BAB 4 PEMBAHASAN Sesuai dengan ruang lingkup yang sudah dibahas sebelumnya, yang menjadi ruang lingkup audit operasional atas fungsi sumber daya manusia pada Hotel Borobudur Jakarta mencakup pelaksanaan fungsi manajemen yaitu perekrutan dan penyeleksian pada Hotel Borobudur Jakarta, khususnya pada divisi Borobudur Premier Club.
4.1 Survey Pendahuluan Tujuan dari melakukan survey pendahuluan pada Hotel Borobudur Jakarta yang khususnya pada divisi Borobudur Premier Club adalah untuk mendapatkan gambaran dasar mengenai hotel dan juga mengumpulkan informasi-informasi yang bersifat umum mengenai hotel serta mengenai kegiatan operasi hotel sehingga didapat sebuah pemahaman yang bersifat menyeluruh mengenai hotel dan semua aspek penting yang berkaitan dengan audit operasional yang akan dilakukan. Adanya tujuan pelaksanaan audit operasional atas fungsi manajemen sumber daya manusia di Hotel Borobudur Jakarta khususnya divisi Borobudur Premier Club adalah sebagai berikut: 1. Menilai pelaksanaan dalam pengendalian atas kegiatan operasional pada sumber daya manusianya dan melihat kemungkinan adanya kelemahan yang bisa terjadi. 2. Menentukan ketaatan manajer, karyawan, dan staf terhadap kebijakan dan pengelolaan atas sumber daya manusia yang berlaku dalam hotel. 3. Menganalisis masalah yang terdapat dalam hotel kemudian memberikan saran dan juga rekomendasi mengenai tindakan korektif atau perbaikan yang perlu untuk dilakukan.
4. Menilai kegiatan operasional terhadap sumber daya manusia apakah sudah dilakukan secara efisien dan efektif. Melakukan survey pendahuluan atas fungsi manajemen sumber daya manusia dilakukan dengan menggunakan beberapa prosedur audit yang bersifat umum untuk digunakan yaitu: •
Melakukan pengamatan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dan bersifat umum, kemudian kinerja dari para personil dalam kegiatan manajemen SDM.
•
Mengumpulkan bukti-bukti terkait dengan ketetapan prosedur yang telah dibuat oleh hotel. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah hotel telah menjalankan kegitan secara efektif dan efisien. Lalu hal-hal yang dilakukan dalam melakukan survey pendahuluan pada Hotel
Borobudur Jakarta khususnya divisi Borobudur Premier Club adalah sebagai berikut: 1. Melakukan komunikasi awal dengan pihak Sales Manager dan Administrator secara langsung mengenai tujuan dan langkah kerja dari pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Mencari informasi umum mengenai sejarah, latar belakang, bidang usaha, struktur organisasi dan beberapa uraian tugas dari bagian-bagian yang terkait dengan fungsi SDM pada Hotel Borobudur Jakarta khususnya divisi Borobudur Premier Club Jakarta. 3. Memahami informasi-informasi khusus yang berisikan kebijakan dan prosedur dalam pelaksanaan fungsi-fungsi SDM pada Hotel Borobudur Jakarta khususnya divisi Borobudur Premier Club. 4. Melakukan observasi yang memiliki tujuan untuk melihat dengan jelas bagaimana aktivitas operasional dan prosedur kerja yang memiliki kaitan dengan fungsi manajemen sumber daya manusia.
5. Menerapkan wawancara dengan sales manager dan administrator pada divisi Borobudur Premier Club. 6. Melakukan evalusi dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan. 7. Menginformasikan kepada pihak manajer tentang temuan yang ditemukan sebagai hasil dari audit yang dijadikan rekomendasi dalam mengatasi kelemahan yang terjadi dan rekomendasi untuk meningkatkan manajemen operasional hotel.
