Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
BAB II RUANG LINGKUP STUDI 2.1.
Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang akan Ditelaah
2.1.1. Status dan Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Ditelaah 2.1.1.1. Status Studi AMDAL Studi AMDAL rencana pembangunan apartemen dan hotel oleh PT. Broadbiz Asia dilakukan setelah studi kelayakan teknis dan studi kelayakan ekonomi selesai dilakukan. Berdasarkan hasil studi tersebut diketahui, bahwa rencana pembangunan apartemen dan hotel ini secara teknis dan ekonomi layak dilakukan. 2.1.1.2. Kesesuaian Lokasi Kegiatan dengan RTRW Lokasi rencana pembangunan apartemen dan hotel ini secara administratif berada di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Provinsi Banten (Peta lokasi disajikan pada Gambar 2.1). Secara fisik batas-batas tapak lokasi kegiatan adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Perumahan Modernland.
Sebelah
Selatan
berbatasan
dengan
permukiman
warga/permukiman
masyarakat .
Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Jenderal Sudirman.
Sebelah Timur berbatasan dengan Perumahan Modernland.
Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Tangerang (Lampiran Perda No. 11 Tahun 2005) bahwa lokasi tanah rencana pembangunan apartemen dan hotel ini terletak pada zona yang diarahkan untuk komersial (perdagangan dan jasa). Berdasarkan RTRW Kota Tangerang Tahun 2010-2030 (Gambar 2.2), Kecamatan Tangerang diarahkan sebagai pusat kota dengan kegiatan pemerintahan, perdagangan jasa dan kebijakan pengembangan Kecamatan Tangerang adalah : 1. Menciptakan pusat Kota Tangerang sebagai pusat utama yang menjadi konsentrasi pusat kegiatan dan pelayanan skala kota. 2. Pengembangan pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala kota dengan membuka peluang kemitraan dengan swasta. 3. Menciptakan kawasan perlindungan tata air dengan penataan sistem drainase lingkungan, melestarikan dan mencegah kerusakan lingkungan sekitar Situ Gede dan Sungai Cisadane.
II-1
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
4. Pengembangan perumahan menengah-atas oleh pengembang swasta. 5. Mengembangkan Kecamatan Tangerang sebagai kawasan strategis dengan pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa komersial. 6. Peremajaan kawasan perkampungan sekitar pusat kota sebagai kawasan penunjang kegiatan perkotaan. 7. Memanfaatkan budaya lokal untuk pegembangan wisata Kota Tangerang. 8. Penataan lalulintas dan perparkiran yang memadai secara on street dan off street dengan kerjasama pengelolaan dengan swasta. Berdasarkan uraian arahan RDTR Kecamatan Tangerang dan RTRW Kota Tangerang di atas diketahui bahwa rencana pembangunan apartemen dan hotel di Kelurahan Babakan ini tidak bertentangan dengan rencana tata ruang tersebut.
II-2
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Peta Lokasi Proyek
Gambar 2.1. Lokasi rencana pembangunan apartemen dan hotel II-3
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Lokasi Proyek
Lokasi Proyek
Gambar. 2.2. Peta rencana tata ruang Kota Tangerang II-4
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
2.1.1.3. Status Tanah dan Permodalan Luas tanah yang digunakan untuk pembangunan apartemen dan hotel ini seluas 8.200 m2. Status tanah adalah Hak Milik atas nama PT. Broadbiz Asia. Tanah tersebut diperoleh dengan cara membeli hak atas tanah dari masyarakat pemilik hak. Pengalihan hak atas tanah dituangkan dalam Surat Perjanjian Pengikatan Jual Beli Nomor: 22 Tanggal 25 Maret 2011. Status permodalan usaha PT. Broadbiz Asia adalah 100 % PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). 2.1.1.4. Rencana Penggunaan Lahan Pada lahan seluas 8.200 m2 tersebut direncanakan akan dibangun apartemen, hotel dan area komersial. Bangunan apartemen dan hotel terdiri atas 2 tower (Tower A dan Tower B). Total jumlah lapis lantai sebanyak 25 lapis, dengan rincian 23 lapis lantai di atas permukaan tanah (ground floor hingga lantai 23) dan 2 lapis lantai di bawah permukaan tanah (lower ground dan basement). Tinggi bangunan adalah 77,7 m (ground floor-lantai 23). Luas bangunan adalah 4.141m2 (ground floor) dan luas lantai bangunan adalah 71.556,50 m2. Letak Lokasi kegiatan pembangunan Apartemen dengan ketinggian 77,7 m yang berdekatan dengan Bandara Internasional Sukarno-Hatta harus memenuhi persyaratan kawasan keselamatan operasional penerbangan ditinjau dari: 1) kawasan pendekatan dan lepas landas; 2) kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan; 3) kawasan di bawah permukaan horizontal dalam; 4) kawasan di bawah permukaan horizontal luar; 5) kawasan di bawah permukaan kerucut; 6) kawasan di bawah permukaan transisi; dan 7) kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi
penerbangan. Secara rinci
alokasi penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2.1 dan gambar rencana tapak (site plan) disajikan pada Gambar 2.3.
II-5
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Tabel 2.1. Rencana penggunaan lahan A. Lahan Terbangun No 1 2 3
Uraian Tower A Tower B Komersial Sub Total A
B. Sarana dan Prasarana No Uraian 1 Jalan, saluran, dan parkir 2 Lahan untuk pelebaran jalan 3 Taman (ruang terbuka hijau) dan sarana (jalan setapak, dll) Sub Total B Total (A + B) Keterangan : Luas areal perencanaan KDB RTH
Luas Bangunan (m2) 420,27 1.752,31 1.893,99 4.066,57 Luas (m2) 2.466,92 1.049,05 597,46 4.133,43 8.200,00
Penggunaan Hotel Apartemen Komersial 49,59 % Penggunaan Jalan, saluran, dan parkir Diserahkan ke Pemda Taman (ruang terbuka hijau) dan sarana (jalan setapak, dll) 50,41 % 100,00 %
8.200,00 m2 50,50 % (Building Covered yang diizinkan = 60%) 49,50 %
2.1.1.5. Rencana Bangunan a. Apartemen dan Hotel Bangunan Tower A diperuntukkan untuk hotel sebanyak 19 lantai (lantai 5 hingga lantai 23). Jumlah unit hunian hotel direncanakan sebanyak 247 unit. Bangunan Tower B adalah untuk apartemen sebanyak 19 lantai (lantai 5 hingga lantai 23) dengan jumlah unit hunian sebanyak 1025 unit. Tipe hunian apartemen dan hotel yang disediakan adalah tipe 1 BR (luas unit 21,82 m2), tipe 2 BR (luas unit 32,62 m2), tipe 3 BR (luas unit 57,55 m2) dan tipe 2 BR A (luas unit 35,65 m2). Rincian jumlah unit hunian setiap lantai disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Jumlah unit hunian untuk tower A dan B Lantai Lantai 5 Lantai 6 Lantai 7 Lantai 8 Lantai 9 Lantai 10 Lantai 11 Lantai 12 Lantai 13 Lantai 14 Lantai 15 Lantai 16 Lantai 17 Lantai 18 Lantai 19
1 BR 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
2 BR 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 BR 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 BR A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tower B 1 BR 36 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
2 BR 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
Keterangan
Total tipe 1 BR =930 unit Total tipe 2 BR = 305 unit Total tipe 3 BR = 18 unit Total tipe 2 BR A = 19 unit Luas per unit tipe 1 BR = 21,82 m2 Luas per unit tipe 2 BR = 32,62 m2 Luas per unit tipe 3 BR = 57,55 m2
II-6
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Lantai Lantai 20 Lantai 21 Lantai 22 Lantai 23 Jumlah
1 BR 12 12 12 12 228
2 BR 0 0 0 0 1
3 BR 1 1 1 1 18
2 BR A 1 1 1 1 19
Tower B 1 BR 37 37 37 37 702
2 BR 16 16 16 16 304
Keterangan Luas per unit tipe 2 BR A = 32,65 m2
Sumber: PT. Broadbiz Asia 2011
b. Area Komersial Untuk menunjang penyediaan kebutuhan sehari-hari di apartemen dan hotel akan disediakan area komersial seperti supermarket, cafe, dan restoran. Area komersial disediakan di lantai lower ground, ground floor, upper ground floor, lantai 3 dan lantai 5. Fasilitas penunjang lain yang akan disediakan yakni: kolam renang & pusat kebugaran, taman bermain anak, ruang serbaguna, sarana peribadatan, dan klinik dokter. Tabel 2.3.
Rincian luas lantai bangunan dan rencana penggunaan bangunan apartemen, hotel, dan area komersial
Lantai
Area Komersial
Faslitas Apartemen
Basement Lower Ground Ground Floor Upper Ground P3 (Lantai 3) P4 (Lantai 4) Lantai 5 Lantai 6-23 Total
2.100,35 3.689,60 3.611,14 828,50 606,50 -
491,40 322,27 224,11 224,11 -
Penggunaan/Luas (m2) Taman & Tower A Tower B Kolam Condotel Apartemen Renang 2.254,21 434,04 1.743,28 7.812,72 31.379,04
Total Luas (m2)
Parkir, M/E 5.806,76 3.706,40 4.308,14 4.308,14 -
Sumber: PT. Broadbiz Asia
Rencana tapak (site plan) pembangunan apartemen, hotel dan area komersial yang akan dibangun PT. Broadbiz Asia disajikan pada Gambar 2.3 dan gambar potong vertikal bangunan disajikan pada Gambar 2.4. Gambar-gambar detail bangunan disajikan pada Lampiran 2.
II-7
5.806,76 5.806,75 4.141,00 3.933,41 5.360,75 4.532,25 2.783,82 39.191,76 71.556,50
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Gambar 2.6. Lay out ground floor plan gedung Apartemen dan Hotel Gambar 2.7. Lay out 2nd floor plan gedung Apartemen dan Hotel Gambar 2.8. Lay out P1/3rd floor plan gedung Apartemen dan Hotel Gambar 2.9. Lay out P2/4th floor plan gedung Apartemen dan Hotel Gambar 2.10. Lay out 5th floor plan gedung Apartemen dan Hotel
Gambar 2.3. Rencana tapak (site plan) bangunan apartemen, hotel, dan area komersial II-8
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Gambar 2.4. Gambar potong vertikal bangunan apartemen, hotel dan area komersial II-9
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
2.1.1.6. Deskripsi Rencana Kegiatan Secara umum tahapan kegiatan rencana pembangunan apartemen dan hotel oleh PT. Broadbiz Asia terdiri atas: (1) tahap prakonstruksi, (2) tahap konstruksi, dan (3) tahap operasi. Adapun jenis-jenis kegiatan pada masing-masing tahap adalah sebagai berikut : a. Tahap Prakonstruksi : 1. Perencanaan. 2. Sosialisasi dan konsultasi publik rencana kegiatan. 3. Pengurusan perizinan. 4. Pemasaran. b. Tahap Konstruksi : 1. Rekruitmen tenaga kerja konstruksi. 2. Mobilisasi alat dan material. 3. Penggalian basement. 4. Pekerjaan konstruksi bangunan. 5. Pemasaran. c. Tahap Operasi 1. Rekruitmen tenaga kerja operasi. 2. Aktivitas operasional gedung. 3. Penggunaan air. 4. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendukung. 5. Pengelolaan limbah padat dan cair. 6. Aktivitas perparkiran. 7. Pemasaran. d. Tahap Pascaoperasi 1. Pemutusan hubungan kerja 2. Pembongkan bangunan 3. Demobilisasi peralatan 2.1.1.6.1. Tahap Prakonstruksi (a) Perencanaan Kegiatan perencanaan, terdiri atas penyusunan site plan, perencanaan detail bangunan, penyiapan gambar kerja dan spesifikasi teknis, serta perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) dan waktu. Perencanaan konstruksi apartemen dan hotel oleh PT. Broadbiz Asia dilakukan oleh konsultan perencana untuk menentukan desain,
II-10
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
kebutuhan tenaga kerja, peralatan, biaya serta jadwal pelaksanaan kegiatan dan konsultan pengawas untuk membantu pemrakarsa memilih kontraktor pelaksana dan mengawasi pembangunannya dari awal sampai serah terima proyek (hand over) kegiatan pembangunan apartemen dan hotel oleh PT. Broadbiz Asia. Dengan adanya konsultan pengawas ini diharapkan kegiatan yang dilakukan oleh kontraktor sesuai dengan spesifikasi teknis dan lingkungan yang ditetapkan dalam perencanaan. Perencanaan meliputi pemilihan kontraktor yang akan melaksanakan usaha dan kegiatan. Kegiatan ini diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap komponen sosial, yaitu persepsi masyarakat. (b) Sosialisasi Rencana Kegiatan dan Konsultasi Publik Sosialisasi rencana kegiatan dan konsultasi publik dalam rangka penyusunan AMDAL rencana pembangunan apartemen dan hotel oleh PT. Broadbiz Asia dilakukan melalui pengumuman di media cetak lokal dan diskusi interaktif langsung dengan masyarakat di wilayah dampak yaitu di Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang, yang dihadiri juga oleh perwakilan masyarakat dan tokoh masyarakat. Pengumuman melalui media cetak dimuat di Surat Kabar Harian “Tangerang Ekspres” Hari Selasa, Tanggal 10 Mei 2011“. (Kliping pengumuman rencana kegiatan disajikan pada Lampiran 3). Konsultasi publik dengan masyarakat yang akan terkena dampak dilaksanakan di Aula Kantor Kelurahan Babakan. Resume pelaksanaan konsultasi publik adalah sebagai berikut :
Waktu pelaksanaan: Sabtu, Tanggal 14 Mei 2011, jam 14.00–16.00 WIB, bertempat di Aula Kelurahan Babakan.
Jumlah peserta: 63 orang.
Latar belakang peserta: perwakilan masyarakat yang terkena dampak, tokoh masyarakat, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), LPM (Lembaga Perwakilan Masyarakat), Lurah yang ada di lokasi kegiatan,
RT, RW, dan wakil dari
pemrakarsa.
Hasil dari konsultasi publik secara umum sebagai berikut: (1) Masyarakat Kecamatan Tangerang khususnya Kelurahan Babakan menyetujui rencana kegiatan dan mengharapkan PT. Broadbiz Asia sebagai pemrakarsa segera merealisasikan pembangunan apartemen dan hotel tersebut. (2) Masyarakat menginginkan agar pemrakarsa mengkaji secara mendalam dampak kegiatan terhadap komponen lingkungan, seperti: kejadian banjir,
II-11
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
timbulnya getaran, dan kebisingan yang akan diterima oleh masyarakat sekitar proyek. (3) Masyarakat mengharapkan adanya komitmen dari pemrakarsa untuk memperhatikan apabila rencana kegiatan ini berdampak terhadap kerusakan rumah warga tentang ganti rugi yang akan diterima oleh warga. (4) Masyarakat mengharapkan agar proporsi penerimaan tenaga kerja dan peluang berusaha mengutamakan warga di sekitar tapak proyek. (5) Masyarakat mempertanyakan penggunaan air apabila apartemen dan hotel beroperasi bersumber dari mana? (6) Masyarakat menginginkan adanya kerjasama yang harmonis antara pemrakarsa dengan warga sekitar proyek selama masa konstruksi dan operasional dari rencana kegiatan apartemen dan hotel ini.
Berita acara, daftar hadir, dan foto dokumentasi konsultasi publik disajikan pada Lampiran 4.
(c) Pengurusan Perizinan Untuk memenuhi legalitas usaha, maka sebelum kegiatan dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pengurusan perizinan yang diperlukan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Proses pengurusan perizinan sampai saat ini masih berlangsung, termasuk izin lingkungan melalui proses studi AMDAL. Sementara dokumen perijinan yang telah dimiliki oleh PT. Broadbiz Asia dapat dilihat pada Tabel 2.4. dan Lampiran 1. Tabel 2.4. Izin dan legalitas yang telah dimiliki pemrakarsa Jenis Izin dan Legalitas
1.
Izin Penggunaan Pemanfaatan Lahan Surat Keterangan Lokasi
651/345-IPPT/BPPT/2011
Pertimbangan Teknis Pertanahan untuk Pembangunan Apartemen dan Hotel Akta Pendirian PT. Broadbiz Asia Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas
No. 21/9-36.71/III/2011 Tanggal 30 Maret 2011
Kantor Pertanahan Kota Tangerang Kantor Pertanahan Kota Tangerang
No. 21 Tanggal 22 Maret 2002 No. C-12514 HT.01.01.TH.2002 Tanggal 9 Juli 2002
Notaris Myra Yuwono, S.H. Departemen Kehakiman dan HAM
No. C-09337 HT.01.04.TH.2004 Tanggal 19 April 2004
Departemen Kehakiman dan HAM
No. AHU-11711.AH.01.02.Tahun 2009 Tanggal 8 April 2009
Departemen Kehakiman dan HAM
2. 3.
