BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN
4.1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi EDC 1. Keuntungan transaksi melalui EDC pada kartu debit: a. Sebelum melakukan pembayaran pihak merchant mengkonfirmasi kepada customer nilai tranksaksinya. b. Keamanan transaksi terletak pada saat memasukkan kode PIN pribadi sebelum transaksi diproses oleh mesin. c. Apa bila transaksi gagal, maka proses diulang dari awal, yaitu pada saat menggesekkan kartu debit ke mesin EDC. d. Proses pencatatan alur penerimaan kas menjadi lebih mudah, dibandingkan menggunakan uang tunai. e. Dapat menghemat pengeluaran bagi pemegang kartu debit, karena setiap bulannya dan setiap transaksinya mempunyai batasan limit pembayaran. 2. Kelemahan transaksi melalui EDC pada kartu debit: a. Data yang tercatat oleh mesin dapat menjadi double record apabila terdapat kerusakan pada alat mesin EDC atau pada jaringan yang sedang down pada saat transaksi. b. Biaya (fee) transaksi ditanggung oleh pemilik mesin EDC atau merchant. c. Apabila jaringan sedang sibuk atau sedang down, transaksi tidak dapat dilakukan dengan menggunakan EDC. 3. Keuntungan transaksi melalui EDC pada kartu kredit: a. Sebelum melakukan pembayaran, pihak merchant mengkonfirmasi nilai transaksinya kepada customer.
61
b. Perpindahan uang tidak terjadi pada saat kita melakukan transaksi, tagihan transaksi akan ditagih pada akhir bulan secara kumulatif dari semua transaksi pengguna kartu kredit pada bulan yang bersangkutan. c. Apabila transaksi gagal, maka proses diulang dari awal, yaitu pada saat menggesekkan kartu kredit ke mesin EDC. d. Biaya fee transaksi ditanggung oleh pemilik kartu kredit, jadi fee yang dikenakan tidak membebani merchant. e. Total tagihan dapat dijadikan angsuran, pada saat menggunakan kartu kredit pengguna dapat membuat transaksinya menjadi sebuah angsuran apabila transaksi yang dilakukan cukup besar, dan atas kemauan pengguna kartu. 4. Kelemahan transaksi melalui EDC pada kartu kredit: a. Data yang tercatat oleh mesin dapat menjadi double record, yang disebabkan oleh kerusakan pada alat mensin EDC atau pada jaringan yang sedang down pada saat transaksi. b. Apabila jaringan sedang sibuk atau mungkin sedang down, maka transaksi tidak bisa dilakukan dengan menggunakan mesin EDC. c. Keamanan sangat lemah karena hanya mengandalkan tanda tangan yang disesuaikan dengan yang tertera pada bagian belakang kartu. d. Charge yang dibebankan kepada customer terkadang sangat memberatkan sehingga membuat customer batal melakukan transaksi menggunakan credit card. Credit card dan Debit Card memiliki keuntungan dan kelemahannya masing-masing. Hal ini dapat dibuktikan dengan penemuan-penemuan dalam penelitian tentang kelebihan dan kelemahannya. Bagi merchant penjualan
62
secara kredit lebih menguntungkan, karena fee dibebankan kepada customer. Akan tetapi uang dari transaksi tersebut baru dapat dicairkan pada akhir bulan. Bagi nasabah / customer, penggunaan kartu debit sangatlah menguntungkan, karena biaya fee ditanggung oleh merchant. Akan tetapi, pada saat transaksi berarti uang tabungan para nasabah telah terpotong secara langsung sesuai dengan nominal transaksi yang para nasabah lakukan. 4.2 Resiko (Risk) Pada umumnya resiko diklasifikasikan ke dalam 2 jenis, yaitu: 1. Resiko fisik (Physical risks) Pada saat ini penggunaan EDC merupakan salah satu alat yang sering digunakan untuk melakukan proses pembayaran. Tanpa disadari, alat tersebut merupakan alat yang rentan untuk disabotase. Dalam hal ini, sabotase yang dimaksud adalah pencurian data pada mesin EDC dan pencurian data kartu debit pengguna layanan tersebut. Karena banyaknya jumlah mesin, tentu berdampak buruk bagi pengawasan. Saat ini mesin EDC tersebar diseluruh Indonesia digunakan oleh merchant untuk membayar seluruh jenis transaksi ekonomi yang bersifat konsumsi baik barang maupun jasa. Disatu sisi EDC membantu memberikan kemudahan dan manfaat luas yang meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Maka layanan perbankan elektronik juga banyak memiliki kelemahan yang perlu diwaspadai dan diantisipasi sehingga teknologi tersebut tetap dapat digunakan akan tetapi harus ada tanggung jawab dari pihak penyelengara Bank Mandiri itu sendiri, yaitu upaya untuk memperbaiki kelemahan, menanggulangi permasalahan yang mungkin timbul serta yang paling
penting
adalah
meningkatkan
kesadaran
dan
menanamkan
63
pengetahuan tentang resiko dari pemanfaatan teknologi yang digunakan oleh layanan perbankan itu terutama kepada masyarakat luas, pengguna/nasabah, pemerintah/regulator, aparat penegak hukum dan penyelenggara itu sendiri (bank dan merchant). Berikut ini adalah beberapa resiko yang muncul dari pemanfaatan teknologi khususnya mesin EDC: a. Lemahnya proses identifikasi dan validasi calon nasabah, karena di Indonesia belum menerapkan Single Identity Number (SIM) yang terintegrasi antar departemen terkait dengan pelaksanaan pelayanan publik, sehingga memudahkan bagi pelaku untuk melakukan pemalsuan identitas dan mengecoh sistem validasi bank sehingga akhirnya akan berakibat pada penyalahgunaan rekening, fasilitas dan layanan terkait dengan nasabah seperti kartu debit / kredit untuk kegiatan kejahatan mulai dari penipuan, pencurian hingga pencucian uang. Karena pelaku hanya menggunakan layanan elektronik, untuk menghindari transaksi dan kontak fisik baik dengan petugas bank maupun korban. Hal ini paling sering dilakukan oleh pelaku kejahatan dengan mengeksploitasi prosedur penggunaan kartu debit. Teknologi yang digunakan adalah skimming. Teknik ini digunakan para pelaku karena lemahnya keamanan pada kartu debit, sebagian besar bank saat ini menggunakan kartu debit mereka dengan magnetic stripe card yang tidak dilengkapi pengaman chip (smart chip), berbeda dengan kartu kredit yang sudah dilengkapi dengan (smart chip).
