1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tembakau merupakan jenis tanaman yang sering dikonsumsi oleh manusia. Manusia telah mengenal tembakau sejak berabad-abad, baik
sebagai
barang
yang
mempunyai
nilai
ekonomi
karena
menghasilkan serat, atau karena uapnya yang meninbulkan kesenangan.1 Seiring perkembangan zaman terdapat jenis tanaman tembakau yang di campur dengan bahan kimia, memiliki efek menyerupai ganja jika dikonsumsi oleh manusia. Jenis tenaman tersebut saat ini sudah banyak di konsumsi dan terjual di berbagai Negara termasuk Indonesia. Tanaman itu di Indonesia di kenal dengan sebutan Tembakau Gorilla atau Ganja Sintesis. Tembakau gorilla atau ganja sintetis adalah ramuan herbal atau campuran tembakau yang disemprotkan dengan sejenis bahan kimia sintetis yang hasilnya menyerupai efek psikoaktif dari ganja (cannabis). Ganja sintetis legal di beberapa negara dengan merek dagang seperti
Spice, K2, No More Mr Nice Guy, dan lain-lain. Ganja sintetis sangat
1
M. Arif Hakim, Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi & Melawan, (Bandung: Komp. Cijambe Indah, 2004), 45.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
bebeda dengan ganja yang sebenarnya. Ganja sintetis mengandung bahan kimia yang disebut cannabimimetics yang dapat mengakibatkan efek berbahaya bagi kesehatan dan sangat beresiko untuk disalahgunakan. Seperti kebanyakan obat-obatan terlarang lainnya, ganja sintetis tidak diuji keamanannya. Pengguna tidak tahu persis bahan-bahan apa saja yang di racik didalamnya. Ganja sintetis merupakan zat yang bisa sangat berbahaya dan adiktif. Efek yang dihasilkan Ganja sintetik dapat mengancam nyawa manusia, seperti: 1. Perasaan senang berlebihan (euforia) . 2. Delusi paranoid (ketakutan/curiga berlebihan). 3. Rasa kaku sekujur tubuh sementara (seperti tertimpa gorilla) 4. Halusinasi (gangguan psikotik). 5. Koma hingga Kematian.2 Efek berbahaya dari produk ini pertama kali dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 2009. Pada waktu itu ganja sintetis sudah tersebar di seluruh AS. Pada tahun 2012, pusat pengendalian keracunan menerima 5.205 laporan mengenai dampak berbahaya dari ganja sintetik. Zat-zat Psikoaktif yang beredar luas di pasar dewasa ini, dikenal dengan nama NPS (New Psychoactive Substances) adalah berbagai jenis zat (drugs), yang didesain untuk menyamarkan dan membedakan, dengan
2
Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tentang Narkotika Golongan 1 jenis Ganja Sintetis.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
berbagai jenis narkoba yang telah dikenal luas, seperti ganja, kokain, heroin, shabu, ekstasi, yang diatur di dalam perundang-undangan tentang narkotika di berbagai negara. Proses manufaktur NPS menggunakan berbagai bahan kimia untuk menggantikan bahan baku pembuatan narkotika (prekursornarkotika), guna menghindari tujuan pengaturan prekursor, sebagai mana diatur di dalam Bab VIII (Pasal 48 s/d 52) Undang-undang nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 3. Penggunaan berbagai bahan kimia tersebut, secara konstan merubah struktur kimia NPS, sehingga produksi dan predarannya (NPS) tidak termasuk dalam kategori zat-zat yang diatur dan dilarang oleh peraturan perundangundangan di berbagai Negara, termasuk Indonesia. Penyebutan NPS bukan berarti “zat-zat psikoaktif tersebut baru ditemukan” (karena sebagian dari zat-zat psikoaktif tersebut telah ditemukan sejak ribuan tahun yang lalu, seperti kebiasaan mengunyah buah pinang dan buah/daun sirih di Timor, kebiasaan mengunyah daun koka oleh komunitas di kawasan pengunungan Andes, kebiasaan mengunyah daun khat di Ethiopia, penggunaan ganja di Cina telah berlangsung pada 3000 tahun sebelum masehi, dsb), tetapi lebih ditekankan pada metode pemasarannya yaitu menggunakan Internet atau
3
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
situs jual beli online untuk memasarkan berbagai produk NPS tersebut secara massif kepada konsumen.