4 5
6
7
Nomor & Tanggal
Instansi yang Mengeluarkan Walikota Tangerang
No
2326/9-36.71/IV/2011
II-12
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
No
Jenis Izin dan Legalitas
Nomor & Tanggal
8
Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Surat Keterangan Domisili Usaha Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
No. AHU-21858.AH.01.02.Tahun 2010 Tanggal 28 April 2009 No. 503/669-Perek.Cbds. Tanggal 13 Agustus 2010 No. PEM00610/WPJ.08/KP.0803/2010 Tanggal 22 Maret 2010 N0. 09.05.1.51.43949 Tanggal 23 Agustus 2007
9 10
11
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Perseroan Terbatas
12
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil
No. 503/30/-BP2T/3003/PK/VIII/2010 Tanggal 11 Agustus 2010
13
Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) Rekomendasi Bangunan Apartemen
No. 503.2/38-Kel.Bng Tanggal 9 April 2010 No.AOSH/94/TEK.05/III/2011 tanggal 14 Maret 2011
Kajian Teknis Penataan Drainase Hotel, Apartemen dan Pusat Perbelanjaan Paragon II
No.611.13/0538.SDA/2011 tanggal 7 Juli 2011
14
13
Instansi yang Mengeluarkan Departemen Kehakiman dan HAM Camat Cibodas Kota Tangerang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigakarsa Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Madya Jakarta Pusat Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Tangerang Kelurahan Binong Kecamatan Curug Dirjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang
Sumber: PT. Broadbiz Asia 2011
(d) Pemasaran Kegiatan promosi dan pemasaran apartemen dan hotel oleh PT. Broadbiz Asia memegang peranan penting agar investasi yang ditanamkan dapat segera kembali dan dapat dimanfaatkan untuk rencana investasi kegiatan perekonomian lainnya. Mengingat hal tersebut maka kegiatan promosi dan pemasaran perlu dilakukan sejak tahap prakonstruksi, dengan harapan agar segera setelah tahap konstruksi selesai seluruh fasilitas komersial yang dibangun dapat terjual dan dapat dioperasikan. Kegiatan promosi dan pemasaran apartemen dan hotel dilakukan oleh tim pemasaran yang didukung dengan fasilitas yang memadai meliputi sistem administrasi, leaflet atau brosur, media cetak, dan komunikasi personal. 2.1.1.6.2. Tahap Konstruksi a. Rekruitmen Tenaga Kerja Salah satu kegiatan penting pada tahap konstruksi pembangunan apartemen dan hotel oleh PT. Broadbiz Asia adalah rekruitmen tenaga kerja. Hal tersebut karena tahap konstruksi akan menciptakan kesempatan kerja yang tidak sedikit. Keperluan tenaga kerja selama tahap konstruksi mencakup: keahlian di bidang manajemen, teknisi,
II-13
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
teknik sipil (engineering), tenaga administrasi, dan tenaga lapangan (mandor dan pekerja harian). Penciptaan kesempatan kerja selama tahap konstruksi diprakirakan mencapai 255 orang (Tabel 2.5). Tingkat pendidikan tenaga kerja untuk mengisi posisi atau bidang keahlian yang diperlukan meliputi strata sarjana (S1), diploma atau ahli madya (D3), SLTA (STM dan SMU), SLTP, dan SD. Seluruh pekerjaan konstruksi akan dikerjakan oleh pihak kontaktor. Pemrakarsa akan menyarankan kepada pihak kontraktor agar mengutamakan masyarakat setempat dalam perekrutan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Tabel 2.5. Prakiraan kebutuhan tenaga kerja tahap konstruksi No 1 2 3 4 5 6 7 8
Posisi/Keahlian Manager Supervisor Teknisi/Surveyor Engineering Tenaga Administrasi Mandor Pekerja Harian Satpam Jumlah
Tingkat Pendidikan S1 S1 dan D3 S1 dan STM S1 dan STM STM/SMU STM/SMU SD/SLTP SMU
Jumlah (Orang) 5 10 5 5 10 10 200 10 255
Sumber: PT. Broadbiz Asia 2011
Manager Project
Site Manager HSE
Divisi Peralatan
Supervisor
Divisi Keuangan
Mandor
Tukang
Gambar 2.5. Struktur organisasi pelaksana konstruksi pembangunan apartemen dan hotel oleh PT. Broadbiz Asia
II-14
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Pekerjaan konstruksi rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel oleh PT. Broadbiz Asia dilaksanakan oleh kontraktor yang ditunjuk dengan struktur organisasi sebagaimana disajikan pada Gambar 2.5. Struktur organisasi tersebut terdiri atas tingkatan Project Manager (PM), Kepala Divisi, Kepala Seksi, dan Pelaksana. b. Mobilisasi Alat dan Material Mobilisasi alat dan material dalam proses pembangunan fisik gedung Apartemen dan Hotel oleh PT. Broadbiz Asia akan dilakukan oleh kontraktor pelaksana yang akan menggunakan berbagai peralatan berat, seperti tractor, dump truck, buldozer, excavator, bore pile, tower crane, motor crane dan berbagai peralatan pendukung lainnya. Peralatan tersebut digunakan untuk perataan lahan, pembangunan, dan pemeliharaan infrastruktur. Sedangkan beberapa peralatan tersebut juga digunakan dalam rangka pengadaan dan pengangkutan bahan-bahan yang berasal dari lokasi setempat atau dari luar seperi: pasir, batu, semen, besi, kawat beton, tiang besi, cat, dan lain-lain. Pada tahap awal beberapa alat berat yang dipergunakan dalam operasional diadakan secara sewa (rental) dan dilaksanakan oleh kontraktor yang sudah berpengalaman di bidangnya yang berasal dari sekitar Kota Tangerang dan sekitarnya. Peralatan berat diangkut dengan trailler sedangkan bahan bangunan diangkut dengan truck. Semua jenis peralatan ini diangkut melalui segmen jalan yang berada di sekitar lokasi. Mobilisasi peralatan berat dilakukan pada malam hari, sedangkan pengangkutan bahan bangunan ada yang dilakukan pada siang dan malam hari. c. Penggalian Basement Bangunan Apartemen dan Hotel direncanakan terdiri atas dua lantai basement. Pada pekerjaan basement ini akan dilakukan penggalian tanah sedalam ± 7 m. Metode penggalian dilakukan dengan cara open cut dari atas ke bawah. Alat penggalian tanah untuk lokasi basement menggunakan excavator lengan pendek. Untuk mencegah keruntuhan tanah selama proses penggalian, stabilitas tanah akan dijaga agar tidak runtuh. Volume galian sebesar 5.806,76 m2 x 7 m = 40648 m3. Tanah galian ditumpuk pada lokasi tertentu menunggu dibuang oleh dump truck ke luar lokasi atau digunakan sebagai bahan timbunan di dalam lokasi. Tumpukan tanah akan dibuat tidak terlalu tinggi agar tidak mudah runtuh sehingga mengganggu pekerjaan yang lain. Tanah galian harus diangkat secepatnya ke luar lokasi atau ditimbun ke tempat penimbunan sementara di dalam lokasi. Kendaraan pengangkut hasil galain menggunakan dumptruck engkel yang tidak melebihi 10 MST (muatan sumbu terberat). Pada prose pengangkutan berkoordinasi
II-15
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
dengan Dinas perhubungan setempat. Standar pengangkutan galian dilakukan dengan cara menutup bak kendaraan dengan terpal dan membersihkan roda kendaraan agar rute jalan yang dilalui tidak kotor. Tahap pekerjaan yang dilakukan pada saat membuat basement yaitu: pengaturan stabilisasi tanah, pembuatan dinding, penyokongan gaya samping (lateral), pengaturan penggalian, pengeluaran air (dewatering) dan pemindahan tumpukan tanah. Ketika dilakukan penggalian tanah untuk basement maka kecenderungan tanah mengalami keruntuhan meningkat. Keruntuhan ini terjadi karena adanya tekanan pasif dan aktif tanah. Keruntuhan tanah akan dicegah dengan membangun dinding penahan (retaining wall) di sekeliling sisi galian basement. Dinding penahan ini terbuat dari beton pracetak yang dipancang menggunakan alat pemancang. Selama proses penggalian tanah untuk basement maka air cenderung tergenang di dalam galian karena adanya proses pengaliran air ke dalam galian terutama pada musim penghujan. Hasil pengukuran kedalaman air tanah dangkal, bahwa di tapak proyek kedalaman air tanah sekitar 12 m, dengan demikian diperkirakan pada penggalian tanah hingga kedalaman 7 m belum ditemukan air tanah dangkal. Jika selama proses penggalian terdapat genangan air akibat hujan, air tersebut akan dikeluarkan (dewatering). Pengeluaan air menggunakan selang karet yang ditarik dengan mesin. Air yang dikeluarkan dari dalam basement dapat diresapkan kembali atau dibuang ke saluran yang disediakan. Metode yang dilakukan untuk mengeluarkan air yaitu: metode dewatering aktif dengan menggunakan jenis penghisap well point dan dewatering pasive dengan menggunakan sum pit . d. Pekerjaan Konstruksi Bangunan d.1. Pekerjaan Struktur Bawah Pekerjaan konstruksi dimulai dengan melakukan pemancangan tiang pancang dengan ukuran dan kedalam pemancangan yang sesuai dengan kekuatan daya dukung tanah. Tiang pancang ini berfungsi sebagai fondasi dalam konstruksi apartemen. Kekuatan daya dukung tanah diperoleh dari hasil test sondir. Dari hasil test sondir diperoleh besar daya dukung setiap lapisan tanah. Kekuatan tiang pancang dan berapa kedalaman tiang pancang yang dipancang kedalam tanah tergantung pada beban bangunan yang akan dipikul tiang pancang. Mutu beton tiang pancang yang dipergunakan untuk tiang pancang disarankan adalah K-400 atau K-500 yang nilai kekuatan tekannnya minimum (
bk = 400 atau 500 kg/cm 2 ). Jumlah tiang pancang ±
sebanyak 112 titik
II-16
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Pada bagian atas tiang pancang dibuatkan kepala tiang sebagai tatakan kolom. Jumlah lapisan tanah yang akan memikul semua beban yang bekerja akan didistribusikan melalui tiang pancang, sehingga tiang pancang harus dapat memikul beban tanpa terjadi penurunan. Penurunan tiang pancang terutama penurunan setempat (tidak rata) akan menimbulkan kemiringan bangunan dan pada akhirnya akan dapat menimbulkan keruntuhan bangunan. Untuk mencegah terjadinya penurunan tiang pancang maka sebelum tiang pancang dipancang, maka terlebih dahulu dilakukan uji pembebanan (loading test). Beban yang akan dipikul oleh tiang pancang adalah beban berat sendiri, beban angin, beban gempa dan beban hidup yang bergerak di atas bangunan. Oleh karena itu maka konstruksi tiang pancang harus dapat memikul kombinasi pembebanan yang bekerja. Beban yang bekerja pada bangunan adalah beban berat sendiri bangunan, beban hidup, beban angin, dan beban gempa. Bahan yang digunakan sebagai tiang pancang fondasi adalah prestress concrete yang dibuat di pabrik pembuatan beton prestress. Jumlah dan ukuran bahan prestress concrete dibuat di pabrik pembuatan prestress sesuai dengan pemesanan dan diangkut dengan truk pengangkut ke lokasi proyek. Bahan tiang pancang prestressed dipancang dengan menggunakan alat pemancang tiang pancang. Tiang pancang dipancang menggunakan alat pemancang tiang pancang bore pile, sehingga tidak menimbulkan dampak kebisingan bagi masyarakat sekitar tapak proyek. Pada saat pemancangan dilakukan alat pemancang dan tiang pancang diangkat menggunakan truck crane. Crane ini dapat dipindah dari suatu lokasi ke lokasi lain tanpa bantuan alat pengangkutan. Truck crane ini mempunyai bagian atas yang dapat berputar 360°. Untuk menyangga keseimbangan alat, truck crane memiliki kaki (outrigger). Di dalam pengoperasiannya kaki tersebut dipasangkan dan roda diangkat dari tanah sehingga keselamatan dan pengoperasiannya dengan boom yang panjang akan terjaga. d.2. Pekerjaan Struktur Atas Pekerjaan struktur atas adalah semua struktur yang berada di permukaan tanah dasar. Pekerjaan struktur atas meliputi pekerjaan kolom, balok, plat lantai, dinding. Bahan struktur kolom, balok, plat lantai, dinding ringan dapat berupa pabrikasi atau cor di tempat yang sudah dibentuk di pabrik. Untuk bahan beton bertulang pabrikasi, maka bahan kolom, balok dan plat lantai ini merupak beton bertulang yang sudah diberikan kekuatan sebelumnya (prestress). Pertemuan antara kolom dan balok disambung dengan cara grouting supaya mencapai kekuatan penuh. Menurut penelitian pemakaian bahan ini lebih cepat, kuat, dan ramah lingkungan. Untuk pemasangan kolom yang di
II-17
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
cor di tempat, kolom diletakkan terpusat di atas pondasi tiang pancang yang telah dipancang dan dibuatkan kepala tiangnya sebagai dudukan kolom. Kolom berfungsi untuk memikul semua beban yang bekerja pada konstruksi. Kolom dibentuk dari pembesian kolom yang di cor dengan beton ready mix yang dituangkan melalui selang besar ke dalam formwork kolom dari mobil pengangkut ready mix bila campuran beton didatangkan dari luar proyek. Dimensi dan kekuatan kolom disesuaikan dengan beban yang bekerja pada kolom. Kolom-kolom harus dirancang menerus dari bawah ke atas sehingga akan membuat kekakuan yang optimal. Sementara balok seminimal mungkin menerima beban terpusat di antara dua tumpuannya. Dengan demikian sambungansambungan harus menuju pada titik temu yang dapat diteruskan langsung vertikal ke bawah. Untuk merencanakan peletakan kolom, denah harus dirancang tepat dengan pola peletakan kolom. Pola peletakan kolom ini atau disebut juga dengan grid struktur dipakai untuk mengatur kesesuaian antara fungsi, bentuk ruang dan fasilitas struktur yang membentuk bangunannya. Bangunan dengan struktur beton bertulang direncanakan dan dirancang dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Untuk merencanakan sebuah bangunan ini harus diketahui dahulu ketersediaan bahan material dan tenaga kerja pada lokasi bangunan. Material atau bahan bangunan tidak hanya meliputi semen, pasir, batu atau besi tulangan saja tapi juga ketersediaan air, cetakan (begesteng) dan juga keadaan alam (cuaca, iklim). Cuaca terlalu banyak hujan akan membuat konstruksi kurang berjalan dengan cepat sementara cuaca terlalu panas akan membuat beton terlalu cepat kering yang akan menimbulkan keretakan. Untuk iklim yang mempunyai perbedaan suhu siang dan malam yang tinggi akan membuat kembang susut yang tinggi pula pada beton yang belum jadi tersebut, akibatnya retak-retak juga akan mudah didapatkan pada beton. Apabila proyek konstruksi menggunakan volume beton relatif besar maka beton dapat dibuat langsung di lokasi proyek dengan mendirikan concreate mix plant. Hal ini biasa dilakukan untuk mempercepat pelaksanaan konstruksi dan mengurangi ke luar masuknya angkutan ready mix. Bahan agregate campuran beton didatangkan dari luar lokasi proyek. Pengecoran dilakukan setelah kolom dibentuk dengan formwork yang terbuat dari plat baja yang dapat dipasang dan dibongkar sesuai dengan kebutuhan. Pada saat kolom sampai pada tiap lantai maka dibuatkan balok (beam) sebagai balok penopang plat lantai. Pada penggunaan beton untuk pelat lantai akan dipilih lantai yang tahan terhadap air. Namun untuk pemakaian atap, masih harus dipikirkan penambahan lapisan kedap air lain untuk mengantisipasi keretakan akibat cuaca. Atap dengan pelat beton juga dapat dimanfaatkan untuk fasilitas penempatan elemen sistem bangunan seperti watertank, bahkan taman luar.