Prosedur audit yang dilakukan dalam tahap ini adalah 1. Observasi merupakan tahap awal yang dilakukan penulis untuk memperoleh informasi-informasi mengenai tugas yang dilakukan oleh karyawan pada divisi Borobudur Premier Club, meneliti peraturan-peraturan yang berlaku, dan juga penulis melihat langsung proses aktivitas yang berjalan selama beberapa minggu. 2. Melakukan pembicaraan awal dengan beberapa orang yang ada didalam divisi. Pertama dengan seseorang yang memiliki peran cukup penting dalam divisi ini, yaitu Sales Manager. Kemudian dengan salah satu karyawan lama yang sudah bekerja kurang lebih selama 2 tahun. Ketiga pembicaraan dilakukan dengan Administrator yang mengelolah data-data karyawan. Pembicaraan yang dilakukan mengenai tujuan, pengalaman kerja, dan juga langkah kerja dari pemeriksaan yang akan dilakukan oleh peneliti. 3. Mengajukan beberapa daftar pertanyaan kepada pihak terkait dengan aktivitas karyawan yang akan diperiksa oleh penulis, sehingga dapat diteliti dan mendapatkan beberapa temuan. Dalam mengajukan pertanyaan, keterangan yang didapat lebih mendetail, karenan berdasarkan data yang didapat dari pencatatan secara langsung
melalui observasi sesuai dengan keadaan, dan juga menanyakan pertanyaan terkait dengan pengisian jawaban dengan pengamatan secara langsung jika terjadi ketidak sesuaian.
4.2 Kuesioner Evaluasi Terhadap Sistem Pengendalian Internal Dalam melakukan penilaian pada sistem pengendalian internal terhadap manajemen SDM pada Hotel Borobudur Jakarta khususnya divisi Borobudur Premier Club, penulis melakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil wawancara, pengamatan, dan kuesioner yang sudah dilakukan sebelumnya. Pandangan dan sikap profesional yang dimiliki manajemen harus dapat meningkatkan dan memajukan hasil yang telah didapatnya.Manajemen haruslah selalu melihat, meneliti, menganalisa, dan mengambil keputusan dari laporan-laporan.Hal ini dilakukan untuk menilai kebijakan hotel yang sudah ditentukan sudah berjalan atau belum, kemudian menilai kegiatan operasional perusahaan sudah berjalan dengan baik atau tidak. Kuesioner dari fungsi manajemen SDM ini akan membahas mengenai rekrutmen, interview, penilaian kinerja, dan pemutusan hubungan kerja yang diterapkan pada Hotel Borobudur Jakarta khususnya divisi Borobudur Premier Club. Kuesioner dibuat agar bisa mendapatkan jawaban yang relevan dan kompeten kemudian akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam sistem pengendalian internal atas fungsi manajemen SDM. Dari kelemahan yang ditemukan tersebut akan dilakukan evaluasi dan memberikan saran-saran perbaikan kepada hotel.
