BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1
Sejarah Perusahaan Masyarakat Indonesia sudah mengenal Nestlé sejak akhir abad ke-19 lewat
produk “Tjap Nona” (Cap Nona) yang sempat dikenal dengan nama “Milk Maid”. Pada tahun 1910 pemasaran produk Nestlé dilakukan oleh cabang Nestlé di Singapura. Produk-produk Nestlé begitu mendominasi pasaran susu kental manis di Indonesia sehingga para konsumen mengidentifikasi semua jenis susu sebagai “Tjap Nona”. Pada tahun 1930 Nestlé memiliki pangsa pasar terbesar di Indonesia untuk jenis produk susu. Kuatnya tim pemasaran yang terjun ke desa-desa serta aktifnya upaya Nestlé menjaga mutu, dengan mengganti kaleng-kaleng tua di toko-toko dan warung-warung dengan produk baru, merebut kepercayaan dan kesetiaan para konsumen. Keberhasilan Nestlé di Indonesia disebabkan oleh produk yang bermutu tinggi yang diminati oleh para konsumen dan didukung oleh jaringan distribusi yang efisien dan staf penjualan dan sistem manajemen yang profesional. Nestlé Indonesia adalah anak perusahaan Nestlé SA, perusahaan yang terdepan dalam bidang gizi, kesehatan dan keafiatan, yang berkantor pusat di Vevey, Swiss. Nestlé SA didirikan lebih dari 140 tahun lalu oleh Henri Nestlé, seorang ahli farmasi yang berhasil meramu bubur bayi guna membantu seorang ibu menyelamatkan bayinya yang sakit dan tidak mampu menerima air susu ibu.
46
47 Nestlé telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1971, dan pada saat ini telah mempekerjakan lebih dari 2.600 karyawan untuk menghasilkan beragam produk Nestlé di tiga pabrik yaitu, Pabrik Kejayan, Pasuruan, Jawa Timur untuk mengolah produk susu seperti DANCOW, BEAR BRAND, dan NESTLÉ DANCOW IDEAL; Pabrik Panjang di Lampung untuk mengolah kopi instan NESCAFÉ serta Pabrik Cikupa di Banten untuk memproduksi produk kembang gula FOX’S dan POLO. Saat ini sedang dibangun pabrik ke-empat di Karawang yang direncanakan akan beroperasi pada tahun 2013 untuk memproduksi DANCOW, MILO, dan bubur bayi Nestlé CERELAC. Produk-produk impor Nestlé secara lebih lengkap mulai tersedia di Indonesia sejak tahun 1873 lewat pemasaran dari cabang Nestlé di Singapura. Karena permintaan konsumen Indonesia yang semakin meningkat, maka Nestlé secara resmi memulai berusaha di Indonesia pada tahun 1971 atas nama PT Food Specialities Indonesia. Untuk menunjang usaha di Indonesia, maka pabrik pengolahan susu di Waru, Jawa Timur mulai beroperasi pada tahun 1972. Sejalan dengan beroperasinya Pabrik Pengolahan Pabrik Waru, Nestlé Indonesia mulai memberikan bantuan teknis kepada masyarakat sekelilingnya terutama kepada para peternak sapi. Pada tahun 1979, pabrik pengolahan kopi didirikan di Panjang, Lampung sebagai pabrik kedua Nestlé di Indonesia untuk menghasilkan kopi Nescafe. Atas permintaan konsumen yang semakin meningkat, maka pada tahun 1988 Pabrik Kejayan di Pasuruan, Jawa Timur mulai beroperasi, menghasilkan produk susu dengan kapasitas yang lebih besar dan menggantikan Pabrik Waru yang ditutup. Setelah sukses membuka dan mengoperasikan pabrik di Lampung dan Jawa Timur
48 maka pada tahun 1990 Pabrik Cikupa mulai beroperasi, menghasilkan kembang gula (confectionery) yaitu POLO dan FOX'S. Motto Nestlé “Good Food, Good Life” menggambarkan komitmen perusahaan yang berkesinambungan untuk mengkombinasikan ilmu dan teknologi guna menyediakan produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia akan makanan dan minuman bergizi, serta aman untuk dikonsumsi serta lezat rasanya.
