BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Ekonomi Makro Mengawali tahun 2013, banyak pihak yang khawatir terhadap beban ekonomi global akan sangat terasa di tahun ini, akan ada beberapa sektor yang memerlukan perhatian lebih, diantaranya pasar uang, defisit perdagangan (ekspor-impor), suku bunga, kredit dan pembiayaan produktif (riil investasi), sedangkan untuk investasi saham BEI masih bisa bernapas lega, karena pasar saham dalam satuan IHSG masih bergerak dijalur hijau, secara konsisten dalam pergerakan yang relatif positif di kalangan bursa dominan global, terdorong oleh krisis yang melanda Eropa dan Amerika yang sebelumnya mendominasi perekonomian dunia investor tidak mau mengambil resiko mereka memilih segera keluar dari pasar yang perekonomiannya tidak stabil, mengalihkan dananya ke bursa yang merupakan jalur aman, diantaranya adalah bursa negara-negara berkembang di Asia salah satunya Indonesia yang mulai menunjukan dominasi perekonomian global. 4.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia Lembaga Moneter International (IMF) pada 16 april 2013, telah mengeluarkan perkiraannya terhadap pertumbuhan ekonomi global yang akan menyentuh level 3,3% untuk tahun ini. Level tersebut lebih rendah dari perkiraan yang dikeluarkan di awal tahun ini yang sebesar 3,5%. Turunnya perkiraan tersebut disebabkan oleh adanya sebuah dampak dari penurunan pertumbuhan ekonomi di kawasan Uni Eropa untuk tahun ini yang diperkirakan hanya mencapai level 0,3% saja.
35
Selain itu, perlambatan ekonomi global juga menjadi penyebab proyek GDP global mengalami penurunan tahun ini. Hal tersebut dapat kita lihat bagaimana The Fed dan Bank of Japan berusaha mengeluarkan beberapa kebijakan mulai dari menjaga stabilitas mata uang sampai dengan membeli obligasi guna mendorong pergerakan sektor riil. Bagi Jepang sendiri, stimulus moneter dan sektor riil memang sangat diperlukan seiring dengan adanya target meningkatkan performa ekonomi sebesar 1,6% untuk tahun ini atau lebih tinggi dari tahun lalu yang sebesar 1,2%. Sedangkan proyeksi ekonomi AS tahun ini diperkirakan akan mengalami kenaikan 1,9% atau turun dari perkiraan diawal tahun yang sebesar 2%. Di Benua Eropa, beberapa negara yang masih belum pulih dari ancaman resesi diperkirakan masih akan bermasalah dengan kontraksi ekonomi seperti pada Italia, Spanyol, Portugal dan Siprus. Demikian juga dengan perekonomian China, India dan Brasil untuk tahun ini. Ketiga negara tersebut juga tercatat mengalami penurunan. Perekonomian China untuk tahun ini diproyeksikan akan mengalami penurunan menjadi 8% dari 8,2% pada awal tahun. Sedangkan India mengalami penurunan sebesar 0,2% menjadi 5,7% dan Brasil turun 0,5% menjadi 3,5%. 4.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada Triwulan I-2013 mencapai Rp2.146,4 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp671,3 triliun. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2013 dibandingkan triwulan IV2012, yang diukur dari kenaikan PDB atas dasar harga konstan meningkat sebesar 1,41 persen (quarter to quarter). Dari sisi produksi, pertumbuhan ini terutama didukung oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan yang
36
meningkat sebesar 23,06 persen karena mulainya musim panen tanaman padi pada triwulan I-2013. PDB Indonesia pada triwulan I-2013 dibandingkan triwulan I-2012 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar 6,02 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ini didukung oleh hampir semua sektor kecuali Sektor Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 0,43 persen. Sementara pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 9,98 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2013 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2012 (year on year) didukung oleh kenaikan Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 5,90 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,17 persen, Ekspor Barang dan Jasa sebesar 3,39 persen. Sedangkan Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah meningkat sebesar 0,42 persen dan Komponen Impor turun sebesar 0,44 persen. Pada PDB triwulan I-2013 dibandingkan dengan triwulan IV-2012, hanya Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang secara riil meningkat sebesar 0,30 persen, sedangkan komponen lainnya mengalami penurunan. Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun sebesar 42,63 persen, Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto turun sebesar 5,99 persen, Komponen Ekspor Barang dan Jasa turun sebesar 4,33 persen, dan Komponen Impor Barang dan Jasa juga turun sebesar 13,20 persen. Struktur perekonomian Indonesia pada triwulan I-2013 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 57,79 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,99 persen, Pulau Kalimantan 8,89 persen, Pulau Sulawesi 4,70 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,49
37
persen. Kontribusi terkecil berasal dari kelompok provinsi di Pulau Maluku dan Papua, yakni sebesar 2,14 persen.
4.1.3 Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi biasa disebut dengan deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
Target atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah. Penetapan sasaran inflasi berdasarkan undang-undang mengenai Bank Indonesia dilakukan oleh Pemerintah. Dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga tahun ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Berdasarkan PMK No.66/PMK.011/2012 tentang Sasaran Inflasi tahun 2013, 2014, dan 2015 tanggal 30 April 2012 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah
38
untuk periode 2013 – 2015, masing-masing sebesar 4,5%, 4,5%, dan 4% masingmasing dengan deviasi ±1%.
Tabel 4.1 Perbandingan Target Inflasi dan Aktual Inflasi Inflasi Aktual (%, yoy) 4% - 6% 12,55 9% - 10% 10,03 9 +1% 5,06 5,5 +1% 6,40 6 +1% 17,11 8 +1% 6,60 6 +1% 6,59 5 +1% 11,06 4,5 +1% 2,78 5+1% 6,96 5+1% 3,79 4.5+1% 4,30 4.5+1% 4.5+1% 4+1% Sumber : www.bps.go.id
Tahun Target Inflasi 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* 2014* 2015*
Diluar dari perencanaan target inflasi, menyusul rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Gubernur Bank Indonesia, menyatakan inflasi bisa mencapai 7,76 persen. Prediksi lonjakan inflasi oleh Bank Indonesia tersebut memang lebih tinggi dibanding asumsi pemerintah, yaitu sebesar 7,2 persen. Akibat kenaikan BBM tersebut, beberapa komoditas harga, termasuk ongkos transportasi, akan mengalami kenaikan Namun, jika pemerintah dapat menekan lonjakan harga hortikultura dengan berbagai instrumen kebijakan, maka inflasi bisa lebih ditekan. Namun BI akan berperan aktif dan melakukan koordinasi secara maksimal dengan pemerintah untuk dapat menekan inflasi. Beberapa hal yang akan ditempuh
39
oleh bank sentral diantaranya adalah dengan melakukan langkah berbagai instrumen seperti suku bunga, nilai tukar, dan kebijakan makro.