II-18
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Balok lantai ini terbuat dari beton bertulang dan dicor langsung di tempat dengan memakai formwork yang juga dapat dipasang dan dibongkar. Pemasangan kolom dan balok dilakukan sampai lantai tertinggi rencana gedung apartemen dan hotel setinggi 24 lantai. Tinggi tiap lantai kira-kira 3,1 m sudah termasuk tempat pemasangan plumbing yang diikat pada plat lantai. Kolom, balok, dan lantai harus kuat sehingga tidak mengalami keruntuhan secara struktur. Pada saat pemasangan kolom, balok, dan lantai sampai dicapai kekuatan penuh maka konstruksi ditahan dengan menggunakan scafolding yang dapat dipasang dan dibongkar. Tebal plat lantai ± 12 cm. Dimensi kolom ± 60 x 60 cm. Untuk membentuk sebuah sistem struktur, elemen-elemen beton (kolom, balok, pelat, dsb) harus disambung dengan cara yang sama dengan pembuatan elemen tersebut (dicor). Ketika proses pencoran dilakukan supaya hasil cor padat sering digunakan alat perojok yang bergetar. Ketika pembuatan kolom, balok, dan lantai dilaksanakan sekaligus juga cerobong tempat pemasangan pipa pembuangan saluran air kotor, air mandi, lift dan pembuangan sampah serta jaringan kabel yang dibutuhkan. Selama pelaksanaan konstruksi untuk bangunan tinggi memakai alat pengangkat tower crane yang dapat berputar bebas. Scaffolding dan tangga digunakan untuk naik turunnya pekerja bangunan dan sekaligus penyangga. Pada bagian terluar dari konstruksi sebaiknya dipasang jaring penyelamat untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat benda-benda jatuh dari atas konstruksi. Setelah konstruksi kolom, balok dan lantai terpasang maka dapat dilanjutkan dengan pekerjaaan dinding, plafond, jendela, dan lain-lain. Selama pelaksanaan konstruksi atas ini banyak dijumpai potongan-potongan sisa bahan seperti kayu, besi, aluminium, kabel, gypsum, karet, kaca, dan lain-lain. Peralatan yang sering dipergunakan adalah bor, pemotong, gurinda, mesin las listrik, gergaji, dan lain-lain. Selama pelaksanaan konstruksi atas ini diperkirakan banyak dijumpai limbah potongan-potongan sisa bahan seperti kayu, besi, aluminium, kabel, gypsum, karet, kaca, sisa pelumas dan lain-lain. Selain itu terjadi kebisingan, getaran, pencemaran udara. Konstruksi bangunan bertingkat harus mempunyai keandalan bangunan yang meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Persyaratan keselamatan dipenuhi dengan membuat komponen struktur utama mempunyai daya tahan terhadap api dan dipasang anti petir. Ketahanan api komponen struktur utama pada 4 (empat) lantai teratas pada bangunan tinggi, minimal 1 (satu) jam sedang dari lantai 5 (lima) sampai dengan lantai 14 (empat belas) dari atas minimal 2 (dua) jam dan dari lantai 15 (lima belas) dari atas sampai lantai terbawah minimal 3 (tiga) jam. Ketahanan api dinding luar pemikul maupun dinding partisi pada 4 (empat) lantai teratas minimal 1 (satu) jam dan dari lantai di bawah lantai tersebut sampai lantai
II-19
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
terbawah minimal 2 (dua) jam. Ketahanan api dinding luar bukan pemikul yang mempunyai risiko terkena api pada semua lantai minimal 1 (satu) jam. Ketahanan api dinding bukan pemikul pada bagian dalam semua lantai minimal 1/2 (setengah) jam. d.3. Mekanikal dan Elektrikal 1. Sistem Transportasi Vertikal Bangunan bertingkat apartemen yang lebih dari lima lantai disyaratkan mengunakan transportasi vertikal untuk sampai ke lantai yang lebih tinggi. Untuk apartemen ini menggunakan lift sebagai transportasi vertikal yang beroperasi selama 24 jam/hari. Pada bangunan ini akan disediakan lift penumpang kapasitas 15 orang (1.000 kg) sebanyak 2 unit dan lift service kapasitas 24 orang (1.600 kg) sebanyak 3 unit. Lokasi lift ditempatkan pada area hall atau lobby bangunan sebagai simpul sirkulasi horizontal ataupun vertikal. Pada bangunan, lift memerlukan cerobong menerus yang menembus semua lantai dengan ukuran sesuai pesawat dan peralatan lain yaitu rell dan atau bandul pemberatnya. Lift barang (service) digunakan untuk mengangkut barang pada bangunan. Kapasitas angkat lift barang bisanya lebih besar dari lift penumpang walaupun dengan ukuran yang kurang besar. Lift barang biasanya diletakkan pada area service dimana delivery barang dilakukan. Lift barang ini tidak diperuntukkan secara umum, sehingga tidak diberikan akses secara terbuka kepada pengguna bangunan. Selain lift juga disediakan tangga cadangan dan tangga darurat. Fungsi tangga cadangan adalah sebagai alat trasportasi kedua disamping lift untuk keperluan cadangan bila power atau listrik mati, terjadi kerusakan pada sistem lift, over-capacity pada lift, terjadi gempa atau gangguan alam lain. Desain tangga akan memperhatikan aspek-aspek, antara lain lebar, tinggi anak tangga dan jumlahnya (kelipatannya). Lebar tangga cadangan dibuat minimal 110 cm dan maksimal 160 cm. Anak tangga setinggi ± 25 cm. Dengan lebar tangga ini pengguna dapat berjalan dua arah melewati anak tangga dalam keadaan aman. Tangga cadangan terletak di sekitar lift berada, atau di area sirkulasi utama dalam bangunan (hall, lobby dsb). Selain tangga cadangan juga akan disediakan tangga darurat. Tangga darurat fungsinya sebagai alat transportasi vertikal yang hanya ditujukan untuk menurunkan pengguna ke luar bangunan secepatnya dalam keadaan darurat. Prinsip tangga darurat ini hanya digunakan untuk satu arah menurun saja sehingga lebar tangga didesain hanya untuk satu orang saja sekitar 60 – 70 cm. Lebar dan tinggi anak tangga relatif sama dengan tangga biasa namun agar tidak terlalu landai dan terlalu curam untuk menghindari kecelakaan jika digunakan secara bersama-sama dalam antrian pada keadaan yang panik.
II-20
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
2. Sarana Pemadam Kebakaran Untuk menghindari bahaya kebakaran, pada bangunan ini akan disediakan sistem untuk mencegah dan mematikan kebakaran. Untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran akan dipasang sistem sprinklers dan hydrant. Sistem springklers dipasang pada gedung dengan menggunakan media pemadam api air atau cairan khusus untuk efektifitas pemadaman. Hydrant dipasang pada setiap lantai dengan jarak 40 m dan posisi kegiatan usaha memungkinkan secara cepat mobil pemadam kebakaran masuk ke dalam lokasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sistem pemadam kebakaran dirancang untuk dapat mengendalikan kebakaran yang terjadi di dalam lokasi apartemen dan hotel. Pemadam kebakaran akan dirancang sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pemadaman api sudah harus terlaksana begitu terjadi kejadian. 2. Alat-alat pemadam kebakaran ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau/diakses. 3. Beberapa alat pemadam kebakaran portabel ditempatkan di lokasi-lokasi strategis. 4. Box hidran di tempatkan pada area dengan interval jarak maksimum 40 m. Kapasitas air hidran minimum 2.000 l/menit. 5. Pada bangunan apartemen dan hotel akan dipasang detektor panas. Sumber air untuk pemadam kebakaran berasal dari ground tank, jaringan pipa PDAM dan mobil pemadam kebakaran. Untuk memompa air dari ground tank akan disediakan electrical fire pump (kapasitas 750 GPM, 10,3 bar), electrical jockey pump (kapasitas 25 GPM, 11,3 bar dan diesel pupm (kapasitas 750 GPM, 10,3 bar). Untuk dapat mengakses air dari jaringan PDAM akan dipasang hidran pillar dan untuk dapat mengalirkan air dari tangki air pemadam kebakaran akan dipasang siemess connection. Adapun spesifikasi alat dan system pengendalian kebarakan yang diterapkan digedung apartemen dan hotel ini berupa : a. Hidran Box Indoor sebanyak 76 unit b. 1 buah pillar hidran lengkap dengan outdoor hidran box pada masing masing tower. c. Tabung Pemadam Kebakaran (APAR) 5 kg dan 3 kg. d. Automatic Sprinkler System untuk setiap ruangan. e. Fire Alarm untuk kontol asap dan panas. f.
smoke Extract untuk menyedot asap saat kebakaran.
g. Siamese Connection ditempatkan dekat dengan jalan masuk comersial area agar akses mobil pemadam kebakaran lebih mudah untuk hydrant dan sprinkler. h. Tangga biasa yang digunakan sebagai tangga kebakaran dan tangga darurat.
II-21
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Dibeberapa tempat juga dilengkapi dengan sarana kebakaran seperti pada ruang diesel disediakan portable fire extinguisher menggunakan CO2 23 Kg dan menggunakan troley, Ruang AHU juga dilengkapi fire extinguisher CO2 5 Kg. Untuk lebih jelas tentang posisi dan jumlah alat pengendali kebakaran pada gedung dan bangunan Apartemen dan Hotel Paragon Square disajikan pada Lampiran 2.
3. Instalasi Listrik Sumber listrik utama berasal dari PLN dan sebagai cadangan akan disediakan generator set (genset). Untuk itu akan dipasang trafo sebanyak 2 unit dengan kapasitas masing-masing 500 kVA (20 kV/30/50 Hz) dan genset dengan kapasitas 500 kVA (380/220/50 Hz). Dengan demikian sistem instalasi listrik gedung didesain dapat menggunakan keduanya. Hal utama yang harus disediakan adalah ruang panel. Panel ini berfungsi mengatur pasokan listrik ke dan di dalam bangunan. Selain sumber listrik dari PLN, juga diperlukan sumber cadangan untuk mengantisipasi bila pasokan listrik dari PLN padam. Genset akan ditempatkan di ruang khusus sehingga bila beroperasi tidak menyebabkan gangguan seperti getaran dan kebisingan.
4. Sistem Tata Air (Plumbing) Pada kegiatan ini, air bersih diperlukan dengan volume yang tinggi yakni untuk kebutuhan hotel, apartemen, dan area komersial. Selain itu air bersih juga diperlukan untuk pemeliharaan taman, cadangan untuk pemadam kebakaran dan untuk kolam renang. Sumber air direncanakan berasal dari sumur dalam dan dari PDAM. Untuk menampung air akan disediakan 1 unit ground tank dan 3 unit roof tank. Dimensi tangki air bersih dirancang untuk dapat mensupplai kebutuhan air pada jam puncak seperti pagi dan sore hari dan untuk cadangan air pemadam kebakaran. Pipa-pipa air bersih (digabung dengan pipa lainnya) ditempatkan di dalam shaft yang sudah disediakan untuk memudahkan pemasangan, pemantauan, dan pemeliharaan. Shaft-shaft ini diletakkan tidak jauh dengan area layanan kamar mandi. Untuk itu, posisi area layanan ini secara vertikal idealnya segaris lurus vertikal. Pada beberapa bangunan diperlukan penyediaan air panas. Air panas ini didapatkan dengan menyediakan pemanas air. Pada saat bangunan sudah dioperasikan volume air kotor yang dihasilkan juga tergolong besar. Air kotor dari W.C. dan kamar mandi dialirkan melalui saluran pipa yang
II-22
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
berbeda. Air kotor (limbah cair domestik) ini akan diolah terlebih dahulu di STP (Sewage Treatment Plant) sebelum dibuang ke saluran drainase/saluran kota. Ukuran pipa dibuat untuk dapat mengalirkan semua air kotor yang dihasilkan, karena itu ukuran pipa dari lantai atas ke lantai dibawahnya mulai dari ukuran kecil dan besar. Dengan penyusunan ini diharapkan air tidak meluap dari dalam pipa. Pipa terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu melawan tekanan air di dalam pipa saluran. Air kotor yang berasal dari kamar mandi, air pencucian di wastafel akan diolah terlebih dahulu dalam IPAL sebelum dibuang ke saluran drainase. 5. Instalasi Penangkal Petir Mengingat bangunan apartemen dan hotel ini merupakan bangunan tingkat tinggi, sehingga rawan terkena sambaran petir, maka akan dipasang instalasi penangkal petir. Pemasangan instalasi penangkal petir akan mengikuti standar, normalisasi teknik dan peraturan yang berlaku. Prinsip instalasi penangkal petir yang akan dipasang ; a. Harus dapat melindungi semua bagian dari bangunan termasuk juga manusia yang ada di dalamnya, terhadap bahaya sembaran petir. b. Harus
memperhatikan
arsitektur
bangunan,
tanpa
mengurangi
nilai
perlindungan terhadap sambaran petir yang efektif. c. Terhadap instalasi penangkal petir harus dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala. d. Setiap perluasan atau penambahan bangunan instalasi penangkal petir harus disesuaikan dengan adanya perubahan tersebut. e. Adanya terjadi sambaran pada instalasi penangkal petir, harus diadakan pemeriksaan dari bagian-bagiannya dan harus segera dilaksanakan perbaikan terhadap bangunan yang mengalami kerusakan. d.4. Pembuatan Sarana Penunjang Prasarana dan sarana apartemen adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan apartemen dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Prasarana dan sarana itu antara lain berupa: jaringan pemadam kebakaran, tempat sampah, parkir, saluran drainase, sumur resapan, rambu penuntun, dan lampu penerangan luar. 1. Jalan Keluar-Masuk Sistem sirkulasi keluar-masuk gedung akan dirancang untuk dapat saling mendukung, antara sirkulasi eksternal dengan internal bangunan, serta antara individu pemakai bangunan dengan sarana transportasinya. Sirkulasi harus memberikan
II-23
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
pencapaian yang mudah dan jelas untuk kendaraan pemadam kebakaran dan kendaraan pelayanan lainnya. Sirkulasi dibuatkan petunjuk arah supaya jelas. Akses keluar-masuk gedung direncanakan dibuat di sisi Jalan Sudirman (lihat layout bangunan). Pintu masuk (in) dibuat di sisi Selatan, pintu keluar (out) dibuat dua yakni di sisi Selatan dan Utara. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah aksesibilitas ke apartemen dan hotel. 2. Parkir Areal parkir kendaraan yang disediakan sebanyak 536 SRP (Satuan Ruang Parkir) untuk mobil dan 368 SRP untuk sepeda motor. Rincian lahan parkir yang disediakan disajikan pada Tabel 2.6. Tabel 2.6. Parkir yang disediakan Lokasi Parkir Parkir Area Komersial (A) Basement Lower ground Ground floor Jumlah A Parkir Apartemen dan Hotel (B) Lantai 3 (P3) Lantai 4 (P4) Jumlah B Total parkir (A + B)
Jumlah Unit (SRP) Sepeda Mobil Motor 140 69 43
Ketentuan Parkir (SNI 031733-2004) Apartemen = 1 SRP mobil untuk 5 unit 368 (0,2 x 1117 = 223 SRP)
184 184 252
142 142
284 536
Keterangan
0 368
Area komersial = 1 SRP mobil untuk setiap 60 m2 bangunan (10.836,09 m2/60 = 180,6 SRP mobil
Sumber: PT. Broadbiz Asia 2011
Dalam penyediaan parkir maka setiap bangunan apartemen bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan area parkir dengan rasio 1 (satu) lot parkir kendaraan untuk setiap 5 (lima) unit hunian yang dibangun. Namun demikian besaran parkir akan berbeda-beda tergantung pusat kegiatan yang dilayaninya. Standar besaran yang umumnya dipakai adalah: a. Setiap luas 60 m2 luas area perbelanjaan 1 lot parkir mobil. b. Setiap luas 100 m2 luas area perkantoran 1 lot parkir mobil. c. Sedangkan pemilikan kendaraan adalah 60 mobil setiap 1.000 penduduk. d. Rumus Luas parkir untuk area hunian: e. Luas lahan parkir (bruto) = 3% x Luas daerah dilayani (Pedoman Perencanaan Lingkungan Pemukiman Kota Dirjen Cipta Karya, 1983). f.
Dimensi minimal parkir 2.5 x 5.5. m (SNI 03-1733-2004).
Sarana parkir akan disediakan di beberapa tempat, yakni di area apartemen dan di basement bangunan. Kapasitas parkir yang disediakan dapat dilihat pada Tabel 2.7.
II-24
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Tabel 2.7. Kapasitas parkir yang akan disediakan No.
Peruntukan
Kapasitas Mobil
Motor
140
184
1.
Basement
2.
Semi Basement
69
184
3.
Ground FL
43
-
4.
P1/3rd FL
142
-
5.
P2/4rd FL
142
-
536
368
TOTAL Sumber: PT. Broadbiz Asia, 2011
3. Landscaping Landscaping dan penghijauan yang dilakukan adalah dengan membuat taman di sekitar area pembangunan. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya menambah nilai estetika keberadaan “Apartemen dan Hotel”dan berfungsi sebagai daerah resapan air saat terjadi hujan. Area yang digunakan dalam kegiatan ini adalah seluas 597,46 m 2. Jenis vegetasi yang akan ditanam memiliki multifungsi: yaitu fungsi hidrologi (menjaga tata air), penguat tanah, dan menyediakan habitat fauna, seperti pohon Beringin. Tanaman penyerap CO2 adalah tanaman-tanaman yang berdaun lebar, yaitu seperti Glodokan Tiang dan Dadap Merah; dan untuk menyerap SO2 tanaman yang sering digunakan adalah tanaman Kayu Manis. Area yang digunakan untuk penghijauan dapat dilihat pada Lampiran 2. 4. Drainase Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan (run off) di permukaan agar tidak merusak konstruksi seperti kerusakan karena air banjir yang melimpas di atas permukaan jalan dan kerusakan pada badan jalan akibat erosi. Limpasan air hujan akan meningkat dengan dibangunnya apartemen dan hotel karena berkurangnya resapan air. Untuk mencegah menyebarnya aroma yang bau dan kelihatan indah maka dipakai drainase sistem tertutup yang dilengkapi dengan bak kontrol (man hole) untuk mempermudah mengeruk drainase apabila terjadi sumbatan. Man hole terbuat dari plat baja yang dipasang pada jarak 6 m, sehingga memungkinkan air masuk ke dalam saluran. Permukaan aliran air menuju drainase harus dibuat miring supaya dapat dengan cepat mengalirkan limpasan air permukaan akibat hujan ke drainase. Dengan demikian genangan air diharapkan tidak terjadi. Bahan yang dipakai untuk drainase adalah pasangan batu kali yang dilapisi dengan dengan spesi semen. Dapat juga dibuat dari cor beton di tempat dengan penguatan besi bertulang.