4.2 Visi dan Misi Perusahaan Berdasarkan informasi yang diterima dari website dan majalah mengenai profil perusahaan, yang memberikan pernytaan visi dan misi sebagai perusahaan produksi makanan terbesar di dunia, kami memusatkan perhatian kami untuk meningkatkan gizi (nutrition), kesehatan (health), dan keafiatan (wellness) dari konsumen kami. Para karyawan kami berdedikasi dan termotivasi untuk memproduksi produk berkualitas dan membangun brand yang memenuhi kebutuhan konsumen.Nestlé telah hadir di Indonesia sejak abad ke-19. Kini, bersama sekitar 2600 karyawan kami mengoperasikan tiga (3) pabrik yang mengolah sekitar 700.000 liter susu setiap hari dari 33.000 peternak susu di Jawa Timur dan 10.000 ton kopi dari sekitar 10.000 petani kopi di Lampung setiap tahun. Bersama ketiga sentra distribusi dan ratusan distributor kami hadir di setiap provinsi di Indonesia, memastikan ketersediaan produk Nestlé bagi konsumen Nestlé bagi konsumen diseluruh Indonesia.
49 Sebagai bagian dari suatu perusahaan global, Nestlé terus menerus melakukan penelitian dan pengembangan untuk terus melakukan penyempurnaan berbagai produk ciptaannya. Hal ini dilakukan sejalan dengan berkembangnya konsep dan dimensi makanan, yang kini tidak lagi sekedar untuk memperoleh kenikmatan (enjoyment) namun telah berkembang menuju keafiatan (wellness) dan bermuara pada kehidupan yang sejahtera dan berkualitas (wellbeing). Hal ini sejalan dengan Misi Nestlé Indonesia untuk turut mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat melalui produk-produknya yang berkualitas, bernutrisi dan lezat rasanya. Selain itu kami juga memfokuskan diri untuk senantiasa memberikan informasi dan pendidikan bagi konsumen kami, antara lain seperti tercantum dalam kemasan setiap produk kami. Dalam menjalankan bisnisnya, Nestlé berusaha untuk selalu menjalankan tanggung jawab kepada masyarakat dan menciptakan manfaat. Sebagai perusahaan terdepan dalam bidang nutrisi, kesehatan dan keafiatan (nutrition, health and wellness), kami di Nestlé yakin bahwa untuk mencapai kesuksesan perusahaan dalam jangka panjang serta menciptakan manfaat bagi para pemegang sahamnya, perusahaan harus menciptakan manfaat bagi masyarakat – kami menyebutnya Creating Shared Value (menciptakan manfaat bersama). Kami tidak hanya akan memproduksi produk berkualitas tinggi dan bergizi bagi para konsumen, namun juga akan membantu ribuan petani untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas hasil pertanian mereka, menciptakan lapangan pekerjaan baru, menggunakan bahan baku dalam negeri yang akan diolah menjadi produk bernilai tambah dan berkualitas tinggi dengan demikian menciptakan manfaat bersama sepanjang mata rantai perusahaan.
50 Dalam beroperasi, kami senantiasa memastikan standar perilaku bisnis yang ketat dan mendukung pelestarian lingkungan sebagaimana tercantum dalam Nestlé Corporate Business Principles. Ini termasuk Prinsip-Prinsip Global Compact PBB tentang Hak Azasi Manusia, Tenaga kerja, Lingkungan dan Korupsi. Dengan landasan strategi bisnis inilah kami memastikan sukses jangka panjang bagi perusahaan.