64
Pasalnya membuat kartu berbahan magnetic ini dapat dengan mudah dijumpai dipasaran dengan harga yang sangat murah. Modus ini menimbulkan kerugian mencapai miliaran rupiah. Pelaku melakukan pencurian data nasabah, dan mengambil uang nasabah menggunakan data yang telah dicuri dibuat menjadi seperti kartu biasa. Berikut ini adalah contoh dari beberapa skimmer: Gambar 4.1 Alat yang digunakan untuk membuat kartu palsu
b. Kebocoran data nasabah melalui jaringan yang disediakan oleh penyelenggara. Dalam hal ini Bank Mandiri menggunakan pihak ke-3 untuk memberikan fasilitas jaringan untuk setiap mesin EDC. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil contoh PT. Telkom dan PT. XL Axiata sebagai penyedia jasa jaringan untuk mesin EDC. PT. Telkom digunakan sebagai penyedia jasa layanan jaringan untuk mesin EDC yang menggunakan jaringan Fix Line atau jaringan telepon. Berikut ini adalah gambaran alur sistem jaringan untuk tipe FixLine:
65
Gambar 4.2 Identifikasi Ancaman Keamanan EDC
Sebagai penyedia jaringan, Apabila terjadi kebocoran data melalui jaringan yang disediakan oleh pihak PT. Telkom, maka pihak PT. Telkom bertanggung jawab penuh atas kejadian tersebut. Akan tetapi jaringan fixline lebih dapat dipercaya dibandingkan menggunakan sinyal GPRS. Hal ini disebabkan karena fixline menggunakan kabel yang terus terhubung ke pusat. Contoh ke-2 adalah mesin EDC yang menggunakan fasilitas jaringan yang disediakan oleh PT. XL Axiata, berikut ini adalah gambaran alur sistem jaringan untuk tipe GPRS: Gambar 4.3 Alur sistem melalui jaringan GPRS
66
Sebagai penyedia jaringan, Apabila terjadi kebocoran data melalui jaringan yang disediakan oleh pihak PT. XL Axiata, maka pihak PT. XL Axiata harus bertanggung jawab penuh atas kejadian tersebut. Selain itu, menggunakan sinyal GPRS sebagai jaringan merupakan suatu kemudahan bagi merchant yang menggunakan onlineshop atau mobile shop, dibandingkan menggunakan Fixline. Akan tetapi, GPRS memiliki banyak kendala, salah satunya ada gangguan sinyal, atau ketidak sanggupan alat menangkap sinyal maupun sebaliknya.
c. Yang ketiga adalah pelaku merupakan pihak internal dari Bank itu sendiri. Pada tahun 2011 pernah terjadi pembobolan kartu kredit senilai Rp 80 Miliar lebih. Hal ini terjadi karena pelaku mengetahui cara mengambil dan mengkloning data terminal ID (T.ID) dan merchant (M.ID) dari terminal EDC. Setelah diketahui, pelaku merupakan mantan pegawai Bank swasta dan menjabat sebagai investigator kartu kredit. Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan kemajuan teknologi mempunyai dampak positif dan negatif. Yang menjadi permasalahan adalah dampak negatif yang ditimbul oleh teknologi itu sendiri, dimana merupakan tanggung jawab yang harus ditangani oleh pihak penyelenggara yaitu Bank Mandiri. Penyelenggara harus membuat dengan sistem yang telah diimpementasikan harus tetap berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dan juga bagaimana pihak penyelenggara meyakinkan masyarakat keamanan dan kenyamanan dalam menggunakan fasilitas yang diberikan oleh Bank Mandiri.
