, seperti di Kenya dan Uganda malah sudah secara resmi melarang penggunaan kantong plastik. Sejumlah negara mulai mengurangi penggunaan kantong plastik diantaranya Filipina, Australia, Hongkong, Taiwan, Irlandia, Skotlandia, Prancis, Swedia, Finlandia, Denmark, Jerman, Swiss, Tanzania, Bangladesh, dan Afrika Selatan. Singapura, sejak April 2007 berlangsung kampanye “Bring Your Own Bag” , digelar oleh The
National Environment Agency (NEA). Dan pemerintahan China juga telah mengeluarkan Rancangan Undang-Undang (RUU) mengatasi kantong plastik.
97
4.2 Implikasi Solusi PT Mike Meilindo Tanaga berencana untuk meningkatkan nilai jual produk limbah daur ulang karena adanya penurunan margin laba. Maka dari itu, dilakukan analisis kelayakan ekspansi investasi mesin yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut: 1. Aspek Pasar Pasar industri plastik palletizing PT Mike Meilindo Tanaga dari sisi produsen termasuk pasar persaingan sempurna dimana setiap perusahaan memiliki konsumen masing-masing. Persaingan yang hanya ketat dialami pada saat pembelian bahan baku yaitu melalui persaingan harga yang membentuk harga dan kualitas limbah yang dipasarkan. Sedangkan, dari sisi konsumen bisnis plastik palletizing merupakan pasar industri karena hasil produksi yang digunakan kembali oleh perusahaan lain untuk diproses lebih lanjut. Melihat kondisi
pasar
ini,
dapat
disimpulkan
agar
rencana
bisnis
segera
dilaksanakan. 2. Aspek Pemasaran Biji plastik atau yang disebut pallet ABS akan dipasarkan di pasar domestik. Hal ini didukung dengan adanya perkembangan dan kebutuhan industri dalam negeri seperti industri mainan anak-anak, kendaraan bermotor, komponen elektronik dan alat-alat rumah tangga yang membutuhkan bahan baku tersebut. Target pasar industri ini adalah perusahaan serupa dan perusahaan lain yang menggunakan bahan baku plastik dalam produksinya. Untuk pemasaran produk ini akan dijalankan strategi marketing mix 4P dan
Direct Marketing.
98
3. Aspek Teknik dan Teknologi Usaha produksi biji plastik berjenis ABS ini direncanakan akan dibangun di pabrik PT Mike Meilindo Tanaga yang berlokasi di Jatimulia RT 2/7 No. 18, Tangerang 15211. Teknologi yang dipergunakan adalah Continue process karena dilakukan pemrosesan lebih lanjut dari crushing plastik ABS menjadi biji plastik menggunakan Recycle/Palletizing Machine Plasma dengan kapasitas maksimal ±40 ton per hari. 4. Aspek Manajemen Manajemen dipisahkan dengan manajemen bisnis utama untuk mencegah ketimpangan proses manajemen itu sendiri. Adanya penambahan tenaga kerja untuk menjalankan proses manajemen unit bisnis baru. 5. Aspek Sumber Daya Manusia Perencanaan jumlah tenaga kerja adalah 4 orang, biaya gaji, dan kualifikasi tenaga kerja juga direncanakan sesuai yang diharapkan agar kegiatan operasional unit bisnis baru dapat berjalan maksimal dengan biaya minimum. Mengingat tidak dibutuhkannya kualifikasi khusus untuk menjadi tenaga kerja langsung dari rencana bisnis ini, maka PT Mike Meilindo Tanaga dapat menseleksi calon tenaga kerja sesuai harapan karena tingkat pengangguran yang cukup tinggi. 6. Aspek Keuangan Analisis penilaian investasi mesin recycle limbah plastik yaitu:
99
Tabel 4.35 Tabel Hasil Analisis Aspek Keuangan Kelayakan Investasi Metode
Kriteria
Hasil Pesimis
Payback period
5 tahun
Moderat
Optimis
3 Tahun 4 Bulan
1 Tahun 2.6 Bulan
221,212,148.61
754,496,970.40
3,163,685,888.95
33.49%
43.94%
106.95%
1.40
2.19
5.10
2 Tahun 4.3 Bulan
Net Present Value
Positif
Internal Rate of
P:18.50%;
Return
M:18.05%; O:17.60%
Profitability Index
1
Sumber: Data Diolah (2009)
Berdasarkan hasil analisis tersebut, investasi mesin layak dijalankan walaupun hanya pada skenario pesimis. Pada skenario pesimis ini produksi diproyeksikan akan dihentikan pada tahun ke-5 karena kemungkinan kerugian, PT Mike Meilindo Tanaga sudah mencapai titik impas. Selain itu, PT Mike Meilindo Tanaga masih dapat menjalankan strategi forward
integration pada bisnisnya dengan mengolah bahan baku biji plastik menjadi end-product. 7. Aspek Politik, Ekonomi, dan Sosial Keadaan perekonomian dan politik yang cenderung stabil memungkinkan dan mendukung berjalannya bisnis ini. Selain itu, bisnis palletizing perusahaan mendukung lingkungan sosial karena menyerap tenaga kerja walupun tidak dalam jumlah besar pada awal bisnisnya. Maka dari itu rencana bisnis dapat segera dilaksanakan. 8. Aspek Lingkungan Industri Kesimpulan analisis Porter berdasarkan hasil penelitian yaitu:
100
a. Tingkat persaingan dan pendatang baru yang moderat. Hal ini dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan karena jumlah bahan baku yang terbatas. b. Belum terdapat produk substitusi untuk biji plastik jenis ABS c.
Kekuatan tawar-menawar pemasok cukup kuat
d. Kekuatan pembeli kuat Berdasarkan
analisis
persaingan
Porter
diatas,
bisnis
masih
memungkinkan untuk dijalankan walaupun persaingan bisnis ketat. 9. Aspek Yuridis (Legal) Tidak ada hambatan dari segi peraturan dalam hal pendirian perusahaan. Bisnis palletizing ABS merupakan unit bisnis baru dari bisnis sebelumnya. 10. Aspek Lingkungan Hidup Bisnis ini akan mendukung lingkungan hidup dimana perusahaan melakukan daur ulang limbah bahan plastik. Limbah bahan plastik ini merupakan bahan yang sulit hancur dan akan mencemari lingkungan.