4.3
Struktur Organisasi PT. Nestle Indonesia berpusat di JL. TB Simatupang, Jakarta Selatan ini
memiliki delapan divisi yang berbeda dan sembilan bisnis unit dari masing–masing divisi dan bisnis unit yang akan terbagi menjadi kedalam beberapa departemen. Bagan struktur umum organisasi PT. Nestle Indonesia yang terlampir sebagai berikut ;
Gambar 4.3 Struktur Organisasi
51 4.4 Logo Perusahaan
Gambar 4.4 Logo Perusahaan
Logo Nestlé awal diperkenalkan oleh Henri Nestlé pada tahun 1868, berdasarkan arti namanya dalam bahasa Jerman, sarang kecil yaitu, sebagai konseptualisasi artistik lambang keluarganya. Henri dijamin paten 15 tahun Perancis untuk desain ini tahun yang sama. Setelah pensiun, logo telah terdaftar di Vevey pada tahun 1875 oleh pemilik baru perusahaan Nestlé SA. Kemudian pada tahun 1938, nama Nestlé diperkenalkan dengan desain sarang tradisional, sehingga menimbulkan tanda gabungan. Namun, pada tahun 1966, desain disederhanakan sekali lagi, dengan beberapa tweak grafis kecil ke sarang serta tipografi. Pada tahun 1988, worm pada paruh burung ibunya dibawa keluar sementara muda juga ditambahkan ekstra. Perubahan seperti ini dimaksudkan untuk memberi penekanan pada kegiatan perusahaan, yang memperluas cakrawala untuk mencakup produk diversifikasi,
52 sementara mencerminkan keluarga modern dengan dua anak. Logo Nestlé saat ini telah
baru-baru
ini
disederhanakan,
dan
pohon
yang
seharusnya
untuk
melambangkan sebuah pohon oak dan thrush burung. Inti dari logo Nestle adalah menjadi lambang rasa aman, kasih sayang, kekeluargaan dan tradisi. Perusahaan Nestlé terus mengembangkan produk-produknya dan kemudian menjadi pelopor beberapa produk seperti susu kental di Eropa tahun 1905, susu coklat tahun 1929, kopi instant tahun 1938 dan lain-lain.
4.5
Jobdesk Divisi Sales dan Marketing Dalam penelitian dilakukan pembahasan mengenai produk yang dihasilkan
oleh sebuh perusahaan, yang kemudian didistribusikan kepada konsumen atau pelanngan untuk dikonsumsi. Dalam hal ini perusahaan harus dapat menciptakan strategi untuk dapat memperkenalkan produk tersebut kepada konsumen secara luas. Dari sturktur organisasi yang telah terlampir diatas, Divisi Marketing dan Sales merupakan departemen internal perusahaan yang memiliki peranan penting dalam melakukan kegiatan promosi, pendistribusian dan pengontrolan kegiatan produk Nescafe. Berikut merupakan jobdesk atau tugas–tugas yang dilakukan oleh divisi berikut : Divisi Sales : Tabel 4.5 Jobdes Divisi Sales No. 1.
Departemen Direktur Sales
Jobdes / Tugas 1. Mengelola dan mengatur kegiatan penjualan. 2. Memberikan pembekalan pemahaman tujuan bisnis perusahaan dalam kegiatan penjualan. 3. Melakukan riset penjualan dengan produk pesaing.
53 2.
Modern Trade
3.
Sales Operation
4.
Sales Controller
5.
Hubungan Dewasa & Family
6.
