PT. PERTAMINA EP - PPGM
3
BabMETODE STUDI 3.1. METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA Tujuan pengumpulan dan analisis data:
1. Menelaah, mengamati, mengukur parameter lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek, 2. Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang yang diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek, 3. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup sekitarnya, 4. Memprakirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat kegiatan proyek. Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi tapak proyek, serta beberapa lokasi di sekitar tapak proyek yang diperkirakan akan terkena sebaran dampak. Dengan cara ini kondisi atau rona lingkungan hidup awal pada lokasi-lokasi calon penerima dampak dapat terukur/teramati, sehingga nantinya besaran dampak di wilayah studi dapat diprakirakan. Komponen lingkungan dan parameter yang harus diamati, diukur dan dicatat beserta metode pengumpulan dan analisis datanya diuraikan sebagai berikut.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-1
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia Komponen lingkungan geo-fisik-kimia yang ditelaah dalam studi ini meliputi : 1. Iklim (suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin, curah hujan dan intensitas penyinaran matahari), kualitas udara ambien, kebisingan, kebauan dan getaran 2. Fisiografi dan geologi 3. Hidrologi, kualitas dan kuantitas air 4. Hidrooceanografi 5. Ruang, lahan dan tanah 3.1.1.1. Iklim, kualitas udara ambien, kebisingan dan getaran 3.1.1.1.1. Iklim Komponen lingkungan hidup yang akan ditelaah antara lain: suhu, kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan angin. 1) Metode pengumpulan data Pengambilan data iklim dilakukan pada Stasiun Klimatologi Bubung di Luwuk/Toili Kabupaten Banggai yang ada di daerah penelitian dengan periode pencatatan selama 10 tahun terakhir. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa selama 10 tahun pencatatan data iklim tersebut hasil analisisnya dapat digunakan untuk mengetahui kondisi iklim daerah penelitian. Parameterparameter iklim yang dikumpulkan meliputi: Suhu udara Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat, selain itu suhu udara diukur langsung di beberapa lokasi (tercantum pada peta lokasi pengambilan/pengukuran sampel). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermometer bola kering dan thermometer untuk suhu maksimum dan minimum. Kelembaban Data kelembaban akan dikumpulkan dari data sekunder hasil pencatatan stasiun meteorologi terdekat. Selain itu pengukuran akan dilakukan langsung dengan alat
Termohygrometer .
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-2
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Angin Data arah dan kecepatan angin dalam serangkaian waktu ( time series) akan dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat. Data yang diperoleh kemudian akan diolah untuk memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind rose yang diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan arah dan tingkat pencemaran udara. Curah hujan Data curah hujan dikumpulkan dengan mencatat data hujan dari stasiun-stasiun penakar hujan yang ada di wilayah studi untuk periode 10 tahun terakhir untuk mengetahui hujan rata-rata tahunan dan tipe curah hujannya. 2) Metode analisis data Suhu dan kelembaban udara Analisis data suhu udara dan kelembaban akan dilakukan dengan menetapkan suhu ratarata, suhu maksimum dan minimum, kelembaban rata-rata dan kelembaban maksimum dan minimum. Sedangkan untuk menghitung suhu rata-rata dan kelembaban rata-rata udara dilakukan dengan menghitung suhu dan kelembanan rata-rata secara aritmatik. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa wilayah yang akan dilalui jalur pipa adalah daerah dengan topografi relatif datar pada dataran rendah ( low land). Angin Data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pengukuran arah dan kecepatan angin kemudian diolah untuk memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind rose yang diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan arah dan kecepatan angin dominan. Curah hujan Dengan memperhatikan topografi yang relatif datar, maka perhitungan tebal hujan ratarata daerah penelitian menggunakan metode Poligon Thiessen. Metode Poligon Thiessen dipergunakan untuk menghitung hujan rata-rata dengan cara membuat poligon yang mewakili luas persebaran hujan masing-masing stasiun pencatat hujan. Dari masingmasing stasiun hujan dihubungkan satu sama lain dengan garis. Pada garis penghubung tersebut ditarik garis tegaklurus pada titik tengahnya sehingga garis-garis yang tegak lurus tersebut akan berpotongan pada suatu titik. Dari banyak perpotong garis pada titiktitik di antara tiga stasiun pencatat hujan tersebut akan membentuk suatu poligon yang banyak seperti Gambar 3.1.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-3
PT. PERTAMINA EP - PPGM
A2
P2
A3
▪
▪P3 A1
▪ P1
▪
▪
P1
P4 A5
A4
Gambar 3.1. Poligon Thiessen Catatan:
P1 : P2 : P3 : P4 : P5 : A1 : A2 : A3 : A4 : A5 : An : P :
P =
Tebal hujan pada stasiun penakar hujan Tebal hujan pada stasiun penakar hujan Tebal hujan pada stasiun penakar hujan Tebal hujan pada stasiun penakar hujan Tebal hujan pada stasiun penakar hujan Luas daerah poligon 1 Luas daerah poligon 2 Luas daerah poligon 3 Luas daerah poligon 4 Luas daerah poligon 5 Luas daerah poligon ke n Curah hujan rata-rata daerah penelitian
1 2 3 4 5
A1.P 1 + A2.P2 + A3.P 3 + A4.P 4 + A5.P 5 + .... +An .Pn A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + An
Penetapan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951) menggunakan rasio atau nisbah nilai Q, yaitu perbandingan antara jumlah rerata bulan kering dengan jumlah rerata bulan basah. Persamaannya adalah sebagai berikut:
Q =
Jumlah rata-rata bulan kering
x 100%
Jumlah rata-rata bulan basah
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-4
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Penetapan bulan kering dan bulan basah, dicari dengan menghitung adanya bulan kering dan bulan basah setiap tahunnya, kemudian dijumlah untuk jumlah tahun pencatatan dan kemudian dirata-ratakan. Bulan kering terjadi apabila curah hujan < 60 mm/bulan, dan bulan basah terjadi apabila curah hujan >100 mm/bulan, sedangkan curah hujan antara 60 - 100 mm/bulan dikatakan bulan lembab. berikut
menyajikan
penggolongan
tipe
iklim
Tabel 3.1 dan Gambar 3.2
menurut
Schmidt
dan
Ferguson
mendasarkan nilai Q. Tabel 3.1. Penggolongan Tipe Iklim No
Tipe Iklim
Q (dalam %)
1 2 3 4 5 6 7 8
A B C D E F G H
0 – 14,3 14,3 – 33,3 33,3 – 60,0 60,0 - 100,0 100 - 167,0 167,0 – 300,0 300,0 – 700,0 > 700,0
Keterangan Sangat basah Basah Agak basah Sedang Agak kering Kering Sangat kering Amat sangat kering
Sumber: Schmidt dan fergusson (1951)
G
9
F
8 7
E
5
6
D
4
C
3
B
2
Jumlah rata-rata bulan kering
10 11 12
H
1
A
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Jumlah rata-rata bulan basah Gambar 3.2. Grafik Penentuan Tipe Hujan Menurut Schmidt dan Fergusson (1951)
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-5
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.1.1.1.2. Kualitas udara dan kebisingan a. Metode pengumpulan data Penentuan titik/lokasi sampling didasarkan atas pertimbangan arah dan kecepatan angin yang dihubungkan dengan tapak rencana kegiatan. Data kualitas udara, kebisingan, dan kebauan merupakan data primer yang akan dikumpulkan langsung di lapangan, akan diambil dari lokasi rencana pembuatan sumur pengembangan, BS, GPF di Kayowa, Kilang LNG, maupun pembangunan pipa transmisi gas (pipeline).