67
2. Resiko manajemen (Managerial risks) Untuk masalah resiko manajemen, Bank Mandiri telah melakukan pelaksanaannya dengan baik. kekurangannya adalah terletak pada resistensi pada data nasabah yang masih menjadi tugas bagi Bank Mandiri bagaimana cara mengatasi dan mencegah masalah tersebut. Selama ini masalah yang datang sebagian kecil berasal dari pihak bank. Sebagian besar masalah terjadi pada kartu kredit karena kartu kredit merupakan kartu yang paling sering disalah gunakan. Pasalnya adalah, apabila seseorang menemukan kartu kredit yang belum di blokir oleh si pemilik, penemu dapat menggunakan kartu tersebut hanya dengan meniru tanda tangan yang ada dibalik kartu. Sering kali nasabah sering lepas tanggung jawab atas penggunaan kartu kredit. Karena terlalu fokus pada belanjaan menggunakan kartu kredit, nasabah sering lepas tanggung jawab untuk membayar tagihan mereka yang sudah membengkak. Karena merasa tidak sanggup membayar tagihan tersebut, nasabah
berupaya untuk menghilangkan jejak dengan cara
membuang kartu kredit tersebut kemudian mengubah data-data pribadi misalnya pindah rumah, ganti nomor telepon, dan masih banyak cara lain. Terkait dengan kinerja perusahaan, dirasa tidak mempunya masalah yang berarti. Pasalnya dilihat dari semua sisi, investasi ini mengalami kemajuan yang positif khususnya pada tahun 2010 ke tahun 2011 yang mengalami kemajuan yang signifikan, akan tetapi ada masalah kecil yang dipertanyakan oleh pihak manajemen, yaitu pertumbuhan pendapatan pada tahun 2011 ke 2012 yang mengalami kenaikan yang minim. Tetapi pihak Bank Mandiri menyatakan bahwa, “selama tidak mengalamani penurunan, itu merupakan hal positif untuk perusahaan”.
68
Masalah yang kemungkinan akan terjadi adalah pelaku dari kejahatan itu sendiri adalah karyawan perusahaan tempat dia bekerja (Bank Mandiri). Pasalnya, tidak semua orang paham akan bagai mana alur dan mekanisme mesin EDC. Tidak menutup kemungkinan pelakunya adalah orang dalam perusahaan. Hal ini merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menanamkan rasa loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Tindakan ini dilakukan agar, karyawan untuk tidak berniat melakukan tindakan kriminal. Selain itu juga, perusahaan harus menerapkan peraturan yang ketat terkait masalah tersebut. Misalnya, setiap karyawan tidak diperbolehkan membawa keluar data yang ada di dalam perusahaan dan sebaiknya orang yang bekerja pada bagian yang di anggap penting oleh perusahaan, sebaiknya merupakan orang yang dapat dipercaya oleh perusahaan. 4.3 Tahap-tahap pembahasan Dalam melakukan evaluasi investasi Electronic Data Capture (EDC) pada PT. Bank Mandiri, penelitian ini menggunakan metode Cost Benefit Analysis. Dalam metode ini evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode biaya dan manfaat yang dikeluarkan untuk proyek investasi. Metode ini membandingkan nilai manfaat kini dengan investasi dari biaya yang dikeluarkan. Penelitian ini
dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
pengambilan keputusan untuk keputusan investasi.
69
4.4 Tahapan dalam Cost Benefit Analysis 4.4.1 Mendefinisikan masalah (Define Problem) Masalah yang dihadapi oleh PT. Bank Mandiri sebelum menggunakan sistem EDC adalah terdapat tranksasi atas permintaan uang tunai yang cukup tinggi dalam rangka melayani nasabah. Hal ini menyebabkan beberapa kendala untuk pihak Bank Mandiri seperti: 1. Antrian yang panjang pada bagian frontline dan antrian pada ATM (anjugan tunai mandiri). Antrian yang panjang menyebabkan frontline kesulitan dalam menangani nasabah hanya untuk permintaan transaksi uang tunai maupun transfer. 2. Pihak bank harus menyiapkan uang tunai yang cukup besar setiap harinya, dan ketidak nyamanan nasabah karena memegang uang tunai yang cukup besar. 3. Tidak efektif dan efisien, terjadi pemborosan biaya – biaya. Pemborosan biaya yang dimaksud adalah biaya pada bagian frontline seperti biaya ATK, kertas formulir, dan gaji. 4. Terjadinya kesalahan - kesalahan human error pada saat transaksi, seperti salah input data, maupun salah tulis. 5. Kekecewaan nasabah atas kinerja perusahaan yang lambat dalam menangani nasabah. Dengan adanya permasalahan tersebut, PT. Bank Mandiri mengeluarkan produknya yaitu Electronic Data Capture (EDC) pada periode 2000. Hal ini semata untuk memberikan atau mempermudah pelayanan kepada nasabah dan merupakan tuntutan zaman yang sudah mulai berkembang. Pada saat ini IT merupakan sarana bagi para perusahaan untuk mengembangkan produk -
70