Bagian Liquid, Power & Dairy
1. Melakukan penjualan ke supermarket, minimarket, seperti Alfamart, Indomart, Alfamidi, Giant, Carrefour dan seluruh toko sampai mall yang besar. 2. Mengecek unit barang harus selalu cukup. 3. Membuat laporan data produk yang didistribusikan. 1. Memastikan semua produk di distribusikan sesuai order. 2. Melakukan koordiansi terhadap kegiatan promosi produk kepada para agent agar berjalan dengan baik. 1. Mengontrol seluruh unit produk yang tersedia didalam gudang penjualan / room stock service. 2. Membuat catatan produk terhadap produk yang telah dan belum terjual. 3. Membuat laporan kurva atau tingkatan penjualan produk. 1. Semua produk yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan usia konsumen atau melakukan segmentasi penjualan. 2. Melayani keluhan atau pengaduan pemakaian produk melalui nomor costumer service Nestle atau ke www.sahabat Nestle.co.id secara online. 1. Melakukan pengecekan terhadap produk baik isi dan kemasan yang dilihat dari daya tahan produk yang kemudian memberikan informasi terhadap- pemakaian produk. 2. Memastikan desain produk harus bisa dimengerti oleh konsumen, tulisan, warna, simbol.
Divisi Marketing Tabel 4.5 Jobdes Divisi Marketing No. 1.
Departemen Direktur Merketing
2.
Service Proffesional.
3.
Modern Trade
Jobdes / Tugas 1. Menjalin kerja sama dengan berbagai agen dan para supplier dalam kegiatan pendistribusian barang. 2. Memberikan ide terhadap bentuk–bentuk promosi untuk dijalankan. 3. Melakukan penyeleksian terhadap proposal dalam rangka memberikan bantuan terhadap kegiatan dalam bidang kesehatan. 4. Membuat laporan terkait kegiatan–kegiatan yang telah mendapat dukungan dari perusahaan. 1. Melakukan kegiatan promosi diberbagai media yang berbentuk iklan, baik beripa video, gambar dan
54
2.
3. 4.
Nutrisi Balita
1. 2. 3.
5.
Hubungan Dr,
ke
1.
Rumah 2.
Sakit, Klinik 6.
Hubungan konsumen
ke
1. 2.
3.
7.
Baverage
1.
poster. Melakukan komunikasi merek dan informasi yang dapat mendorong pelanggan untuk dapat menetukan pilihan pelanggan terhadap gaya hidup sehat. Melakukan segmentasi konsumen dalam memprosikan produk sesuai dengan usia dan selera. Menawarkan berbagai pilihan produk balita yang bekerja sama dengan para ahli / pakar anak. Melakukan kegiatan seminar bagi para orang tua untuk mengetahui proses tumbuh kembang anak. Membuat laporan minat konsumen terhadap produk balita ( khususnya orang tua / parents segmentation) Memastikan bahwa produk yang telah dihasilkan telah diproduksi mendapat ijin dari depertemen kesehatan. Melakukan kegiatan kesehatan bagi masyarakat yang disertai dengan penkonsumsian produk–produk kesehatan dari perusahaan. Mengirimkan Direct Email kepada pelanggan setia produk Nestle. Melayani keluhan terhadap produk melalui nomer costumer service atau melalui website www.sahabatnestle.co.id. Menempatkan para tenaga kerja diberbagai outlet penjualan produk Nestle dengan tujuan mempromosikan produk serta memberikan informasi lebih detail terkait komposisi produk. Membuat promosi penjualan terhadap masing – masing brand, baik produk minuman / makanan.
Telah diketahui bahwa kedua divisi tersebut saling berhubungan satu sama lain, yang mana divisi sales bertugas untuk melakukan kegiatan pengecekan, pendistribusian dan pengontrolan terhadap produk yang akan dipasarkan. Divisi marketing juga sangat menentukan angka dan tingkat penjualan suatu produk. Masyarakat membutuhkan informasi terhdap produk yang dipasarkan melalui informasi yang disampaikan baik melalui iklan, costumer service ataupun petugas yang berada dioutlet penjualan produk.
55 Keduanya saling bekerja sama dalam rangka dapat mendistribusikan produk agar sampai ke tangan konsumen dan mendapatkan kesan atau umpan balik yang positif melalui bentuk promosi yang dilakukan.