Parameter yang dikumpulkan untuk kualitas udara dan kebisingan meliputi : 1) Kualitas udara ambien Parameter kualitas udara ambien yang akan diteliti sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Parameter yang dianalisis pada jalur pemasangan pipa adalah debu TSP, sedangkan pada sumur pemboran, dan LNG Plant meliputi paramater diantaranya ; SO 2 (sulfur dioksida), CO (karbon monoksida), NO 2 (nitrogen dioksida), O3 , dan TSP (debu). 2) Kebisingan Kebisingan akan diukur secara langsung dengan menggunakan alat Sound Level Meter di lokasi yang sama dengan lokasi pengukuran/pengambilan sampel udara ambien. Baku mutu tingkat kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
b. Metode analisis data Analisis kualitas udara akan dilakukan dengan cara menghitung sesuai Indeks Standar Pencemaran
Udara
(ISPU).
Tabel
3.2
menyajikan
parameter-parameter,
pengumpulan dan analisis data untuk kualitas udara dan kebisingan.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-6
metode
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.2. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data untuk Kualitas Udara dan Kebisingan No
Parameter
Metode Analisis
1
Kualitas Udara SO2 Pararosanilin CO NDIR NO2 Saltzman PM10 Gravimetri TSP Gravimetri O3 Chemiluminescent
2
Kebisingan
Peralatan Spektrofotometer NDIR Analyzer Spektrofotometer Hi-Vol Hi-Vol Spektrofotometer
Sumber PP No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional
Sound Level Meter Kep.Men. LH No. 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
Metode Analisis Data
Keterangan
Menggunakan Pedoman ISPU: Kep.Men. LH No. 45 tahun 1997 dan Kep. Ka BAPEDAL No. 107 tahun 1997
Hasil perhitungan dikonversi menjadi skala kualitas lingkungan
Sesuai dengan Kep.Men. LH No. 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
Hasil perhitungan dikonversi menjadi skala kualitas lingkungan
3.1.1.2. Fisiografi dan Geologi 1) Fisiografi a. Metode pengumpulan data Data kondisi fisiografi mencakup konfigurasi permukaan bumi yang lebih menekankan data bentuklahan dan proses geomorfologi yang terjadi. Pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menggunakan metode observasi yakni langsung melakukan pengamatan, pengukuran dan pencatatan parameter-parameter bentuk lahan mencakup topografi, lereng, material dan proses geomorfologi yang bekerja. Selain itu data sekunder konfigurasi permukaan bumi disadap dari peta topografi sebagai sumber data untuk digunakan dalam mengkaji fisiografi daerah penelitian yaitu di tapak BS, GPF, Kilang LNG, sumur, jalur pipa dan sekitarnya. b. Metode analisis data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional. Informasi kemiringan lereng diperoleh dari data sekunder berupa Peta Kemiringan Lereng yang telah ada. Ceking lapangan dilakukan untuk memperbaiki dan/atau merevisi peta lereng yang telah ada dengan melakukan pengukuran kemiringan lereng di lapangan menggunakan abney level dan kompas geologi. Apabila belum ada peta lereng, maka akan dibuat peta lereng dengan data pokok dari Peta Rupa Bumi. Dengan menggunakan Peta Rupa Bumi skala 1:25.000, Peta Lereng Daerah Penelitian Peta Kemiringan Lereng dapat dibuat dengan metode Thornwhite (grid system).
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-7
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Berikut metode analisis kemiringan lereng menggunakan Peta Rupa Bumi: peta dibagi kedalam beberapa grid masing-masing grid ditarik garis diagonal yang paling banyak terpotong oleh garis tinggi (kontur) hitung panjang diagonal (L) dan jumlah kontur yang terpotong oleh diagonal (N). Hitung dengan menggunakan rumus: (N-1) x Ci = ------------- x 100% L Catatan :
N Ci L
= besar lereng (%) = jumlah kontur yang terpotong diagonal = kontur interval ( 12,5 m untuk Peta Rupa Bumi skala 1:25.000 dan 25 m untuk skala 1:50.000) = panjang diagonal (m)
Dengan diperolehnya data kemiringan lereng masing-masing grid maka peta lereng dapat disusun berdasarkan nilai kemiringan lereng tersebut. Hasil pemetaan kemudian dicek di lapangan dengan melakukan pengukuran di beberapa lokasi sampel, hasilnya kemudian dianalisis untuk mengetahui klas kemiringan lereng dan topografi daerah penelitian. Tabel 3.3. Aspek-Aspek Relief yang Merupakan Gabungan yang Erat Antara Topografi, Kemiringan Lereng dan Beda Tinggi Relatif No 1 2 3 4 5 6 7
Unit Relief Lereng (%) Topografi datar – hampir datar 0-2 Topografi berombak/landai 3-7 Topografi bergelombang/ miring 8-13 Topografi bergelombang–berbukit/agak curam 14-20 Perbukitan curam/ lereng curam 21-55 Pegunungan curam terkikis/sangat terjal 156-140 Pegunungan/amat sangat terjal >140 Sumber: Van Zuidam, R.A and Zuidam Cancelado, 1979.
Beda Tinggi Relatif (m) <5 5-50 25-75 50-200 200-500 500 -1000 >1000
2) Geologi a. Metode pengumpulan data Pengumpulan data geologi meliputi jenis batuan, struktur geologi dan stratigrafi dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan metode observasi lapangan yakni mengamati, melihat, mengukur dan mencatat fenomena geologi, batuan di lapangan tapak BS, GPF, Kilang LNG, sumur, jalur pipa dan sekitarnya. Data sekunder berupa data dari laporan hasil penelitian terdahulu dan dari peta-peta geologi daerah setempat. b. Analisis data Teknik analisis yang digunakan menggunakan teknik analisis deskriptif secara langsung di lapangan dan bantuan data sekunder untuk mendeskripsikan kondisi geologi setempat. KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-8
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.4. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Fisiografi, Tanah dan Geologi No 1.
Parameter Topografi a. Posisi
Pengukuran langsung dengan GPS
b. Kelerengan
Pengukuran langsung menggunakan kompas terkalibrasi Pengukuran/pembuatan peta lereng dari Peta Rupa Bumi Pengukuran langsung menggunakan kompas geologi
c. Relief 2.
Metode Analisis
Keterangan
Parameter-parameter yang terukur juga digunakan dalam analisis kestabilan lereng Manual hasil pencatatan posisi dg GPS Parameter-parameter yang terukur diplotkan langsung pada peta Perhitungan dengan metode Thornwhite Parameter-parameter yang terukur diplotkan langsung pada peta sebagai ceking hasil perhitungan dari kontur ( Grid System) Peta Rupa Bumi Hubungan antara kemiringan lereng dengan beda tinggi lokal
Struktur geologi a. Posisi
3
Metode Pengumpulan Data
Pengukuran langsung dengan GPS
Batuan a. Jenis b. Posisi
4. Jenis tanah a. Sifat-sifat fisik b. Permeabilitas dan porositas c. Kesuburan tanah
Observasi Pengukuran langsung dengan GPS
Parameter-parameter yang pada peta Parameter-parameter yang analisis kestabilan geologi Parameter-parameter yang pada peta Parameter-parameter yang analisis kestabilan geologi
terukur diplotkan langsung terukur juga digunakan dalam terukur diplotkan langsung terukur juga digunakan dalam
Analisis makroskopis petrolografi Parameter-parameter yang terukur diplotkan langsung pada peta Parameter-parameter terukur juga digunakan dalam analisis kestabilan tanah (erosi)
Pemboran tanah dengan hand auger (bor tangan) untuk ambil sampel tanah Deskripsi dan analisis ukuran batir
Analisis laboratorium (tekstur, struktur, kandungan bahan organik) dengan mengunakan teknik segitiga tekstur USDA Analisis langsung lapangan (kedalaman Mencakup parameter-parameter untuk analisis erosi yaitu solum, warna, pH, struktur) dan analisa tekstur, struktur dan kandungan bahan organik laboratorium (Kandungan N,P,K, B.O., dll) Deskripsi dan tes permeabilitas insitu Analisis laboratorium Mencatat tingkat permeabilitas tanah (lambat, sedang, cepat). Pengambilan sampel tanah dengan Analisis kesuburan tanah terhadap Parameter penentu kesuburan terukur digunakan untuk hand auger saat melakukan parameter penentu kesuburan tanah analisis kesuburan tanah pemboran tanah
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-9
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.1.1.3. Hidrologi dan Kualitas Air 3.1.1.3.1. Hidrologi a. Metode pengumpulan data Lingkup studi komponen lingkungan hidrologi meliputi komponen-komponen sebagai berikut: 1) Hidrologi/air permukaan a. Karakteristik fisik sungai, danau dan rawa b. Rata-rata debit dekade, bulanan dan tahunan c. Kadar sedimentasi (lumpur), tingkat erosi d. Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah e. Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air 2) Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air
Tabel 3.5. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Hidrologi Metode Pengumpulan Data A Hidrologi/Air Permukaan 1. Karakteristik fisik sungai 1.a. Pola alur sungai Berdasar peta rupa bumi skala 1:25.000 dan observasi cek lapangan No
Parameter
Metode Analisis Data
Keterangan
Analisis secara deskriptif terhadap pola aliran sungai (drentitik, paralel, trelis, rektangular dll)
Dari pola alur sungai dapat memberikan informasi tentang struktur geologi dan jenis batuan.