produk mereka, seperti internet banking, mobile banking dan lain lain. Sistem ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih effektive dan effesien. Investasi produk ini adalah untuk melayani nasabah yang ingin melakukan transaksi tanpa menggunakan uang tunai. Sehingga nasabah tidak perlu ke bank untuk mengambil uang tunai, dalam keperluan sehari - harinya. 4.4.2 Mengidentifikasi dan menghitung biaya dan manfaat (Identify and Quantify Cost and Benefits) Analisis biaya dan mafaat dilakukan untuk mengetahui seberapa baik suatu investasi yang telah dilakukan selain menghitung biaya biaya yang berkaitan langsung dengan investasi tersebut dan juga menghitung biaya berjalan selama investasi di implementasikan. Bank Mandiri menganggarkan dana untuk tahun 2007 sampai 2012 sebgai berikut: Tabel 4.1 Anggaran dana investasi (dalam jutaan) NB : asumsi $1=Rp10.000,Tahun
Investasi IT $
Investasi Rp
2007
80
800.000
2008
35
350.000
2009
50
500.000
2010
75
750.000
2011
120
1.200.000
2012
85
850.000
445
4.450.000
Sumber : divisi EDC Bank Mandiri
Tabel diatas menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya anggaran yang dikeluarkan oleh perusahaan. Khusus untuk ditahun 2011 perusahaan mengeluarkan dana yang lebih besar untuk tahun tersebut. Hal itu
71
disebabkan pihak perusahaan melakukan percepatan penyebarluasan mesin EDC. Biaya tahunan yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri baik untuk biaya operasional bagian IT: Tabel 4.2 Biaya gaji disetahunkan IT department (dalam jutaan) Tingkatan
Orang
Perorangan
Jumlah
Agent
92
2,5
230
TL
10
3,7
37
SPV
3
5,1
15,3
Mngr
1
11,2
11,2
106
293,5
Sumber : divisi EDC Bank Mandiri
Tabel diatas adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar gaji seluruh karyawan yang ada di bagian IT tahun 2013 perbulan yang telah disetahunkan. Biaya untuk EDC itu sendiri adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Daftar harga beli mesin EDC dan biaya terkait Tipe
Harga $
Keterangan
Biaya Tambahan
Dial Up
300
Menggunakan jaringan telephon
Rp250/transaksi
Gprs
300
Menggunakan jaringan sinya HP
Rp100.000/bulan
Wifi
300
Menggunakan koneksi internet
Pada tagihan internet
Combo
300
Menggunakan dial up / Gprs
Rp100.000 + Rp250/transaksi
Sumber : divisi EDC Bank Mandiri
Tabel diatas menjelaskan bahwa, setiap tipe mesin mempunyai harga beli yang sama. Yang membedakan adalah, biaya tambahan terkait dari setiap tipe tersebut.
72
Total kenpemilikan EDC mandiri tahun 2008 sampai 2012 Tabel 4.4 Jumlah masing-masing unit mesin EDC Tahun
Jumlah Unit
2008
28546
2009
33.302
2010
47.278
2011
92.903
2012
180.352
Sumber : divisi EDC Bank Mandiri
Tabel diatas menunjukkan peningkatan jumlah EDC setiap tahunnya. Upaya perusahaan untuk melakukan percepatan penyebarluasan mesin EDC, ternyata berhasil, pada tahun 2012, peningkatan mesin EDC meingkat hampir dua kali lipat. Hal ini terjadi karena persuahaan menambahnya anggaran investasi pada tahun 2011 lebih besar dibandingkan tahun – tahun sebelumnya Tabel 4.5 Tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank Mandiri 2007 -2012 Tahun
Tingkat Bunga Deposito
2007
8%
2008
9,25%
2009
6,5%
2010
6,5%
2011
6%
2012
5,75 Sumber : www.bi.go.id
Tingkat bunga diatas adalah tingkat bunga yang ditetapkan oleh Bank Mandiri untuk tahun – tahun tersebut. Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa setiap tahunnya Bank Mandiri menurunkan tingkat suku bunganya.
73
Tabel 4.6 Asumsi Pendapatan fee Via EDC Bank Mandiri (dalam jutaan) Tahun
DPK
Asumsi
Uang Berjalan
Asumsi
Fee Via EDC
2008
210.000.000
30%
63.000.000
2%
1.260.000
2009
299.000.000
30%
89.700.000
2%
1.794.000
2010
356.700.000
30%
107.010.000
2%
2.140.200
2011
422.200.000
30%
126.660.000
2%
2.533.200
2012
482.900.000
30%
144.870.000
2%
2.897.400 9.364.800
Sumber : website Bank Mandiri
Pendapatan diatas adalah pendapatan yang telah dibulatkan. Karena data yang didapat hanya menyebutkan dalam triliunan, maka peneliti mengasumsikan pendapatan fee via EDC merupakan angka bulat. Apabila merchant ingin memiliki sebuah mesin EDC, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh merchant ; membuka tabungan Mandiri prioritas, menyerahkan uang jaminan sebesar Rp30.000.00 > Rp50.000.000 dan bersedia membayar fee transaksi sebesar 1,5% > 3% (besar kecilnya, tergantung pada saat kesepakatan antara merchant dengan pihak marketing). manfaat tangible dan intangible yang didapatkan dari hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh PT. Bank Mandiri: 1. Mafaat tanngible (berwujud) yang didapat oleh PT. Bank Mandiri dengan adanya Electronic Data Capture (EDC) adalah sebagai berikut: a. Meningkatnya fee via EDC pada tahun 2008 sampai 2012 dengan nilai yang didapat adalah Rp 1,26 triliun, Rp 1,794 triliun, Rp 2,140 triliun, Rp 2,533 triliun, dan Rp 2,897 triliun.