4.6
Profil Responden Responden dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan sistem probability
sampling dengan metode penarikan sampel yaitu random sampling. Setelah menyebar kuesioner, didapatkan data sebaran dari total 77 responden penelitian yang dibagi kedalam 4 kategori yaitu, jenis kelamin, usia, status dan pendapatan adalah sebagai berikut :
4.6.1
Jenis Kelamin
Gambar 4.6.1 Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian diatas menyatakan bahwa konsumen dari produk Nescafe adalah konsumen pria dengan perolehan data sebesar 89 % (69 responden) dan konsumen wanita sebesar 11% (8 responden). Pada umumnya produk minuman kopi lebih sering dikonsumsi oleh pria dibandingkan oleh konsumen wanita. Dapat disimpulakan bahwa minuman kopi didominasi oleh
56 konsumen pria dibandingkan konsumen wanita, dan dapat dikatakan bahwa ketertarikan konsumen pria terhadap minuman bercita rasa kopi sangat besar untuk mengkonsumsi kopi di toko retail seperti 7-eleven yang menyediakan tempat bersantai.
4.6.2
Usia
Gambar 4.6.2 Usia Konsumen produk Nescafe dapat diidentifikasi berdasarkan usia konsumen. Peneliti telah memberikan 4 kategori berdasarkan usia mulai dari 15–20 tahun, 20–25 tahun, 25–30 tahun, > 30 tahun. Tingkatan usia ditetapkan berdasarkan pengunjung 7-eleven yang membeli produk Nescafe yang kemudian dikonsumsi ditempat yang telah disediakan oleh 7-eleven. Berdasarkan hasil data diatas konsumen yamn paling mendominasi adalah mereka yang berusia 25–30 tahun sebesar 54 % (41 responden), kemudian usia 20–25 tahun sebesar 27% (21 responden) dan sisanya 15–20 tahun sebesar 11% (8 responden) serta usia > 30 tahun sebesar 9% (7 responden). Hal ini menyatakan bahwa mereka yang berusai 25–30 tahun memiliki kegemaran mengkonsumsi produk Nescafe yang cukup
57 besar dibandingkan dengan tiga tingkatan usia lainnya sebagai pengunjung toko retail 7-eleven.
4.6.3 Status
Gambar 4.6.3 Status
Pengunjung toko retail 7-eleven juga dapat dikategorikan berdasarkan status kegiatan keseharian yang dilakukan oleh setiap para konsumen yang berkunjung. Dari data yang diperoleh peneliti menyatakan bahwa mereka yang paling banyak berkunjung adalah konsumen yang memiliki status sebagai karyawan dengan peroleh presentase sebesar 54% (41 responden) . Kemudian konsumen yang berkegiatan sebagai mahasiswa dengan peroleh presentase sebesar 27% (21 responden) dan sisanya para konsumen yang berkegiatan sebagai pelajar dan lainnya dengan peroleh presentase sebesar 11% (8 responden) dan 9% (7 responden) hasil ini memiliki kesamaan dengan hasil ketegori berdasarkan usia, yaitu mereka yang berumur 25–30 tahun dengan status sebagai karyawan. Peneliti menyimpulkan bahwa konsumen yang berstatu karyawan memiliki ketertarik lebih besar dalam mengkonsumsi produk Nescafe
58 di 7-eleven. Peneliti melihat bahwa para karayawan yang berkunjung ke 7-eleven pada saat jam pulang kantor, yang memungkinkan mereka untuk bersantai sejenak sehabis beraktivitas.