4.3 Prosedur Audit Terinci
Dari hasil evaluasi yang diperoleh dari evaluasi atas pengendalian manajemen, berikut ini akan dipaparkan prosedur audit yang digunakan untuk melakukan audit terinci atas audit operasional atas fungsi SDM dalam divisi Borobudur Premier Club. 1. Fungsi umum Tujuan Audit: Berguna untuk mengetahui hal yang memiliki kaitannya dengan fungsi SDM yang berjalan apakah sudah efektif dan efisien. Prosedur Audit: -
Memperoleh peraturan secara tertulis
-
Memeriksa kebijakan yang ada didalam divisi Borobudur Premier Club
-
Buat simpulan audit
2. Perekrutan Tujuan Audit: Menilai apakah proses dari perekrutan calon karyawan telah dilakukan dengan ekonomis, efisien, dan efektif. Prosedur Audit: -
Mendapatkan prosedur manual mengenai perekrutan tenaga kerja
-
Mengidentifikasi dasar apa yang menjadi pelaksanaan penerimaan tenaga kerja
-
Memeriksa metode apa yang digunakan dalam perekrutan
-
Menelusuri apakah ada calon karyawan yang tidak memenuhi kriteria dalam proses perekrutan
-
Memeriksa kualifikasi yang menjadi syarat untuk bekerja dalam divisi dengan kualifikasi yang dimiliki calon karyawan
-
Buat simpulan audit
3. Penyeleksian Tujuan Audit: Menilai aktivitas penyeleksian karyawan apakah telah dilakukan sebaik mungkin untuk mendapatkan karyawan yang memiliki kompeten sesuai dengan keinginan divisi. Prosedur Audit: -
Mendapatkan informasi prosedur dari penyeleksian
-
Memeriksa apakah proses penyeleksian didasari pada kualifikasi minimum yang telah dibuat
-
Memeriksa mekanisme yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari latar belakang calon karyawan
-
Buat simpulan audit
4. Penilaian kinerja Tujuan Audit: Mengetahui proses penilaian kinerja apakah melakukan suatu motivasi untuk mendorong kinerja dari para karyawan dalam bekerja Prosedur Audit:
-
Menelusuri proses penilaian yang dilakukan terhadap karyawan
-
Menelusuri apakah melakukan penilaian secara periodik
-
Menelusuri apakah hasil penelitian didokumentaasikan dan disampaikan kepada karyawan yang bersangkutan.
-
Buat simpulan audit
4.4 Temuan Hasil yang didapat oleh penulis setelah melakukan observasi berupa pengamatan, pembicaraan dengan Sales Manager tentang situasi kondisi serta keadaan hotel atas hasil survei pendahuluan dan juga hasil dari pengidentifikasi jawaban kuesioner, ditemukannya beberapa temuan sebagai berikut: 1. Tidak ada batas maksimal penerimaan untuk karyawan baru 2. Tidak ketatnya pengawasan pada jam masuk kerja 3. Pembagian data yang tidak merata 4. Kurangnya penjelasan prosedur penjualan pada karyawan baru 5. Sistem absensi yang masih manual 6. Longgarnya sanksi yang diberikan kepada karyawan jika melakukan kesalahan
4.4.1 Tidak Ada Batas Maksimal Penerimaan Untuk Karyawan Baru Ditemukannya sebuah temuan dari wawancara yang dilakukan, menyebutkan bahwa setiap calon pelamar yang memiliki niat untuk bekerja dalam pekerjaan ini akan diberikan tempat untuk bekerja. Sistem perekrutan yang disediakan oleh divisi Borobudur Premier Club adalah Walk In Interview, dimana para calon pelamar harus membawa CV dan melakukan wawancara secara langsung pada hari itu juga dengan pihak sales manager. CV
yang dibawa dipelajari secara singkat oleh pihak sales manager, lalu wawancara dilakukan. Hasil diterima atau tidaknya akan diberitahu beberapa jam kemudian via telefon. Sales manager mengatakan bahwa tidak ada batas maksimal dalam penerimaan karyawan baru, karena dalam divisi ini membuka kesempatan luas bagi siapapun yang ingin belajar. Pengumuman lowongan pekerjaan yang dilakukan oleh divisi Borobudur Premier Club di internet mengajukan kualifikasi yang mudah dijangakau oleh khalayak luas. Kualifikasi tersebut seperti minimal pendidikan SMA, pintar berkomunikasi, pantang menyerah, bersedia bekerja dalam shift, pengalaman tidak diutamakan. Selain melalui internet, lowongan juga disebarkan melalui pihak internal disebarkan melalui informasi dari orang ke orang. Banyaknya calon karyawan yang melamar tiap minggunya dapat menghambat kinerja dari sales manager, selain melakukan wawancara terhadap calon karyawan dan menelefonnya kembali untuk memberi info penerimaan, sales manager juga harus memberikan briefing awal sebagai tahap pengenalan product yang akan dijual. Melakukan penjualan bersama tim yang lain untuk memenuhi target, bertemu dengan klien tim lain yang akan datang ke Hotel Borobudur Jakarta untuk melakukan closing juga merupakan tugas sales manager. Jumlah line telefon yang terbatas untuk melakukan penjualan juga menjadi akibat dari banyaknya karyawan baru yang menganggur didalam kantor, jumlah karyawan yang tidak memiliki pekerjaan ditakutkan akan menggangu pekerjaan karyawan lain karena sebagai karyawan baru pasti akan melakukan interaksi awal dengan sesama karyawan baru, mengingat ukuran ruangan yang cukup sempit, suara interaksi tersebut dapat terdengar seisi ruangan dan menjadi gaduh.