II-25
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
5. Sumur Resapan Sumur resapan berfungsi untuk membantu infiltrasi air hujan ke dalam tanah sehingga mengurangi run off yang masuk ke saluran drainase utama. Kapasitas dan jumlah sumur resapan yang akan dibuat disesuaikan dengan volume air yang akan diresapkan (air hujan yang jatuh ke atap bangunan). Jumlah sumur resapan ditentukan satu unit untuk luasan kira-kira 50 m2 dengan ukuran mimimal 1 m x 3 m. Berdasarkan Permen LH No. 12 Tahun 2009, bahwa setiap tambahan 500 – 1.000 m2 luas tutupan bangunan diperlukan tambahan 1 (satu) unit sumur resapan dalam. Pada pembangunan apartemen dan hotel yang memiliki luas lahan 8.200 m2 maka wajib membuat 9 – 17 unit sumur resapan dalam. Area lokasi sumur resapan dapat dilihat pada Lampiran 2. Sumur resapan yang dibangun berupa lubang yang terdiri atas bagian-bagian:
Bak kontrol yang berfungsi untuk menyaring air sebelum masuk sumur resapan.
Pipa pemasukan atau saluran air masuk. Ukuran tergantung jumlah aliran permukaan yang akan masuk.
Bidang resapan.
Pipa pembuangan yang bersungsi sebagai saluran pembuangan jika air dalam sumur resapan sudah penuh.
Gambar 2.6. Spesifikasi sumur resapan 6. Tempat Penampungan Sementara (TPS) Sampah Pengelolaan sampah dimulai dari mengumpulkan sampah ke dalam wadah yang telah disediakan. Pada setiap unit hunian akan diberikan 2 wadah sampah, satu untuk sampah organik dan satunya anorganik. Sampah-sampah yang berasal dari aktivitas penghuni akan dibuang ke TPS yang berada di lantai terbawah unit hunian. Pengaliran sampah tersebut akan melalui lorong-lorong yang telah disiapkan sebelumnya agar mempermudah pembuangannya. TPS yang ada di lantai terbawah bangunan berupa
II-26
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
kontainer. Kontainer TPS juga terdiri atas 2 macam, yaitu untuk sampah organik dan sampah anorganik. Wadah sampah harus dapat menampung jumlah sampah yang dihasilkan oleh penghuni apartemen. Wadah sampah ini ditempatkan pada bangunan yang ditempatkan di bagian bawah lantai. Ukuran dari bangunan tempat sampah disesuaikan dengan kebutuhan. Semua sampah yang ada di TPS kemudian diangkut oleh pengangkut sampah ke pembuangan akhir. Pengangkutan sampah dari TPS menuju ke TPA akan dikordinasikan dengan petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang. Kontainer sampah harus tertutup dan diangkut tepat waktu supaya sampah tidak menumpuk. Cara-cara mengurangi produksi sampah oleh penghuni harus disosialisasikan supaya kesehatan lingkungan dapat ditingkatkan. Selain itu pemrakarsa juga akan membuat TPS untuk limbah B3. Limbah padat B3 dari operasional Apartemen, Hotel dan fasilitas komersil lainnya seperti Lampu TL, Battery bekas, cartridge printer bekas, dan lain-lain dikumpulkan di TPS limbah B3 sebelum dikirim ke pengelola Limbah B3 berijin KLH. Untuk desain masih dalam proses pembuatan dan akan mengacu kepada Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 sedangkan proses perizinan penyimpanan limbah B3 akan segera diurus ke instansi yang berwenang. Dalam rangka melaksanakan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pemrakarsa mensosialisasikan pengelolaan sampah, khususnya dalam pelaksanaan prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle, dan Replant). Reduce (Mengurangi), artinya masyarakat atau penghuni harus berhemat dalam penggunaan listrik, air, bahan bakar, dan lain sebagainya. Gunakan sesuatu seperlunya saja, jangan berlebihan dan boros. Reuse (Menggunakan Kembali), artinya barang-barang layak pakai yang sudah tidak digunakan sebaiknya disumbangkan kepada orang lain. Kembangkan imajinasi dan kreatifitas agar barang bekas/lama menjadi tampak baru dan bermanfaat. Recycle (Daur Ulang), artinya lakukan kegiatan daur ulang barangbarang yang sudah tidak terpakai. Recycle yang paling umum dan mudah adalah pengomposan dan daur ulang kertas. Replant (Menanam Kembali), artinya masyarakat harus punya inisiatif untuk memulai menanam di lingkungan kita dengan tanaman obat, rempah dapur, buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias. 7. Pembuatan Instalasi Pengolah Limbah Cair Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) akan dibangun untuk mengolah air buangan dari toilet (WC) kamar, umum, dan restoran yang ada sebelum air limbah tersebut dibuang ke perairan umum terdekat. Sistem pengolahan air limbah terdiri atas dua sistem, yakni (1) sistem pengolah air limbah dari dapur restoran dan hotel atau
II-27
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
kitchen waste water grease trap dengan perlengkapannya meliputi influent box, submersible pumps, hydraulic piping, dan electric cabling; dan (2) sistem pengolah air limbah dengan perlengkapannya berupa tangki penampung air kotor dan teknik perlakuannya dengan sistem aerasi. Kapasitas IPAL yang terpasang akan menyesuaikan dengan kapasitas yang dibutuhkan. Limbah cair dari dapur akan diperlakukan dengan sistem penangkap lemak, mulai dapur sampai pada tangki pusat penampungan (central grease trap) yang kemudian masuk Ke IPAL. Air kotor dari toilet langsung masuk ke IPAL dengan perlakuan biologi aerasi. Limbah cair yang dihasilkan akan diolah kembali (recycle) untuk keperluan penyiraman tanaman dan keperluan lain seperti flushing toilet sehingga diharapkan tidak semua air limbah terbuang ke drainase ataupun perairan kota. e. Pemasaran Kegiatan promosi dan pemasaran apartemen dan hotel memegang peranan penting agar investasi yang ditanamkan dapat segera kembali dan dapat dimanfaatkan untuk rencana investasi kegiatan perekonomian lainnya. Mengingat hal tersebut maka kegiatan promosi dan pemasaran perlu dilakukan sejak tahap prakonstruksi, dengan harapan agar segera setelah tahap konstruksi selesai seluruh fasilitas komersial yang dibangun dapat terjual dan dapat dioperasikan. Kegiatan promosi dan pemasaran apartemen dan hotel dilakukan oleh tim pemasaran yang didukung dengan fasilitas yang memadai meliputi sistem administrasi, leaflet atau brosur, media cetak, dan komunikasi personal. Sasaran pasar apartemen dan hotel ini meliputi : •
Pekerja/kelompok masyarakat dengan pendapatan Rp 3 juta – Rp 7 juta/bulan
•
Pegawai
Negeri,
Guru,
Pegawai
Swasta,
dan
golongan
masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah yang membutuhkan perumahan. •
Karyawan yang bekerja di pusat-pusat aktivitas ekonomi seperti perkantoran, industri, rumah sakit, sekolah, yang belum memiliki rumah sendiri.
•
Pekerja sektor informal yang membutuhkan membutuhkan tempat tinggal yang baik, sehat dan dekat dengan pekerjaan.
2.1.1.6.3. Tahap Operasi a. Rekrutmen Tenaga Operasi Kegiatan pengelolaan dan pengoperasian apartemen dan hotel akan memerlukan tenaga kerja meskipun tidak dalam jumlah besar, sehingga perlu dilakukan rekruitmen tenaga kerja. Diprakirakan jumlah tenaga kerja yang akan direkrut oleh perusahaan pengelola untuk mengelola, mengoperasikan dan memelihara gedung sekitar 200
II-28
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
orang. Keperluan tenaga kerja selama tahap operasi mencakup untuk posisi general manager, manager, staf, staf pemasaran dan tenaga penunjang lainnya baik sebagai tenaga tetap maupun harian. b. Aktivitas Operasional Gedung 1. Aktivitas Apartemen Setelah bangunan apartemen selesai dibangun, maka ruangan di tiap lantai siap digunakan oleh para penghuninya. Apartemen akan dikelola oleh manajemen yang sama dengan pengelola hotel. Manajemen ini bertugas untuk memelihara, memperbaiki dan mengontrol kerusakan-kerusakan yang terjadi di apartemen. 2. Aktivitas Hotel Setelah bangunan hotel selesai dibangun, maka kamar di tiap lantai siap digunakan oleh para pengunjung.
Kegiatan ini merupakan pengaturan penyewaan
kamar dan pemanfaatan fasilitas oleh pengunjung. Kegiatan operasional hotel dan fasilitas yang ada akan diatur oleh pihak hotel. Untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan pengunjung akan dibuat tata-tertib, hak dan kewajiban penyewa kamar. Pengunjung hotel dapat menggunakan semua fasilitas yang disediakan oleh pihak hotel sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan pelayanan hotel yang dicakup adalah pelayanan tamu saat masuk (check in), pelayanan prasarana dan sarana kamar hotel, pelayanan restorasi, penyajian sarana dan prasarana hiburan, sarana informasi dan ruang pertemuan.
3. Aktivitas Area Komersial Aktivitas perdagangan dan jasa akan berlangsung di area hotel, perkantoran, rumah makan, gedung pertemuan. Pada area komersil tersebut terdapat coffee shop, lobby, ruang makan, dan meeting room, dan lainnya. Fasilitas perdagangan dan jasa ini adalah salah satu fasilitas yang disediakan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada pengunjung yang hendak bersantai diluar kamar serta memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk menggunakan fasilitas pendukung seperti meeting room, yang dapat digunakan untuk acara rapat dan kolam renang. Pelayanan hidangan makanan/minuman kepada tamu hotel dan lainnya dilakukan di ruang makan (restoran) utama. Pengadaan dan penyediaan energi untuk bahan pengolah masakan seperti gas, minyak tanah, arang, dan lain-lain dilakukan secara berkala menurut kebutuhan dan tingkat ketersediaannya.
Penyediaan gas
dilakukan kerjasama dengan pengusaha gas LPG yang ada di wilayah Kota Tangerang.
II-29
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Bahan makanan akan disajikan dalam bentuk segar dan olahan sesuai dengan menu yang ada di Hotel. Frekuensi pengolahan disesuaikan dengan jumlah pesanan. Untuk mempermudah proses pengolahan makanan maka pada setiap meja pengunjung disediakan Buku Daftar Menu Makanan dan Minuman. 4. Aktivitas Kolam Renang Hotel menyediakan kolam renang sebagai sarana pelayanan untuk memuaskan tamu hotel. Letak kolam renang berada di lantai 5. Untuk mempertahankan kejernihan air kolam, dilakukan dengan cara resirkulasi air secara kontinu. Selain untuk mempertahankan kejernihan air, cara ini dapat menghemat penggunaan air karena air dari kolam renang tidak langsung dibuang/dialirkan ke drainase, tetapi digunakan ulang. Apabila ada hujan atau kotoran yang terdapat dalam kolam renang seperti daun atau ranting tanaman yang berasal dari tanaman sekitar kolam, dilakukan pembersihan secara manual menggunakan tongkat penyaring. Proses pengurasan biasanya dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali. Untuk mencegah kecelakaan bagi pengguna kolam tersebut, disediakan petugas yang menjaga kolam renang dan siaga apabila ada keadaan darurat. 5. Pengoperasian Genset Penyediaan dan pengoperasian genset dimaksudkan sebagai cadangan sumber listrik apabila aliran listrik PLN sewaktu-waktu terputus. Dalam pemeliharaannya, setiap hari atau dalam jangka waktu tertentu genset dinyalakan selama ± 15-30 menit untuk memanaskan mesin agar kondisi mesin genset tetap optimal.
c. Penggunaan Air Asumsi penggunaan air untuk aktivitas hotel asumsi penggunaan air berdasarkan SNI 03-7065-2005 adalah 250 liter/jumlah tempat tidur/hari, jumlah kamar sebanyak 209 unit dengan jumlah tempat tidur sebanyak 283 unit, maka diperlukan air bersih 70,75 m3 per hari. Untuk hunian apartemen, asumsi penggunaan air adalah 250 liter/penghuni/hari, dengan jumlah unit hunian sebanyak 1025 unit, dimana diperkirakan 1 BR dihuni oleh 2 orang dan 2 BR dihuni 3 orang, maka kebutuhan airnya adalah sebanyak 593,25 m3 per hari. Dengan jumlah karyawan sebanyak 200 orang dan kebutuhan air lain untuk kebersihan gedung, maka total air yang dibutuhkan untuk operasional Hotel dan Apartemen serta areal komersil adalah sebanyak ± 690 m3/hari, dengan jumlah debit air limbah yang dihasilkan sebesar 514 m3/hari. Untuk
II-30
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
penggunaak air untuk kolam renang sebesar 24,81 m3/hari. Rencana penggunaan air dapat dilihat pada Tabel 2.8. Tabel 2.8. Rencana penggunaan air Penggunaan Air
Kapasitas Jumlah Jumlah (unit)/ (TT/orang) Luas (m2)
Apartemen Area Komersil Kebutuhan Air Kebersihan Gedung
(liter/ tempat tidur/ hari)
Penggunaan air (liter/hari)
Prakiraan debit air limbah Debit air limbah
Debit air limbah (liter/hari)
200
50 (*)
10.000
80%
8.000
209
283
250 (*)
70.750
80%
56.600
1025
2327
250 (**)
593.250
80%
474.600
5 (*)
9.469,95
80%
7.575,96
Karyawan Hotel
Penggunaan air
1.893,99
683.469,95 1% total pemakaian air (***)
Kolam renang Total Kebutuhan Air dan Debit Air Limbah Sumber : (*) SNI 03 7065 2005 (**) Soufyan et a/, 2009 (***) Asumsi
546.775,96
6.834,79 24,81 (***) 690.329,46
513.952,36
II-31
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
PDAM kota Tangerang
20 % terpakai pada kegiatan Dapur
Grease Trap
690 m3/ hr Ground Water Tank
Roof Tank
683,2 m3/hr
6,8 m3/hr
Domestik Hunian (Mandi, Cuci, Dapur, Laundry, dan Toilet
514 m3/ hr
Fasos / Fasum : Kebersihan Gedung Siram Tanaman
STP sistem Extended Aeration
Badan Air Penerima
Meresap ke tanah (loss) 6,8 m3/ hr
Hydrant
Gambar 2.7. Neraca penggunaan air
II-32
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
d. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan pemeliharaan gedung dan fasilitas penunjangnya mencakup antara lain kebersihan lingkungan gedung sehari-hari, pemeriksaan berbagai peralatan dan fasilitas umum dan sosial yang ada, pengecatan, pemeliharaan saluran air, listrik telepon, tempat parkir, taman, sound system, MCFA, telephone/MDF/server, dan lainnya. Untuk mengetahui tingkat keandalan struktur bangunan, akan dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman/Petunjuk Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung. Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan akan segera dilakukan sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan bangunan gedung, sehingga bangunan gedung selalu memenuhi persyaratan keselamatan struktur. e. Pengelolaan Limbah Padat dan Cair Limbah padat yang dihasilkan berasal dari apartemen, hotel, dan restoran seperti: plastik, kertas, daun-daunan, kaleng, dan sisa-sisa makanan. Untuk penanganan limbah padat ini pihak pengelola menyediakan tempat sampah di setiap sudut lantai. Sampah yang terkumpul dari setiap lantai selanjutnya dibuang ke TPS. Sampah selanjutnya dari TPS diangkut oleh petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah yang dibuang ke TPS adalah sampah yang sudah tidak dapat digunakan ulang, sementara itu sampah yang masih dapat dipergunakan ulang, seperti: kardus, botol/gelas air kemasan, dan plastik dipilah untuk selanjutnya dijual ke pihak ke 3. Tabel 2.9. Prakiraan timbulan sampah Uraian Hotel Apartemen Karyawan Taman Parkir dan jalan
Kapasitas Jumlah Jumlah kamar (unit) penghuni/kamar 247 2 1025 3 200 1.582,51 (m2) 2.486,92 (m2)
Prakiraan timbulan sampah Standar timbulan Timbulan sampah sampah (l/org/hri) (liter/hari) 2,25 * 1111,5 2,5 * 7687,5 0,75 * 150 0,01 ** 15,8 0,02 ** 49,7 9014,5 9 m3/hari
Sumber : * SNI 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di Pemukiman ** KepMen Kimpraswil No.534/Kpts/M/2001
Limbah cair berasal dari kegiatan domestik yaitu: penghuni apartemen, restoran dan hotel (mandi, cuci, dapur, laundry, dan WC). Seluruh limbah cair yang dihasilkan baik dari WC maupun restoran akan diolah dalam IPAL. Limbah cair yang berasal dari restoran masuk ke grease trap kemudian diolah dalam IPAL. Sedangkan limbah cair
II-33
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
yang berasal dari mandi, cuci, dapur, laundry, dan WC langsung diolah dalam IPAL. Setelah limbah cair memenuhi BML maka dibuang menuju badan air penerima yang ada di depan lokasi proyek (saluran kota). Secara garis besar bagan alir proses pengolahan limbah cair pada IPAL disajikan pada Gambar 2.8. dan lebih lengkapnya bisa dilihat pada Lampiran 2. Untuk pengelolaan limbah B3 (padat dan cair) disimpan dalam TPS B3 sementara yang selanjutnya dibawa ke pengelola limbah B3 yang sudah mempunyai ijin dari Kementrian Lingkungan Hidup.