74
b. Meninggkatnya dana pihak ke tiga dengan nilai yang didapat adalah Rp 210 triliun pada tahun 2008, Rp 299 triliun pada tahun 2009, Rp 356,7 triliun pada tahun 2010, Rp 422,2 triliun pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 Rp 482,9 triliun. c. Sejak diluncurkannya EDC Mandiri, perusahaan dapat mengurangi biaya operasional seperti biaya gaji Teller, kertas formulir, dan uang petty cash. 4.4.3 Membandingkan Alternatif Dari alternatif yang dipilih maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan Cost Benefit Ratio (CBR). Return on Investment (ROI), Net Present Vakue (NPV), dan Payback Period(PP) 4.4.3.1 Cost Benefit Ratio (CBR) Perhitungan CBR yang dilakukan dengan menggunakan Rumus. Sebagai berikut:
Tabel 4.7 Perhitungan Cost Benefit Ratio (dalam jutaan) Tahun Invest Rp
2008
2009
2010
2011
2012
350.000,0
500.000,0
750.000,0
1.200.000,0
850.000,0
293,5
293,5
293,5
293,5
293,5
350.293,5
500.293,5
750.293,5
1.200.293,5
850.293,5
1.260.000,0
1.794.000,0
2.140.200,0
2.533.200,0
2.897.400,0
320.634,8
469.759,2
704.500,9
1.132.352,4
804.060,0
1.153.318,1
1.684.507,0
2.009.577,5
2.389.811,3
2.739.858,2
Implementasi Operasional Total Biaya Fee Via EDC PV COST PV BENEFIT
75
CBR
3,60
3,59
2,85
2,11
3,41
Total biaya diperoleh dari penjumlahan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
investasi
pada
tahun
tersebut.
Kemudian
total
dari
biaya
diperhitungkan present value nya dengan tingkat bunga yang telah ditetapkan, kemudian keuntungan yang telah di hitungkan present value-nya, lalu dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan. Dari hasil penghitungan
dengan
menggunakan
CBR,
dapat
dikatakan
bahwa
keuntungan yang didapat lebih besar dibandingkan dengan biayanya. Artinya, investasi tersebut dari sisi CBR dapat diterima oleh perusahaan. 4.4.3.2 Return on Investment (ROI) Perhitungan ROI dilakukan dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
Tabel 4.8 Perhitungan Return on Investment (dalam jutaan) Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Invest Rp
350.000,0
500.000,0
750.000,0
1.200.000,0
850.000,0
Operasional
293,5
293,5
293,5
293,5
293,5
Total Biaya
293,5
293,5
293,5
293,5
293,5
Fee Via EDC
1.260.000,0
1.794.000,0
2.140.200,0
2.533.200,0
2.897.400,0
Profit
1.259.706,5
1.793.706,5
2.139.906,5
2.532.906,5
2.897.106,5
ROI
3,6
3,6
2,9
2,1
3,4
Implementasi
76
Investment cost yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, biaya yang terkait pada saat investasi setiap tahunnya. Biaya tersebut adalah biaya EDC, biaya operasional, dan implementasi. Setelah total biaya diperoleh, kemudian dikurangkan dengan laba yang diperoleh. Setelah profit didapatkan, kemudian biaya investasi dibandingkan dengan profit yang diperoleh. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan ROI, dapat dikatakan bahwa profit yang didapat lebih besar dari biaya invetastinya. Artinya, investasi tersebut dari sisi ROI dapat diterima perusahaan. 4.4.3.3 Net Present Value (NPV) Perhitungan NPV dilakukan dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
Tabel 4.9 Perhitungan Net Present Value (dalam jutaan) NET PRESENT VALUE NEUTRAL ( Million ) Tahun
2007
DPK Asumsi Uang Berjalan
2009
2010
2011
2012
210.000.00 0
299.000.00 0
356.700.00 0
422.200.00 0
482.900.00 0
30% -
Asumsi Fee Via EDC
2008
30% 63.000.000
2%
30% 89.700.000
2%
30% 107.010.00 0
2%
30% 126.660.00 0
2%
30% 144.870.00 0
2%
2%
-
1.260.000
1.794.000
2.140.200
2.533.200
2.897.400
Operasional Implementas i Total biaya
294
294
294
294
294
294
-
-
-
-
-
-
294
294
294
294
294
294
EBIT
(294)
1.259.707
1.793.707
2.139.907
2.532.907
2.897.107
Pajak 25%
-
314.927
448.427
534.977
633.227
724.277
EAT
(294)
944.780
1.345.280
1.604.930
1.899.680
2.172.830
Rate
1,0800
1,0925
1,0650
1,0650
1,0600
1,0575
PV
(317)
864.787
1.263.174
1.506.976
1.792.151
2.054.685
invest awal
800.000
-
-
-
-
-
Cost
77
invest tahunan
-
350.000
500.000
750.000
1.200.000
850.000
NPV
(800.317 )
514.787
763.174
756.976
592.151
1.204.685
Tingkat bunga yang digunakan adalah tingkat bunga yang telah ditetapkan oleh Bank Mandiri. Dari data yang sudah didapatkan pada penghitungan sebelumnya. Maka penelitian ini tingal mencari nilai present value dari total biaya dan pendapatan, dengan cara 1 + bunga tahun tersebut dipangkat 1. Kemudian total pendapatan dikurang total biaya, dibagi nilai present valuenya. 4.4.3.4 Payback Period (PP) Perhitungan PP dilakukan dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
Tabel 4.10 Perhitungan Payback Period (dalam jutaan) Tahun
Investasi Rp
ACF
PP
Bulan
Hari
2008
500.000
514.787
0,68
8
248
2009
750.000
763.173
0,66
8
239
2010
1.200.000
756.976
0,99
12
362
2011
850.000
592.151
2,03
25
740
2012
350.000
1.204.685
0,71
9
258
Sumber : http://ir.bankmandiri.co.id/ diolah
Annual Cash Flow (ACF) didapat dari profit pada saat penghitungan Net Cash Flow (NPV). Kemudian NCF dibandingkan dengan investasi , kemudian akan diperoleh angka payback period. Untuk memudahkan dalam memahaminya, maka peneliti mengalikannya dengan jumlah hari dalam satu tahun (365hari). Karena Bank Mandiri melakukan investasi tiap tahunnya maka, Net Cash flow nya tidak dapat dikumulatifkan, apa bila dikumulatifkan maka
78
tidak akan berhenti sampai Bank Mandiri berhenti melakukan investasi ITnya.
