BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL
Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu gambaran umum subjek penelitian. Setelah itu, peneliti akan menjabarkan hasil utama dari penelitian untuk menjawab permasalahan yang penelitian ini serta beberapa hasil tambahan lainnya. Data yang diolah untuk mendapatkan hasil penelitian ini adalah data dari hasil uji coba. Hal ini dilakukan peneliti dengan alasan sulitnya mendapatkan pasangan suami istri yang bekerja dan berada dalam masa awal pernikahan.
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Sebelum peneliti menjabarkan hasil yang hasil yang didapat, peneliti ingin memberikan gambaran seluruh subjek dalam penelitian ini. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin, usia , usia pernikahan, pekerjaan, pedidikan dan jumlah anak.
4.1.1. Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.1: Subjek bedasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Presentase (%)
Laki-laki
25
50.0
Perempuan
25
50.0
Jumlah
50
100.0
Dalam penelitian ini, jenis kelamin laki-laki dan perempuan disamakan proporsinya yaitu laki-laki 50% dan laki-laki 50%. Jadi jumlah subjek masingmasing berdasarkan jenis kelamin yaitu 25 orang.
Hubungan antara resolusi, Shintya Desmayanti, FPsi36 UI, 2009
37
4.1.2. Penyebaran subjek berdasarkan rentang usia Tabel 4.2: Usia subjek Rentang Usia
Frekuensi
Persentase (%)
20-25 tahun
14
28.0
26- 30 tahun
31
62.0
31-40 tahun
5
10.0
Jumlah
50
100.0
Dilihat dari rentang usia subjek pada penelitian ini sebagian besar berusia antara 26 tahun sampai 30 tahun dengan persentase sebesar 62%. Mayoritas dari subjek penelitian ini berusia 26-31 tahun.
4.1.3. Penyebaran subjek berdasarkan usia pernikahan. Tabel 4.3: Usia pernikahan subjek Usia pernikahan
Frekuensi
Persentase
1 tahun
6 pasang
24.0
1 tahun 1 bulan- 2 tahun
9 pasang
36.0
2 tahun 1 bulan- 3 tahun
6 pasang
24.0
3 tahun 1 bulan- 4 tahun
3 pasang
12.0
4 tahun 1 bulan – 5 tahun
1 pasang
4.0
Jumlah
25 pasang
100
Jika dilihat dari rentang usia penikahan, sebagian besar dari subjek adalah sepasang suami istri yang sudah menikah 1 tahun lebih sampai 2 tahun dengan persentase sebesar 36%. Pasangan dengan usia pernikahan 1 tahun terdapat 6 pasang sama jumlahnya dengan pasangan dengan usia pernikahan 2 tahun lebih sampai 3 tahun yaitu 24% dari jumlah keseluruhan pasangan. Jumlah pasangan yang menikah 3 tahun lebih sampai 4 tahun adalah 3 pasang atau sebesar 12% dari jumlah keseluruhan. Sebagian kecil dari subjek penelitian ini adalah pasangan dengan usia pernikahan 4 tahun lebih sampai 5 tahun yaitu hanya 1 pasang saja atau hanya 4 % dari keseluruhan pasangan pada penelitian ini.
Hubungan antara resolusi, Shintya Desmayanti, FPsi UI, 2009
Universitas Indonesia
38
4.1.4. Penyebaran subjek berdasarkan pekerjaan Tabel 4. 4: Pekerjaan subjek Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
PNS
7
14.0
Pegawai Swasta
43
86.0
Total
50
100.0
Dari hasil penghitungan jumlah subjek berdasarkan pekerjaan, didapat 7 orang atau 14% dari jumlah keseluruhan subjek memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil. Disisi lain, terdapat 43 orang atau 86% dari keseluruhan subjek penelitian memiliki pekerjaaan sebagai pegawai swasta. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari pekerjaan, mayoritas subjek penelitian ini adalah pegawai swasta.
4.1.5. Penyebaran subjek berdasarkan pendidikan Tabel 4.5: Tingkat pendidikan subjek Tingkat
Frekuensi
Persentase (%)
pendidikan SMA
10
20.0
Diploma
6
12.0
S1
34
68.0
Jumlah
50
100.0
Dilihat dari tingkat pendidikan, terdapat 10 orang atau 20% dari keseluruhan subjek penelitian yang tingkat pendidikannya SMA. Pada tingkat pendidikan Diploma, jumlah subjek 6 orang atau 12 % dari jumlah keseluruhan subjek penelitian. Jumlah subjek terbanyak pada penelitian ini adalah subjek pada tingkat pendidikan S1 yaitu 34 orang atau 68 %. Jadi, mayoritas dari subjek penelitian ini adalah S1.