4.1.4 Nilai Tukar Mata Uang Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan tertahan. Tekanan tersebut seiring dengan pernyataan The Fed sebelumnya dalam pertemuannya, yang tetap mempertahankan bond buying programnya di level USD 85 miliar. Meski demikian, penguatan kurs rupiah tersebut dibatasi oleh revisi peringkat utang Indonesia karena pemerintah Indonesia dinilai telah memperlambat momentum reformasi ekonomi. Secara bertahap rupiah berpeluang bergerak dalam kisaran 9.710 hingga 9.750 per dolar AS. Sikap pemerintah yang menunda momentum reformasi ekonomi, membuat potensi Indonesia untuk mendapatkan peningkatan rating kian berkurang. Di sisi lain, S&P tetap mempertahankan peringkat kredit jangka pendek di level BB+ dan jangka panjang di level B. Selain kabar dari penurunan rating tersebut, pelemahan Rupiah juga dipicu penurunan tajam pada bursa saham.
4.2 Analisis Industri Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis ritel atau usaha eceran di Indonesia sangat baik, hal ini dibuktikan banyaknya peritel asing yang masuk ke Indonesia. Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang tinggi, dan kelas menengah yang pesat, bahkan berpotensi tumbuh tiga kali lipat hingga 2030, bisnis ritel pun ikut tumbuh dengan baik di Indonesia
40
Daya beli dan jumlah kelas menengah dan konsumen kaya di Indonesia terus meningkat, hal ini menjadikan Indonesia sebagai kesempatan emas baik bagi perusahaan ritel lokal maupun korporasi multinasional dalam satu dekade mendatang. Hal lain yang mendorong perkembangan bisnis ritel di Indonesia adalah adanya perubahan gaya hidup masyarakat kelas menengah, terutama di kawasan perkotaan yang cenderung lebih memilih berbelanja di pusat perbelanjaan modern. Perubahan pola belanja yang terjadi pada masyarakat perkotaan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan berbelanja saja namun juga sekedar jalan-jalan dan mencari hiburan. Berkembangnya usaha di industri ritel ini juga diikuti dengan persaingan yang semakin ketat antara sejumlah peritel baik lokal maupun peritel asing yang marak bermunculan di Indonesia. Industri ritel di Indonesia saat ini semakin berkembang dengan semakin banyaknya pembangunan gerai-gerai baru di berbagai tempat. Kegairahan para pengusaha ritel untuk berlomba-lomba menanamkan investasi dalam pembangunan gerai-gerai baru tidaklah sulit untuk dipahami. Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 3% sejak tahun 2000 dan makin terkendalinya laju inflasi, bisa menjadi alasan mereka bahwa ekonomi Indonesia bisa menguat kembali di masa mendatang.
41
4.2.1 Analisis Porter 5 Forces
Ancaman Pesaing Baru
Kemampuan Tawar Pemasok
Persaingan Dalam Industri
Kemampuan tawar Pembeli
Ancaman Produk pengganti
Gambar 4.1 Analisis Porter Five Forces
4.2.1.1 Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri Sejenis Industri ritel merupakan salah satu industri yang tumbuh paling subur di Indonesia. Berikut beberapa perusahaan ritel modern yang merupakan pesaing perusahaan, antara lain : PT Matahari Department Store, Tbk ( LPPF ), PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk ( RALS ), PT Metropolitan Retailmart, Alatief Corporation, dan sebagainya. Di sektor department store, dengan membidik target pasar yang sama, yaitu kelas menegah. Perusahaan dengan unit SOGO department store, akan bersaing langsung dengan Matahari department store dan Ramayana department store.
42
Tabel 4.2 Perbandingan Pendapatan Pendapatan ( dalam milyar rupiah ) MAPI Matahari Ramayana 3,468 5,959 5,526 2008 4,112 6,920 5,458 2009 4,713 7,907 6,060 2010 5,890 9,247 6,597 2011 10,884 7,453 7,585 2012 21.6% 16.3% 7.8% CAGR Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Tahun
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Pendapatan S u m b e r
: Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Terlihat dari tabel & grafik diatas, MAPI memiliki pertumbuhan pendapatan yang stabil dan bisa mengimbangi pertumbuhan Matahari yang merupakan peritel senior, serta berhasil mendahului Ramayana yang menunjukan perlambatan pertumbuhan. Bahkan secara persentasi, MAPI memiliki pertumbuhan pendapatan paling tinggi diantara kompetitornya.
43
Tabel 4.3 Tabel Perbandingan Net Income Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 CAGR
Net Income ( dalam milyar rupiah ) MAPI Matahari Ramayana (70) 430 164 335 201 624 355 360 465 378 433 771 424 27.5% 11.1% -0.4% Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Net Income
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Selain pertumbuhan pendapatan yang bagus, MAPI juga diikuti pertumbuhan Net Income dan EPS yang stabil, tidak seperti Matahari dan Ramayana yang naik turun.
44
Tabel 4.4 Tabel Perbandingan EPS Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 CAGR
EPS MAPI Matahari Ramayana (42) 61 99 47 121 214 50 217 160 53 261 264 60 27.4% 11.1% -0.4% Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Gambar 4.4 Grafik Perbandingan EPS
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Berikut di segmen pasar yang lebih tinggi, perusahaan memiliki unit bisnis Debenhams, SEIBU, dan Galeries Lafayette, perusahaan belum memiliki pesaing langsung. Pada pasar speciality store, secara umum perusahaan merupakan pemimpin pasar, dimulai dari fashion dengan unit bisnis Zara, Mark & Spancer, Lacoste, Topman, Topshop dan sebagainya. Di sektor mainan anak-anak, perusahaan memimpin pasar dengan unit bisnis Kid Station, Planet Kids, dan sebagainya. Di
45
sektor kebutuhan olahraga, perusahaan memiliki unit bisnis yang hampir bisa kita temukan di setiap mall, yaitu planet sport. Pada sektor food & beverage, perusahaan juga memiliki unit bisnis yang kuat di sektor cafe yaitu Starbuck, Burger King, Domino Pizza, dan sebagainya. Portfolio bisnis yang beranekaragam dan kuat di sektornya masing-masing, membuat perusahaan tumbuh semakin pesat beberapa tahun belakangan ini. Perusahaan semakin gencar melakukan ekspansi keluar pulau jawa dan menambah unit bisnis untuk memperkuat dan memperluas pasar.
4.2.1.2 Ancaman Pendatang Baru Industri ritel Indonesia, merupakan salah satu industri yang diyakini akan tumbuh subur hingga beberapa dekade mendatang. Maka dari itu besar kemungkinan industri ini akan dibanjiri pemain-pemain baru baik dari dalam maupun luar negeri. Hambatan untuk masuk ke industri ritel Indonesia relatif kecil, terutama bagi pemain yang memiliki modal dan konsep. Oleh karena itu perusahaan MAPI perlu memperkuat lini bisnis dan inovatif dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Jika ada pemain baru ataupun pemain yang sudah ada dalam industri berhasil membangun dan mengembangkan konsep bisnis yang disukai pasar, maka pangsa pasar perusahaan tentunya akan menurun.