Air Limbah Toliet
Air Limbah restoran
Bak Pemisah Lemak
IPAL
Badan Air Penerima
Gambar 2.8. Bagan alir proses pengolahan limbah cair
f. Pemasaran Kegiatan promosi dan pemasaran apartemen dan hotel memegang peranan penting agar investasi yang ditanamkan dapat segera kembali dan dapat dimanfaatkan untuk rencana investasi kegiatan perekonomian lainnya. Mengingat hal tersebut maka kegiatan promosi dan pemasaran perlu dilakukan sejak tahap prakonstruksi, dengan harapan agar segera setelah tahap konstruksi selesai seluruh fasilitas komersial yang dibangun dapat terjual dan dapat dioperasikan. Kegiatan promosi dan pemasaran apartemen dan hotel dilakukan oleh tim pemasaran yang didukung dengan fasilitas yang memadai meliputi sistem administrasi, leaflet atau brosur, media cetak, dan komunikasi personal. g. Pengelolaan Parkir Lokasi parkir kendaraan disediakan pada lantai basement, semi basement, ground floor plan, 2nd floor plan, lantai 1 & 3 serta lantai 2 & 4. Rincian kapasitas parkir pada setiap lantai dapat dilihat pada Tabel 2.6. Pengelolaan parkir dilakukan oleh pihak ketiga. Sistem pengamanan kendaraan pada area parkir adalah dengan mencatat nomor polisi dan jam masuk parkir. Catatan tersebut diserahkan kepada pemilik kendaraan sebagai tanda bukti masuk parkir. Pada saat kendaraan akan keluar, petugas mengecek
kesesuaian tanda bukti parkir dengan kendaraan.
Pencatatan jam masuk berkaitan dengan besarnya biaya parkir yang harus dibayar pemilik kendaraan.
II-34
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
2.1.1.6.4. Tahap Pascaoperasi Pada tahap pascaoperasi akan dilakukan pengurusan perpanjangan izin beroperasi ketika izin HGB masih diberikan oleh Pemerintah. Namun demikian apabila izin tersebut tidak diperpanjang, maka kegiatan yang akan dilakukan antara lain: a.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Dengan berakhirnya kegiatan apartemen dan hotel maka rasionalisasi tenaga
kerja atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak dapat dihindari. Dalam kegiatan ini pihak pengelola akan mengacu pada peraturan dan ketentuan yang berlaku serta disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Pemrakarsa akan memberikan pesangon sesuai dengan peraturan yang berlaku.. b. Pembongkaran bangunan Pada tahap pascaoperasi perusahaan PT. Broadbis Asia akan melakukan pengembalian lahan Hak Guna Bangunan (HGB) yang di pergunakan untuk kegiatan Apartemen, hotel dan komersil kepada pemerintah. Pada tahap ini bangunan fisik akan dilakukan pembongkaran atau dirobohkan. Adapun metode pengembaliannya disesuaikan dengan metode yang tercantum pada penjanjian saat melakukan pengurusan perizinan sebelumnya. c. Demobilisasi alat dan material Pemindahan alat yang telah selesai digunakan dalam kegiatan operasional apartemen, hotel dan komersil tidak berbeda jauh dengan kegiatan mobilitas peralatan pada tahap konstruksi. Semua peralatan yang ada di dalam lokasi kegiatan setelah melakukan pembingkaran dibawa keluar, sehingga di dalam lokasi kegiatan
siap
digunakan untuk kepentingan yang lain oleh pemerintah setempat. Dalam mobilisasi peralatan, pemrakarsa akan berkoordinasi dengan instansi terkait. 2.1.1.7. Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel oleh PT. Broadbiz Asia adalah sebagai berikut: Tabel 2.10. Jadwal rencana pembangunan apartemen dan hotel oleh PT. Broadbiz Asia No
Jenis kegiatan
1
Prakonstruksi Perencanaan Pengurusan perizinan Sosialisasi & konsultasi publik
..... ....
Mei
Jun
2012 2011 Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan-Apr
x x
x
x
x
x
x
X
x
x
.....
2041
x
x
II-35
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
No 2
3
4
Jenis kegiatan Pemasaran Konstruksi Rekruitmen tenaga kerja konstruksi Mobilisasi alat dan material Penggalian basement Pekerjaan kontruksi bangunan Pemasaran Operasi Rekruitmen tenaga kerja operasi Aktivitas operasional gedung Penggunaan air Pemeliharaan saran dan prasarana Pengelolaan limbah padat dan cair Aktivitas perparkiran Pemasaran Pascaoperasi Pemutusan hubungan kerja Pembongkaran bangunan Demobilisasi alat dan material
..... ....
Mei
Jun
2012 2011 Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan-Apr
x
x
x
x
x
x
x
x
.....
2041
x x x x x x x x x x x x x x x x x
Sumber: PT. Broadbiz Asia, 2011
2.1.1.8. Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi Rencana Kegiatan Kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi rencana kegiatan yaitu : a. Perumahan Perumahan yang berada di rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel oleh PT. Broadbiz Asia berupa Perumahan Moderland. Lokasi tersebut berada di sebelah Utara dan Selatan calon lokasi proyek. Pemukiman yang ada di sekitar lokasi rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel oleh PT. Broadbiz Asia berada di sebelah Selatan. Namun demikian permukiman masyarakat yang terdekat dengan lokasi proyek berada di RT 02 dan RT 03, RW VII Kelurahan Babakan. b. Perdagangan Di sebelah Timur, Utara dan Selatan terdapat aktivitas perdagangan seperti bengkel, warung makan, toko, dan lain-lain.
II-36
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
c. Jalan Raya Ada ruas – ruas jalan yang merupakan satu kesatuan dengan jalan Jend. Sudirman yaitu jalan terdekat dengan Kegiatan. Dari arah Timur terdapat Jalan Jenderal Sudirman yang merupakan jalan 2 jalur 2 arah yaitu: menuju Tanah Tinggi dan Cikokol sebaliknya. Jalan ini merupakan jalan Arteri Primer. Jarak dari lokasi proyek ± 10 meter dari pintu masuk calon lokasi proyek. Tingkat pelayanan jalan Jen Sudirman masuk pada tingkat pelayanan D dimana kondisi jalan mendekati arus tidak stabil. Kecepatan lalu lintas turun sampai 60 km/jam, Volume lalu lintas dapat mencapai 85% dari kapasitas (yaitu 1700 smp perjam, 2 arah Alat alat perlengkapan jalan seperti rambu-rambu lalu lintas untuk pembatas kecepatan, dan. marka jalan sudah terpasang pada sebagian jalan yang dekat dengan kegiatan. 2.1.2. Alternatif yang Dikaji di dalam AMDAL Lokasi dan luas rencana pembangunan Apartemen dan Hotel oleh PT. Broadbiz Asia yang akan dikaji dalam ANDAL ini adalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tidak ada alternatif lokasi lain yang akan dikaji. Demikian halnya dengan teknologi pembangunan Apartemen dan Hotel adalah seperti yang telah diuraikan pada deskripsi tahapan pembangunan konstruksi, sehingga tidak ada alternatif teknologi lain yang akan dikaji. Pemukiman
Jl. Jend Sudirman
Lokasi Proyek Perumahan Moderland
Bengkel
Pemukiman Gambar 2.9. Keadaan sekitar lokasi rencana kegiatan
II-37
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
2.2. Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal Rona lingkungan awal yang akan dikaji meliputi komponen fisik-kimia, komponen biologi, komponen sosial ekonomi dan budaya (sosekbud), komponen kesehatan lingkungan masyarakat (keslingmas) serta komponen ruang dan lahan. 2.2.1. Komponen Fisik-Kimia 2.2.1.1. Klimatologi Kuantitas air permukaan di lokasi proyek tergambar dari kondisi iklimnya. Gambaran umum kondisi iklim di Kota Tangerang termasuk lokasi studi disajikan pada Tabel 2.11. Data hujan berasal dari Stasiun Pencatat BMG Kelas I Tanah Tinggi, Kota Tangerang. Curah hujan rata-rata terendah terjadi pada Bulan Agustus yakni 25,8 mm dan curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada Bulan Februari yakni 416,2 mm. Terdapat lima bulan kering dengan intensitas kurang dari 100 mm/bulan dan tiga bulan basah dengan intensitas di atas 200 mm/bulan. Sehingga menurut klasifikasi Oldeman (1975) wilayah ini memiliki Zona Agroklimat D-3 dan berdasarkan klasifikasi Schmidt Ferguson (1951) wilayah ini memiliki Tipe Hujan D. Kondisi rata-rata beberapa peubah iklim di lokasi studi menggambarkan bahwa bulan terpanas adalah Mei dengan temperatur 24,2oC, dan bulan terdingin adalah Juli dengan temperatur 22,9 oC. Rata-rata temperatur tahunan adalah 27,7 oC. Bulan terlembab adalah Februari dengan kelembaban 84% dan bulan terkering adalah September dengan kelembaban 72%. Rata-rata kelembaban udara tahunan sebesar 79 %. Lama penyinaran matahari berkisar antara 3,5 jam pada Desember hingga 10,2 jam pada Bulan Juli dengan rata-rata lama penyinaran matahari tahunan sebesar 7,4 jam. Tabel 2.11. Keadaan curah hujan dan hari hujan di Kota Tangerang Bulan Jan
Feb
Mar
April Mei Juni
IKLIM Curah Hujan Kelembaban Kecepatan Angin Curah Hujan Kelembaban Kecepatan Angin Curah Hujan Kelembaban Kecepatan Angin Curah Hujan Kelembaban Kecepatan Angin Curah Hujan Kelembaban Kecepatan Angin Curah Hujan Kelembaban Kecepatan Angin
SAT
2002
2003
2004
2005
2006
2009
RATA-RATA
mm % knot mm % knot mm % knot mm % knot mm % knot mm % knot
643 87 4 504 86 4 171 83 3 147 82 4 27 84 4 46 77 4
121 77 4 479 86 2 149 85 1 33 79 1 101 82 2 21 77 3
185 86 2 559 87 5 247 85 3 707,7 84 1 259 85 0 33 80 2
367 87 2 302 86 1 165 85 1 198 82 2 111 81 0 200 85 2
383 86 4 237 85 4 264 84 4 94 82 4 93 81 3 22 80 2
359.0 84 252.8 84 211.1 81 305.2 82 196.5 82 129.1 79 -
339,8 84,6 3,2 416,2 86 3,2 199,2 84,4 2,4 235,94 81,8 2,4 118,2 82,6 1,8 64,4 79,8 2,6
II-38
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Bulan Juli
Agust Sept Okt Nop Des
IKLIM Curah Hujan Kelembaban Kecepatan Angin Curah Hujan Kelembaban Kecepatan Angin Curah Hujan Kelembaban Kecepatan Angin Curah Hujan Kelembaban Kecepatan Angin Curah Hujan Kelembaban Kecepatan Angin Curah Hujan Kelembaban Kecepatan Angin
SAT
2002
2003
2004
2005
2006
2009
RATA-RATA
mm % knot mm % knot mm % knot mm % knot mm % knot mm % knot
104 78 4 16 74 4 0 68 4 0 68 5 145 74 5 105 80 4
0 75 3 23 75 2 62 73 2 0 79 2 68 78 5 0 83 6
75 81 1 0 74 0 53 76 0 12 73 0 190 82 1 227 83 0
80 81 2 86 81 2 22 79 3 172 72 3 62 81 3 222 83 6
17 76 3 4 72 4 1 69 4 25 69 4 56 74 3 105 82 5
21.3 75 15.4 75 36.8 72 38.7 74 247.2 79 187.7 81 -
55,2 78,2 2,6 25,8 75,2 2,4 27,6 73 2,6 41,8 72,2 2,8 104,2 77,8 3,4 131,8 82,2 4,2
Sumber Data: BMG Kelas I Tanah Tinggi, Kota Tangerang.(Periode data tahun 2002-2006 dan 2009)
2.2.1.2.
Geomorfologi dan Topografi
Secara umum geomorfologi daerah kajian dapat dibagi menjadi dua satuan geomorfologi, yaitu: satuan dataran aluvium sungai dan satuan dataran vulkanik. Topografi yang terdapat pada satuan ini cukup landai dengan kemiringan sekitar 5%, dan tersusun oleh endapan lempung lanauan, lanau pasiran, dan pasir. Satuan dataran aluvium sungai terdapat di bagian barat daerah kajian seluas sekitar 5%. Satuan bentang alam ini merupakan dataran bergelombang dengan kemiringan lereng yang umumnya kurang dari 5%, kecuali pada lembah sungai yang mencapai 30%. Aliran sungai berarah selatan-utara, setempat membentuk pola dendritik, dan secara umum berpola sejajar. Satuan ini terbentuk oleh endapan batuan sedimen berupa lempung lanauan, tuf, dan batu pasir tufan. Satuan dataran vulkanik terdapat pada bagian tengah, selatan, dan timur daerah kajian seluas hampir 85%. Satuan ini membentuk dataran bergelombang dengan kemiringan lereng kurang dari 5%, kecuali pada lembah sungai yang mencapai 30%. Satuan ini terbentuk oleh batu pasir tufan, endapan lahar, dan batu pasir. 2.1.1.1.
Geologi
(Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 3 September 2006: 115-128 ) Secara geologis, daerah Tangerang berada pada suatu tinggian struktur yang dikenal dengan sebutan Tangerang High. Tinggian ini terdiri atas batuan Tersier yang memisahkan Cekungan Jawa Barat Utara di bagian barat dengan Cekungan Sunda di bagian Timur. Tinggian ini dicirikan oleh kelurusan bawah permukaan berupa lipatan dan patahan nomal, berarah utara-selatan. Batuan yang menutupi daerah Tangerang merupakan
II-39
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
batuan Kuarter yang terdiri atas Tuf Banten yang tersusun atas tuf, tuf batu lempung, batu pasir tufan; ditindih oleh endapan kipas aluvium yang terdiri atas pasir tufan berselingan dengan konglomerat tufan, cangkang moluska; serta endapan aluvium yang terdiri atas bongkah, kerakal, kerikil, pasir halus, dan lempung. Di Subcekungan Jakarta, berdasarkan data pemboran menunjukkan adanya endapan aluvium yang menebal ke arah utara, yang disusun oleh klastika halus hingga kasar, sedangkan cekungan di Barat Tangerang High memiliki ciri endapan pantai dan delta. Struktur-struktur tersebut, pada saat ini, sulit dijumpai di permukaan karena endapan Kuarter yang berumur lebih muda telah menutupi lapisan batuan tersebut. Endapan Kuarter yang menindihi batuan tersebut berupa batuan vulkanik yang berasal dari Gunung Gede-Pangrango dan Salak. Hampir seluruh daerah kajian ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari Gunung Gede-Pangrango dan Salak serta sebagian kecil ditindihi oleh endapan alluvium. Deskripsi singkat satuan batuan dari tua ke muda yang terdapat di daerah kajian dapat dilihat pada Tabel 2.12. Tabel 2.12. Stratigrafi batuan kuarter dan tersier
a. Satuan Batuan Tuf Banten Atas/Tuf Banten Satuan ini terdiri atas lapisan tuf, tuf batu apung, dan batu pasir tufan yang berasal dari letusan Gunung. Tuf tersebut menunjukkan sifat yang lebih asam (pumice) dibandingkan dengan batuan vulkanik yang diendapkan sesudahnya. Bagian atas satuan tersebut menunjukkan adanya perubahan kondisi lingkungan pengendapan dari lingkungan pengendapan di atas permukaan air menjadi di bawah permukaan air. Satuan ini berumur Plio–Plistosen atau sekitar dua juta tahun (Effendi, 1974).
II-40
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
b. Endapan Vulkanik Muda Endapan ini terdiri atas material batu pasir, batu lempung tufan, endapan lahar, dan konglomerat yang membentuk endapan kipas. Ukuran butiran berubah menjadi semakin halus (lempungan) dan menebal ke arah utara. Hal ini menunjukkan sumber material berasal dari selatan. Satuan ini terbentuk oleh material endapan vulkanik yang berasal dari gunung api di sebelah selatan Kabupaten Tangerang, seperti Gunung Salak dan Gunung Gede-Pangrango. Batuan ini diendapkan pada umur Plistosen (20.000 – dua juta tahun). Kipas vulkanik tersebut terbentuk pada saat gunung api menghasilkan material vulkanik dengan jumlah besar. Kemudian ketika menjadi jenuh air, tumpukan material tersebut bergerak ke bawah dan melalui lembah. Ketika mencapai tempat yang datar, material tersebut akan menyebar dan membentuk endapan seperti kipas.