Hubungan antara resolusi, Shintya Desmayanti, FPsi UI, 2009
Universitas Indonesia
39
4.1.6. Penyebaran subjek berdasarkan jumlah anak Tabel 4.6: Jumlah anak yang dimiliki subjek penelitian Jumlah anak
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak ada
14 pasangan
56.0
1 anak
8 pasangan
32.0
2 anak
3 pasangan
12.0
Jumlah
25 pasangan
100.0
Jika dilihat dari jumlah anak yang dimiliki, ada 8 pasang suami istri atau 32% dari jumlah keseluruhan pasangan yang memiliki 1 orang anak. Terdapat 3 pasangan
yang memiliki 2 orang anak atau 32% dari jumlah keseluruhan
pasangan. Jumlah yang paling banyak atau mayoritas dari subjek penelitian ini adalah pasangan yang tidak memiliki anak. Jumlah pasangan yang tidak memiliki anak adalah 14 pasangan atau 56% dari jumlah keseluruhan jumlah pasangan.
4.2. Hasil Penelitian Setelah peneliti mendapatkan gambaran subjek penelitian, hal yang dilakukan oleh peneliti selanjutnya adalah melakukan pengolahan data serta analisis dari hasil data yang telah diolah untuk menjawab tiap-tiap permasalahan dalam penelitian ini.
4.2.1. Resolusi Konflik. Tabel 4.7: Penyebaran Gaya Resolusi Konflik Gaya Resolusi
Frekuensi
Persentase
Konflik Gaya penghindaran
7
14.0
Gaya dominasi
13
26.0
Gaya akomodasi
7
14.0
Gaya integrasi
10
20.0
Gaya kompromi
13
26.0
Jumlah
50
100.0
Hubungan antara resolusi, Shintya Desmayanti, FPsi UI, 2009
Universitas Indonesia
40
Berdasarkan dari penyebaran frekuensi masing-masing gaya, didapat 7 orang menggunakan gaya penghindaran, 13 orang menggunakan gaya dominasi, 7 orang menggunakan gaya akomodasi, 10 orang menggunakan gaya integrasi, dan 13 orang menggunakan gaya kompromi. Jika dilihat dari presentase dari jumlah keseluruhan, gaya yang paling banyak digunakan adalah gaya resolusi konflik dominasi dan gaya kompromi dengan presentase sebesar 26%. Disisi lain, sebagian kecil menggunakan gaya resolusi konflik akomodasi dan penghindaran yaitu dengan presentase 14%. Dari penyebaran frekuensi masing-masing gaya, peneliti mendapat gambaran bahwa secara umum individu pada pasangan yang menikah dan keduanya bekerja lebih banyak menggunakan gaya kompromi dan dominasi.
4.2.2. Tingkat Kepuasan Pernikahan Dalam penelitian ini, peneliti juga ingin mengetahui tingkat kepuasan pernikahan pada pasangan suami istri yang keduanya bekerja secara umum.
Tabel 4.8: Z score kepuasan pernikahan Tingkat kepuasan
Z score
Tinggi
0,6> z ≥ 2,25
Sedang
-1,25 > z ≥ 0,5
Rendah
-3,01> z ≥ -1,26
Tabel 4.9: Tingkat Kepuasan Pernikahan Tingkat kepuasan
Frekuensi
Persentase (%)
Tinggi
15
30.0
Rata-rata
30
60.0
Rendah
5
10.0
Dari hasil penghitungan skor total masing-masing subjek terhadap kepuasan pernikahan dan menghitung z score, peneliti dapat mengklasifikasikan kepuasan pernikahan yaitu tingkat kepuasan pernikahan rendah, rata-rata dan tinggi. Nilai z score yang diperoleh dari skor total kepuasan pernikahan yaitu
Hubungan antara resolusi, Shintya Desmayanti, FPsi UI, 2009
Universitas Indonesia
41
-.301 sampai 2,25. Dari hasil pengklasifikasian, mayoritas subjek memiliki tingkat kepuasan pada tingkat rata-rata.
4.2.3. Hubungan Gaya Resolusi Konflik dengan Kepuasan Pernikahan Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel resolusi konflik dan kepuasan pernikahan, peneliti melakukan penghitungan korelasi dengan korelasi Pearson (Pearson Product Moment Correlation), karena masing-masing variabel berskala interval. Peneliti menghitung korelasi tiap-tiap gaya
dari
resolusi konflik dengan kepuasan pernikahan dan nilai korelasi yang didapat pada masing-masing gaya berbeda-beda.