4.2.1.3 Ancaman Produk Substitusi Produk yang ditawarkan perusahaan sebagian besar merupakan produk terkenal dari luar negeri dan untuk memenuhi gaya hidup konsumen kelas menengah ke atas. Dengan harga produk yang relatif mahal daripada produk kompetitor. Sehingga terbuka peluang konsumen akan beralih ke produk yang lebih murah jika
46
kondisi ekonomi sedang tidak bagus, atau jika muncul produk substitusi lain yang lebih murah dan disukai konsumen.
4.2.1.4 Kemampuan Tawar Menawar Pemasok Produk yang ditawarkan perusahaan merupakan produk licensing dan franchising yang berasal dari luar negeri. Dimana produk yang dijual tersebut memiliki standar kualitas yang telah ditentukan oleh principal masing – masing produk. Principal ini merupakan pemilik merek yang memberikan hak eksklusif kepada perusahaan untuk menjual, mendistribusikan atau memproduksi produk – produk yang dimilikinya. Dalam hal ini posisi pemasok secara umum lebih kuat dibandingkan perusahaan. Oleh karenanya perusahaan perlu dijalin hubungan jangka panjang yang baik dengan para principal.
4.2.1.5 Kemampuan Tawar Menawar Pembeli Sebagian besar produk yang ditawarkan oleh perusahaan merupakan produk yang umum. Beragam merek berbeda dengan kualitas dan harga yang berbeda di jual pasar yang merupakan competitive product bagi perusahaan. Sehingga para konsumen dapat memilih produk mana yang akan mereka beli atau konsumsi. Sehingga secara umum pembeli atau konsumen lebih memiliki posisi tawar yang kuat kepada perusahaan.
47
4.3 Analisis Bisnis Perusahaan 4.3.1 Analisis Internal Perusahaan •
Aspek Organisasi Perusahaan menggunakan struktur organisasi Multidivisional atau M-Form. Dimana dalam struktur ini perusahaan dibagi menjadi beberapa divisi yang diberikan kewenangan otonomi pengelolaan operasional dan dibantu staf corporate yang memberikan informasi mengenai lingkungan bisnis eksternal dan internal yang akan dihadapi perusahaan, akan tetapi untuk hal-hal strategis atau penting tetap dipegang oleh manajemen perusahaan pusat. Beberapa contoh struktur multidivisional perusahaan seperti : Starbuck Coffee dikelola oleh PT Sari Coffe Indonesia, Sogo Department store yang dikelola oleh PT Panen Lestari Internusa. Sehingga unit bisnis dapat berkembang lebih maksimal karena dikelola oleh perusahaan masing-masing.
•
Pemasaran dan Distribusi Strategi pemasaran perusahaan dikembangkan sesuai dengan karakteristik produk yang dijual. Tujuan dari strategi marketing perusahaan adalah meningkatkan brand recognition dan market acceptance terhadap produk perusahaan. Untuk mendapatkan peningkatan pangsa pasar, perusahaan berusaha memaksimumkan brand exposure mereka dengan menjamin ketersediaan produk dan barang yang dijual dimasing – masing gerai. Konsep satu gerai satu produk yang dikembangkan perusahaan terhadap merek – merek premium mereka merupakan salah satu strategi marketing mereka dalam mengembangkan merek dan telah memberikan keunikan tersendiri.
48
Sejak IPO tahun 2004, perusahaan mulai menggunakan jasa pihak ketiga untuk melakukan fungsi distribusi mereka. PT Exel Indonesia merupakan sebuah perusahaan logistik yang menjalankan fungsi distribusi dan logistik hingga saat ini. Sehingga perusahaan dapat fokus mengembangkan bisnis inti mereka, yaitu mengembangkan gerai yang telah ada dan menambah merekmerek baru kedalam unit bisnis perusahaan.
•
Teknologi Informasi Pada tahun 2012, perusahaan mengalami kemajuan pesat dalam Strategi Teknologi Informasi Perusahaan, yaitu : -
Memperkuat kualitas dan penggunaan atas sistem-sistem utama operasional dan pengendalian perusahaan yang sudah teraplikasi
-
Mengoptimalkan dan mengotomatisasi proses internal untuk kecepatan, ketepatan, dan efesiensi
-
Memperkenalkan
kapabilitas-kapabilitas
baru
untuk
menciptakan
pengalaman yang luar biasa bagi pelanggan
Sejumlah kapabilitas strategis yang diperkenalkan pada tahun 2012, termasuk : -
Otomatisasi manajemen pemesanan untuk pengelolaan kas yang lebih baik
-
Pemindahan data yang lebih cepat dari gerai ritel ke kantor pusat untuk tindakan yang lebih akurat dan tepat waktu
-
Memperkenalkan platform informasi eksekutif dan kapabilitas bisnis intelegen atas SAP
49
-
Pembaruan sistem yang besar atas sistem utama (SAP)
-
Otomatisasi dalam permintaan barang pada gerai untuk optimalisasi persediaan barang
Sebuah tonggak bersejarah penting atas peluncuran kemampuan Perdagangan elektronik
untuk
divisi
Active
Perusahaan.
Perusahaan
juga
terus
mengotomatisasikan pertukaran data Perusahaan dengan para pemilik merek dan vendor kami untuk meningkatkan kecepatan, ketepatan dan efisiensi. •
Sumber Daya Manusia Hingga akhir tahun 2012, tercatat perusahaan memiliki total karyawan aktif 17.796 orang. Sejalan dengan strategi perusahaan yang berfokus kepada manusia, perusahaan terus membangun program-program Sumber Daya Manusia (SDM) yang sudah ada untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, perkembangan dan kinerja. Perusahaan juga selalu mencari cara dan inovasi baru untuk melatih dan mengembangkan para karyawannya. Selama tahun 2012, Divisi SDM Korporasi perusahaan mengadakan pelatihan intensif untuk karyawan di 8 kota besar. Empat modul kepemimpinan yang baru telah dikembangkan. Kelas bahasa inggris juga telah diperluas, mencakup “bahasa inggris praktis di dalam gerai” dimana para pengajar mengunjungi gerai untuk mengadakan kelas khusus bahasa inggris. Sejumlah 95 personil telah memiliki sertifikat sebagai pengajar pelatihan setelah menjalani “program train the trainers”. Saat ini, Pengajar pelatihan bertindak sebagai kepanjangan tangan MAP Corporate HR Division dalam mengadakan program pelatihan di luar kota.