II-41
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Gambar 2.10. Peta geologi daerah Tangerang dan sekitarnya
II-42
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Gambar 2.11. Penampang Geologi Utara-Selatan Berdasarkan Data Pemboran di Cekungan Jakarta. (Sumber: Jurnal Geologi Indonesia, 2006).
II-43
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
c. Endapan Endapan batuan ini berasal dari material batuan yang terbawa oleh aliran sungai dan berumur antara 20.000 tahun hingga sekarang. Endapan tersebut tersusun oleh material lempung, pasir halus dan kasar, dan konglomerat serta mengandung cangkang moluska. Endapan aluvium tersebut dapat membentuk endapan delta dan endapan sungai dengan bentuk meander atau sungai teranyam. d. Endapan Aluvium Endapan ini terdiri atas lempung, lanau, pasir (Gambar 2.10). Penampang geologi utara - selatan berdasarkan data pemboran di Cekungan Jakarta. Sebaran akuifer dan pola aliran air tanah di Kecamatan Tangerang Kota Tangerang, Propinsi Banten (M.S.D. Hadian dkk.) kerikil, kerakal, dan bongkah yang berumur Kuarter dan tersebar pada daerah pedataran serta sekitar aliran sungai. Berdasarkan pembahasan terhadap data pemboran yang berada di sekitar Cengkareng (Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 3 September 2006: 115-128) yang mempunyai ketinggian 7 m di atas permukaan laut (dpl.) dengan kedalaman pemboran mencapai –200 m, menunjukkan urutan stratigrafi perselingan klastika halus dan kasar berupa batu lempung, batu pasir, batu pasir kuarsa, batu pasir tufaan, breksi, konglomerat, dan batu lempung pasiran. Lapisan yang dapat berfungsi sebagai akuiklud terdapat pada kedalaman 0 – 10,5 m, 16,5 – 25,5 m, 40,5 – 101,5 m, dan 104,5 – 200 m. Berdasarkan data pemboran ini, terdapat tiga lapisan akuifer, yaitu: lapisan akuifer I (air tanah tak tertekan) berada pada kedalaman 10,5 – 16,5 m dan 25,5 – 40,5 m, sedangkan lapisan akuifer II (air tanah dalam) berada pada kedalaman 101,5 – 104,5 m, dengan permukaan air tanah berada pada kedalaman -37,75 m. Akuiklud terdapat pada kedalaman 22,5 – 25 m, 29 – 32,5 m, 73 – 84,5 m, dan 93 – 97,5 m. Lapisan akuifer I terdapat pada kedalaman 0 – 22,5 m, 25 – 29 m, dan 32,5 – 73 m; dan lapisan akuifer II terdapat pada kedalaman 84,5 – 93 m, dan 97,5 – 106 m. Dari hasil pengolahan data, diperoleh peta sebaran daya hantar listrik untuk akuifer dangkal dan dalam. Penelusuran ketebalan akuifer dangkal dan akuifer dalam pun dilakukan untuk mengetahui trend sebaran ketebalan masing-masing akuifer. Berdasarkan pendugaan geolistrik, pada daerah kajian terdapat dua jenis akuifer, yaitu akuifer dangkal yang berada di atas kedalaman 50 m bmt (di bawah permukaan tanah) dan akuifer dalam yang berada di bawah kedalaman 50 m bmt. Di wilayah ini diperoleh hasil bahwa akuifer dangkal (kedalaman kurang dari 50 m) memiliki permukaan air tanah antara 2 – 10 m di bawah permukaan tanah setempat (bmt), sedangkan pada akuifer
II-44
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
dalam (kedalaman lebih dari 50 m) diperoleh permukaan air tanah antara 40 m – 60 m (bmt). 2.1.1.2.
Jenis Akuifer dan Pola Aliran Tanah
a. Jenis dan Sebaran Akuifer Akuifer yang berkembang di Kecamatan Tangerang ini berlitologi pasir tufaan, dan dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya menjadi akuifer dangkal dan akuifer dalam. Akuifer dangkal di sini dibatasi hanya untuk akuifer-akuifer yang terdapat hingga kedalaman sampai 50 m (bmt), dan akuifer dalam adalah akuifer yang terdapat pada kedalaman lebih dari 50 m (bmt). Ketebalan akuifer di kawasan Kecamatan Tangerang ini beragam mulai dari 5 m - 25 m untuk akuifer dangkal (kedalaman sampai 50 m), hingga ketebalan 4 - 80 m untuk akuifer dalam (kedalaman lebih dari 50 m). Akuifer dangkal (kedalaman kurang dari 50 m) adalah akuifer bebas (tak tertekan) dan pada tempat yang semakin dalam berubah menjadi akuifer semitertekan. Sedangkan akuifer dalam (kedalaman lebih dari 50 m) merupakan akuifer tertekan yang dibatasi oleh dua lapisan kedap air (impermeable layer) pada bagian atas dan bawahnya. Sistem air tanah tak tertekan di Kecamatan Tangerang dijumpai pada kedalaman antara 2 – 10 m di bawah permukaan tanah setempat (bmt). Batuan penyusun akuifer sistem air tanah. Akuifer tak tertekan ini berubah menjadi semitertekan pada tempat yang lebih dalam. Permeabilitas batuan pada satuan endapan ini sedang, dan pada beberapa lokasi berubah menjadi tinggi, khususnya pada daerah akumulasi endapan sungai dengan butiran pasir kasar hingga kerakal. Ketinggian permukaan air tanah tak tertekan ini antara 2 – 10 m (bmt). Debit aliran pada sumur gali pada sistem akuifer ini berkisar antara 0 – 3 liter/detik. Tipe akuifer yang berkembang pada kecamatan ini adalah Sistem Endapan Aluvium. Batuan penyusun endapan ini umumnya berupa lempung, pasir, dan kerikil hasil dari erosi dan transportasi batuan di bagian hulunya. Umumnya batuan pada endapan aluvium bersifat tidak kompak, sehingga potensi air tanahnya cukup baik. Akan tetapi kualitas air tanah yang baik umumnya dapat dijumpai pada endapan akuifer aluvium. Kondisi air tanah endapan aluvium banyak ditentukan oleh geologi di hulunya. Endapan aluvium ini dapat menjadi tebal jika cekungan yang membatasi terus menurun karena beban endapannya, misalnya dibatasi oleh sesar/patahan turun. Akuifer pada sistem ini tersusun oleh endapan pasir halus yang belum terkompaksi dan setempat terdapat air tanah segar. b. Karakteristik Pola Pengaliran dan Fisik Air Tanah Peta pola aliran air tanah dangkal relatif ke arah timur dan memperlihatkan terbentuknya depresi konus aliran air tanah, terutama di sekitar Kota Tangerang. Hal
II-45
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
yang mungkin menjadi penyebab kondisi tersebut adalah perkembangan alamiah geometri akuifer endapan delta yang cenderung membentuk lensa-lensa batu pasir. Sementara itu, depresi aliran juga terbentuk pada zona yang hampir sama dengan peta pola aliran air tanah dalam. Selain kondisi alamiah yang sama berupa endapan delta dengan lensa-lensanya, interpretasi yang lain adalah kondisi tersebut mungkin diakibatkan oleh pengambilan air yang melebihi kapasitas akuifer yang ada, mengingat pada lokasi ini industri memakai air tanah begitu besar. Hal tersebut terlihat pada hasil pengukuran sifat fisik dan hasil pengujian kimia air tanah pada sumur pantek dan sumur bor. Nilai daya hantar listrik pada akuifer dangkal (kedalaman kurang dari 50 m) memiliki nilai antara 500 – 6250 ìS/cm, dan pada akuifer dalam (kedalaman lebih dari 50 m) memiliki nilai daya hantar listrik antara 750 – 2600 ìS/cm. Besarnya nilai daya hantar listrik tersebut menunjukkan bahwa kecamatan Tangeraang merupakan daerah luahan (discharge zone). Akuifer dalam (kedalaman lebih dari 50 m) yang berkembang pada daerah kajian adalah akuifer produktif dengan aliran melalui ruang antarbutir. Akuifer dalam yang merupakan akuifer tertekan ini memiliki daerah resapan (recharge area) di luar wilayah daerah kajian. Sedangkan akuifer dangkal (kedalaman kurang dari 50 m) yang berkembang pada Kecamatan Tangerang adalah akuifer produktif dengan aliran melalui ruang antarbutir. Akuifer dangkal yang merupakan akuifer bebas ini memiliki daerah resapan (recharge area) di atas akuifer itu sendiri. Untuk mendukung kesinambungan akuifer ini, sebaiknya pada daerah kajian terdapat seluas mungkin lahan hijau. Penutupan lahan dengan beton supaya dibatasi, dan sebanyak mungkin dibuat sumur serta parit resapan. 2.1.1.3.
Air Tanah
Akuifer yang berkembang di Kecamatan Tangerang secara litologi adalah pasir tufan. Tipologi akuifer yang berkembang adalah Sistem Endapan Aluvium. Batuan penyusun endapan ini umumnya berupa lempung, pasir, dan kerikil hasil erosi dan transportasi batuan di bagian hulunya. Di Kecamatan Tangerang, akuifer dangkal memiliki ketebalan mulai dari 5 m – 25 m, dan akuifer dalam memiliki ketebalan 4 m – 80 m. Pola pengaliran air tanah tersebut relatif ke arah timur, dan terbentuk depresi konus aliran air tanah, terutama di kota Tangerang. Kondisi demikian menunjukkan dua penyebab yang memungkin, yaitu perkembangan lensa-lensa yang secara alamiah terbentuk pada daerah tersebut, atau pengambilan air tanah yang berlebihan di zone tersebut. Untuk itu, kawasan depresi air tanah perlu ditelaah lebih lanjut untuk menunjang langkah kebijakan terkait dengan konservasi air tanah di Kota Tangerang.
II-46
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Gambar 2.12. Peta Hidrogeologi Kota Tangerang dan sekitarnya
II-47
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
2.2.2. Komponen Biologi 2.2.2.1.
Penutupan Lahan
Lahan tapak proyek yang akan digunakan sebagai lokasi kegiatan sudah mengalami pematangan lahan. Ketinggian permukaan tanah sudah sesuai dengan yang diperlukan. Tanah sudah tidak perlu lagi di urug, tetapi hanya perlu pemerataan sedikit. Lahan tapak proyek sebelumnya digunakan sebagai tempat pemancingan ikan (kolam ikan). Setelah usaha pemancingan ikan kurang berkembang, lahan tersebut beralih fungsi menjadi tempat parkir truk, dan usaha kios-kios serta warung. Saat ini kondisi tanah sudah bersih dan tidak ada bangunan lagi. Lahan sebagian ditumbuhi rumput-rumput liar dan beberapa pohon, seperti: Pohon Angsana, Kersen, Beringin, Mangga, Kelapa, Lamtoro, dan lain sebagainya yang jumlahnya tidak terlalu banyak. a. Keadaan Vegetasi Secara umum keadaan vegetasi pada daerah kawasan rencana pembangunan apartemen dan hotel merupakan vegetasi budidaya berupa vegetasi kayuan, tahunan, dan rumput liar. Secara umum, dilihat dari jenis vegetasi yang tumbuh tersebut, maka dapat diketahui bahwa lahan pada lokasi proyek merupakan daerah permukiman, perdagangan, dan industri sehingga fungsi vegetasi adaklah sebagai tanaman pekarangan dan tanaman pelindung. Vegetasi budidaya yang ada di sekitar lokasi kegiatan dapat dilihat pada Tabel 2.13. Tabel 2.13. Jenis vegetasi budidaya yang ada di sekitar tapak proyek No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Nama Indonesia Kangkung Mangga Rambutan Pisang Jambu Biji Pepaya Jambu Air Sawo Ubi Kayu Ubi Jalar Kelapa
Nama Latin Ipomea aquatica Mangifera indica Nyphelium leppocaeum Musa paradisiaca Psidium guajava Carica papaya Eugenia aquatica M. kauki Mannihot esculente Ipomoca betatas Cocos nucifera
Golongan Sayur Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Perkebunan Rakyat
Sumber: Data Primer, 2011
Vegetasi alami yang ada di sekitar lokasi kegiatan pembangunan apartemen dan hotel, antara lain dapat dilihat pada Tabel 2.14.
II-48
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Tabel 2.14. Jenis vegetasi alami yang ada di sekitar tapak proyek Nama Indonesia Alang-alang Akasia
Nama Latin Imperata cylindrica Acacia mangium
Golongan Gulma
Rumput pahit
Axonopus compressus
Gulma
Putri malu Enceng gondok Calopo Centrosema
Mimossa pudica Eichornia crassipes Calopogonium muconuides Centrosema pubescens
Perdu Gulma Perdu Perdu
Pohon
Sumber: Data Primer, 2011
b. Keadaan Satwa (Fauna) Kondisi satwa/fauna di lokasi lahan yang akan diperuntukkan bagi rencana pembangunan Apartemen dan hotel adalah jenis-jenis burung yang menyenangi habitat kebun pekarangan dan sudah beradaptasi dengan permukiman. Semua jenis satwa yang ditemukan tidak ada yang memiliki nilai konservasi penting karena statusnya dilindungi maupun sifatnya endemik. Kebanyakan jenis satwa/fauna yang ditemukan merupakan jenis yang sangat umum dijumpai di habitat dekat pemukiman di seluruh Pulau Jawa. Jenis-jenis satwa yang terdapat di lokasi rencana pembangunan Apartemen dan hotel disajikan pada Tabel 2.15. Tabel 2.15. Jenis satwa di sekitar tapak proyek pembangunan apartemen dan hotel No. A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. B. 1 2 3 C. 1. 2. D. 1. 2.
Nama Indonesia Jenis Aves/Burung Burung Gereja Walet Perkutut Ayam Angsa Bebek Jenis Mamalia Tikus Tanah Anjing Kucing Jenis Reptil Ular Tokek Jenis Amfibi Kodok Ijo Kodok
Nama Latin
Golongan
Paser montanus Collocalia fusciphaga Nectarinia jugularis Galus glankiva Anser cygnoides H. histrionicus
Tidak dilindungi Tidak dilindungi Tidak dilindungi Tidak dilindungi Tidak dilindungi Tidak dilindungi
Rattus rattus Canis familiaris Felis catus
Tidak dilindungi Tidak dilindungi Tidak dilindungi
Phyton reticulatus Gekko gecko
Tidak dilindungi Tidak dilindungi
Rana pipiens Bufo melanostictus
Tidak dilindungi Tidak dilindungi
Sumber: Data Primer, 2011
II-49
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
2.2.3. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya 2.2.3.1. Kependudukan (Demografi) a. Letak Geografis Kecamatan Tengerang merupakan ibukota dari Kota Tangerang. Jarak antara kelurah-ke kekelurahan lainnya tidaklah terlalu jauh begitu juga jarak antar kelurahan ke Ke Kecamatan Tangerang. Secara geografis Kecamatan Tangerang mempunyai batas wilayah:
Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Kecamatan Pinang.
Sebelah Selatan :Berbatasan dengan Kecamatan Neglasari dan Kecamatan Batu Ceper.
Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Kecamatan Cipondoh.
Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Kecamatan Karawaci.
Adapun luas Kecamatan Tangerang yaitu 1.452,6 ha yang meliputi 8 Kelurahan. Kelurahan Cikokol (417 ha), Kelurahan Kelapa indah (180 ha), Kelurahan Babakan (185 ha), Kelurahan Sukasari (187 ha) dan Kelurahan Sukarasa (95,6 ha), terdiri dari 397 Rukun Tetangga dan 78 Rukun Warga (RW). Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 2.16. Tabel 2.16. Luas wilayah perkelurahan, jumlah rukun tetangga dan rukun warga di Kecamatan Tangerang tahun 2009 No Kelurahan Luas (%) Rukun Tetangga Rukun Warga 1 Cikokol 29 66 13 2 Kelapa Indah 12 29 7 3 Babakan 13 39 8 4 Sukasari 13 89 16 5 Buaran Indah 11 52 9 6 Tanah Tinggi 12 77 16 7 Sukaasih 3 18 4 8 Sukarasa 7 27 5 Jumlah 100,00 397 78 Sumber: Kecamatan Tangerang Dalam Angka 2010
b. Tingkat Kepadatan Penduduk Kecamatan Tangerang yang berdekatan dengan pusat pemerintahan Kota Tangerang. Pertumbuhan penduduk Kota Tangerang tiap tahun terus bertambah. Tahun 2009 jumlah rumah tangga di Kecamatan Tangerang berjumlah 36.244 rumah tangga dengan jumlah penduduk 137.524 jiwa, dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 67.779 jiwa dan perempuan 69.745 jiwa. Dengan rasio jenis kelamin 97,18. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kelurahan Tanah Tinggi dengan tingkat kepadatan 18.452 jiwa/km2, sedangkan tingkat kepadatan terendah berada di Kelurahan Sukarasa yaitu sebesar 5.342 jiwa/km2.