1. Hubungan gaya resolusi konflik penghindaran dengan kepuasan pernikahan.
r
Sig.
-.067 .323
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi dengan Pearson, pada gaya resolusi konflik penghindaran didapat nilai r sebesar -.067 dan nilai signifikansi p = .323. Dengan nilai p>.05, hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan atau korelasi yang signifikan
antara gaya resolusi konflik penghindaran dengan
kepuasan pernikahan. Artinya, inidividu yang menggunakan gaya resolusi konflik penghindaran tidak mempengaruhi tingkat kepuasan pernikahan. Dengan demikian, Ha1 ditolak dan H01 diterima.
2. Hubungan gaya resolusi konflik dominasi dengan kepuasan pernikahan.
r
Sig.
-.321* .012
Pada gaya resolusi konflik dominasi, nilai korelasi terhadap kepuasan pernikahan didapat r sebesar .-321 dengan signifikansi p = .012. Dari hasil nilai
Hubungan antara resolusi, Shintya Desmayanti, FPsi UI, 2009
Universitas Indonesia
42
korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa gaya resolusi konflik dominasi memiliki hubungan atau korelasi secara signifikan dengan kepuasan pernikahan pada level .05 (one tailed). Korelasi antara gaya dominasi dengan kepuasan penikahan merupakan korelasi negatif atau berlawanan, artinya semakin tinggi tingkat gaya dominasi maka semakin tidak puas dengan pernikahannya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat gaya dominasi semakin puas dengan hubungan pernikahan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Ha2 diterima dan H02 ditolak.
3. Hubungan gaya resolusi konflik akomodasi dengan kepuasan pernikahan.
r
Sig.
.335*
.009
Hasil nilai korelasi yang didapat pada penghitungan korelasi antara gaya akomodasi dengan kepuasan pernikahan adalah r sebesar .335 dengan signifikansi p = .009. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif secara signifikan antara gaya akomodasi dengan kepuasan pernikahan dalam level 0.01 (one tailed). Adanya korelasi positif menunjukkan hubungan antara gaya akomodasi dengan kepuasan pernikahan searah, artinya semakin tinggi tingkat gaya akomodasinya maka semakin tinggi tingkat kepuasan pernikahannya. Sebaliknya, semakin tinggi rendah tingkat gaya akomodasi dalam resolusi konflik semakin tidak puas dalam hubungan pernikahan. Dengan demikian, hasil ini menerima Ha3 dan menolak H03. 4. Hubungan gaya resolusi konflik integrasi dengan kepuasan pernikahan.
r
Sig.
.526*
.000
Berdasarkan hasil penghitungan nilai korelasi antara gaya resolusi konflik integrasi dengan kepuasan pernikahan didapat nilai r sebesar .526 dengan signifikansi .000. Hal ini menunjukkan terdapat korelasi positif
Hubungan antara resolusi, Shintya Desmayanti, FPsi UI, 2009
antara gaya
Universitas Indonesia
43
resolusi konflik dengan kepuasan pernikahan pada level 0.01 (one tailed). Korelasi diantara dua variabel sifatnya searah, artinya semakin tinggi tingkat penggunaan gaya integrasi dalam menangani konflik dalam hubungan pernikahan, maka akan semakin puas dengan pernikahannya. Dari hasil ini berarti Ha4 diterima dan H04 ditolak. 5. Hubungan gaya resolusi konflik kompromi dengan kepuasan pernikahan. r
Sig.
-.159 .135
Pada gaya resolusi konflik kompromi, setelah dilakukan penghitungan korelasi dengan kepuasan pernikahan, nilai r yang didapat sebesar .-159 dengan signifikansi p = .135. Dari nilai yang dihasilkan dapat dikatakan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara gaya kompromi dengan tingkat kepuasan pernikahan. Hal ini berarti gaya kompromi yang dimunculkan oleh subjek, tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan pernikahannya. Dengan demikian, H05 diterima dan Ha5 ditolak. Jika digambarkan dalam satu tabel, hasil dari korelasi atau hubungan masing-masing gaya resolusi konflik dengan kepuasan pernikahan adalah sebagai berikut: (Tabel 4.10)
Hubungan antara resolusi, Shintya Desmayanti, FPsi UI, 2009
Universitas Indonesia
44
Tabel 4.10: Korelasi pearson ( r ) gaya resolusi konflik dengan kepuasan pernikahan
Gaya Resolusi Konflik Penghindaran
r -.067
Sig.