50
4.3.2 Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman terhadap bisnis perusahaan. Perusahaan yang dapat mengembangkan kekuatan dan memperbaiki kelemahaanya, serta dapat menangkap peluang dan mengatasi ancaman dengan menggunakan strageti yang baik, maka perusahaan tersebut diyakini akan bertumbuh baik dan cepat. Berikut analisis SWOT dari PT Mitra Adiperkasa, tbk. Gambar 4.5 Matrik Analisis SWOT STRENGTHS
WEAKNESS
S
W
OPPORTUNITIES
THREATS
O
T Sumber : diolah penulis
•
Kekuatan ( Strengths ) 1. MAPI memiliki gross profit margin (GPM) yang cukup tinggi yaitu ratarata 50%, dengan GPM sebesar ini memberi peluang perusahaan untuk bisa mendapatkan laba berish yang besar jika perusahaan mampu meminimalisir pengeluaran beban lainnya. 2. MAPI memiliki sumber daya manusia yang terdidik dengan program training perusahaan, sehingga perusahaan dapat berkembang dengan cepat dan lebih baik.
51
3. MAPI memiliki reputasi yang baik sebagai distributor produk branded dimata
Internasional,
sehingga
mempermudah
perusahaan
dalam
mendapatkan kepercayaan merek-merek dagang baru •
Kelemahan ( Weakness ) 1. MAPI memerlukan biaya / modal kerja yang tinggi untuk berekspansi, dimana perusahaan perlu mengeluarkan biaya besar untuk membeli franchise / goodwill dari merek-merek besar dan terkenal di dunia. Perusahaan juga harus mengeluarkan dana besar untuk menyewa gerai di Mall atau pusat perbelanjaan yang bergengsi untuk menaikkan nilai jual produk. 2. Harga jual produk MAPI yang cukup tinggi. Contoh, konsumen harus mengeluarkan lebih dari Rp 300.000,- untuk mendapatkan sehelai kaos di gerai Zara, padahal masih banyak kaos-kaos di pasaran yang harganya kurang dari Rp 100.000,-
•
Kesempatan ( Opportunities ) 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang bagus. Pascakrisis financial global 2009, yaitu sejak 2010 hingga 2013, menurut BPS, PDB Indonesia tumbuh diatas 6% per tahun. 2. Pertumbuhan daya beli / konsumsi masyarakat Indonesia. Pertumbuhan kelas menengah Indonesia yang luar biasa dan konsumsi masyarakat yang tinggi selain telah menyelamatkan Indonesia dari krisis 2008, juga merupakan sasaran empuk bagi bisnis MAPI 3. Banyak produk dan konsep baru yang dapat dikembangkan. Masih terdapat banyak merek-merek ternama di dunia yang belum ada di Indonesia.
52
4. Pangsa pasar Indonesia yang masih luas untuk berekspansi, Indonesia memiliki banyak pulau dan kota-kota besar untuk ekspansi perusahaan •
Ancaman ( Threats ) 1. Naiknya upah minimum pekerja, pada pertengahan tahun 2013, pemerintah menaikan UMP hingga 40%. 2. Ancaman regulasi pemerintah yang membatasi
/ mempengaruhi
pertumbuhan bisnis MAPI. Terdapat ancaman regulasi pemerintah yang dapat membatasi ruang gerak bisnis MAPI, seperti pembatasan jumlah Gerai / Franchise. 3. Kemungkinan perubahan peraturan perpajakan. Aturan perpajakan merupakan peraturan yang selalu harus diikuti perusahaan. 4. Ancaman datangnya pesaing baru. Di era persaingan global ini, banyak perusahaan besar berlomba melakukan ekspansi Internasional. Indonesia dengan jumlah penduduk yang banyak dan konsumsi yang tinggi tentu merupakan pangsa pasar yang subur untuk perusahaan multinasional. 5. Munculnya produk pengganti / substitusi, ancaman produk pengganti selalu ada dalam segala bidang bisnis. Dimana biasanya memiliki harga yang lebih murah sehingga menyebabkan konsumen beralih ke produk pengganti.
53
Gambar 4.6 Grafik Pertumbuhan Gerai MAPI
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
4.3.3 Strategi Perusahaan Dalam menjalankan bisnisnya, MAPI tak lepas dari peranan infrastruktur ritel modern. Untuk memperoleh pertumbuhan yang significant, MAPI berusahan memaksimalkan potensi pertumbuhan merek yang ada dan konsep ritel di mall baik yang telah ada maupun yang baru. Bahkan MAPI dengan agresif menambah berbagai merek-merek terkemuka dari berbagai belahan dunia. Berikut sejarah pertumbuhan gerai MAPI Lima tahun terakhir, MAPI semakin gencar mengembangkan bisnisnya, sejak tahun 2008 MAPI telah berhasil menambah 700an gerai baru dan berhasil meningkatkan pendapatan 22% per tahun. Melanjutkan trend pertumbuhannya, Di tahun 2013 MAPI menargetkan akan mendatangkan 10 merek dan membuka 350 gerai baru, hingga kuartal I-2013, sudah didatangkan 2 merk dan dibuka 57 gerai.
54
4.4 Kinerja Keuangan Perusahaan Perusahaan memiliki catatan pertumbuhan yang baik. Dimana sejak 2008 perusahaan membukukan Compound Annual Growth Rate (CAGR) atau rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 22%.
Gambar 4.7 Grafik Pertumbuhan Pendapatan MAPI tahun 2008-2012
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan
Gambar 4.8 Pertumbuhan Laba Usaha MAPI tahun 2008-2012
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan 55
Perusahaan juga membukukan peningkatan laba usaha 27% per tahun. Diikuti pertumbuhan EBITDA 22% per tahun seperti grafik di bawah. Gambar 4.9 Pertumbuhan EBITDA MAPI tahun 2008-2012
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Iklim usaha di Indonesia yang tumbuh subur, didukung rencana ekspansi perusahaan yang agresif, maka dalam beberapa tahun kedepan perusahaan optimis masih akan membukukan kinerja keuangan yang bagus.
4.4.1 Analisis Rasio Keuangan Perusahaan Analisis keuangan perusahaan dilakukan untuk mendapatkan gambaran kinerja keuangan perusahaan selama ini. Penulis akan membandingkan beberapa rasio keuangan perusahaan dari tahun 2008 – 2012 yang diolah dari data perusahaan. 4.4.1.1 Analisis Likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut tabel dan grafik yang akan menunjukkan keadaan rasio likuiditas perusahaan.
56
Tabel 4.5 Rasio Likuiditas MAPI Rasio Likuiditas 2008 2009 2010 2011 2012 Current Rasio 140.3% 144.8% 127.0% 104.0% 121.6% Quick Rasio 58.4% 54.7% 53.9% 43.5% 50.1% Cash Rasio 20.4% 15.7% 16.9% 13.2% 19.7%
Sumber : Laporan keuangan perusahaan
Gambar 4.10 Grafik Rasio Likuiditas MAPI
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Terlihat dari tabel dan grafik di atas, rasio likuiditas perusahaan mengalami sedikit penurunan dari tahun 2008 akibat perusahaan gencar melakukan ekspansi sehingga terjadi peningkatan kewajiban lancar. Setelah penurunan, terlihat ditahun 2012 mulai ada peningkatan indikator rasio likuiditas. Ini berarti perusahaan ada menjaga batas kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Secara umum rasio likuiditas perusahaan masih dapat dikategorikan cukup sehat karena masih memiliki current rasio di rata-rata 130%,
quick rasio 55%, cash rasio 100%.