4.6.4
Pendapatan
Gambar 4.6.4 Pendapatan Dalam mengkonsumsi atau membeli suatu produk maka diperlukan biaya untuk memperolehnya, maka dari itu peneliti ingin melihat tingkatan konsumen berdasarkan pendapatan dalam rangka membeli produk Nescafe. Produk Nescafe yang di jual ditoko tetail 711 berkisar antara Rp 4,500 sampai dengan Rp 7,000. Harga tersebut bisa digolongkan dengan produk yang cukup murah dikarenakan produk yang memiliki kualiats yang baik dari segia rasa dan kemasan. Dari hasil data yang telah diperoleh bahwa konsumen yang memiliki presentase tinggi adalah konsumen yang berpendapatan Rp 1,500,000–Rp 3,000,000 (33 responden). Yang mana pada umumnya konsumen tersebut adalah mereka
59 berstatus sebagai karyawan telah mendapatkan gaji, namun disisi lain adapun mahasiswa yang juga berpendapatan seperti karyawan, dan sisanya adalah pelajar yang masih mendapatkan pendapatan atau uang jajan dari orang tua. Peneliti menyimpulkan bahwa dengan pendapat yang diperoleh karyawan antara Rp 1,500,000–Rp 3,000,000 tidak menganggu pengeluaran konsumen secara berlebihan, dikarenakan harga Nescafe yang dapat dijangkau. Peneliti telah menghitung apabila konsumen membeli produk Nescafe mereka akan mengeluarkan biaya Rp 18,000 dengan pembelian 3–4 kali perminggu untuk produk dengan harga Rp 4,500 dan Rp 28,000 untuk produk seharga Rp 7,000.
4.7 Hasil Analisis Data 4.7.1 Uji Validitas Berikut hasil penghitungan uji validitas butir soal 1-8 untuk variabel X (Kualitas Produk) dan hasil penghitungan uji validitas butir soal 9-16 untuk variabel Y (Loyalitas Pelanggan) dengan menggunakan program SPSS 19, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Berdasarkan hasil perhitungan nilai pada setiap butir pernyataan diatas, akan melihat membuktikan validitas dari setiap item melalui kreteria : 1. Jika r hitung positif serta r hitung > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid. 2. Jika r hitung positif serta r hitung < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid.
60 3. Jika r hitung > r tabel, tapi bertanda negatif, maka butir atau variabel tersebut tidak valid. (Hasan, 2006:15) Dengan melihat r tabel yang dicari pada nilai signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (N) = 77, maka r tabel sebesar 0,224. Tabel 4.7.1 Hasil Uji Validatas Variabel X dan Y X Kualitas Produk Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Y Loyalitas Pelanggan Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15 Item 16
Perhitungan Nilai r 0.746 > 0.224 0.369 > 0.224 0.535 > 0.224 0.697 > 0.224 0.640 > 0.224 0.500 > 0.224 0.744 > 0.224 0.710 > 0.224 Perhitungan Nilai r 0.723 > 0.224 0.759 > 0.224 0.800 > 0.224 0.721 > 0.224 0.661 > 0.224 0.643 > 0.224 0.772 > 0.224 0.650 > 0.224
Hasil Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Hasil Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
4.7.2 Uji Reabilitas Variabel X dan Y telah melakukan uji reabilitas melalui program SPSS 19, berikut hasil pengujian data :
61 Pengambilan Keputusan : 1. Berdasarkan hasil pengolahan melalui program SPSS, maka nilai alpha dari item soal variabel X adalah 0,775 dimana lebih besar dari 0,6 (0,775 > 0,6 ) maka dinyatakan reliabel. 2. Berdasarkan hasil pengolahan melalui program SPSS, maka nilai alpha dari item soal variabel X adalah 0,860 dimana lebih besar dari 0,6 (0,860 > 0,6) maka dinyatakan reliabel. 0,6 sebagai nilai corrected-item correlation (Hasan,2006:15)