Dalam temuan ini, terdapat temuan yang secara tidak langsung menyatakan bahwa kegiatan penerimaan karyawan baru sudah berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan dari selalu adanya calon karyawan baru yang selalu berdatangan untuk melakukan walk in interview tiap minggunya. Akan tetapi hal ini tidaklah efisien karena tidak adanya batas jumlah karyawan baru yang diinginkan menyebabkan meledaknya jumlah karyawan baru yang ingin melamar secara tidak langsung menghambat pekerjaan dari sales manager, hal ini mengurangi tingkat keefektifan kerja dari sales manager tersebut. Dalam hal ini, seharusnya divisi Borobudur Premier Club memberikan batasan terhadap jumlah karyawan yang ingin dipekerjakan karena mengingat jumlah line telefon yang terbatas. Selain itu dari awal saat melakukan wawancara sebaiknya sales manager memberikan kertas jadwal yang berguna untuk mengetahui shift mana saja yang masih bisa diisi sehingga penuhnya ruangan dapat dihindari. 4.4.2 Tidak Ketatnya Pengawasan Pada Jam Masuk Kerja Pembagian jam masuk kerja yang digolongkan menjadi tiga, jam 09.00 sampai jam 13.00, jam 14.00 sampai jam 18.00, dan jam 09.00 sampai jam 18.00. Karyawan yang sudah bekerja lama dalam divisi ini men gambil shift 09.00 hingga jam 18.00, dalam jam kerja yang panjang, 10-15 menit perjam biasanya karyawan lama gunakan untuk mendapatkan data dari sesama temannya yang ada di hotel lainnya lalu melakukan penjualan via telefon lagi. Yang menjadi target dari penarikan member ini adalah orang-orang yang sering menginap di hotel dan orang-orang yang sering berkunjung kedalam restauran yang terdapat di dalam Hotel Borobudur Jakarta. Kebanyakan yang menjadi target dari penarikan member adalah orangorang yang sudah menengah keatas.
Tidak ketatnya dalam pengawasan jam masuk kerja membuat para karyawan baru maupun karyawan lama tidak takut untuk datang terlambat ke kantor walaupun sudah terlambat 1 jam. Atasan yang melihat keterlambatan karyawan tidak melakukan sanksi apapun, walaupun terlambat karyawan yang terlambat tetap langsung melakukan penjualan via telefon sesegera mungkin. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Borobudur Premier Club tidak menetapkan kesamaan jam kerja pada karyawan lama ataupun karyawan baru. Mengingat yang menjadi target utama adalah orang-orang menengah atas, penjualan via telefon pun harus memperhatikan jam. Banyaknya penolakan yang diterima selalu mengatakan bahwa sebentar lagi akan melakukan rapat sehingga closing pun gagal. Jika karyawan penarikan member masuk pada jam 10, maka efektifitas pekerjaannya hanya sampai sekitar jam 12an, karena jam 12-2 merupakan jam untuk makan siang. Peneleponan yang dilakukan pada jam 12an akan selalu tidak diangkat telefonnya. Aktifitas pembagian waktu masuk seperti ini memiliki kekurangan yaitu beberapa karyawan yang datang terlambat pada pagi hari dapat mengatakan bahwa mereka memilih untuk bekerja pada shift siang, hal ini dianggap berjalan tidak efektif. Ketidak efektifan tersebut dapat dilihat dari kegiatan follow up yang dilakukan, karyawan yang terlambat memiliki banyak waktu luang di dalam kantor sambil menunggu jam kerja mereka seharusnya. Menurut penulis, sebaiknya sales manager dan assistant manager lebih memperketat pengawasan terhadap absen, karena ketepatan waktu dalam melakukan closing juga menentukan diterima atau tidaknya penawaran yang diberikan. 4.4.3 Sistem Absensi yang Masih Manual