World Drug Report 2014 melaporkan tantangan yang dihadapi masyarakat dunia dalam menanggulangi permasalahan narkoba menjadi semakin kompleks, terutama terkait dengan semakin maraknya peredaran NPS (New Psychoactive Substances) atau yang dikenal dengan nama
Synthetic drugs, Legal Highs, Herbal highs, dan dipasarkan secara masif melalui Internet dan social media serta maraknya penyalahgunaan obatobatan yang dibeli berdasarkan resep dokter.4 Pada tahun 2011 terdapat 243 jenis NPS yang beredar di berbagai negara, jumlah tersebut meningkat menjadi 251 jenis pada tahun 2012, dan meningkat lagi menjadi 348 jenis pada tahun 2013, yang belum masuk dalam kontrol intenasional (Single Convention on Narcotic Drugs 1961 dan Convention
on Psychotropic Substances 1971). Di Indonesia, BNN telah menemukan 27 jenis NPS, dan sebagian dari NPS yang beredar di Indonesia (18 jenis NPS) telah dimasukan kedalam lampiran Peraturan Menteri Kesehatan, dan menjadi lampiran yang tidak terpisahkan dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dengan demikian, penyalahgunaan 18 jenis NPS tersebut di Indonesia menjadi ilegal dan si penyalahguna dapat dihukum. Terdapat 9 (sembilan) kategori NPS yang 4
https://www.unodc.org/documents/wdr2014/World_Drug_Report_2014_web, diakses pada 29 November 2015 pukul 20.30
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
diperjual-belikan di pasaran yaitu: 1. Aminoindanes; 2. Synthetic
Cannabinoids (nama jalanan: spice, K2, kronik); 3. Synthetic Cathinones; 4. Ketamine and Phencyclidine-Type Substance; 5. Phenethylamines; 6. Piperazines; 7. Plant-Based Substances; 8. Tryptamines; 9. Kategori lain yang tidak termasuk dalam nomor 1 – 8.5 Badan pemerintah
yang
Narkotika menjadi
Nasional
focal
(BNN)
point
sebagai
dituntut
lembaga
meningkatkan
profesionalismenya bersama seluruh elemen masyarakat, LSM dan tentunya melibatkan peran serta masyarakat secara aktif dan dinamis. 6 Terdapat persepsi yang salah tentang NPS, karena meskipun terkadang dalam pengiklanan untuk penjualan dinyatakan sebagai “produk yang legal” (sah), ini tidak berarti produk tersebut aman. Sangat sulit untuk memastikan apakah berbagai produk NPS tersebut aman untuk dikonsumsi, karena kebanyakan produk-produk NPS tidak mencantumkan keterangan tentang aspek farmakologi dan aspek
toksikologi, serta tidak mencantumkan rekomendasi penggunaan (dosis) pada label produk tersebut. Artinya produk-produk NPS tersebut tidak diatur dan belum dilakukan pengetesan oleh lembaga yang berwenang (di
5
Jurnal Data P4GN, Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika, (Jakarta Balai Penerbit Badan Narkotika Nasional, 2013), 3. 6 Wawan Ranuwijaya, Buku P4GN Bidang pemberdayaan Masyarakat,( Jakarta, Balai Penerbit Badan Narkotika Nasional tahun 2010), 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Indonesia, pengetesan dilakukan oleh Badan POM), sehingga dapat disimpulkan produk-produk seperti ini, tidak aman untuk dikonsumsi. Efek NPS beragam tergantung komposisi kimiawi di dalam produk NPS yang bersangkutan, namun rangkuman efek negatifnya antara lain: kehilangan memori, bingung, anxiety, depresi, halusinasi, paranoid, psikoses, sulit tidur, aktif bicara,keracunan pada jantung (cardiotoxic), darah tinggi, detakan jantung menjadi cepat dan tidak beraturan (khusus untuk orang tua). Resiko penggunaan NPS antara lain: meningkatkan suhu tubuh, komplikasi jantung, serangan jantung, stroke, otak injury, kematian dan bunuh diri, depresi, mengurangi aliran darah ke jantung. Banyak kasus, si pengguna NPS mengalami sakit mental, bahkan mengarah pada bunuh diri. Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pasal 1 ayat 1 menyebutkan: “narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesisi maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurai sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang tersebut.”7
7
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika pasal 1 ayat 1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, tanaman ganja terdapat pada Golongan I. Adapun hukuman penggunaan ganja sintesis ataupun tembakau gorilla dalam UndangUndang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika pasal 111 ayat 1 menyebutkan: “setiap orang yang tanpa hak atau melakukan hukum menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika golongan I dalam bentuk tanaman di pidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delpan milyar rupiah).”8 B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah Berdasarkan isi latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini, adapun masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Asal usul tembakau gorilla. 2. Bahaya penyalahgunaan tembakau gorilla. 3. Tembakau gorilla dalam pandangan BNN. 4. Zat-zat terkandung dalam tembakau gorilla 8