79
Berikut ini adalah perhitungan tingkat pengembalian investasi awal Tabel 4.11 Initial investment return (dalam jutaan) Tahun
Initial Investment
ACF
Breakeven
2007
800.000
0
(800.000)
2008
514.787
(285.213)
2009
763.173
477.961
2010
756.976
1.234.937
2011
592.151
1.827.088
2012
1.204.685
3.031.773
Sumber : http://ir.bankmandiri.co.id/ diolah
Setelah dilakukannya penghitungan, bisa dilihat pada tabel diatas tingkat pengembalian investasinya. Initial investment balik modal pada saat tahun 2011. 4.4.4 Analisis sensitifitas Dalam penelitian ini, uji analisis sensitifitas dilakukan pada satu model perhitungan, yaitu pada penghitungan NPV. Hasil dari uji tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
80
Tabel 4.12 Analisis sensitifitas NET PRESENT VALUE (in Million)
Tahun DPK Asumsi Uang Berjalan Asumsi Fee Via EDC Operasional Total biaya EBIT Pajak 25% EAT Rate PV invest tahunan NPV
Optimis
2008 Neutral
Pesimis
Optimis
2009 Neutral
Pesimis
Optimis
2010 Neutral
Pesimis
210.000.000 50%
210.000.000 30%
210.000.000 10%
299.000.000 50%
299.000.000 30%
299.000.000 10%
356.700.000 50%
356.700.000 30%
356.700.000 10%
4
105.000.000 2% 2.100.000 293,5 293,5 2.099.707 524.927 1.574.780 1,0925 1.441.446
63.000.000 2% 1.260.000 293,5 293,5 1.259.707 314.927 944.780 1,0925 864.787
21.000.000 2% 420.000 293,5 293,5 419.707 104.927 314.780 1,0925 288.128
149.500.000 2% 2.990.000 293,5 293,5 2.989.707 747.427 2.242.280 1,065 2.105.427
89.700.000 2% 1.794.000 293,5 293,5 1.793.707 448.427 1.345.280 1,065 1.263.174
29.900.000 2% 598.000 293,5 293,5 597.707 149.427 448.280 1,065 420.920
178.350.000 2% 3.567.000 293,5 293,5 3.566.707 891.677 2.675.030 1,065 2.511.765
107.010.000 2% 2.140.200 293,5 293,5 2.139.907 534.977 1.604.930 1,065 1.506.976
35.670.000 2% 713.400 293,5 293,5 713.107 178.277 534.830 1,065 502.188
2
350000 1.091.446
350000 514.787
350000 (61.872)
500000 1.605.427
500000 763.174
500000 (79.080)
750000 1.761.765
750000 756.976
750000 (247.812)
81
Dari analisis sensitivitas yang dilakukan didapatkan hasil bahwa, apabila tingkat perputaran uang dana pihak ketiga melalui via EDC kurang dari 10% maka NPV yang didapatkan berupa negative. Tingkat perputaran minumnya adalah 25% untuk setiap tahunnya, apabila kurang dari angkata tersebut sudah dapat dipastikan salah satu dari NPV tersebut mendapatkan nilai negative. Pada tingkat optimis, hasil yang didapatkan dari analisis yang dilakukan adalah bahwa NPV mempunyai nilai positif yang cukup signifikan. Nilai yang didapatkan rata-rata pertahunnya dua kali lipat dari tingkat netral. 4.5 Hasil evaluasi dengan Cost Benefits Analysis (CBA) Berikut ini merupakan tangible dan intangible benefits yang didapatkan darihasil evaluasi yang telah dilakukan. 1. Manfaat tangible (berwujud) Manfaat intangible yang didapatkan oleh Bank Mandiri dengan investasi IT adalah sebagai berikut: Tabel 4.13 hasil analisa Cost Benefit Analysis (CBA) Tahun
CBR
ROI
NPV
2008
3,60
3,60
514.787
PP (bulan) 8
2009
3,59
3,59
763.173
8
2010
2,85
2,85
756.976
12
2011
2,11
2,11
592.151
25
2012
3,41
3,41
1.204.685
9
b. Hasil analisa perhitungan Cost Benefit Ratio (CBR) tahun 2008 sampai 2012 menunjukkan hasil diatas 1. Hasil perhitungan Cost Benefit Ratio (CBR) menunjukkan bahwa nilai benefit yang besar dari nilai investasi.
82
c. Hasil analisa dengan perhitungan Return on investment (ROI) tahun 2008 sampai 2012 menunjukkan hasil lebih dari 1. Hasil perhitungan Return on Investment (ROI) menunjukkan investasi pada EDC dianggap layak untuk diteruskan. d. Hasil analisa dengan perhitungan Net Present Value (NPV) tahun 2008 sampai 2012 menunjukkan angka yang positif. Karena arus kas setelah implementasi telah mencukupi untuk membayar kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan tingkat pengembalian yang diperlukan atas modal tersebut. Hasil perhitungan Net Present Value (NPV) menunjukkan investasi ini layak, karena perolehan Net Present Value (NPV) yang positif dari nilai investasi. e. Hasil analisa dengan perhitungan Payback Period tahun 2008 sampai 2012 menunjjukan angka yang positif. Payback Period tidak lebih dari 1 tahun untuk tiap tahunnya. Dapat disimpulkan bahwa, waktu pengembalian modal investasi sistem informasi cukup cepat. 2. Manfaat intangilbe (tak berwujud) Manfaat intangible beirkut ini adalah yang didapat oleh PT. Bank Mandiri dengan adanya EDC adalah sebagai berikut: a. Peningakatan
pelayanan
dalam
transaksi
keuangan.