Perusahaan ritel sebesar MAPI memiliki banyak inventory sehingga akan memiliki banyak utang jangka pendek. 57
Current ratio merupakan indikator yang dihitung dari aktiva lancar dibagi kewajiban lancar, dimana digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan rumus sebagai berikut : Aktiva Lancar Current Ratio = --------------------Kewajiban Lancar
Berikut tabel dan grafik akan menunjukan aktiva lancar dan kewajiban lancar MAPI dari tahun 2008 – 2009. Tabel 4.6. Tabel Komponen Current Ratio MAPI Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Aktiva Lancar (juta) 1,936,628 1,839,970 1,865,272 2,368,840 3,262,620 Kewajiban Lancar (juta) 1,380,405 1,270,438 1,468,999 2,277,734 2,682,781 Current Rasio 140.29% 144.83% 126.98% 104.00% 121.61%
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Grafik 4.11 Grafik Komponen Current Ratio MAPI
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Terlihat pada grafik dan tabel di atas, penurunan current ratio perusahaan pada tahun 2011 diakibatkan oleh meningkatnya kewajiban lancar yang menjadi efek 58
dari ekspansi perusahaan. Untuk jangka waktu panjang, kenaikan kewajiban lancar ini masih terbilang sehat, karena belum kurang dari 100%. Quick ratio merupakan indikator untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya dari aktiva lancar, kecuali dari persediaan. Dengan rumus sebagai berikut. ( Aktiva Lancar – Persediaan ) Current Ratio = --------------------------------------Kewajiban Lancar Berikut tabel dan grafik di bawah akan menunjukkan komponen quick ratio dari MAPI tahun 2008-2012.
Tabel 4.7 Tabel Komponen Quick Ratio MAPI Komponen (juta) Aktiva Lancar Persediaan Kewajiban Lancar Quick Rasio
2008 2009 2010 2011 2012 1,936,628 1,839,970 1,865,272 2,368,840 3,262,620 1,129,799 1,145,508 1,073,974 1,377,895 1,917,927 1,380,405 1,270,438 1,468,999 2,277,734 2,682,781 58.45% 54.66% 53.87% 43.51% 50.12%
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Gambar 4.12 Grafik Komponen Quick Ratio MAPI
59
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Sama halnya seperti current ratio, penurunan quick ratio pada tahun 2011 disebabkan kenaikan kewajiban jangka pendek yang cukup significant akibat ekspansi agresif perusahaan. Tetapi di tahun 2012 perusahaan kembali dapat mengimbanginya dengan pertumbuhan aktiva lancar yang tinggi juga. Cash Ratio merupakan perbandingan antara kas ditambah aset-aset yang mudah menjadi kas atau ekuivalen kas terhadap kewajiban lancar. Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan kas / aset yang mudah untuk menjadi kas. Dengan rumus sebagai berikut. Kas dan setara Cash Ratio = -------------------------Kewajiban Lancar
Berikut tabel dan grafiknya di bawah akan menunjukan komponen cash ratio MAPI tahun 2008 – 2009.
60
Tabel 4.8 Komponen Cash Ratio MAPI Komponen (juta) Kas & setara Kewajiban Lancar Cash Rasio
2008 281,946 1,380,405 20.42%
2009 199,934 1,270,438 15.74%
2010 248,471 1,468,999 16.91%
2011 301,533 2,277,734 13.24%
2012 527,751 2,682,781 19.67%
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Gambar 4.13 Grafik Komponen Cash Ratio MAPI
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Sama seperti indikator sebelumnya, pada tahun 2011 terjadi peningkatan kewajiban lancar yang cukup tinggi, sehingga menekan rasio likuiditas. Akan tetapi pada tahun 2012, perusahaan mampu mengimbanginya kembali, terlihat terjadi peningkatan kas hampir 80%, sehingga cash ratio meningkat menjadi 19.7%.
4.4.1.2 Analisis Solvabilitas Rasio solvabilitas / leverage digunakan untuk mengukur perbandingan dana yang disediakan pemilik perusahaan dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh 61
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang, rasio ini menunjukan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman. Adapun rasio solvabilitas perusahaan dirangkum sebagai berikut.
Tabel 4.9 Tabel Rasio Solvabilitas MAPI Rasio Solvabilitas 2008 2009 2010 2011 2012 Total debt to equity rasio 2.34 1.62 1.50 1.46 1.76 Total debt to aset rasio 0.70 0.62 0.60 0.59 0.64
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Gambar 4.14 Rasio Solvabilitas MAPI
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Tabel dan grafik diatas menunjukkan debt to equity rasio telah perusahaan mengalami penurunan yang cukup significant, dari 2,5x hingga 1,5x. ini menunjukkan asset perusahaan tidak hanya dibiayai utang, tetapi juga dibiayai ekuitas. Akan tetapi di tahun 2012, terjadi peningkatan kembali akibat perusahaan
62
harus kembali menambah dana dari utang untuk melakukan ekspansi. Sedangkan debt to asset masih terjaga stabil di rata-rata 0,6x. Debt
to
equity
rasio
merupakan
rasio
yang
digunakan
untuk
memperbandingkan total kewajiban terhadap total ekuitas. Dengan rumus : Total Kewajiban Debt to equity = ----------------------Total Ekuitas Berikut tabel dan grafik menunjukkan komponen Debt to Equity perusahaan tahun 2008- 2012. Tabel 4.10 Tabel Komponen Debt to equity ratio MAPI Komponen (juta) Total Kewajiban Total Ekuitas Debt to Equity
2008 2009 2010 2011 2012 2,633,391 2,091,333 2,201,360 2,621,209 3,817,911 1,127,568 1,288,043 1,469,127 1,794,133 2,172,675 2.34 1.62 1.50 1.46 1.76
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Gambar 4.15 Komponen Debt to equity ratio MAPI
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah 63
Menurunnya debt to equity rasio pada 2009 akibat pengurangan total kewajiban perusahaan ditambah peningkatan ekuitas. Dan kemudian pertumbuhan total kewajiban dan total ekuitas dapat dipertahankan dengan rasio rata-rata 1,5x hingga 2012 akhirnya terjadi kenaikan kembali akibat perusahaan harus menambah utang yang kemudian akan menambah kewajiban untuk melakukan ekspansi gerai dan goodwill. Debt to asset rasio merupakan rasio yang memperbandingkan total kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang terhadap keseluruhan aset. Rasio ini menunjukkan seberapa besar aset yang dibelanjakan dengan utang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Total Kewajiban Debt to asset = --------------------Total Ekuitas Berikut tabel dan grafik akan menunjukan komponen debt to asset perusahaan dari tahun 2008 – 2013
Tabel 4.11 Tabel Komponen Debt to asset rasio MAPI Komponen (juta) 2008 2009 2010 2011 2012 Total Kewajiban 2,633,391 2,091,333 2,201,360 2,621,209 3,817,911 Total Aset 3,760,969 3,379,394 3,670,503 4,415,342 5,990,586 Debt to Aset 0.70 0.62 0.60 0.59 0.64
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
64
Gambar 4.16 Grafik Komponen Debt to asset rasio MAPI
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Terlihat dari tabel dan grafik, rasio debt to asset perusahaan terjaga stabil dengan bertumbuhan komponen total kewajiban dan total aset yang sebanding denga rasio rata-rata 0,62x. Dengan rasio sebesar ini, perusahaan dapat dikatakan sebagai perusahaan yang banyak utang, karena lebih dari setengah assetnya dibiayai dengan utang. Tetapi hal ini masih dapat dimaklumi karena hutang perusahaan digunakan untuk ekspansi. Namun perusahaan masih harus tetap berhati-hati dan cermat dalam melakukan ekspansi karena jika ekspansi tidak sukses dan menghasilkan pertumbuhan laba dapat berakibat gagal bayar utang.