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika pasal 112 ayat 1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
5. Pidana penggunaan tembakau gorilla dalam tinjauan hukum positif. 6. Pidana penggunaan tembakau gorilla dalam pandangan hukum Islam. Masalah penggunaan ganja sintetis atau tembakau gorilla memuat suatu masalah yang bersifat umum dan global, sehingga diperlukan suatu pembatasan masalah dalam pembahasannya. Dalam hal ini pembatasan masalah adalah: 1. Penyalahgunaan tembakau gorilla dalam Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. 2. Tinjauan hukum Islam terhadap penyalahgunaan tembakau gorilla. C. Rumusan Masalah Dari apa yang diuraikan dalam latar belakang diatas, maka permasalah yang diambil dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana ketentuan penyalahgunaan tembakau gorilla dalam tinjauan Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika? 2. Bagaimana penyalahgunaan tembakau gorilla ditinjau dalam hukum pidana Islam?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
D. Kajian Pustaka Permasalahan penggunaan tembakau gorilla sebernarnya sudah pernah dikaji oleh para penulis lainnya, diantaranya: 1. Skripsi Ita Purnama Sari yang berjudul “Konsep Diri Penasun (Penggunaan Narkoba Suntik)”. skripsi ini membahas tentang kriteria dan sanksi tentang penggunaan narkoba suntik dalam tinjauan perspektif hukum Islam dan menurut UU Nomor 35 Pasal 6 ayat 1 Tahun 2009. 2. Selanjutnya skripsi Nur Iftitathul Husniyah yang berjudul “Peran Badan Narkotika Kabupaten Lamongan Dalam Menanggulangi Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Pelajar Kabupaten Lamogan: Telaah Atas Program Jihad Narkotika”. Skripsi ini membahas tentang Bagaimana bentuk program jihad narkoba yang dilakukan Badan
Narkotika
Kabupaten
dalam
menanggulangi
peredaran dan penyalahgunaan narkoba ndikalangan pelajar Kabupaten Lamongan. 3. Ketiga skirpsi Resah Anika Maria yang berjudul “Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Kumulatif Dalam Putusan Nomor 382/ PID.SUS/ 2013/ PN. MKT Tentang Penyalahgunaan Narkotika Golongan I, Berupa Sabu-Sabu”.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Skripsi
ini
membahas
tentang
Bagaimana
dasar
pertimbangan Hakim terhadap penjatuhan sanksi hukuman kumulatif dalam Putusan Pengadilan Negeri Mojokerto No. 382/ 10 Pid.Sus/2013/PN.Mkt, tentang Penyalahgunaan narkotika golongan I, berupa sabu-sabu. E. Tujuan Peneitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka peneliti mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Ingin mengetahui kandungan zat-zat kimia yang terkandung dalam penyalahguaan tembakau gorilla sehingga bisa termasuk dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 2. Ingin menganalisis penyalahgunaan tembakau gorilla ditinjau dalam hukum Islam.
F. Kegunaan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian diharapkan bermanfaat dan berguna untuk: 1. Teoritis
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Hasil penelitian diharapkan berguna bagi perkembangan kerangka berfikir para ilmuan dalam disiplin ilmu pengetahuan agar bisa lebih maju lagi. 2. Praktis Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan atau pertimbangan bagi penerapan ilmu di lingkungan masyarakat, terutama para polisi khususnya BNN dalam perkembangan dunia narkotika di Indonesia. G. Definisi Operasional Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini perlu adanya definisi operasional dan untuk menghindari kesalahpahaman sehubungan dengan judul yang diangkat penulis yaitu: 1. Hukum Positif : Bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan
dasar-dasar dan aturan-aturan
untuk menentukan perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana (kepada barangsiapa yang melanggar larangan tersebut). Dalam ini adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
2. Hukum Islam: Syariat Allah yang mengandung kemaslahatan bagi kehidupan manusia, terutama syariat Allah yang mengatur tindakantindakan kejahatan yang mengganggu ketertiban umum, serta mengatur tindakan melawan perarturan-peraturan yang bersumber dari al-Quran dan Hadis. H. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya9. Agar dalam penyusunan skripsi ini mencapai hasil yang maksimal, metode dalam penulisannya yaitu: 1. Data yang di kumpulkan a. Data Primer b. Data Sekunder Sesuai
dengan
tujuan
yang
telah
dirumuskan,
maka
pengumpulan data digunakan untuk menjawabnya, dalam penelitian ini data-data tersebut antara lain: a. Data Tentang penyalahgunaan tembakau gorilla dari regulasi BNNP Jawa Timur. b. Data Tentang Nas / Ijtihad ulama tentang tembakau gorilla.