1.b. Pola drainase
Observasi visual dari peta rupa bumi skala 1:25.000 Dan interview serta data sekunder aliran
1.c. Kerapatan drainase
Pengukuran pada peta dari Analisis Kerapatan peta rupa bumi skala Drainase dengan rumus: 1:25.000 Dd= L / A Dd= Kerapatan drainase (km/km2) L= Panjang seluruh alur sungai (km) A = Luas DAS (km2)
Nilai Dd dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang kondisi pengatusan (drainage) apakah pengatusannya : jelek, sedang atau baik, dan intensitas proses torehan akibat erosi pada lokasi tersebut
1.d. Kondisi dasar sungai
Observasi visual lapangan
Dapat memberikan informasi bagaimana sedimen transport sungai tersebut.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
Obsrvasi dan analisis data sekunder tentang keajegan aliran sungai sepanjang tahun.
Deskriptif observasional
III-10
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.5. Lanjutan No
Parameter
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
1.e. Prakiraan ketinggian muka air sungai maksimum
Pengukuran dengan jalan atau tongkat berskala di lapangan, atau tanaya kepada penduduk setempat
Deskriptif observasional
1.f. Kedalaman sungai rata rata
Pengukuran dengan jalan atau tongkat berskala di lapangan
Deskriptif observasional
1.h. Lebar sungai ratarata
Pengukuran dengan pita ukur di lapangan
1.i. Kemiringan dinding sungai
Pengukuran dengan abney Visual dan deskriptif level atau kompas geologi
1.j. Kondisi banjir
Data sekunder
Deskripsif observasional
Keterangan
Data yang dikumpulkan antara lain, periodisasi banjir, lokasilokasi banjir, luasan area banjir Data debit dekade, bulanan, tahunan
2
Debit/Discharge Sungai
Data sekunder Dan data primer
Matematik Q=V*A
3.
Debit aliran permukan
Metode rasional Data primer
Matematik
4.
Kualitas air permukaan *)
Menerapkan Standard Menerapkan National Methods for The Sanitation Foundation’s Examination of Water and Water Quality Index (NSFWastes Water, APHA, edisi WQI), (Ott, 1998). ke 20, tahun 200. Baku Mutu Air yang akan dipergunakan adalah PP No. 82 tahun 2001.
Pengukuran parameter fisik seperti suhu, pH, TDS, DO dan DHL dilakukan langsung di lapangan (in situ measurement)
5.
Tingkat erosi
Observasi visual, peta rupa USLE Method bumi, kemiringan dan A = R.K.L.C.P (ton/ha/th) panjang lereng, sifat fisik tanah, data hujan
Pengukuran parameter erosi dilakukan di lapangan dan analisis laboratorium
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
R = 0,028C.I.A (m3/dt)
Butuh data hujan, luas daerah dan data penutup lahan
III-11
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.5. Lanjutan No 6.
Parameter
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Keterangan
Kondisi fisik daerah resapan
6.a. Topografi
Observasi visual dan pengukuran langsung di lapangan dan peta rupa bumi
6.b. Air larian permukaan (run off)
Observasi visual dan Persamaan empiris dengan Lokasi dimana terjadi pengukuran luas DAS pada rumus Q = 0,028.C.I.A. pembukaan lahan (tapak peta dengan planimeter (Rational equation) sumur, jalur pipa dll.
B.
Tingkat penyedia- Data sekunder an dan kebutuhan/ pemanfaatan air
Analisis morfologi (kaitan lereng dengan relief)
Data ini didapatkan pada survei komponen fisiografi
Perhitungan tingkat kebutuhan/pemanfaatan air dihitung berdasarkan rata-rata penggunaan volume air per satuan luas lahan untuk pertanian, rata-rata penggunaan air untuk industri, dan ratarata penggunaan air untuk kegiatan lainnya
Masing-masing komponen dan paramerter lingkungan yang diprakirakan terkena dampak tersebut akan dikumpulkan baik dari lapangan maupun instansi terkait, dengan rencana lokasi pengambilan sampel disajikan pada Peta Rencana Lokasi Pengambilan Sampel, yang selanjutnya akan dianalisis untuk menentukan skala Kualitas Lingkungannya.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-12
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.1.1.3.2. Kualitas Air 1) Kualitas air tanah Untuk mengetahui kualitas air tanah pada lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air sumur penduduk. Pengambilan sampel air tanah untuk penelitian ini dilakukan di sekitar lokasi rencana tapak sumur, LNG Plant, pembuatan dermaga, dan jalur pemipaan. Jumlah lokasi pengambilan sampel sebanyak 22 buah (GW-1 s/d GW-22). Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990. Parameter-parameter kualitas air tanah yang akan diukur disajikan pada Tabel 3.6. Tabel 3.6. Parameter Kualitas Air Tanah/Sumur yang akan Diukur (sesuai PERMENKES 907/MENKES/SK/VII/2002) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Parameter Antimony Air raksa (Hg) Arsenic (As) Barium (Ba) Boron (Bo) Cadmium (Cd) Kromium (Cr) Tembaga (Cu) Sianida (CN) Fluorida (F) Timah (Pb) Nikel (Ni) Nitrat (NO 3) Nitrit (NO2) Selenium (Se) Amonia (NH3) Alumunium (Al) Klorida (Cl)Tembaga (Cu) Kesadahan (Ca CO3) Hidrogen Sulfida (H2S) Besi (Fe) Mangan (Mn) pH Sodium (Na) Sulfat (SO4 ) TDS Seng (Zn) Kekeruhan E. Coli Fecal coli Suhu Total zat padat terlarut (TDS)
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-13
PT. PERTAMINA EP - PPGM
2) Kualitas air permukaan Untuk mengetahui kualitas air permukaan (air sungai) pada lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air permukaan. Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air sungai berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Kep.Men LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan. Pengambilan sampel air permukaan untuk penelitian ini dilakukan di sungaisungai terdekat yang terpengaruh oleh kegiatan di BS, GPF, Kilang LNG, sumur dan jalur pipa dan sekitarnya. Parameter-parameter kualitas air permukaan yang akan diukur disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.7. Parameter Kualitas Air Permukaan yang akan Diukur (sesuai PP RI No. 82 Tahun 2001) No.
Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
pH DO Kekeruhan DHL BOD COD Total fosfat sebagai P NO 3 NH3 Kobalt (Co) Barium (Ba) Boron (Bo) Kadmium (Cd) Khrom (VI) Tembaga (Cu) Besi (Fe) Timbal (Pb) Mangan (Mn) Air Raksa (Hg) Seng (Zn) Khlorida (Cl) Sianida (CN) Fluorida (F) Nitrit (NO2) Sulfat (SO 4) Khlorin bebas Belerang sbg H 2S Minyak dan Lemak Detergen Residu Terlarut Residu Tersuspensi Total Coliform Fecal Coliform
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-14
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Lokasi pengambilan sampel ditetapkan pada lokasi tapak proyek dan sekitarnya yang diprakirakan
akan
terkena
dampak
kegiatan
proyek.
Penetapan
lokasi
ini
juga
mempertimbangkan: 1. Kemiringan topografi daerah aliran sungai dan daerah resapan, 2. Arah aliran sungai, 3. Arah aliran air tanah.
Pengambilan sampel air tanah akan dilakukan pada 10 titik/lokasi yang didasarkan pada perbedaan jenis tanah dan pertimbangan lain, yaitu kemungkinan sebidang tanah tercemar oleh limbah pemboran, sedangkan sampel air sungai akan diambil di
6 lokasi. Titik-titik
lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Peta Lokasi Pengambilan Sampel (Gambar 3.3), sedangkan justifikasi penentuan lokasi tersebut diuraikan sebagai berikut: Justifikasi lokasi pengukuran debit sungai di sekitar tapak proyek Pengukuran debit sungai dilakukan pada muara-muara sungai-sungai minor yang mensuplai air dan sedimen ke dalam Sungai yang terpengaruh oleh GPF, BS, Kilang LNG, sumur, jalur pipa dan sekitarnya. Debit memiliki hubungan erat dengan jumlah sedimen yang dibawanya. Dengan mengetahui besarnya debit aliran maka dapat diperkirakan besarnya beban debit dari sungai tersebut, sehingga dapat diprakirakan pasokan debit ke daerah hilir yang memungkinkan dapat terjadinya banjir. Hal ini penting dilakukan karena diperkirakan selama pekerjaan proyek, erosi akan semakin besar sehingga sedimen yang terbawa oleh air akan semakin banyak dan beban sedimen yang masuk kedalam sungai-sungai itu akan semakin besar.
Justifikasi lokasi pengukuran debit sungai di sepanjang jalur pipa Pengukuran debit sungai ditujukan untuk mengetahui volume air sungai yang tersedia sepanjang tahun. Lokasi pengukuran dilakukan pada upstream dan downstream sungai. Tujuan utama pengukuran ini untuk mengetahui jumlah volume air in reservoir (Qin – Qout), sehingga prediksi akibat pengambilan air sungai ini serta perkiraan volume air yang boleh diambil dapat dilakukan. Sungai-sungai yang akan diambil debitnya adalah sungai terdekat yang memenuhi syarat.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-15
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Justifikasi lokasi sampling kualitas air sungai Lokasi sampling kualitas air sungai, ditetapkan sedemikian rupa dengan tujuan utama untuk mengetahui kondisi kualitas air sungai sebelum pelaksanaan proyek. Lokasi utama pengambilan sampel air sungai dilakukan pada Sungai yang terpengaruh oleh GPF, BS, Kilang LNG, sumur dan jalur pipa. Lokasi sampling ditetapkan pada posisi hulu, tengah dan hilir sungai sehingga kondisi kualitas alamiah air sungai dan interaksinya dengan tata guna air sekitar dapat diketahui. Justifikasi lokasi sampling kualitas air tanah Lokasi sampling kualitas airtanah ditetapkan sedemikian rupa dengan tujuan utama untuk mengetahui kondisi kualitas airtanah dangkal sebelum pelaksanaan proyek. Lokasi utama pengambilan sampel air tanah adalah di area rencana GPF, BS, Kilang LNG, sumur dan jalur pipa. Di area rencana tapak proyek lokasi sampling ditentukan dengan menggunakan prinsip purposive sampling yang mewakili kondisi daerah upstream dan downstream aliran airtanah. Tujuannya agar perubahan kualitas dari daerah upstream ke downstream dapat termonitor, sehingga diketahui pengaruh lingkungan saat ini terhadap perubahan kondisi kualitas airtanah dangkal sebelum proyek. Pada lokasi-lokasi sepanjang pipa, tujuan utamanya adalah mengetahui kondisi awal kualitas airtanah di daerah ini sebelum keberadaan pipa penyalur gas. b. Metode analisis data Parameter yang telah diukur/diamati dan dicatat kemudian dianalisis dengan metode seperti yang diuraikan dalam Tabel 3.8.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-16
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.8. Parameter, Teknik Pengujian, Spesifikasi Metode Pengujian Kualitas Air No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Parameter Amonium Besi BOD COD Fenol Krom Kadmium Minyak dan lemak Nitrat Nitrit Perak Sulfida Sianida Seng
Teknik Pengujian Spektrofotometri dengan Nessler Spektrometri serapan atom Inkubasi Winkler Refluk secara tertutup Spektrofotometri dengan aminoantipirin Spektrometri serapan atom Spektrometri serapan atom Ekstraksi dengan petroleum eter Spektrofotometri dengan brusin sulfat Spektrofotometri dengan Asam sulfanilat Spektrometri serapan atom Spektrofotometri dengan para aminodimetil anilin Titrimetri dan kolorimetri Spektrometri serapan atom
Sumber : Kepmen LH No. 37 tahun 2003
Spesifikasi MetodePengujian SNI 06-2479-1991 SNI 06-2523-1991 SNI 06-2503-1991 SNI 06-2504-1991 SNI 19-1656-1989 SNI 06-2511-1991 SIN-06-2465-1991 SNI 19-1660-1989 SNI 06-2480-1991 SNI 06-2484-1991 SNI 06-4162-1996 SNI 19-1664-1989 SNI 19-1504-1989 SNI 06-2507-1991
Berikut ini disajikan persamaan-persamaan matematik untuk menghitung besar data debit, sedimen transport total dan erosi dari metode analisis data hidrologi, suspensi dan parameter erosi. 1. Pengukuran debit sungai dan debit aliran permukaan a. Pengukuran langsung lapangan Data debit, terutama diperoleh dari data sekunder dari instansi terkait (Bappeda Kabupaten Banggai (2006) yang telah ada dengan pencatatan data jangka panjang, sedangkan data pengukuran debit secara langsung dilakukan untuk ceking kondisi debit tetapi sifatnya hanya debit sesaat. Pengukuran debit sungai dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Lebar sungai di lokasi pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi. 2) Masing-masing seksi diukur kedalaman airnya, kemudian diukur kecepatan aliran air sungai pada kedalaman tertentu (0,2 dan 0,8 dari kedalaman air sungai) dengan ”current meter”, dan selanjutnya dihitung luas penampang masing-masing seksi. 3) Debit sungai dihitung dengan mengkalikan kecepatan aliran dengan luas penampang masing-masing seksi. 4) Debit total air sungai adalah jumlah seluruh debit masing-masing seksi dalam penampang sungai tersebut, dengan rumus sebagai berikut: n
Qw Qn q 1