Dengan adanya EDC transaksi bisa dilakukan kapanpun dengan catatan uang yang tersedia di tabungan dan batas transaksi tidak melebihi limit. b. Menigkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam menjalankan usahanya. Perpindahan uang sangat cepat
83
tidak perlu mengunggu beberapa hari untuk menunggu perpindahan uang, atau istilah yang lebih dikenal yaitu just in time. c. Proyek investasi ini diharapkan dapat mampu membantu pemerintah
dalam
mengurangi
inflasi
yang
terus
meningkat tiap tahunnya. PT. Bank Mandiri berharap dimasa depan uang tidak lagi
berbentuk uang kertas
ataupun coin. Maksudnya adalah uang tunai diganti dengan uang digital, jadi yang berputar hanyalah angka – angka digital bukan uang tunai lagi. d. Membuat ketergantungan masyarakat dengan kemudahan – kemudahan yang diberikan oleh Bank Mandiri diharapkan dapat membuat daya tarik untuk nasabah lain dengan bergabung bersama Bank Mandiri. Produk ini merupakan
salah
satu
daya
tarik
untuk
memikat
masyarakat. e. Peningkatan citra perusahaan antar bank, khususnya dengan Bank BCA. Dengan banyaknya EDC yang tersebar masyarakat
lebih
mengenal
Bank
Mandiri
dengan
kemudahan – kemudahan yang diberikan. f. Peningkatan daya saing dengan kompetitor, dengan adanya EDC perusahaan dapat meningkatkan pendapatan pada fee via EDC, sehingga dapat berkreasi untuk mengeluarkan produk – produk barunya.
84
g. Tingkat kesalahan rendah, dalam sistem EDC dapat memperkecil resiko kesalahan karena semua data saling berhubungan satu sama lainnya dan secara otomatis data 4.6 Perbandingan 4.6.1 Perbandingan berdasarkan teori Dalam melakukan perbandingan ini, peneliti ngambil dua dari lima rumus yang ada, karena dua dari lima rumus yang ada telah dilakukan penghitungan sebelumnya. 2 dua rumus tersebut adalah : Profitability Index (PI)
Tabel 4.14 perhitungan Profitability Index (dalam jutaan) Tahun
NPV
2007
Initial investment
PI
800.000
2008
514.787
2009
763.173
2010
756.976
2011
592.151
2012
1.204.685
sum
3.831.773
4,790
800.000
Dari hasil penghitungan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa investasi ini, layak untuk dilakukan sebab hasil yang didapatkan melebih dari standar kriterianya yaitu satu. Penghitungan ini dilakukan dengan cara menjumlah total NPV dari setiap tahunnya, kemudian dibagi dengan nilai investasi awal.
85
1. Average / Accounting Rate of Return (ARR)
Tabel 4.15 perhitungan Average / Accounting Rate of Return (dalam jutaan) Tahun
NPV
Total Investment
2007
800.000
2008
514.787
350.000
2009
763.173
500.000
2010
756.976
750.000
2011
592.151
1.200.000
2012
1.204.685
850.000
3.831.773
4.450.000
638.629
2.225.000
sum
ARR
29%
Dengan menjumlah NPV setiap tahunnya kemudian dibagi dengan jumlah tahunnya, hasil tersebut dibagi dengan total nilai investasi yang telah dibagi dua. 4.6.2 Perbandingan berdasarkan investasi sejenis Tabel 4.16 Perbandingan antara Bank Mandiri dengan Bank Bukopin Tahun
Bank
EDC
Mandiri
28.546
Bukopin
1.590
Mandiri
33.302
Bukopin
1.995
Mandiri
47.278
Bukopin
2.764
Mandiri
92.903
Bukopin
5.321
Mandiri
180.352
2008
2009
2010
2011
2012
Fee Via EDC 1.260.000.000.000 116.000.000.000 1.794.000.000.000 122.000.000.000 2.140.200.000.000 140.600.000.000 2.533.200.000.000 155.000.000.000 2.897.400.000.000
86
Bukopin
8.386
162.000.000.000
Dari perbandingan diatas, dapat dikatan bahwa EDC Bank Mandiri lebih banyak dari pada EDC Bank Bukopin. Dari segi nilai pendapatan fee Bank Mandiri tetap mengalahkan pendapatan fee Bank Bukopin.