II-50
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Berdasarkan jumlah mutasi penduduk di Kecamatan Tangerang Tahun 2009 untuk penduduk yang datang baik laki-laki maupun perempuan sebesar 483 jiwa dan jumlah penduduk yang pindah laki-laki maupun perempuan sebesar 724 jiwa. Tabel 2.17. Jumlah penduduk dan tingkat kepadatan di Kecamatan Tangerang Tahun 2009 No
Kelurahan
1 2 3 4 5 6 7 8
Cikokol Kelapa indah Babakan Sukasari Buaran Indah Tanah Tinggi Sukaasih Sukarasa Jumlah
Luas Wilayah (Km2) 4,17 1,80 1,85 1,87 1,60 1,80 0,48 0,96 14,53
Jumlah Penduduk 26.63 10.114 16.266 19.698 22.226 33.214 3.940 5.128 137.524
Kepadatan Penduduk/Km2 6.388 5.786 8.792 10.534 13.891 18.452 8.208 5.342 9.465
Sumber: Kecamatan Tangerang Dalam Angka 2010
Tabel 2.18. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan rasio jenis kelamin Tahun 2009 Jumlah Ratio Jenis No Kelurahan Laki-laki Perempuan Penduduk Kelamin 1 Cikokol 2.663 13.427 13.210 101,64 2 Kelapa Indah 10.114 4.919 5.496 89,50 3 Babakan 16.266 8.112 8.154 99,48 4 Sukasari 19.698 9.532 10.166 93,76 5 Buaran Indah 22.226 11.039 11.187 98,68 6 Tanah Tinggi 33.214 16.330 16.884 96,72 7 Sukaasih 3.940 1.999 1.941 102,99 8 Sukarasa 5.128 2.421 2.707 89,43 Jumlah 137.524 67.779 69.745 97,18 Sumber: Kecamatan Tangerang Dalam Angka 2010
Adapun jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Tangerang pada Tahun 2009 dari semua golongan usia tersebut, jika usia 0 – 14 tahun dianggap sebagai usia yang belum produktif, dan usia 15- 54 tahun sebagai usia produktif dan >55 tahun sebagai usia pascaproduktif, maka penduduk yang berusia produktif sekitar 89.395 jiwa (33 %) dan penduduk yang berusia non produktif yaitu sekitar 185.653 orang (67%). Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 2.19. Tabel 2.19. Jumlah penduduk Kecamatan Tangerang menurut kelompok umur tahun 2009 No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1 0–4 6.380 6.762 13.142 2 5–9 5.502 5.218 10.720 3 10 – 14 4.098 4.939 9.037 4 15 – 19 5.272 5.523 10.795 5 20 – 24 6.727 7.279 14.006 6 25 – 29 8.503 7.677 16.180 7 30 – 34 6.536 6.917 13.453
II-51
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
No 8 9 10 11 12 13 14 15
Kelompok Umur 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70+ Jumlah
Laki-laki 6.075 4.647 3.530 3.439 2.987 1.399 1.091 1.593 67.779
Perempuan 5.133 4.880 3.382 3.875 2.737 1.917 1.384 2.122 69.745
Jumlah 11.208 9.527 6.912 7.314 5.724 3.316 2.475 3.715 137.524
Sumber: Kecamatan Tangerang Dalam Angka 2010
c. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Kecamatan Tangerang memiliki 33 Sekolah Dasar Negeri dan 19 Sekolah Dasar Swasta dengan jumlah murid sebanyak 19.098 siswa dan ditunjang oleh 653 guru. Sedangkan jumlah guru dengan status PNS di Sekolah Dasar Negeri sebanyak 331 orang. Perguruan tinggi swasta di Kecamatan Tangerang cukup banyak yaitu berjumlah 11 buah yang terletak di Kelurahan Cikokol, Kelurahan Babakan dan Kelurahan Sukarasa. Sekolah Menengah Kejuruan berjumlah 18 buah, terdiri dari 14 SMK Swasta dan 4 SMK Negeri.
Gambar 2.13. Persentase angka partisipasi sekolah menurut jenjang pendidikan di Kecamatan Tangerang Tahun 2009 d. Agama dan Sarana Ibadah Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat kerukunan beragama dan kebebasan beribadah adalah ketersediaan fasilitas beribadah baik sarana maupun prasarana. Pada tahun 2009, rasio tempat beribadah per 1.000 penduduk menunjukkan bahwa penduduk relatif mudah dalam menjalankan ibadahnya.
II-52
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Fasilitas beribadah merupakan salah satu indikator yang dapat di gunakan untuk melihat kerukunan beragama dan kebebasan beribadah. Untuk memenuhi kebutuhan rohani masyarakat di Kecamatan Tangerang telah tersedia 206 sarana ibadah yang terdiri atas 55 Masjid, 131 Mushola, 16 Gereja dan 4 unit Vihara. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 2.20. Tabel 2.20. Jumlah sarana ibadah di Kecamatan Tangerang Tahun 2009 Kelurahan Cikokol Kelapa Indah Babakan Sukasari Buaran Indah Tanah Tinggi Sukaasih Sukarasa Jumlah
Mesjid 12 1 5 8 8 11 5 5 55
Mushalla 27 5 5 10 47 28 5 4 131
Gereja 1 2 0 5 0 2 2 4 16
Pura 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Vihara 0 0 0 0 0 0 0 1 4
Jumlah 40 8 10 26 55 41 12 14 206
Sumber: Kecamatan Tangerang Dalam Angka 2010
2.2.3.2. Sosial Ekonomi a. Mata Pencaharian Penduduk Sebagian besar penduduk Kota Tangerang adalah pekerja industri.
Hal ini
dikarenakan Kota Tangerang merupakan Kota Industri yang sedang berkembang. Sumber utama perekonomian Kota Tangerang berasal dari sektor industri pengolahan sebesar 58,45%, menyusul perdagangan, hotel dan restoran. Kedua sektor ini menguasai hampir 85% kegiatan ekonomi dan dapat dipastikan bahwa sektor tersebut memberikan kontribusi utama pada pendapatan asli daerah. Pada bagian tenaga kerja sekitar 75% angkatan kerja yang ada di Kota Tangerang bergerak di sector industri, perdagangan dan jasa. Hal tersebut selaras dengan kondisi perekonomian daerah yang mengandalkan sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. b. Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator penting pembangunan ekonomi khususnya dalam upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan. Hal ini karena tenaga kerja adalah modal bagi geraknya pembangunan. Masalah penyediaan lapangan kerja menjadi masalah yang cukup serius di Kota Tangerang, kesenjangan antara jumlah pencari kerja dan lowongan yang tersedia semakin jauh dari tahun ke tahun. Menurut data Disnaker Kota Tangerang jumlah lowongan kerja yang terdaftar sampai bulan Desember 2009 tercatat sebanyak 13.731 lowongan sementara pencari kerja yang mendaftar sebanyak 33.949 orang. Seperti tahun sebelumnya pencari kerja ini
II-53
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
masih didominasi tamatan SLTA sebanyak 27.573 orang. pencari kerja wanita lebih sedikit dibandingkan pencari kerja laki-laki namun lowongan kerja yang tersedia untuk perempuan lebih banyak. Indikator lain untuk menggambarkan ketenagakerjaan adalah TPAK, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2009 tercatat sebesar 68,50 meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 58.24, hal ini menggambarkan tingkat penyerapan tenaga kerja yang cukup menggembirakan karena semakin banyak penduduk usia kerja yang bekerja atau berusaha mendapatkan pekerjaan. Tabel 2.21. Jumlah penduduk pencari kerja menurut tingkat pendidikan di Kota Tangerang Tahun 2009 Tidak Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
Diploma
Sarjana
Pasca
Jumlah
Januari
0
21
134
800
74
72
2
1.103
Februari
0
9
165
1.022
45
93
0
1.314
Maret
0
21
184
976
51
71
0
1.303
April
0
26
155
936
48
88
0
1.253
Mei
0
17
213
1.004
72
111
1
1.418
Juni
0
13
150
1.159
62
124
1
1.509
Juli
0
5
151
3.425
92
68
0
3.741
Agustus
0
6
91
1.671
171
410
1
2.350
September
0
16
112
1.682
329
962
7
3.108
Oktober
3
31
422
10.679
92
68
0
11.385
Nopember
2
26
239
2.533
169
289
21
3.279
Desember
0
23
207
1.616
104
227
9
2.186
2009
3
31
422
10.679
92
68
0
11.385
2008
3
19.346
2.373
4.654
Bulan
321 2.356
*
30.051
Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2010 Keterangan; * Data tidak tersedia
Tabel 2.22 Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kota Tangerang, 2007 – 2009 Tahun
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) %
2007
58,24
2008
65,79
2009
68,50
Rata-Rata
61,63
Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2010
II-54
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
c. Industri Sektor industri dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga. Perbedaan ini didasarkan dari banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sector industri tersebut. Industri Besar jumlah tenaga kerjanya terdiri dari 100 orang atau lebih, Industri. Sedang jumlah tenaga kerjanya antara 20 sampai 99 orang, Industri Kecil jumlah tenaga kerjanya antara 5 sampai 19 orang dan Industri Rumah Tangga jumlah tenaga kerjanya kurang dari 5 orang. Perusahaan Industri yang terdapat di Kecamatan Tangerang berjumlah 27 perusahaan yang terdiri dari Industri yang berskala besar/sedang berjumlah 16 perusahaan dan Industri kecil berjumlah 11 perusahaan. d. Produk Domestik Regional Bruto Kota Tangerang Perkembangan suatu wilayah dapat dilihat dari tiga variabel makro yang utama, yaitu jumlah output yang dihasilkan, tingkat pengangguran dan tingkat inflasi. Salah satu indikator yaitu jumlah output yang dihasilkan, suatu wilayah dapat dilihat dari besaran nilai Produk Domestik Bruto (PDB), pada level nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada level provinsi dan kabupaten/kota. Perkembangan
perekonomian
Kota
Tangerang
juga
dapat
dilihat
dari
perkembangan nilai PDRB dari tahun ke tahun. Untuk tiga tahun terakhir yaitu tahun 2007 – 2009, terlihat perkembangan yang cukup baik, meskipun secara global perekonomian dunia sedang terpuruk pada akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009. Besarnya PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Tangerang tahun 2009 adalah sebesar 49,33 triliun rupiah, atau meningkat 10,39% dari tahun 2008. Pada tahun 2008 PDRB Kota Tangerang sebesar 44,69 meningkat 13,55% dari
tahun 2007.
Sedangkan berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, besarnya nilai tersebut pada tahun 2009 adalah 27,56 triliun rupiah. Perkembangan nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, tahun 2009 terhadap tahun 2008, yang merupakan indikator laju pertumbuhan ekonomi, adalah sebesar 5,74%, yang berarti secara riil produksi barang dan jasa final yang diproduksi di wilayah Kota Tangerang pada tahun 2009 meningkat sebesar 5,74 % dari tahun 2008. Pada tahun 2009, perekonomian Kota Tangerang masih didominasi oleh sektor Industri Pengolahan dengan konstribusi sebesar 47,54%. Namun peranan sektor ini agak menurun dibandingkan pada tahun 2008 sekitar 50,75%. Pergeseran peranan sektor Industri Pengolahan pada tahun
2009 ini diikuti peningkatan peranan dari
sektor lainnya, seperti: Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Sektor Jasa-jasa.
II-55
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Grafik. 2.14. Distribusi persentase PDRB Kota Tangerang atas dasar harga berlaku menurut sektor primer, sekunder, dan tersier Tahun 2007 – 2009 Tabel 2.23. Produk domestik regional bruto Kota Tangerang atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Tahun 2007 - 2009 (juta) Lapangan Usaha 1. Pertanian
2007
2008*)
2009**)
59,34
69,33
77,10
-
-
-
20.883,69
22.536,28
23.451,63
4. Listrik, Gas & Air Minum
337,47
337,89
348,94
5. Bangunan & Konstruksi
682,87
864,512
1.041,62
10.988,42
13.377,89
15.320,57
7. Angkutan & Komunikasi
4.302,80
4.959,67
6.003,84
8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya
1.236,03
1.485,82
1.775,18
863,96
1.057,33
1.311,8
39.354,58
44.688,73
49.330,67
2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
9. Jasa-Jasa Produk Domestik Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2010
Tabel 2.24. Produk Domestik regional bruto Kota Tangerang atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2007 – 2009 (juta) Lapangan Usaha 1. Pertanian
2007
2008*)
2009**)
42,64
43,93
45,43
-
-
-
12.945,13
13.229,93
13.502,46
4. Listrik, Gas & Air Minum
256,48
253,76
268,71
5. Bangunan & Konstruksi
436,31
481,08
532,51
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
6.668,78
7.498,13
8.023,97
7. Angkutan & Komunikasi
2.887,30
3.119,50
3.576,95
2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan
II-56
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Lapangan Usaha
2007
2008*) 880,18
2009**)
8. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya
766,25
9. Jasa-Jasa
502,22
560,49
620,85
24.505,12
26.066,99
27.562,54
Produk Domestik
991,65
Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2010 Keterangan:*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
2.2.3.3. Sosial Budaya dan Pranata Sosial a. Sosial Budaya Asimilasi sosial antara penduduk asli dengan pendatang dapat berjalan dengan baik, karena .adanya pandangan bahwa penduduk pendatang dapat ikut membangun dan mendukung kegiatan pembangunan di daerah ini. Konflik sosial kurang potensial terjadi, karena setiap anggota masyarakat masih kuat memiliki sifat toleransi dan kesamaan sosial, corak budaya. Sistem kelembagaan sosial dalam masyarakat menganut dua jalur, selain tunduk kepada para ulama juga mengakui kepemimpinan pejabat formal (Kepal Desa, Camat, dan Bupati). b. Pranata Sosial/Kelembagaan Masyarakat Lembaga sosial adalah pola aktivitas yang terbentuk berdasarkan norma atau aturan tertentu sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Lembaga sosial yang terutama ditemui di wilayah studi antara lain lembaga ekonomi, lembaga pendidikan, lembaga agama, dan lembaga sosial. Dalam bidang perekonomian, terdapat kelembagaan antara lain: toko dan warung. Dalam bidang pendidikan terdapat sarana pendidikan seperti sekolah umum (TK, SD, SMP, SMA) dan sekolah agama (madrasyah dan pesantren). c. Proses Sosial Proses sosial yang di maksud dalam kajian ini adalah proses penyesuaian diri antara masyarakat lokal (penduduk asli) dengan masyarakat pendatang (perantau luar daerah). Secara sosiologis hal ini disebut proses assimilasi. Bagaimana proses assimilasi berlangsung ditujukan oleh sikap menerima-menolak kelompok masyarakat asli terhadap kehadiran kelompok/individu atau orang lain (the other’s) yang bukan anggota system sosial mereka. Selain
faktor sikap juga ditunjukan oleh bentuk
tindakan atau perilaku sosial: kerjasama, tolong menolong, perkawinan campur, kesenian dan penyesuaian budaya.
II-57
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
d. Budaya dan Struktur Masyarakat Salah satu kekayaan budaya warisan nusantara adalah keberagaman suku bangsa dengan aneka karakteristik dan khasanah adat istiadatnya masing-masing, namun mampu hidup berdampingan secara damai. Kehidupan semacam ini melambangkan semangat persatuan dan kesatuan Bhineka Tunggal Ika yang kokoh. Secara garis besar komposisi penduduk Kota Tangerang terdiri atas etnik Sunda, Jawa, Betawi dan Cina. Pada masa itu kelompok etnik Sunda sebagian besar menempati daerah Tangerang Selatan dan Tangerang Tengah yang meliputi wilayah Kecamatan Tangerang, Cikupa, Serpong, Curug, Tigaraksa dan Legok. Mereka umumnya penganut agama Islam yang taat. Kelompok etnik Betawi sebagian besar menempati wilayah sepanjang perbatasan Batavia seperti wilayah Kecamatan Teluknaga, Batuceper, Ciledug, dan Ciputat. Mereka ini juga umumnya pemeluk agama Islam yang sangat taat. Kelompok etnik Jawa menempati wilayah Tangerang Barat Laut dan Tangerang Utara terus menyusur pantai utara pulau Jawa, yang meliputi Kecamatan Mauk, Kresek, dan Rajeg. Mereka sehari-hari menggunakan bahasa Jawa dan pada umumnya hidup sebagai petani nelayan. Tangerang juga memiliki jumlah komunitas Tionghoa yang cukup signifikan. Budaya mereka berbeda dengan komunitas Tionghoa lainnya, mereka adalah pemeluk Taoisme yang kuat dan tetap menjaga tempat-tempat ibadah dan pusat-pusat komunitas mereka. Di sekitar tapak proyek, umumnya sudah sulit dibedakan menurut etnik tertentu karena umumnya sudah membaur dan terjadi perkawinan antar suku. Serta terdapat juga etnis dan suku lainnya seperti: Batak, Bugis, Minangkabau, dan lain-lainnya. e. Lembaga Kemasyarakatan Di Kelurahan Babakan yang menjadi wilayah administrasi tapak proyek terdapat kelembagaan masyarakat informal, yaitu antara lain: PKK, Karang Taruna, Majelis Ta’lim, serta organisasi kesenian Orkes Melayu dan Qasidah. 2.2.4. Komponen Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat a. Kesehatan Masyarakat Arah kebijaksanaan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas hidup dan usia harapan hidup penduduk. Secara implisit arah pembangunan kesehatan itu menyatakan bahwa penduduk yang sehat merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan, sehingga peranannya sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan nasional.