4.7.3 Uji Normalitas Variabel X dan Y telah melakukan uji normalitas dengan menggunakan program SPSS 19, berikut hasil pendistribusian data :
Tabel 4.3.7 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test x N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
y 77
77
Mean
31.0260
26.4675
Std. Deviation
3.59449
3.74020
Absolute
.133
.140
Positive
.088
.096
Negative
-.133
-.140
1.171
1.224
.129
.100
62 Berdasarkan data yang diperoleh diatas, menyatakan bahwa peneliti mendapatkan nilai hitung Kolmogorv-Smirnov (Z) dan nilai probabilitas dari kedua variabel tersebut, dimana nilai hitung varibel (X) 1.171 dan (Y) 1.224, sedangkan nilai probabilitas varibel (X) 0.129 dan (Y) 0.100.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai variabel X dan Y diatas melalui uji normalitas, bahwa pendistribusian data secara normal berdasarkan kriteria : 1. Nilai signifikansi (sig) atau nilai probabilitas < 0,05, data tidak berdistribusi secara normal. 2. Nilai signifikansi (sig) atau nilai probabilitas > 0,05, data berdistribusi secara normal. (Ghozali, 2007:112) Hasil Pengujian : a)
Nilai signifikansi untuk variabel X yaitu kualitas produk sebesar 0,129 yang lebih besar dari 0,05 (0,129 > 0,05) maka dinyatakan data berdistribusi secara normal
b)
Nilai signifikansi untuk variabel Y yaitu loyalitas pelanggan sebesar 0,1 yang lebih besar dari 0,05 (0,1 > 0,05) maka dinyatakan data berdistribusi secara normal
Pengujian normalitas juga dapat dilihat dengan metode grafik. Pengujian normalitas dengan metode grafik adalah dengan cara melihat penyebaran data pada sumbu diagonal pada grafik Normal P-P Plot of regression standardized residual. Data
63 dapat dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik menyebar disekitar garis dan mengikuti arus grafik diagonal (Ghozali, 2007:112).
Gambar 4.7.3 Grafik Uji Normalitas
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa titik–titik menyebar disekitar garis dan mengikuti garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa nilai residual yang dihasilkan dari regresi tersebut bersifat normal. Dari data diatas peneliti mendapatkan hasil, bahwa setiap data yang didistribusikan telah bersifat atau mencapai titik normal. Hal tersebut menandakan bahwa apabila setiap data yang memiliki nilai normal maka nilai regresi dari kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan juga akan mengalami peningkatan.
64 4.7.4 Korelasi Pearson Setelah dilakukan uji korelasi pearson dengan menggunakan program SPSS 19, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel Interpretasi Koefisien Kerelasi Nilai r Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199
Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat Rendah Sangat Rendah
(Ridawan dan Koncoro, 2008:62) Dapat diketahui nilai korelasi pearson antara variabel kualitas produk dengan loyalitas pelanggan sebesar 0,722. Korelasi merupakan menguji adanya hubungan antara variabel X (kualitas produk) dengan Y (loyalitas pelanggan). (Ridawan dan Koncoro, 2008:62), menyatakan bahwa tingkat hubungan > 0,60 menandakan adanya hubungan yang kuat anatara kedua variabel tersebut. Berdasarkan variabel diatas menyatakan bahwa adanya hubungan yang kuat antara kualitas produk dengan loyalitas pelanggan dilihat dari 0,722 > 0,60.