4.7 Evaluasi Wawancara Dari wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa EDC cukup membantu Bank Mandiri dalam proses kinerja perusahaan, yang mengalamani peninggkatan dari tahun ke tahun. Sistem ini sangat effektive dan efisien dalam menjalankan proses bisnis perusahaan. Sistem ini juga mampu meminimalisir kesalahan pencatatan data yang dilakukan oleh frontliner. Akan tetapi EDC mandiri dianggap terlalu tinggi fee nya apa bila dibandingkan dengan salah satu rivalnya yaitu Bank BCA. Dibeberapa merchant Bank BCA berani memberikan fee 0% atau gratis untuk transaksi debit BCA. Sedangkan Bank Mandiri hanya berani memberikan fee terkecil sebesar 1% untuk transaksi debit Mandiri. Disisi lain, Bank Mandiri bersaing dengan Bank BCA, Bank Mandiri memberikan fee lebih kecil yaitu 2,15% untuk transaksi menggunakan kartu kredit visa atau mastercard. Fee ini lebih kecil dibandingkan dengan Bank BCA yang memberikan fee 2,5% untuk transaksi menggunakan kartu kredit visa/ mastercard. Bank
Mandiri sendiri berharap
semua
kalangan
masyarakat
mempunyai kartu debit maupun kredit sehingga Bank tidak perlu menyediakan uang tunai yang besar. Sehingga nantinya, uang tidak lagi berbentuk kertas melainkan e-money (uang digital).
87
Dalam implementasinya, tentu tidak semulus apa yang dibayangkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Pada saat menggesekkan kartu ke mesin edc, terkadang akan muncul “try again” sehingga dapat menyebabkan pendebitan yang berulang. 2. Pada saat menggunkanan mesin EDC, terkadang tidak dapat dilakukan atau jaringan sedang down. 3. Mesin EDC tidak dapat membaca kartu nasabah, hal ini dapat disebabkan oleh mesin EDC nya yang rusak atau kartu debitnya. 4. Perpindahan uang saat transaksi tidak “just in time” atau dapat dikatakan dibilang uang yang dibayarkan tidak berpindah pada saat transaksi ke rekening yang dibayarkan. Dari permasalahan diatas dapat dibayangkan apa yang akan terjadi apabila hal tersebut tidak ditangani cepat oleh pihak Bank Mandiri, diantaranya sebagai berikut: 1. Layanan yang buruk, dapat mempengaruhi Customer Value atas kepuasan nasabah. 2. Dapat mempengaruhi loyalitas nasabah. 3. Hilangnya pendapatan yang disebabkan oleh sistem yang buruk. Bayangkan
saja
apabila
setahun
pendapatannya
mencapai
Rp
2.897.400.000.000 pada tahun 2012. Apa bila maintenance dalam setahun mencapai satu hari, Bank Mandiri bisa kehilangan pendapatan mereka sebesar Rp 2.897.400.000.000 per 365hari, yaitu sekitar Rp 7.938.082.191
88
4. Memperburuk citra perusahaan (Bank Mandiri) sehingga dapat membuat nasabah pindah ke bank lain. Yang dimana merupakan suatu keuntangan bagi kompetitor seperti Bank BCA. Dapat disimpulkan bahwa, maintance yang disengaja maupun tidak sangat berpengaruh pada kinerja perusahaan, baik dari sisi tangible maupun intangible. Kinerja (Peformance) Dalam kinerjanya, Bank Mandiri mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini ditunjukkan oleh pendapatan fee via EDC nya dari tahun ke tahun yang selalu mengalami kenaikan. Walaupun mengalami peningkatan yg kecil pada tahun 2012, Bank Mandiri tetap berusaha meningkatkan layanan fasilitas yang diberikan, dengan cara meningkatkan jumlah unit EDC nya tiap tahun ke tahun. Kenaikan tersebut bisa dilihat dari gambar sebagai berikut: Dari gambar grafik diatas dapat disimpulkan bahwa Bank Mandiri mengalami kenaikan yang cukup besar dari tahun ke tahunnya sebagai berikut: Gambar 4.4 Pendapatan fee via EDC dari tahun 2008 sampai 2012
- 2008 : fee via EDC pada tahun 2008 Rp 1,26 triliun menjadi Rp 1,794 triliun pada tahun 2009, mengalami kenaikan sebesar 42,38%. 89
- 2009: fee via EDC pada tahun 2009 Rp1,794 triliun menjadi Rp2,14 triliun pada tahun 2010, mengalami kenaikan sebesar 19.29%. - 2010: fee via EDC pada tahun 2010 Rp 2,14 triliun menjadi Rp 2,533 triliun pada tahun 2011, mengalami kenaikan sebesar 18,36%. - 2011: fee via EDC pada tahun 2011 Rp 2,533 triliun menjadi Rp 2,897 triliun pada tahun 2012, mengalami kenaikan sebesar 14,37% Seiring dengan kenaikan fee via EDC tentu juga diiringi oleh kenaikan jumlah unit EDC itu sendiri, pada tahun 2011 terjadi kenaikan jumlah EDC yang cukup signifikan. Kenaikan tersebut bisa dilihat dari gambar sebagai berikut: Gambar 4.5 Total kepemilikan Electronic data capture 2008 – 2012
Dari gambar grafik diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah EDC Bank Mandiri mengalami kenaikan setiap tahunnya, khususnya pada tahun 2011 yang mengalam kenaikan yang cukup signifikan, presentase kenaikan sebagai berikut:
90
- 2008:EDC pada tahun 2008 sebanyak 28.546 menjadi 33.302 pada tahun 2009, mengalami kenaikan sebesar 16% - 2009: EDC pada tahun 2009 sebanyak 33302 menjadi 42728 pada tahun 2010, mengalami kenaikan sebesar 28% - 2010: EDC pada tahun 2010 sebanyak 42728 menjadi 92903 pada tahun 2011, mengalami kenaikan 2 kali lipat - 2011: EDC pada tahun 2011 sebanyak 92903 menjadi 180352 pada tahun 2012, mengalami kenaikan hampir 2 kali lipat
91