II-58
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Sarana kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang ada di Kecamatan Tangerang yang berada di sekitar lokasi rencana pembangunan Apartemen dan Hotel oleh PT. Broadbiz Asia adalah berupa Rumah Sakit, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, Posyandu, dan Klinik. Kecamatan Tangerang mempunyai 5 unit Rumah Sakit yang sangat memadai dalam hal fasilitas maupun Pelayanan kesehatannya dan tersebar di 5 kelurahan, yaitu kelurahan Cikokol, Kelurahan Kelapa Indah, Kelurahan Buaran Indah, Kelurahan Suka asih dan Kelurahan Sukarasa. Fasilitas kesehatan lain di Kecamatan Tangerang ialah RS bersalin, Tenaga kesehatan di Puskesmas Sukasari berjumlah 20 orang dan 17 orang di Puskesmas Tanah Tinggi. Secara keseluruhan tenaga kesehatan di Puskesmas kecamatan berjumlah 37 orang yang terdiri dari 2 orang analis lab, 1 tenaga farmasi, 2 tenaga gizi, 23 perawat dan bidan, 5 dokter umum dan 4 dokter gigi. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 2.25. Tabel 2.25. Banyaknya fasilitas kesehatan menurut jenis dan kelurahan di Kecamatan Tangerang Tahun 2009 No
Kelurahan
1 2 3 4 5 6 7 8
Cikokol Kelapa Indah Babakan Sukasari Buaran Indah Tanah Tinggi Sukaasih Sukarasa Jumlah
Rumah Sakit 1 1 1 1 1 5
R.S. Bersalin 1 1 1 1 4 1 9
Jenis Fasilitas Kesehatan Balai Puskesmas Pengobatan 3 2 2 1 2 1 1 1 11 2
Dokter Praktek 2 2 3 5 1 1 4 5 23
Bidan Praktek 4 2 6 2 2 8 2 2 28
Sumber: Kecamatan Tangerang Dalam Angka 2010
Tabel 2.26. Jumlah tenaga kesehatan di Kecamatan Tangerang Tahun 2009 No
Kelurahan
1 2 3 4 5 6 7 8
Cikokol Kelapa Indah Babakan Sukasari Buaran Indah Tanah Tinggi Sukaasih Sukarasa Jumlah
Dokter
Bidan
Dukun Bayi
3 10 3 5 4 2 9 4 17
2 4 8 1 11 4 5 4 23
1 4 8 2 15
Mantri Kesehatan 9 8 2 1 4 1 25
Sumber: Kecamatan Tangerang Dalam Angka 2010
II-59
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Tabel 2.27. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas di Kecamatan Tangerang Tahun 2009 No
Tenaga Kesehatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kesehatan Masyarakat Sanitasi Analis Laboratorium TEM dan P. Rongt P. Anestesi Fisiotherapis Tenaga Farmasi Tenaga Gizi Perawat dan Bidan Dokter spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Jumlah
Puskesmas Sukasari 1 1 1 12 3 2 20
Puskesmas Tanah Tinggi 1 1 11 2 2 17
Jumlah 2 1 2 23 5 4 37
Sumber: Kecamatan Tangerang Dalam Angka 2010
Jenis penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di Kecamatan Tangerang adalah penyakit Diare, Disentri, Typoid dan Pnumonia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.28. Tabel 2.28. Jumlah jenis penyakit yang diamati di Puskesmas Kecamatan Tangerang Tahun 2009 Jenis Penyakit TB. Paru Klinis TB. Paru BTA (+) Pnumonia Campak DBD Hepatitis Diare Disentri Typoid Jumlah
Puskesmas Sukasari 110 70 107 95 71 3 2.184 739 293 3.672
Puskesmas Tanah Tinggi 38 48 62 15 27 2 1.214 84 104 1.594
Jumlah 148 118 169 110 98 5 3.398 823 397 5.266
Sumber: Kecamatan Tangerang Dalam Angka 2010
b. Kesehatan Lingkungan Kesehatan Masyarakat dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Bloom dalam Notoatmodjo, (2003) kesehatan Masyarakat dipengaruhi oleh Lingkungan (45%), Perilaku (30%), Pelayanan Kesehatan (20%), dan faktor genetik/keturunan (5%). Pembangunan apartemen dan hotel oleh PT. Broadbiz Asia akan berpengaruh pada lingkungan sekitarnya. Dengan faktor lingkungan yang memiliki pengaruh besar pada kesehatan masyarakat, perlu perhatian khusus mengenai dampak perubahan lingkungan pada kesehatan.
II-60
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
c. Vektor Penyakit. Vektor
adalah
organisme
yang
tidak
menyebabkan
penyakit
tetapi
menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lainnya (Safitri, P.D. 2011). Vektor juga merupakan anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor tersebut. Adapun dari penggolongan binatang yang dapat dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu tanaman dan manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Untuk dilokasi studi sumber vektor penyakit yang paling banyak adalah nyamuk, lalat, kecoa, dan tikus. d. Toksikologi Lingkungan Menurut Fadhil Hayat (2010) Toksikologi lingkungan mempelajari efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan pengaruhnya terhadap ekosistem yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia dengan polutan yang ada di lingkungan. Penilaian akan bahaya bahan kimia, pencemaran lingkungan, dan bahan lainnya bagi kesehatan merupakan unsur penting dalam perlindungan kesehatan pekerja dan anggota masyarakat baik yang ada lokasi pembangunan apartemen dan hotel maupun yang ada di sekitarnya. Pencemaran lingkungan dapat menyebabkan lesi toksik pada manusia, perubahan biosfer atau perubahan dalam lingkungan luar. Dengan adanya aktivitas pembangunan apartemen dan hotel di wilayah tersebut dan aktivitas masyarakat pada umumnya dapat juga menurunkan kualitas dan kesehatan lingkungan. Pencemaran udara, air dan tanah akan mempengaruhi keadaan lingkungan dan merupakan masalah tersendiri. Hal ini mencakup gas buangan kendaraan bermotor, asap dan gas, tinja, deterjen dan bahan kimia rumah tangga dalam jumlah besar dalam air limbah serta sejumlah besar sampah dari bahan kemasan yang tidak dapat dipakai ulang dan barang buangan.
II-61
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
e.
Sanitasi Lingkungan. Pengertian sanitasi adalah sesuatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu
penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Sedangkan yang dimaksud
Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu
lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo, 2003). 2.2.5. Komponen Keamanan dan Ketertiban Masyarakat a. Kamtibmas Berdasarkan informasi yang diperoleh dari aparat Kecamatan Tangerang, tidak ada gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang berarti di daerah tersebut. Tidak ada aksi premanisme maupun perbuatan anarkis. Belum pernah terjadi konflik horisontal antar kelompok. Demikian juga sikap penerimaan penduduk setempat terhadap pekerja pendatang juga baik. Hal ini dikarenakan penduduk setempat yang telah menetap bertahun-tahun umumnya juga merupakan pendatang yang telah lama tinggal dan berkeluarga di sekitar tapak proyek. Kebutuhan akan rasa aman merupakan salah satu kebutuhan hidup yang mendasar bagi masyarakat saat ini. Salah satu indikator untuk mengukur tingkat rasa aman masyarakat adalah data jumlah kasus kriminalitas dari instansi terkait. Semakin tinggi jumlah kasus kriminal yang terjadi berarti semakin rendah tingkat rasa aman masyarakat dan berlaku sebaliknya. Dengan melihat data jumlah kasus kriminalitas yang bersumber dari data kepolisian setempat, pada tahun 2009 ditemukan/dilaporkan sebanyak 1285 kasus kriminalitas. Angka ini menurun jauh dibandingkan tahun sebelumnya yang tecatat sebanyak 1.520. Untuk lebih jelasnya tentang tindak kejahatan di Kota Tangerang disajikan pada Tabel 2.29. Berdasarkan data tersebut tindakan kejahatan yang paling banyak terjadi di Kota Tangerang adalah tindak kejahatan pencurian kendaraan bermotor, pencurian dengan pemberatan berada pada urutan kedua sedangkan urutan ketiga yaitu tindak kejahatan Narkotika.
II-62
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Tabel 2.29. Jumlah kasus tindak kejahatan/kriminalitas per kasus di Kota Tangerang Tahun 2005 -2009 Jumlah Kasus Jenis Tindak Kejahatan 2005 2006 2007 2008 2009 1. Pembunuhan 10 11 3 4 5 2. Penganiayaan berat 37 19 123 123 134 3. Pencurian dengan pemberatan
143
46
378
512
389
4. Pencurian dgn kekerasan
57
14
111
89
40
5. Pencurian kendaraan bermotor
159
211
616
582
484
6. Kebakaran
33
36
26
25
29
7. Perjudian
81
36
32
46
49
8. Pemerasan dengan acaman
18
35
43
53
28
9. Perkosaan
7
13
21
9
19
10. Narkotika
239
345
357
337
258
11. Kenakalan remaja
0
0
0
0
0
12. Kekerasan dalam rumah tangga
0
0
0
77
108
784
766
1.710
1.520
1.285
Kota Tangerang Sumber: Kota Tangerang dalam Angka 2010
2.2.6. Komponen Ruang dan Transportasi a. Lalu Lintas Segmen jalan pada rencana kegiatan Pembangunan Apartemen Menengah Hak Milik (Apartemen) dan Hotel oleh PT. Broadbiz Asia di Kota Tangerang ini digolongkan sebagai perkotaan: Fungsi jalan sebagai jalan Arteri Primer. Hirarki jalan masuk dalam jalan kota Madya. Mempunyai perkembangkan dalam kelompok jalan perkotaan karena jumlah penduduk lebih dari 100.000 dan terus mengalami perubahan perkembangan lahan sepanjang sisi samping segmen jalan. Pada sisi kanan dan kiri terdapat pusat kegiatan lain seperti perkantoran, pertokoan, rumah sakit, pemukiman, dan lain-lain. Indikasi penting lebih lanjut tentang daerah Kota Tangerang ini adalah karakteristik arus lalu-lintas puncak terjadi pada pagi dan sore hari, secara umum lebih
tinggi dan terdapat perubahan komposisi lalu-lintas (dengan persentase
kendaraan pribadi dan sepeda motor yang lebih tinggi, dan persentase truk berat yang lebih rendah dalam arus lalu-lintas). Peningkatan arus yang berarti pada jam puncak biasanya menunjukkan perubahan distribusi arah lalu-lintas (tidak seimbang). Kondisi lalu lintas dibeberapa jalan sudah tergolong jenuh: Menurut penelitian Didid (2009), ditemukan kejenuhan jalan seperti pada Tabel 2.30.,
II-63
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Tabel 3.30. Arus lalu lintas di beberapa jalan di kota Tangerang Jalan Kota Bumi Lio Baru Batu Ceper Kober
Kapasitas (C) 1390 352 836 2059
Arus Lalu lintas (Q) 1721 438 1046 2569
Derajad Kejenuhan (Q) 1.239 1.245 1,251 1,248
Karakteristik tipe jalan pada segmen jalan yang dikaji adalah jalan tidak terbagi 4 jalur satu arah (4/1UD) untuk jalan menuju kota. Pada sisi utara terdapat perumahan, Jalan sudirman dengan jalan tak terbagi 2 jalur satu arah (4/1 UD) dan Jalan menuju Kota Tangerang dengan terbagi 2 jalur satu arah (2/1 D). Jenis perkerasan permukaan badan jalan menggunakan perkerasan lentur (hot mix). Jalan menuju tapak proyek sudah dilengkapi dengan rambu lalu lintas (traffic light) dan marka jalan. Jembatan layang (play over) ada satu di depan rencana studi. Sistem drainase sebagai perangkat jalan sudah tersedia di jalan menuju kota sedangkan untuk jalan Sudirman sudah dilengkapi dengan saluran terbuka. Fasilitas trotoar bagi pejalan kaki sudah tersedia sehingga pejalan kaki berjalan dapat dengan aman. Lalu lintas kendaraan yang mungkin masuk ke jalan Jenderal Sudirman di depan kegiatan Hotel adalah dari jalan Teuku Umar dan jalan Husni Thamrin. Selanjutnya akses jalan dapat dari simpang jalan Veteran (fly over).
Gambar 2.15. Akses lalu lintas simpang Jl Veteran (fly over)
dari Gambar 2.16. Akses lalu lintas dari Teuku Umar dan jalan Husni Thamrin. Ke Lokasi Proyek
II-64
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Komposisi
kendaraan
adalah
Kendaraan
ringan
(LV)
(termasuk
mobil
penumpang, minibus, sedan, van, kijang, pik-up, truk kecil dan jeep). Kendaraan berat (HV) (termasuk truk besar dan bus besar) sepeda motor (MC). Sepanjang ruas Jalan Sudirman terdapat beberapa titik jalan masuk ke lokasi perumahan dan perkantoran serta pertokoan. Kapasitas jalan ruas Jalan Raya Kota Tangerang diperkirakan 2.842 smp/jam/arah. Ada persimpangan menuju tapak proyek yang merupakan titik kritis sebagai sumber tundaan. Tabel 2.31. Jumlah kasus lalu lintas dan kasus per 100 kendaraan bermotor menurut jenis kasus di Kota Tangerang tahun 2004-2009 Jenis Kasus
Frekuensi 2004
2005
2006
2007
2008
2009
1. Kecelakaan (kasus)
824
501
348
351
378
470
2. Meninggal Dunia (orang) 3. Luka Berat (orang)
341
185
66
69
50
35
664
339
337
171
104
189
455
337
276
335
465
507
4. Luka Ringan (orang) 5. Kerugian Material (Rp.000)
2.206.205 1.324.085 916.650 770.750 1.044.840 624.400
Sumber: Kota Tangerang dalam Angka 2010
II-65
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
2.4. Batas Wilayah Studi Batas wilayah studi AMDAL meliputi batas proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administratif. Batas tersebut diperoleh dengan cara menumpangsusunkan (overlay) batas wilayah proyek, batas sosial, batas administrasi, dan batas ekologis sehingga merupakan resultante batas terluar yang merupakan batas wilayah studi (Gambar 2.25). 2.4.1. Batas Proyek Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi, dan operasi. Batas proyek rencana pembangunan Apartemen dan Hotel oleh PT. Broadbiz Asia adalah seluas 8.200 m2. (Gambar 2.21) 2.4.2. Batas Administrasi Batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di dalam ruang (wlayah) administrasi tersebut. Batas administrasi dalam kegiatan studi AMDAL Apartemen dan Hotel PT. Broadbiz Asia masuk dalam ini adalah Kecamatan Tangerang (Gambar 2.22). 2.4.3. Batas Sosial Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan sesuai dengan dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Dengan demikian batas sosial adalah batas antara tapak proyek dengan kegiatan penduduk yang berada di sekitar proyek. Adapun batas sosial dari proyek Kegiatan Pembangunan Apartemen dan Hotel oleh PT. Broadbiz Asia RT 02 dan RT 03 RW VII, Kelurahan Babakan di Kecamatan Tangerang (Gambar 2.23). 2.4.4. Batas Ekologis Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air dan udara), dimana proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut. diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Dengan demikian batas ekologis sering didasarkan pada sebaran dampak melalui media udara dan air pada satu satuan ekosistem tertentu. Batas ekologis pada pembangunan Apartemen dan Hotel oleh PT. Broadbiz Asia adalah sebagian wilayah DAS Cisadane (Gambar 2.24).
II-66
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
2..5.
Batas Kajian Waktu Batas waktu kajian merupakan batas yang akan digunakan dalam melakukan
prakiraan dan evaluasi dampak dalam kajian studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Batas waktu kajian tersebut minimal dilakukan selama rencana umur rencana usaha dan/atau kegiatan berlangsung. Penentuan batas waktu kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk melakukan penentuan perubahan rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan atau dengan adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Batas waktu kajian selama beroperasinya Apartemen dan Hotel oleh PT. Broadbiz Asia, yaitu selama 20 tahun.
II-67
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Gambar 2.21. Peta batas proyek rencana pembangunan apartemen dan hotel
II-68
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Gambar 2.22. Peta batas administrasi rencana pembangunan apartemen dan hotel
II-69
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Gambar 2.23. Peta batas sosial rencana pembangunan apartemen dan hotel II-70
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Gambar 2.24. Peta batas ekologis rencana pembangunan apartemen dan hotel II-71
Kerangka Acuan - Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Rencana Pembangunan Apartemen dan Hotel
Gambar 2.25. Peta batas wilayah studi rencana pembangunan apartemen dan hotel II-72