Di dalam Hotel Borobudur Jakarta, sistem absensi untuk para karyawan yang berlaku adalah menggunakan finger print, saat menempelkan jari ke mesin tersebut, data dari karyawan dan jam masuk kerja akan muncul didalam layar, sudah bisa dikatakan bahwa sistem absensi sudah termasuk canggih. Berbeda lagi dengan divisi Borobudur Premier Club, absensi dilakukan dalam ruangan divisi Borobudur Premier Club sendiri dengan menggunakan buku besar yang digunakan untuk mengisi nama, jam masuk, jam keluar, dan tanda tangan. Pengisian absen ini menggunakan sistem keperayaan, pengisian absen pun tidak diawasi oleh pihak manapun. Tidak ada evaluasi bulanan yang dilakukan
terkait
dengan absensi ini. Sistem absensi yang diterapkan oleh divisi Borobudur Premier Club masih manual menggunakan buku besar. Padahal sistem absensi untuk Hotel Borobudur sendiri sudah menggunakan finger print yang terdapat di depan pintu masuk kantor yang terdapat di basement. Perbedaan dalam absensi menyebabkan divisi Borobudur Premier Club menggunakan alternative lain untuk mengabsen karyawannya Pencatatan absen secara manual dengan menulis nama, jam kehadiran, dan jam pulang sendiri tanpa diawasi dapat menimbulkan kecurangan dalam menulis absensi. Keterlambatan memang tidak menjadi masalah bagi Borobudur Premier Club, akan tetapi kecurangan tetap saja kecurangan walaupun tidak berdampak negatif bagi divisi Borobudur Premier Club. Sistem absensi yang masih manual menyebabkan tingkat keefektifian dan keefisienan rendah. Rendahnya keefektifian dan keefisienan dapat dilihat dari cara pengabsenan, jam yang ditulis sendiri oleh karyawan saat masuk kerja pada buku absen bisa saja dilakukan kecurangan dengan cara memasukan jam yang salah atau menuliskan absen yang dititipkan oleh teman, sehingga keefektifan dari absen yang masih manual dianggap rendah. Sedangan
tingkat keefisienan yang rendah dapat dilihat dari benda yang dijadikan alat absen, yaitu buku. Memberikan kolom pada buku, melihat tulisan karyawan berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya salah tulis jam, dan juga pencatatan ulang ke computer sebagai penilaian kinerja dianggap tidaklah efisien,karena dengan menggunakan absensi yang sama dengan hotel, tingkat keefisienan pada absensi dapat meningkat Saran yang cukup baik adalah sebaiknya divisi Borobudur Premier Club mengikuti sistem absensi pada hotel dengan menggunakan absen finger print, dimana lebih praktis, sulit melakukan kecurangan pada jam masuk absen, dan lebih bersifat ekonomis karena tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian buku 4.4.4 Kurangnya Penjelasan Prosedur Penjualan Pada Karyawan Baru Para calon karyawan yang memenuhi kualifikasi yang sudah diumumkan dapat mendaftarkan dirinya dengan datang ke hotel Borobudur Jakarta.Tahap wawancara selalu dibuka dan jumlah calon karyawan tidak dibatasi jumlahnya.Tahap penyeleksian dan wawancara dalam divisi Borobudur Premier Club berjalan cukup singkat, bisa dikatakan kurang dari 24 jam sudah dapat ditentukan seorang calon karyawan diterima atau tidak untuk bekerja. Tahap penyeleksian yang dilakukan oleh divisi Borobudur Premier Club terhadap calon karyawan bisa dijabarkan sebagai berikut, hari pertama calon karyawan diseleksi melalui CV dan walk in interview, lalu melakukan konfirmasi beberapa jam kemudian dengan calon karyawan dan menentukan jadwal berikutnya untuk briefing. Hari kedua dilaksanakannya briefing secara keseluruhan dari product knowledge, cara berkomunikasi, melakukan closing, dan besarnya komisi yang didapat, hari ketiga karyawan baru sudah dapat mulai bekerja.