Catatan : Qw = debit total sungai (m3/detik) Q = debit masing-masing seksi penampang sungai (m3 /detik) n = banyaknya seksi pengukuran
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-17
PT. PERTAMINA EP - PPGM
b. Rational Method Perhitungan debit aliran permukan dengan menggunakan rumus rasional (empiris) sebagai berikut: R = 0,028C.I.A Dimana : R = Debit larian air permukaan C = Koefisien aliran permukaan I = Intensitas hujan (mm/jam) A = Luas area/wilayah DAS (Ha) Sumber: Sitanala Arsyad, 1989
2. Prakiraan besar erosi Prakiraan besar erosi dilakukan dengan rumus empris dari United Soil Loss Equation (USLE) yaitu: E = R.K.L.S.C.P Dimana : E = Soil loss (ton/ha/tahun) R = Faktor erosivitas hujan K = Faktor erodibilitas hujan L = Faktor panjang lereng
S = Faktor kemiringan lereng C = Faktor jenis tutupan lahan P = Faktor konservasi tanah
3.1.1.4. Hidro-oseanografi 1) Metode pengumpulan data Pengumpulan data lingkungan dilakukan melalui pemetikan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan di perairan laut di sekitar sumur lepas pantai di sekitar dermaga dalam kompleks kilang LNG dengan pengambilan sampel yang kemudian diuji di laboratorium atau pengukuran langsung. Parameter hidro-oseanografi yang diukur/diamati meliputi: a. Batimetri Data hidrometri diperoleh dari data sekunder berupa peta yang dikeluarkan DISHIDROS maupun hasil pengukuran/pemetaan/kajian/studi terdahulu. Data batimetri diperlukan untuk mengkaji dampak yang terjadi dari kegiatan pembangunan dermaga dan pemboran sumur lepas pantai.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-18
PT. PERTAMINA EP - PPGM
b. Pasang surut Data pasang surut diperoleh dari data sekunder hasil pengukuran terdahulu yang telah dipakai untuk penyusunan design FSO maupun fasilitas pantai. Selain itu, data sekunder dari DISHIDROS juga dapat digunakan. Data pasang surut diperlukan untuk pemodelan hidrodinamika, untuk mengetahui kisaran kedalaman perairan dan prakiraan dampak kegiatan konstruksi pembangunan dermaga dan pemboran sumur lepas pantai. Pasang surut diamati setiap interval satu jam selama minimal 15 hari. c. Arus Data arus didasarkan pada data sekunder DISHIDROS dan dari studi terdahulu. Selama pengambilan sampel juga dilakukan pengukuran arus di lokasi pengambilan sampel selama minimal tiga hari. Pengukuran dilakukan dengan current meter pada kedalaman 0,2; 0,6 dan 0,8 kali kedalaman untuk mendapatkan arah dan kecepatan rata-rata sesaat. Data arus diperlukan untuk memperkirakan kegiatan konstruksi pembangunan dermaga dan pemboran sumur lepas pantai. d. Gelombang Sama halnya dengan data arus, data gelombang juga didasarkan pada data sekunder dari kajian-kajian yang pernah dilakukan di sekitar lokasi. e. Temperatur air Parameter temperatur air diukur pada saat pengambilan sampel dengan termometer lapangan. Untuk mendapatkan keadaan temperatur dalam rentang waktu yang lebih panjang, data sekunder hasil pengukuran/studi yang lampau akan digunakan. f. Kualitas air laut Untuk mengetahui kualitas air laut di lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air laut. Evaluasi kualitas air laut berpedoman pada Keputusan MENLH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Lampiran I untuk Perairan Pelabuhan. Pengambilan sampel air permukaan untuk penelitian ini dilakukan di sekitar lokasi rencana pembangunan dermaga. Parameter-parameter kualitas air laut yang akan diukur disajikan pada Tabel 3.9. g. Salinitas Salinitas pada saat pengambilan sampel diukur dengan salinometer. Sedangkan variasi salinitas dalam jangka panjang akan didasarkan pada kajian data sekunder.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-19
PT. PERTAMINA EP - PPGM
h. Keadaan dasar perairan Keadaan dasar perairan diamati dengan pengambilan sedimen dasar menggunakan grab
sampler dan sonar di sekitar lokasi sumur pemboran lepas pantai dan lokasi dermaga. Selain itu juga dilakukan penyelaman untuk mencek keadaan dasar laut. Tabel 3.9. Parameter Kualitas Air Laut untuk Perairan Pelabuhan (sesuai dengan KEPMENLH No. 51 Tahun 2004) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Parameter Kecerahan Padatan tersuspensi total Suhu Ph Salinitas Amonia total (NH3 ) Sulfida (H 2S) Hidrokarbon total Senyawa Fenol total PCB (poliklor bifenil) Surfaktan (Deterjen) Minyak dan lemak Suhu Cadmium (Cd) Tembaga (Cu) Timbal (Pb) Seng (Zn) Coliform (total) Kekeruhan BOD5 DO
Lokasi pengumpulan data meliputi zona pantai, yaitu kurang lebih 2 km ke arah kanan dan kiri rencana pembangunan dermaga (dalam Kompleks Kilang LNG). Pemilihan lokasi pengumpulan data didasarkan pada pertimbangan berikut: Lokasi yang paling potensial mengalami dampak, yaitu lokasi tapak proyek. Lokasi yang potensial terkena sebaran dampak. Selain itu pendekatan analogi berdasarkan kondisi hidro-oseanografi di lokasi lain yang relatif masih dekat dengan lokasi calon tapak proyek juga diterapkan, terutama menyangkut perkiraan arah sebaran arus dan kondisi batimetri.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-20
PT. PERTAMINA EP - PPGM
2) Metode analisis data Analisis data untuk tiap parameter yang diukur/diamati dilakukan dengan metode yang tercantum dalam Tabel 3.10. Tabel 3.10. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Hidro-Oseanografi No
Parameter
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Keterangan
1.
Batimetri
Data sekunder yang ada (Peta Batimetri)
Deskriptif, dengan membaca peta Batimetri yang telah ada.
Perairan sekitar tapak kegiatan pembangunan dermaga dan sumur lepas pantai
2.
Pasang surut
Data sekunder dari penelitian sebelumnya, atau data dari dishidros pada pelabuhan terdekat
Analisis harmoni untuk menetap- Perairan sekitar tapak kegiatan kan MSL (Mean Sea Level), HWL pembangunan dermaga dan (High Water Level), LWL (Low sumur lepas pantai Water Level)
3.
Arus
Data sekunder hasil penelitan sebelumnya,
Analisis deskriptif kecepatan arus Pada beberapa titik di sekitar dan arah arus lokasi pembangunan dermaga dan sumur lepas pantai
4.
Gelombang
Data sekunder pada pelabuhan terdekat atau observasi visual menggunakan pencatat gelombang
Analisis karakteristik ketinggian dan periode gelombang yang signifikan; serta wave hindcasting
Lepas pantai (pada lokasi SPM location ) dan dekat pantai
5.
Suhu
Data sekunder pada stasiun meteorology terdekat atau dengan pengukuran langsung menggunakan thermometer
Fluktuasi suhu (untuk menetapkan suhu ambien)
Dekat pantai sampai 10 m LWL
6.
Kualitas air laut
Sampling dan pengukuran setempat
Fluktuasi kualitas air (kondisi saat ini)
Lepas pantai (di lokasi SPM) dan sekitar pantai.