4.4.1.4 Analisis Profitabilitas Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Profitabilitas perusahaan diukur dari perbandingan antara laba dengan aktiva / modal perusahaan yang dimiliki untuk menghasilkan laba tersebut. Berikut rasio profitabilitas perusahaan pada tabel dan grafik berikut ini.
65
Tabel 4.12 Tabel Rasio Profitabilitas MAPI Rasio Profitabilitas 2008 2009 2010 2011 2012 GPM 53.1% 50.0% 50.4% 51.7% 50.9% NPM -2.0% 4.0% 4.3% 6.1% 5.7% EP -2.3% 8.3% 7.5% 11.0% 10.0% RoE -6.2% 12.7% 13.7% 20.0% 20.1% RoA -1.9% 4.9% 5.5% 8.1% 7.3%
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Gambar 4.17 Grafik Rasio Profitabilitas MAPI
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Terlihat dari tabel dan grafik, beberapa rasio profitabilitas perusaahan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Seperti Net Profit Margin, Earning power, Return on Equity, Return on Asset, yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh semakin membaik, perusahaan semakin efektif dan efesien dalam memanfaatkan aset dan ekuitasnya. Sedangkan gross profit margin masih cenderung stabil dikisaran 50% akibat fluktuasi nilai mata uang dimana sebagian besar produk yang jual perusahaan di Import dari luar negeri.
66
Return on equity ( RoE ) adalah sebuah rasio yang menyatakan besarnya pendapatan yang dihasilkan dari tiap satuan modal (equity) yang ditanamkan pada perusahaan. RoE bisa memberikan gambaran tiga hal pokok yaitu : Profitability adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba, asset management adalah efesiensi perusahaan dalam mengelolah asset, dan ketiga financial leverage adalah hutang yang dipakai dalam melakukan usaha. Peningkatan RoE tiap tahun menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin bagus, dimana ekuitas dapat dimanfaatkan semakin maksimal untuk memperoleh laba. Berikut rumus RoE : Net Income Return on equity = ---------------------Total ekuitas
Komponen return on equity perusahaan tahun 2008 - 2009 akan ditunjukkan pada tabel dan grafik dibawah ini.
Tabel 4.13 Tabel Return on Equity (RoE) MAPI Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Net Income (juta) (69,935) 163,986 201,071 358,190 436,641 Ekuitas (juta) 1,127,568 1,288,043 1,469,127 1,794,133 2,172,675 RoE -6.2% 12.7% 13.7% 20.0% 20.1%
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
67
Gambar 4.18 Grafik Return on Equity (RoE) MAPI
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Terlihat dari tabel dan grafik, pertumbuhan RoE perusahaan disebabkan oleh persentase pertumbuhan net income perusahaan yang lebih tinggi daripada pertumbuhan ekuitas. Sehingga RoE bisa semakin rendah, hal ini menandakan perusahaan dapat memanfaatkan Ekuitas yang ada dengan lebih efektif dan efesien. Return on Asset (RoA) adalah untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dapat memperoleh return dari aset yang mereka miliki. Berikut rumus RoE : Net Income Return on equity = ---------------------Total Aset Komponen return on asset perusahaan tahun 2008- 2009 akan ditunjukkan pada tabel dan grafik dibawah ini.
68
Tabel 4.14 Tabel Return on Asset (RoA) MAPI Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Net Income (juta) (69,935) 163,986 201,071 358,190 436,641 Aset (juta) 3,760,969 3,379,394 3,670,503 4,415,342 5,990,586 RoA -1.9% 4.9% 5.5% 8.1% 7.3%
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Gambar 4.19 Grafik Return on Asset (RoA) MAPI
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Terlihat dari tabel dan grafik, peningkatan Income juga diikuti kenaikan aset, hal ini terjadi akibat ekspansi agresif perusahaan yang membuka banyak gerai baru setiap tahunnya, ditambah lagi perusahaan memperkenalkan banyak merek dagang baru yang belum terlalu dikenal masyarakat Indonesia. Sehingga masih memerlukan waktu perkenalan ke masyarakat agar dapat memberikan return yang maksimal. Total asset turn over menunjukan jumlah penjualan yang dihasilkan dari setiap rupiah atas aset yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini mengukur keefesiensian aset untuk menghasilkan penjualan atau pendapatan, semakin tinggi angka rasio ini, maka semakin baik. Selain profitabilitas tinggi, perusahaan juga harus efesien dalam penggunaan aktiva. Berikut rasio asset turn over perusahaan.
69
Tabel 4.15 Tabel Total Asset Turn Over MAPI Tahun Total aset (juta) Penjualan (juta) Total Asset Turn Over (kali)
2008 3,760,969 3,468,035
2009 3,379,394 4,112,215
2010 3,670,503 4,712,499
2011 4,415,342 5,889,808
2012 5,990,586 7,585,085
1.08
0.82
0.78
0.75
0.79
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Terlihat dari tabel, asset turn over perusahaan mengalami penurunan dan kemudian berada dikisaran 0,75x. Angka ini masih terbilang sehat. Rasio ini mengalami penurunan dikarenakan pertumbuhan asset perusahaan yang tinggi akibat ekspansi agresif perusahaan dimana hasilnya dapat dirasakan dalam beberapa tahun kemudian. Net Profit Margin (NPM) adalah sebuah rasio yang menunjukan seberapa besar Net Income yang dapat dihasilkan dari setiap satuan Sales. NPM didapat dari Net income dibagi dengan Sales. Maka semakin besar angkanya, maka semakin baik kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Tabel 4.16 Tabel Net Profit Margin (NPM) MAPI Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Net Income (juta) (69,935) 163,986 201,071 358,190 436,641 Penjualan (juta) 3,468,035 4,112,215 4,712,499 5,889,808 7,585,085 Net Profit Margin -2.02% 3.99% 4.27% 6.08% 5.76%
Sumber : Laporan keuangan perusahaan Terlihat dari tabel, NPM perusahaan mengalami peningkatan 4 tahun berturut-turut dan kemudian di tahun 2012 mengalami penurunan sedikit dikarenakan terjadinya kerugian kurs bersih yang cukup besar. Berikut komposisi biaya yang membebani net income perusahaan.