Pemberian briefing yang bersifat keseluruhan dari prosedur penarikan member yang harus dijalankan, hanya dilakukan sekali saja oleh sales manager. Setiap karyawan baru dipersilahkan untuk menggunakan sebuah ruangan kecil untuk melakukan follow up dengan data yang sudah diberikan oleh sales manager. Penggunaan ruangan kecil ini berguna untuk melatih karyawan baru untuk berkomunikasi tanpa didengar oleh karyawan lama, sales manager mempercayai bahwa karyawan baru masih malu-malu untuk melakukan follow up didepan karyawan lama. Dengan telefon portable dan naskah yang sudah disediakan, karyawan baru dianggap sudah dapat menarik konsumen dari data yang sudah disediakan.Akan tetapi realitanya, skrip penjualan yang tersedia tidak lengkap. Ada suatu masa dimana karyawan yang sudah hampir melakukan closing menjadi gagal akibat tidak mengetahui cara transaksi untuk melakukan pembayaran. Keefektifan dalam sistem penjualan bisa bertambah jika pemberian briefing pada prosedur penjualan dilakukan dengan detail, karena dari pemberian briefing penjualan ini dianggap dapat meningkatkan keefektifan dalam melakukan penjualan, dan membuat target yang sudah dibuat dapat dicapai. Sebaiknya pemberian briefing terhadap prosedur penjualan dilakukan secara rutin, hal ini dilakukan agar karyawan baru lebih mengerti apa yang harus disampaikan. Membuat pelatihan juga bisa berfungsi untuk membantu menaikan keahlian dari para karyawan baru maupun karyawan lama. 4.4.5 Pembagian Data yang Tidak Merata Untuk karyawan lama, database pasti sudah tersedia dari hari kehari, sangat jarang karyawan lama terlihat kekurangan data untuk follow up.Database tersebut bisa didapat dari
berbagai cara, baik membeli ataupun meminta dari kenalan. Akan tetapi untuk para karyawan baru, keterbatasan database merupakan salah satu kendala yang sering terjadi.Penulis selaku karyawan baru di dalam divisi Borobudur Premier Club, diberikan data untuk ditelefon setiap harinya. Akan tetapi pada hari ke 5, data yang akan ditelefon sudah habis, sehingga penulis tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Setelah meminta data kembali ke sales manager, perintah yang diberikan oleh sales manager adalah melakukan Lead Generation. Dimana tugas dari Lead Generation itu sendiri adalah menanyakan informasi nama dari kepala divisi setiap perusahaan tanda disertai nomor telefon. Sedangkan karyawan baru hanya digaji jika berhasil melakukan transaksi penarikan member. Pembagian database yang tidak diatur dalam pembagiannya menyebabkan tertundanya pekerjaan untuk karyawan baru.Dari observasi yang dilakukan oleh penulis, terlihat saat sudah tidak ada lagi data yang tersedia, karyawan baru diberikan perintah untuk melakukan Lead Generation. Pemberian tugas ini membuat para karyawan baru rugi, karena kemungkinan besar mereka tidak akan mendapatkan kompensasi pada hari itu juga. Banyaknya karyawan baru yang bingung harus melakukan apa saat jam kerja menyebabkan tidak efektifnya divisi Borobudur Premier Club dalam mengelolah sumber daya manusianya. Pencapaian target pun bisa menjadi terhambat akibat dari kekurangan database untuk di follow up. Pembagian data yang tidak merata kepada karyawan baru memberikan penilaian efektifitas sangatlah rendah. Tujuan dari divisi Borobudur Premier Club sendiri adalah menarik masyarakat umum untuk bergabung dalam Borobudur Premier Club dan menggunakan fasilitas didalam hotel, akan tetapi karyawan baru yang tidak memiliki data