Peta Lokasi Pengambilan Sampel dapat dilihat pada Gambar 3.3. Dinamika proses sedimentasi sepanjang pantai sangat tergantung dengan dinamika air laut dekat pantai. Dinamika air laut maupun gelombang pecah (surf) berpengaruh pada dinamika morfologi pantai terutama dalam proses erosi dan sedimentasi pantai. Dinamika air laut dapat didekati dengan dengan menggunakan formula tentang skala faktor pecah gelombang (surf scaling factor) oleh Guza dan Bowen, 1975 (dalam Pethick, 1984) dan koefisien pecah gelombang (wave breaker coefficient) menurut Galvin, 1968, 1972 (dalam Pethick, 1984) sebagai berikut.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-21
PT. PERTAMINA EP - PPGM
1) Faktor skala pecah gelombang ( surf scaling factor )
a
: Tinggi gelombang (m)
T
: Periode gelombang (dt)
: Lereng pantai (…o )
g
: Percepatan gravitasi bumi (9.8 m/dt2)
2) Koefisien pecah gelombang:
H Bb b 2 g .s.T Keterangan:
Bb
: Koefisien pecah gelombang
Hb : Tinggi gelombang (m) g
: Percepatan karena gravitai bumi (9.8 m/dt2)
s
: Kemiringan lereng (%)
T
: Periode gelombang (dt)
Tipe gelombang ada empat macam (Galvin,1968, 1972): a. surging, b. collapsing, c.
plunging, dan
d. spilling. Tipe pecah gelombang surging breaker adalah berasosiasi dengan pantai rata (flat), gelombang rendah dengan pantai agak curam. Akibat tipe ini akan berdampak langsung pada proses erosi dan pantai mundur arah ke darat. Tipe pecah gelombang spilling berasosiasi dengan gelombang tinggi, pendek dan pantai rata. Diantara kedua tipe pecah gelombang yang ekstrim ini terdapat tipe plunging dan collapsing untuk gelombang rendah. Kedua tipe pecah gelombang ini mempunyai kecenderungan untuk terjadinya pengendapan (depositional ). Tabel 3.11 menunjukan perbandingan nilai antara koefisien pecah gelombang ( wave breaker coefficient) dan faktor pecah gelombang (surf scaling
factor ).
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-22
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.11. Perbandingan Koefisien Pecah Gelombang dan Faktor Skala Pecah Gelombang Pengarang
Teori
Rumus
Transisi Tipe Pecah Gelombang Surging ke Plunging ke plunging spiling
Galvin, 1968, 1972
Koefisien Pecah Gelombang (Breaker coefficient)
H B b b 2 g.s.T
0,003
0.068
Guza and Bowen, 1975
Faktor Skala Pecah Gelombang (Surf scaling factor)
a.2π ε 2 g.Ttan β
2.5
33
Source: Pethick, 1984
3.1.1.5. Ruang, Lahan dan Tanah 1) Tata Ruang a. Metode pengumpulan data Dua pendekatan akan digunakan dalam studi tata ruang ini, yaitu : 1) Kajian data sekunder Kegiatan utama dalam kajian data sekunder ini adalah pengumpulan berbagai peta yang memuat data tata ruang wilayah studi yaitu wilayah Kecamatan Batui, Toili dan Toili Barat (Kabupaten Banggai). Dalam metode ini akan dikaji keberadaan rencana tata ruang yang ada. Lebih lanjut akan dikaji pula kebijakan-kebijakan pengembangan ruang di wilayah studi. 2) Observasi lapangan Dalam observasi ini akan dikaji pola tata ruang yang ada sebagaimana telah dikumpulkan melalui data sekunder. Dalam observasi lapangan ini akan dikaji secara khusus kemungkinan pemindahan pemukiman penduduk di sepanjang jalur pipa (bila ada) serta alternatif-alternatif tata ruang yang dapat mengakomodasi antara kepentingan pemukiman penduduk dan kepentingan proyek. Secara khusus akan dilakukan pula dokumentasi lansekap kawasan agar pembangunan di kawasan ini tidak mengurangi kualitas lansekap wilayah studi. Hasil-hasil kajian lapangan dan data sekunder ini akan digunakan untuk memberikan masukan bagi kajian tata ruang serta mengusulkan ide-ide penataan ruang wilayah studi. Secara khusus akan diusulkan tata ruang yang meminimalkan kemungkinan konflik antar kegiatan.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-23
PT. PERTAMINA EP - PPGM
b. Metode a nalisis data 1) Inventarisasi
tata
guna
lahan
dan
sumberdaya
lainnya
serta
kemungkinan
pengembangan serta peruntukkannya dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten. 2) Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang, dan rencana tata guna lahan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui persebaran, kepadatan dan pola penggunaan lahan di masing-masing fungsi ruang.
2) Tanah a. Metode pengumpulan data Pengumpulan data tanah dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Dasar penentuan lokasi pengambilan sampel tanah, adalah jenis tanah di daerah penelitian yaitu tapak GPF, BS, Kilang LNG, sumur, jalur pipa dan sekitarnya. Jenis tanah di daerah penelitian secara garis besar terdapat dua jenis tanah, yaitu tanah aluvial dan grumusol, dengan masing-masing tanah diambil 5 sampel tanah dengan maksud untuk dapat
mewakili
seluruh
karakteristik
tanah
(sifat
fisik,
kimia
dan
kesuburan).
Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan menggunakan bor tangan (hand auger) lengkap dengan soil test kit untuk sidik cepat sifat fisik, seperti: tekstur, kedalaman solum, drainase dan sifat kimia tanah lapangan, seperti: pH, kandungan bahan organik (BO) dan kandungan kalsium (Ca). Selain itu, sampel tanah diambil untuk keperluan analisis sifat-sifat fisik dan kimia tanah secara akurat di laboratorium guna menentukan tingkat kesuburan tanah. b. Metode a nalisis data Unsur-unsur yang dikaji dalam analisis laboratorium tersebut meliputi unsur-unsur fisika dan kimia tanah. Unsur-unsur fisik tanah meliputi unsur ketebalan solum tanah, horison tanah, tekstrur, struktur, warna dan konsistensi tanah. Unsur-unsur kimia tanah meliputi unsur-unsur bahan organik, pH tanah, KTK, kandungan N, P, K dan lain-lain, dimaksudkan untuk menganalisis tingkat kesuburan tanah. Pengumpulan data sekunder tanah dilakukan dengan pengumpulan data dari hasil laporan penelitian terdahulu serta dari peta tanah dan kesesuaian tanah daerah penelitian.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-24
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.1.1.6. Transportasi Darat a.
Metode pengumpulan data Jenis data yang digunakan untuk mempekirakan dampak pada komponen transportasi, meliputi volume kendaraan, geometri ruas jalan dan simpang, jenis dan kondisi kerusakan jalan, kecelakaan lalulintas serta kecepatan sesaat pada lokasi yang berpotensi membangkitkan pejalan kaki. Jenis data dan metoda pengumpulan data dapat diuraikan sebagai berikut. Volume arus lalulintas Metoda pengambilan data volume arus lalulintas dilakukan dengan metoda pencacahan arus lalulintas tiap jenis kendaraan (traffic counting) pada ruas jalan. Pengamatan dilakukan dengan interval waktu tiap 15 (lima belas) menitan yang mencakup periode waktu jam sibuk. Prakiraan jam sibuk didasarkan pada kondisi tata guna lahan di sekitar jalan/simpang yang akan diamati. Dari hasil observasi awal di lokasi, ditentukan periode jam pengamatan mulai jam 06.00 – 14.00. Klasifikasi kendaraan yang disurvai adalah : 1. Light Vehicle (LV)
:
Kendaraan ringan, terdiri dari mobil pribadi, pickup
2. Heavy Vehicle (HV)
:
Kendaraan berat, terdiri dari bus sedang, truk 2 As, truk 3 As atau lebih dan bus besar
3. Motor Cycle (MC)
:
Sepeda motor
4. Unmotorized (UM)
:
Kendaraan tidak bermotor, seperti sepeda
Geometri Ruas Jalan dan Simpang Data geometri ruas diperoleh dengan cara pengukuran langsung di lapangan maupun data sekunder dari instansi berwenang, untuk mendapatkan data berupa: - Lebar lajur - Lebar perkerasan total, - Lebar bahu jalan Data lain yang diperlukan meliputi fasilitas kelengkapan jalan, yaitu meliputi rambu dan marka jalan. Kecepatan Setempat Data kecepatan setempat (spot speed) diperoleh dengan pengukuran langsung dengan cara mengamati waktu tempuh pada jarak 50 m pada ruas jalan untuk setiap jenis kendaraan bermotor secara acak. Waktu pengukuran dilakukan bersamaan dengan pengambilan data volume arus lalulintas (traffic counting).