9
Suharsini Arikunnto, Prosedur Penelitian Suatu Pndekatan Praktis. Cet 13 (Jakarta : PT.Rineka Cipta,2006), 160.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
Data adalah catatan atas kumpulan fakta10. Data yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Sumber primer Sumber yang diperoleh secara langsung. Sehingga dimungkinkan memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya berasal dari : 1) Ketua BNN provinsi Jawa Timur. 2) Dokumen BNN 3) Undang-undang dan Regulasi tentang tembakau gorilla. b. Sumber sekunder Sumber yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada11. Dalam hal ini data yang digunakan peneliti antara lain: 1) Santoso Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam:
Penegakan Syariat Dalam Wacana dan Agenda 2) Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan
Dalam Islam) 3) Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam 4) Arief Hakim, Bahaya Narkoba Alkohol: Cara Islam
Mencegah, Mengatasi & Melawan. 5) Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana 10 11
http/id.Wikipedia.org/wiki/data, diakses pada 23 oktober 2015. Ibid.,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
2. Teknik Pengumpulan Data a. Interview Penulis mengadakan wawancara dan tanya jawab secara langsung dengan ketua atau yang diwakili oleh Bapak dr.Poerwanto Setijawargo kasi rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Timur pada tanggal 2 januari 2017 jam 09.00 WIB di kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Timur beralamat jalan Ngagel Madya V Nomor 22 Surabaya yang menangani kasus ini untuk mendapatkan informasi yang di perlukan dalam mengumpulkan data terkait dengan penggunaan tembakau gorilla. b. Telaah Dokumen Penulis mencari dan mengumpulkan data yang berasal dari dokumen atau arsip-arsip yang berkaitan dengan penelitian ini, sehingga penulis dapat menarasikan berdasarkan data yang di peroleh tersebut. c. Telaah Pustaka Penulis mencari dan mengumpulkan data yang berasal dari bukubuku yang berkaitan dengan penelitian ini, sehingga penulis dapat memahami, mencermati dan menganalisa berdasarkan data yang di peroleh tersebut. 3. Teknik Pengolahan Data
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Setelah seluruh data terkumpul kemudian dianalisis dengan tahapantahapan sebagai berikut : a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kevalidan, kejelasan makna, keselarasan dan kesesuaian antara data primer dan sekunder tentang analisis penggunaan tembakau gorilla menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika dalam perspektif Hukum Islam. b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data-data yang telah diperoleh tentang analisis penggunaan tembakau gorilla menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika dalam perspektif Hukum Islam. c. Analyzing, yaitu memberikan analisis dari data-data mengenai unsurunsur yang terdapat dalam zat penggunaan tembakau gorilla, dan unsur-unsur hukuman yang dikenakan kepada pengguna tembakau gorilla. 4. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.12 Sesuai dengan arah studi yang telah dipilih oleh penulis, teknik analisis data yang digunakan berupa metode deskriptif analisis yaitu mendeskrisikan data yang berhasil dihimpun sehingga tergambar obyek masalah secara terperinci dan menghasilkan pemahaman yang kongkrit dan jelas. Sedangkan pola pikir yang dipakai disini adalah pola pikir deduktif yang berangkat dari faktor yang umum, yaitu penyalahgunaan tembakau gorilla menurut tinjauan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika dalam perspektif Hukum Pidana Islam. I. Sistematika Pembahasan Untuk memberi pemahaman tentang skripsi ini, penulisan akan menguraikan pembahasannya. Adapun sistematika pembahsan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan pembahasan sebagai berikut: Bab pertama, adalah uraian pendahuluan yang menjelaskan langkah-langkahyang dilakukan dalam pembahasan skripsi ini meliputi: latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil
penelitian,
definisi operasional, metode penelitian, dan sub bab terakhir adalah sistematika pembahasan.
12
Noeng Muhjair, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:Rake Sarasin, 1996), 104.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Bab kedua, bab ini secara umum membahas penyalahgunaan tembakau gorilla menurut tinjauaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang
narkotika
dan
perspektif
Hukum
Islam.
Untuk
mendapatkan data yang utuh terlebih dulu diuraikan pengertian penggunaan tembakau gorila, bentuk-bentuk bahaya bagi pengguna tembakau gorilla, serta gambaran menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika dan Narkotika dalam Hukum Islam. Bab ketiga, bab ini berisi data tentang data-data yang diperoleh dari penelitian pada tanya jawab dengan ketua Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Timur. yang meliputi hasil uji laboratorium dinas kesehatan kota surabaya , dasar pertimbangan hukum yang digunakan oleh Badan Narkotika Nasional dalam mengkategorikan penggunaan zat-zat narkotika di tembakau gorilla sehingga bisa menjerat pengguna dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika. Bab
keempat,
bab
ini
menguraikan
tentang
analisis
penyalahgunaan tembakau gorilla dalam Undang-undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan perspektif hukum Islam.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Bab kelima, berisi tentang kesimpulan dan saran yang merupakan rangkuman yang terdapat pada bagian akhir dari penelitian skrispsi ini. Dalam bab akhir ini dijelaskan rumusan masalah kesimpulan dari keseluruhan bahasan sebagai jawaban yang ada pada rumusan masalah, dengan disertai saran yang membangun agar menjadi masukan bagi peneliti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id