4.7.5 Koefisien Determinasi Setelah dilakukan pengujian untuk mengetahui hasil koefisien determinasi dengan menggunakan program SPSS 19, maka didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.7.5 Model Summary R .722
R Square a
.522
a. Predictors: (Constant), x
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .515
2.60362
65 Selain hasil dari pengujian SPSS 19, koefisien determinasi juga dapat dilihat dengan rumus untuk mencari koefisien determinasi (Riduwan dan Kuncoro, 2008: 61) ; KP = r2 x 100% KP = 0.722 x 100% KP = 0.522 x 100% KP = 52.2 % Berdasarkan output diketahui bahwa nilai R square sebesar 0,522 atau 52,2% yang berarti presentase sumbangan pengaruh variabel independen yaitu kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan sebesar 52,2%. Sedangkan sisanya sebesar 47,8% dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
4.7.6 Uji Regresi Sederhana Setelah dilakukan uji regresi linier sederhana menggunakan program SPSS 19, maka didapatkan hasil sebagai berikut : Persamaan regresi linier sederhana Y= a+bX Y= 3.147+0,752X Dari persamaan regresi tersebut dapat disimpulkan : 1. Konstanta sebesar 3.147 artinya jika kualitas produk (X) nilainya 0 maka loyalitas pelanggan nilainya sebesar 3.147
66 2. Koefisien regresi variabel kualitas produk sebesar 0,752 artinya jika kualitas produk mengalami kenaikan satu satuan, maka loyalitas pelanggan akan mengalami peningkatan sebesar 0,752 satuan. Koefisien bernilai positif, artinya semakin tinggi faktor kualitas produk maka semakin meningkatkan loyalitas pelanggan. Hasil pengujian Uji t (Uji koefisien regresi sederhana) : Nilai signifikansi: 0,00 t hitung: 9,046 t tabel : α= 5%: 2 = 2,5% (uji dua sisi) Derajat kebebasan (df) = n-k-1 = 77-1-1 = 75; dengan pengujian 2 sisi diperoleh hasil t tabel dalam lampiran di Buku “Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D (Sugiyono, 2011) maka nilai t tabel adalah 1,992 Karena nilai t hitung > t tabel (9,046 > 1,992) artinya kualitas produk Nescafe berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Nilai t hitung positif, maka pengaruh yang terjadi adalah positif, artinya semakin tinggi faktor kualitas produk maka semakin meningkatkan loyalitas pelanggan pada produk Nescafe. Dari persamaan yang dimiliki, peneliti dapat melihat kualitas produk untuk dimasa kedepannya. Pengaplikasian persamaan tersebut dapat melihat seberapa besar presentase loyalitas pelanggan yang akan didapat oleh perusahaan. Apabila persamaan Y = 3.147 + 0.752 (7), maka nilai loyalitas yang akan diperoleh perusahaan sebesar 8.36 %. Maka dari itu perusahaan harus meningkatkan kualitas yang ada didalam produk tersebut. Perusahaan dapat
67 memberikan cita rasa yang lebih bervarian, serta aroma kopi yang lebih kuat sehingga dapat menambah kinerja produk. Dapat pula memperjelas informasi yang ada dalam produk untuk dapat memenuhi spesifikasi yang diinginkan konsumen. Nescafe sebaiknya memiliki daya tahan produk yang lebih awet, agar konsumen dapat membeli produk dengan jumlah yang lebih banyak untuk dikonsumsi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Produk diharapkan memiliki desain produk yang menarik dan penataan produk yang bersifat eye level, sehingga dapat menarik perhatian konsumen. Mengemas produk seeksklusif mungkin agar kesan pertama bersifat positif dapat diberikan oleh konsumen.
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian Setelah melakukan beberapa tes statistika menggunakan program SPSS 19, maka hasil dari penelitian ini dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Pengolahan Data (Penulis, 2013) HUBUNGAN VARIABEL
X
Y
PENGARUH
KORELASI
PERSAMAAN REGRESI
DISTRIBUSI DATA
52,2%
0,722 (Kuat)
Y= 3.147+0,752X
Normal
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel X yang berupa kualitas produk Nescafe memiliki pola linier terhadap loyalitas pelanggan dan memiliki pengaruh sebesar 52,2%, dan 47,8% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Korelasi antar variabel signifikan dan sebesar 0,722 yang menunjukkan tingkat kontribusi variabel X terhadap Y dinyatakan kuat. Kesimpulan itu berarti kualitas produk Nescafe harus
68 mempertahankan nilai-nilai yang terkandung dalam produk untuk mampu menghasilkan nilai loyalitas pelanggan yang lebih baik. Distribusi data bersifat normal, berarti profil dari sampel yang ditentukan telah mewakili profil dari populasi penelitian.