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-25
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Jenis dan Kondisi Kerusakan Jalan Mengamati secara langsung kondisi perkerasan jalan khususnya pada ruas jalan yang akan dijadikan sebagai rute angkutan barang/material. Data lain yang diperlukan adalah kondisi jembatan yang berada di sepanjang ruas jalan. Tingkat kecelakaan Data tentang kecelakaan diperoleh berdasarkan wawancara dengan warga yang tinggal di sekitar ruas jalan yang dijadikan rute angkutan barang serta data sekunder dari Polsek Batui, Toili dan Toili Barat. b.
Metode Analisis Kapasitas Ruas Jalan Kapasitas ruas jalan perkotaan dapat diketahui dengan mengacu pedoman dari Manual Kapasitas Ruas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997 sebagai berikut: C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs Dengan: C Co FCw FCsp FCsf FCcs
: : : : : :
Kapasitas ruas jalan (smp/jam) Kapasitas dasar (smp/jam) Faktor penyesuaian lebar jalan Faktor penyesuaian distribusi arah Faktor penyesuaian hambatan samping Faktor penyesuaian ukuran kota
Faktor penyesuaian dan Kapasitas dasar (Co) untuk masing-masing tipe jalan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) adalah sebagai berikut: Tabel 3.12. Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lebar jalur lalulintas Faktor Penyesuaian Tipe Jalan efektif (meter) (FCw) 0,92 3,00
4/2 D atau Jalan satu arah
4/2 UD
2/2 UD
3,25 3,50 3,75 3,00 3,25 3,50 3,75 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00
0,96 1,00 1,04 0,91 0,95 1,00 1,05 0,56 0,87 1,00 1,14 1,25
Sumber: MKJI, tahun 1997
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-26
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.13. Faktor Penyesuaian Distribusi Hambatan Samping Jalan dengan Bahu (FCsf) Tipe Jalan 4/2 D
4/2 UD
Kelas hambatan VL L M H VH VL L M H VH
0,5 m 0,96 0,94 0,92 0,88 0,84 0,96 0,94 0,92 0,87 0,80
VL L M H VH
0,94 0,92 0,89 0,82 0,73
2/2 UD atau Jalan searah Sumber: MKJI, tahun 1997
Lebar Bahu efektif Ws 1,0 m 1,5 m 0,98 1,01 0,97 1,00 0,95 0,98 0,92 0,95 0,88 0,92 0,99 1,01 0,97 1,00 0,95 0,98 0,91 0,94 0,86 0,90 0,96 0,94 0,92 0,86 0,79
0,99 0,97 0,95 0,90 0,85
2,0 m 1,03 1,02 1,00 0,98 0,96 1,03 1,02 1,00 0,98 0,95 1,01 1,00 0,98 0,95 0,91
Tabel 3.14. Faktor Penyesuaian Distribusi Hambatan Samping Jalan dengan Kereb (FCsf) Tipe Jalan
4/2 D
Kelas hambatan VL L M H VH
0,5 m 0,95 0,94 0,91 0,86 0,81
VL L M H VH VL L M H VH
0,95 0,93 0,90 0,84 0,77 0,93 0,90 0,86 0,78 0,68
4/2 UD
2/2 UD atau Jalan searah Sumber: MKJI, tahun 1997
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
Lebar Bahu efektif Ws 1,0 m 1,5 m 0,97 0,99 0,96 0,98 0,93 0,95 0,89 0,92 0,85 0,88 0,97 0,95 0,92 0,87 0,81 0,95 0,92 0,88 0,81 0,72
0,99 0,97 0,95 0,90 0,85 0,97 0,95 0,91 0,84 0,77
2,0 m 1,01 1,00 0,98 0,95 0,92 1,01 1,00 0,97 0,93 0,90 0,99 0,97 0,94 0,88 0,82
III-27
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.15. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota Jumlah Penduduk ( jiwa) < 0,1 juta 0,1 - 0,5 juta 0,5 – 1,0 juta 1,0 – 3,0 juta > 3,0 juta
FCcs 0,86 0,90 0,94 1,0 1,04
Sumber: MKJI, tahun 1997
Tabel 3.16. Faktor Penyesuaian Distribusi Arah (Jalan tanpa median) Pemisahan arah (%) FCsp
50-50
55-45
60-40
65-35
70-30
1,00 1,00
0,97 0,99
0,94 0,97
0,91 0,96
0,88 0,94
Dua lajur 2/2 Empat lajur 4/2
Sumber: MKJI, tahun 1997
Tabel 3.17. Kapasitas Dasar (Co) Tipe jalan
Kapasitas dasar (smp/jam)
Catatan
4/2 D atau jalan satu arah 4/2 D 2/2 UD
1650 1500 2900
Per-lajur Per-lajur Total dua arah
Sumber: MKJI, tahun 1997
Kinerja Ruas Jalan Penilaian kinerja ruas jalan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi tingkat pelayanan yang ada saat ini dan kondisi setelah ada perubahan kondisi arus lalulintas berdasarkan perbandingan antara volume kendaraan yang lewat (V) dibandingkan kapasitas ruas jalan (C).
DS = V/C dengan: DS : Degree of Saturation (derajat kejenuhan) V : Volume (smp/jam) C : Kapasitas ruas jalan (smp/jam)
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-28
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Simpang Tidak Bersinyal Berdasarkan pedoman dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, kapasitas persimpangan untuk simpang tidak bersinyal dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: C = Co x Fw x FM x Fcs x FRSU x FLT x FRT x FMI dengan: C
= Kapasitas (smp/jam)
Co
= Kapasitas dasar (smp/jam)
Fw
= Faktor penyesuaian lebar masuk
FM
= Faktor penyesuaian median jalan utama
FCS
= Faktor penyesuaian ukuran kota
FRSU
= Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor
FRT
= Faktor penyesuaian belok kanan
FLT
= Faktor penyesuaian belok kiri
FMI
= Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor
Kinerja Simpang Tak Bersinyal Kinerja simpang tidak bersinyal ditentukan berdasarkan nilai tundaan lalulintas yang terjadi (DT) terjadi sebagai berikut : -
Tundaan Lalulintas ( DT ) DT
= c x A + (NQ1 x 3600) / c
Keterangan : DT = Tundaan lalulintas rata-rata (detik/smp) A -
= 0,5 x (1- GR)2 / (1-GR x DS)
Tundaan Geometri (DG) DGj = (1-Psv) x Pt x 6 (Psv x 4) Keterangan : DG = Tundaan geometri rata-rata pendekat – j (detik/smp) Psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat –j =min (NS,1) Pt
= Rasio kendaraan berbelok pada sutau pendekat.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-29
PT. PERTAMINA EP - PPGM
-
Tundaan rata-rata (D) D
= DT + DG
Keterangan : DT = Tundaan lalulintas rata-rata (detik/smp) DG = Tundaan geometri rata-rata pendekat –j (detik /smp)
Identifikasi Daerah Rawan Kecelakaan Untuk mengidentifikasi daerah rawan kecelakaan dengan area pengamatan sepanjang 1 km, maka digunakan rumus sebagai berikut: 6
JKRi x 10 TKRi = --------------KL i x 365
3.1.2. Komponen Biologi Komponen biologi yang diamati meliputi: 1) Biota air tawar 2) Biota air laut 3) Vegetasi alami dan budidaya 4) Satwa liar
3.1.2.1. Biota Air Tawar Pengamatan biota sungai dilakukan di 25 (dua puluh lima) lokasi perairan di sekitar rencana tapak proyek sesuai dengan lokasi pengambilan sampel kualitas air permukaan. Dasar pengambilan sampel adalah media hidup biota sungai berada di sekitar tapak proyek sehingga apabila kegiatan berlangsung diprakirakan dapat berpengaruh terhadap biota sungai. Biota sungai yang akan ditelaah meliputi plankton, benthos, dan ikan. Adapun parameter yang diukur meliputi, kelimpahan dan indek keanekaragaman untuk kelompok plankton dan benthos; dan kekayaan jenis untuk ikan.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-30