70
Tabel 4.17 Tabel Komposisi biaya MAPI Akun
2008
Pendapatan Bersih
2009
2010
2011
2012
100%
100%
100%
100%
100%
Beban pokok penjualan dan beban langsung
-46.90%
-49.96%
-49.57%
-48.34%
-49.12%
Laba kotor
53.10%
50.04%
50.43%
51.66%
50.88%
Kerugian kurs bersih
-9.55%
4.02%
0.01%
-0.11%
-0.34%
Kerugian penghapusan / penjualan aset tetap
-0.26%
-0.29%
-1.22%
-0.28%
-0.13%
Bagian laba bersih entitas asosiasi
0.00%
0.08%
0.09%
0.12%
0.15%
Penghasilan Bunga
0.26%
0.13%
0.13%
0.14%
0.12%
Keuntungan transaksi derivatif
1.28%
-0.72%
0.16%
0.03%
0.07%
Keuntungan dan kerugian lain-lain
0.00%
-0.63%
-3.68%
-0.22%
0.20%
Laba sebelum pajak
-2.52%
6.85%
5.85%
8.23%
7.88%
Beban pajak
0.51%
-2.87%
-1.59%
-2.11%
-2.17%
-2.01%
3.99%
4.27%
6.12%
5.71%
Net Income
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Terlihat dari Tabel IV.17, pada tahun 2012 terjadi lonjakan pada pos kerugian kurs bersih sehingga menyebabkan turunnya net profit margin (NPM). Walau demikian perusahaan telah mengantisipasi resiko kerugian kurs dengan melakukan hedging .
4.5 Valuasi Saham Setelah menganalisis faktor-faktor lingkungan fundamental perusahaan, di mulai dari lingkungan makro, lingkungan industri, kinerja perusahaan, maka penulis akan melakukan penilaian terhadap harga wajar saham perusahaan, atau valuasi saham perusahaan. PT Mitra Adiperkasa, Tbk merupakan perusahaan retail yang memiliki perputaran cash flow lancar dan sedang bertumbuh pesat beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, penulis akan menggunakan metode valuasi Free Cash Flow Equity ( FCFE ) untuk menilai harga wajar saham perusahaan, dimulai dari memproyeksi kinerja laporan keuangan, laporan laba rugi, dan laporan cash flow perusahaan, 71
sehingga dapat dihitung free cash flow per lembar saham perusahaan ditambah dividen dan nilai residu saham perusahaan. Penulis juga akan menilai sentimen pasar terhadap saham perusahaan dengan mengkombinasikan dengan metode valuasi P/E ratio. Dimana dengan komposisi bobot 70% FCFE yang mencerminkan kemampuan free cash flow perusahaan dan 30% P/E Ratio sebagai sentiment pasar terhadap saham perusahan, penulis lebih menitik beratkan bobot pada metode FCFE karena menurut penulis, kemampuan kas bebas perusahaan lebih penting daripada sentimen pasar, sehingga penulis berasumsi dengan bobot 70 : 30 akan didapat nilai intrinsik dari saham perusahaan yang lebih tepat.
4.5.1 Proyeksi Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan kondisi ekonomi makro Indonesia yang baik, didukung pertumbuhan ekonomi dunia yang berangsur pulih dari krisis 2008. Maka perusahaan yang bergerak dibidang ritel terutama yang target pasarnya kelas menegah sangat berpotensi untuk mencatat pertumbuhan yang cemerlang untuk beberapa tahun kedepan.
Proyeksi Pendapatan Bersih Perusahaan Menyadari peluang yang bagus dan disaat belum banyak kompetitor yang bergerak di segmen pasar yang sama, MAPI gencar memperkuat dan memperluas bisnisnya. Hingga tahun 2012 perusahaan berhasil memiliki 1383 gerai yang tersebar di 50 kota di Indonesia atau bertambah dua kali lipat sejak 2008 yang hanya berjumlah 686 gerai. Hasil dari penambahan gerai yang agresif ini, MAPI mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih naik rata-rata 27% per tahun.
72
Dengan
mengkolerasikan
pertumbuhan
gerai
perusahaan
dengan
pertumbuhan pendapatannya, maka penulis akan mencoba memproyeksikan pertumbuhan pendapatan perusahaan untuk 5 tahun kedepan. Menghitung
korelasi
antara
pertumbuhan
gerai
perusahaan
dengan
pertumbuhan pendapatan dengan menggunakan Microsoft Excel mendapatkan hasil 0.99 atau 99%. Sehingga dengan asumsi perusahaan bisa mempertahankan pertumbuhan seperti ditahun 2012 yaitu menambah 300 gerai pertahun. Maka perusahaan akan bisa menghasilkan pertumbuhan pendapatan bersih masing-masing 21%, 18%, 15%, 13%, 11% dari tahun 2013 - 2016.
Tabel 4.18 Tabel Proyeksi Pertumbuhan Pendapatan Bersih Tahun Jumlah gerai (1) Pertumbuhan Gerai (2) Pendapatan bersih (4) Pertumbuhan Pendapatan (3) Kolerasi Jumlah gerai dan pendapatan bersih (5)
2008
2009
2010
2011
2012
2013F
2014F
2015F
2016F
2017F
686
720
854
1044
1383
1683
1983
2283
2583
2883
-
4.9%
18.6%
22.2%
32.5%
21.7%
17.8%
15.1%
13.1%
11.6%
3,468
4,112
4,712
5,890
7,585
9,220
10,853
12,485
14,116
15,745
-
18.5%
14.6%
25.0%
28.8%
21.6%
17.7%
15.0%
13.0%
11.5%
0.994
Sumber : laporan keuangan perusahaan dan diolah Keterangan : (1) Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan sangat gencar dalam menambah gerai dan merek baru. Tahun 2012 perusahaan menargetkan menambah 300 gerai dan gerai yang berhasil dibuka 339 gerai, tahun 2013 perusahaan menargetkan akan membuka 350 gerai, dan hingga kuartal pertama telah berhasil membuka 57. Oleh karena itu, penulis berasumsi dalam 5 tahun kedepan, dengan CAPEX yang terus meningkat, dan perusahaan mampu mempertahankan keberhasilan membuka rata-rata 300 gerai setiap tahun dari 2013 – 2016. 73
(2) Pertumbuhan gerai dihitung dari jumlah gerai dikurang jumlah gerai tahun sebelumnya kemudian dibagi jumlah gerai sebelumnya. (3) Pertumbuhan pendapatan dihitung dari pertumbuhan gerai dikali dengan kolerasi jumlah gerai dan pendapatan bersih (4) Pendapatan bersih 2013-2016 dihitung dari pendapatan bersih tahun sebelumnya ditambah pertumbuhan pendapatan bersih (5) Kolerasi dihitung menggunakan formula microsoft excel yaitu : “correl(array x, array y)“, dimana array x adalah jumlah gerai perusahaan dari tahun 2008 2012 , dan array y merupakan pendapatan bersih perusahaan dari tahun 2018 – 2012. Setelah memproyeksi pendapatan bersih perusahaan, penulis juga mencoba memproyeksi laporan keuangan perusahaan dan laporan arus kas perusahaan yang secara lengkapnya penulis cantumkan di lampiran 1 – 4. Hasil Proyeksi ini kemudian akan menjadi komponen untuk menvaluasi saham MAPI dengan menggunakan metode FCFE. Berikut secara ringkas hasil proyeksi tersebut.