awal untuk di follow up akan menyebabkan mereka berdiam diri didalam kantor tanpa melakukan penjualan sama sekali. Jika Lead Generation diperlukan, sebaiknya diatur terlebih dahulu untuk para karyawan baru, setelah itu follow up dengan database yang tersedia. Hal ini akan lebih efektif dibanding menghabiskan database diawal. Setelah database sudah habis sebaiknya sales manager juga berusaha mendapatkan beberapa database baru untuk di follow up calon karyawan baru diperiode mendatang.Setelah itu pembagian database sebaiknya dibagi secara merata, setelah itu ajarkan karyawan baru untuk memperoleh data. 4.4.6 Longgarnya Sanksi yang Diberikan Jika Melakukan Kesalahan Adanya peraturan tertulis yang diedarkan disetiap buku panduan dalam divisi Borobudur Premier Club tentu memiliki pesan secara tidak langsung bahwa peraturan tersebut harusnya dipatuhi oleh semua karyawan. Mulai dari peraturan jam masuk kerja, cara menjawab telefon masuk, hingga kewajiban dalam berpakaian. Banyaknya karyawan baru yang tidak diberikan buku panduan, karena karyawan baru lebih menggunakan catatan dari contoh yang diberikan oleh sales manager.Penggunaan buku panduan tidak diwajibkan, hal itu membuat peraturan yang telah dibuat secara tertulis tidak diketahui oleh karyawan baru. Penjelasan terhadap peraturan yang tidak spesifikasi menjadi sebuah alasan bagi para karyawan saat melanggar peraturan.Teguran sering kali menjadi senjata yang digunakan untuk menegur karyawan yang melanggar kesalahan, dan teguran merupakan alternatif terbaik yang diberikan oleh atasan kepada karyawan yang melanggar peraturan.Akan tetapi jika kesalahan yang dilakukan sudah melebihi batas, tidak turunnya kompensasi dan dikeluarkan dari divisi Borobudur Premier Club bisa saja terjadi, tergantung dari hasil pemikiran manager.
Pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan pernah membuat divisi Borobudur Premier Club mendapat sebuah peraturan baru yang khusus ditujukan untuk divisi. peraturan itu berisikan pengumuman bahwa karyawan dari divisi Borobudur Premier Club tidak diperbolehkan untuk naik ke bagian hotel, jika benar-benar diperlukan untuk bertemu dengan klien, hanya boleh diwakilkan oleh pihak assistant manager atau sales manager. Ketidak efektifan dalam memberikan sanksi kepada karyawan dapat membuat tingkat penjualan turun karena tidak adanya sanksi yang jelas terhadap kesalahan yang dilakukan mengakibatkan beberapa orang tidak takut untuk melakukan kesalahan yang bersifat fatal, seperti menggunakan voucher konsumen yang seharusnya digunakan untuk menarik member tetapi digunakan untuk keperluan pribadi.Asal dari keberanian untuk melakukan kesalahan tersebut adalah karena longgarnya dari sanksi yang diberikan kepada karyawan. Sebaiknya peraturan yang telah berlaku sejak awal dalam divisi Borobudur Premier Club lebih diperjelas lagi dan ditekankan kepada para karyawan baru agar menaati peraturan yang telah dibuat tersebut.Sanksi yang diberikan pun janganlah terlalu longgar, minimal penahanan kompen tidak dikeluarkan selama satu bulan sudah cukup untuk membuat para karyawan lebih menaati peraturan.