Keterangan
.323
Tidak ada hubungan signifikan dengan kepuasan pernikahan.
Dominasi
-.321*
.012
Ada hubungan berlawanan arah yang signifikan dengan kepuasan pernikahan.
Akomodasi
.335*
.009
Ada
hubungan
signifikan
positif
dengan
yang
kepuasan
pernikahan. Integrasi
.526*
.000
Ada
hubungan
signifikan
positif
dengan
yang
kepuasan
pernikahan. Kompromi
-.159
.135
Tidak
ada
signifikan
hubungan dengan
yang
kepuasan
pernikahan.
4.3. Hasil Tambahan Penelitian 4.3.1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepuasan Pernikahan Dengan menggunakan penghitungan independent sample t test, didapatkan nilai mean kelompok laki-laki dan kelompok wanita sebagai berikut:
Kelompok
N
Mean
Laki-laki
25
5.120
Perempuan
25
5.120
Sig. .772
Berdasarkan hasil yang didapat, diantara dua kelompok laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan nilai mean dan nilai signifikansi p = .772. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kepuasan pernikahan.
Hubungan antara resolusi, Shintya Desmayanti, FPsi UI, 2009
Universitas Indonesia
45
4.3.2. Hubungan Usia Pernikahan dengan Kepuasan Pernikahan Untuk mengetahui hubungan antara usia pernikahan dengan kepuasan pernikahan, peneliti melakukan penghitungan dengan pearson correlation. Skala yang digunakan untuk lamanya usia pernikahan adalah interval yaitu dengan skala bulan. r
Sig.
-.280
.025
Nilai korelasi yang didapat adalah r sebesar -.280 dengan signifikansi p = .025 pada level 0.05 (one tailed ). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia pernikahan dengan kepuasan pernikahan. Korelasi pada kedua variabel adalah korelasi negatif atau berlawanan arah, artinya semakin lama usia pernikahan maka tingkat kepuasan pernikahan semakin rendah.
4.3.3. Hubungan Jumlah Anak dengan Kepuasan Pernikahan Dengan menggunakan korelasi Pearson, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara jumlah anak yang dimiliki pasangan dengan kepuasan pernikahan.
r .036
Sig. .402
Nilai korelasi yang didapat antara jumlah anak yang dimiliki dengan kepuasan pernikahan yaitu r sebesar .036 dengan signifikansi .402. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan tingkat kepuasan pernikahan. Ada tidaknya anak atau banyak sedikitnya anak yang dimiliki tidak mempengaruhi tingkat kepuasan pernikahan.
4.3.4. Hubungan Pekerjaan dengan Kepuasan Pernikahan Dengan penghitungan menggunakan independent sample t-test, peneliti ingin mengetahui apakah pekerjaan mempengaruhi kepuasan pernikahan atau tidak.
Hubungan antara resolusi, Shintya Desmayanti, FPsi UI, 2009
Universitas Indonesia
46
Independent sample t-test t
df
Sig.
Mean
2.406
48
14.771
.020
Hasil korelasi antara pekerjaan dengan kepuasan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan diantara keduanya dengan nilai signifikansi sebesar p = .020 (p<0.05). Ini berarti pekerjaan mempengaruhi kepuasan pernikahan. Jenis pekerjaan yang dimiliki subjek pada penelitian ini adalah pegawai negeri
4.3.5. Hubungan Pendidikan dengan Kepuasan Pernikahan Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pendidikan dengan kepuasan pernikahan digunakan teknik Anova.
Anova df 2
Mean square 2679.352
F 18.385
Sig. .000
Berdasarkan hasil penghitungan, nilai signifikansi dari korelasi antara pendidikan dengan kepuasan pernikahan yaitu p sebesar .000. Dengan nilai p = .000 (p<0.05) artinya ada hubungan yang signifikan antara penddikan dengan kepuasan pernikahan atau dengan kata lain faktor pendidikan mempengaruhi kepuasan pernikahan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat kepuasan pernikahannya akan semakin tinggi pula. Dalam hal ini, subjek dengan jenjang pendidikan S1 memiliki kepuasan pada hubungan pernikahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek dengan pendidikan Diploma
Hubungan antara resolusi, Shintya Desmayanti, FPsi UI, 2009
atau SMA.
Universitas Indonesia