Gambar 4.20 Grafik Proyeksi Pertumbuhan EPS Perusahaan
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan diolah
74
4.5.2 Valuasi Free Cash Flow to Equity (FCFE) MAPI merupakan perusahaan ritel yang sedang berkembang cukup pesat beberapa tahun terakhir. Terutama karena ditopang konsumsi masyarakat Indonesia yang tinggi. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa metode yang tepat untuk menvaluasi saham perusahaan yang sedang berkembang seperti MAPI adalah FCFE. Berikut 3 komponen didalam FCFE, yaitu : kas per lembar saham, proyeksi nilai Free Cash Flow untuk 5 tahun kedepan, dan terminal value dari perusahaan.
Kas per lembar saham Kas per lembar saham terdiri dari kas di akhir tahun 2012 di bagi jumlah saham perusahaan sehingga didapat kas per lembar saham. Dari table di bawah , kas per lembar saham perusahaan adalah 317,06 rupiah. Tabel 4.19 Tabel kas per lembar saham 2012 Kas akhir 2012
Rp
526.324.000.000 1.660.000.000
Saham Kas / 1 lembar saham
Rp
317,06
Sumber : laporan keuangan perusahaan diolah
Free Cash Flow to Equity perusahaan 5 tahun kedepan Selanjutnya akan dihitung Free Cash Flow to Equity perusahaan untuk 5 tahun kedepan dan kemudian akan di-present value-kan dengan tingkat diskonto yang diestimasikan untuk mendapatkan nilai ekuitas perusahaan. Estimasi tingkat diskonto akan digunakan rumus CAPM dengan asumsi sebagai berikut : •
Risk Free (Rf) menggunakan suku bunga SBI per 14 Mei 2013, yaitu 5,75% 75
•
Risk Premium (Rm) dari total country risk premium damodaran, yaitu 9,13%
•
Beta (β) dari Reuters per 14 Mei 2013, yaitu 0,84
CAPM = Rf + β ( Rm ) = 13,4%
Tabel 4.20 Tabel Perhitungan FCFE Arus Kas (dalam juta rupiah)
2013F
2014F
2015F
2016F
2017F
522,376
641,653
782,503
948,864
1,151,624
12,000
14,400
17,280
20,736
24,883
600,000
600,000
600,000
600,000
600,000
(516,458)
(262,676)
(349,364)
(202,183)
(261,829)
( - ) Penambahan Utang
248,128
393,892
485,513
375,845
418,417
FCFE
202,706
712,622
1,034,660
947,628
1,256,753
1,660
1,660
1,660
1,660
1,660
FCFE per saham
122
429
623
571
757
PV FCFE per saham
122
379
485
391
458
Laba Bersih ( + ) Depresiasi & Amortisasi ( - ) Pengeluaran Modal (CAPEX) ( - ) Penambahan Modal Kerja
Saham Beredar (juta lembar)
Jumlah
1,835
Terminal Value Terminal value dihitung dari asumsi Free Cash Flow perusahaan akan tumbuh konstan dengan pertumbuhan stabil 8 % setelah 5 tahun. Berikut perhitungannya dapat dilihat dari table. Tabel 4.21 Perhitungan Terminal Value Terminal Value Nilai Pertumbuhan Stabil 8.0% Ks (CAPM) 13.4% FCFE 2017 757 Pertumbuhan stabil FCFE 2017 15,142 PV Pertumbuhan stabil FCFE 2017 9,156.29
Keterangan (a) (b) (c) ( d ) = c*(1+a)/(b-a) ( e ) = PV d
76
Total Nilai Intrinsik Value Perusahaan berdasarkan FCFE Berikut total nilai intrinsic perusahaan berdasarkan total dari 3 komponen FCFE, yaitu kas per saham, PV proyeksi FCFE 5 tahun kedepan, dan terminal value dari FCF pertumbuhan stabil perusahaan. Tabel 4.22 Tabel Komponen FCFE Kas per share Proyeksi FCFE 4 tahun
317.00 1,834.64
Terminal value
9,156
Nilai Intrinsik
11,307
Hasil perhitungan nilai intrinsik perusahaan MAPI berdasarkan metode Free Cash Flow to Equity adalah Rp 11.307,- per lembar saham 4.5.3 Perbandingan Price Earning Ratio Salah satu indikator yang paling sering digunakan dalam analisis fundamental adalah price earning ratio (PER) . PER berarti perbandingan antara harga saham di pasar ( Price ) terhadap laba bersih per saham ( EPS ). Menurut proyeksi laporan keuangan perusahaan, EPS perusahaan di akhir tahun 2013 akan berada di Rp 291 per saham. Gambar 4.21 Proyeksi EPS Perusahaan
77
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah PER rata-rata industri ritel Indonesia adalah 30x menurut sumber reuters.com. Sehingga akan didapat harga wajar untuk saham MAPI berdasarkan PER yaitu : Rp 291,- x 30 = Rp 8.730,- per lembar saham.
4.5.4 Kombinasi Metode FCFE dan Metode PER Rasio Untuk mendapatkan nilai intrinsik value yang lebih mencerminkan kondisi perusahaan dan kondisi sentiment market. Maka penulis akan mengkombinasikan 2 metode valuasi yang paling sering digunakan investor, yaitu metode FCFE dan metode PER rasio dengan komposisi 70% FCFE yang mencerminkan kondisi keuangan perusahaan, dan 30% PER rasio yang mencerminkan sentiment market terhadap saham perusahaan sehingga didapatkan hasil nilai intrinsik dari saham MAPI adalah Rp 10.535,- per lembar saham.
Tabel IV.23 Perhitungan Nilai Intrinsik Perusahaan Metode analisis FCFE PER rasio Jumlah
Nilai 11,308 8,730
Porsi 70% 30% 100%
Hasil 7,915.55 2,619.00 10,534.55
Harga saham perusahaan MAPI telah turun 18% sejak penutupan 31 maret 2013 dari harga Rp 9.100,- menjadi Rp 7.450,- per tanggal 14 Juni 2013 akibat aksi jual investor menanti berita kenaikan harga BBM. Sehingga harga saham MAPI sedang diperdagangkan undervalued atau terdiskon 30% dari nilai intrinsik valuenya.
78