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.1.2.1.1. Plankton 1) Metode pengumpulan data Plankton diambil dengan menggunakan plankton net, mengingat air yang berada di sungai dan laut cukup dinamis, maka jumlah air yang disampling dan disaring dengan plankton net sebanyak 100 liter dan dipekatkan dalam botol plakton 10 ml dan diawetkan dengan larutan formalin 4%, untuk dilakukan pengamatan di laboratorium. Plankton akan dipisahkan menjadi kelompok fitoplankton dan zooplankton, untuk diketahui keanekaragaman jenis dan kelimpahannya. Determinasi plankton menggunakan kunci determinasi yang dibuat oleh Shirota (1966), Needham (1972), serta Ward and Whipple (1959). 2) Metode analisis data Data plankton dianalisis untuk mengetahui densitas dan indeks diversitas. Densitas/ kerapatan plankton dihitung dengan rumus Welch (1948) dan untuk mengetahui indeks keanekaragamannya, dengan indeks diversitas Shannon dan Weiner (Krebs, 1978). Indeks keanekaragaman ini digunakan untuk mengetahui kondisi perairan. Kerapatan Plankton:
( a.1000) c N L
catatan : N = kerapatan plankton per liter a = rerata cacah plankton dari semua hitungan dalam SRCC 3
(Sedgwick Rafter Counting Cell ) dengan kapasitas 1 mm c = volume air saring (cc) L = volume air asli yang disaring (liter)
Indeks Keanekaragaman :
H’ = -
pi log pi
catatan : pi = n/N n = jumlah individu suatu jenis N = jumlah individu seluruh jenis
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-31
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.1.2.1.2. Benthos 1) Metode pengumpulan data Sampel yang akan dicuplik dilakukan secara purposive random sampling dari perairan di sekitar rencana kegiatan dengan menggunakan Eikman grap, dengan mengikuti prosedur standar. Benthos yang telah diambil dari badan air, selanjutnya dipisahkan dari tanah dengan cara menyaringnya agar bebas dari kotoran dan lumpur atau pasir. Setelah benthos dipisahkan dari tanah, selanjutnya dimasukkan dalam kantong plastik atau botol koleksi serta diberi pewarnaan terlebih dahulu menggunakan easin atau lugol dan diawetkan dengan formalin 4% untuk diidentifikasikan di laboratorium. 2) Metode analisis data Analisis data benthos dilakukan dengan menelaah kelimpahan dan indeks keanekaragaman menggunakan indeks diversitas Shannon-Wiener.
3.1.2.1.3. Nekton 1) Metode pengumpulan data Pengumpulan data ikan, udang dll didasarkan pada pengamatan langsung terhadap hasil tangkapan pencari ikan atau nelayan dan melakukan wawancara langsung dengan masyarakat setempat. Selain itu dilengkapi dengan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Banggai. 2) Metode analisis data Data jenis-jenis ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah kemungkinan adanya jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.
3.1.2.2. Biota Air Laut 3.1.2.2.1. Terumbu Karang Terumbu karang yang diamati terletak di sekitar dermaga di lepas pantai Lokasi Kilang LNG kurang lebih sepanjang 1 km dari garis pantai.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-32
PT. PERTAMINA EP - PPGM
1) Metode pengumpulan data Untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang, akan dilakukan penyelaman pada kedalaman 3 m dan 10 m. Metode yang digunakan adalah metode transek garis (English at
all, 1994), transek garis sejajar pantai sepanjang 100 m, jenis karang diamati berdasarkan bentuk hidupnya dan penutupan area. Pengumpulan data ini dilakukan oleh 1 kelompok penyelam yang terdiri dari 4 orang (1 orang membuat transek, 2 orang mengamati dan 1 orang mengatur dari atas perahu). Pengamatan terumbu karang ini didasarkan pada pertimbangan rencana adanya jalur pipa lepas pantai yang kemungkinan akan melewati habitat terumbu karang yang dapat menyebabkan matinya terumbu karang dan terganggunya kehidupan biota laut lainnya. 2) Metode analisis data Terumbu karang dianalisis berdasarkan kategori bentuk hidup karang dan prosentase penutupan area untuk menentukan kondisi terumbu karang.
Persentase penutupan
panjang total setiap kategori bentuk hidup Panjang transek
x 100%
Hasil analisis penutupan karang dimasukkan ke dalam skala kualitas lingkungan penutupan terumbu karang modifikasi dari Kep.Men. LH 04/2001.
Tabel 3.18. Skala Kualitas Lingkungan Penutupan Terumbu Karang Skala
Kualitas Lingkungan
% Penutupan Terumbu Karang
1
Sangat buruk
0 – 12,9
2
Buruk
13 – 24,9
3
Sedang
25 – 49,9
4
Baik
50 – 74,9
5
Sangat baik
75 – 100
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-33
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.1.2.2.2. Nekton 1) Metode pengumpulan data Pengumpulan data ikan didasarkan pada pengamatan langsung terhadap hasil tangkapan pencari ikan atau nelayan dan melakukan wawancara langsung dengan masyarakat setempat. Selain itu dilengkapi dengan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Banggai. 2) Metode analisis data Data jenis-jenis ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah kemungkinan adanya jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi bagi masyarakat. 3.1.2.3. Vegetasi Alami dan Budidaya Pengamatan vegetasi di dalam dan sekitar tapak GPF, BS, Kilang LNG dan sumur, dan jalur pipa beradasarkan azas keterwakilan vegetasi, seperti hutan, mangrove, perkebunan, persawahan, pekarangan. Pada setiap daerah pengamatan akan dibuat 6 titik sampling pada tapak kegiatan. Dasar pengambilan sampel di sekitar lokasi kegiatan adalah hilangnya flora di sekitar kawasan tersebut apabila rencana kegiatan telah berlangsung. Pada jalur pipa
juga akan dilakukan
pengamatan tanpa plot, terutama pada jalur yang berada di daerah persawahan ataupun kebun campur. Penentuan pengambilan sampel di sekitar jalur pipa adalah sebagai perwakilan vegetasi hutan, mangrove, kebun, pekarangan dan persawahan.
1) Metode pengumpulan data Pengambilan/pengumpulan data vegetasi diperoleh dengan menggunakan teknik plot
quadrat sampling . Ukuran kuadrat 10 x 10 m untuk strata pohon. Adapun penempatan kuadrat tersebut ditentukan secara sistematik random sampling . Pengamatan terhadap tanaman budidaya dilakukan dengan inventarisasi, pengamatan langsung dan wawancara tentang jenis tanaman yang dibudidayakan masyarakat di wilayah studi.
2) Metode analisis data Data-data flora dianalisis untuk mengetahui indeks diversitas, frekuensi, kerapatan dan nilai penting. Parameter yang ditelaah meliputi : 1) Indeks diversitas/keanekaragaman untuk komunitas flora darat dan mangrove. Indeks diversitas diketahui melalui rumus indeks menurut Shannon – Wiener:
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-34
PT. PERTAMINA EP - PPGM
H’ =
catatan :
pi log pi
pi = n/N n = jumlah individu suatu jenis N = jumlah total individu seluruh jenis
Jumlah pot dimana spesies hadir 2) Frekuensi Jumlah total plot yang disampel Jumlah individu 3) Kerapatan Area cuplikan 4) Nilai Penting (NP) = Frekuensi relatif (FR) + Kerapatan relatif (DR) Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskripsif sehingga dapat disimpulkan kualitas lingkungan flora di lokasi kegiatan dan sekitarnya. 3.1.2.4. Satwa Liar 1) Metode pengumpulan data Pengumpulan data jenis-jenis satwa liar (anggota kelas Mammalia, Aves dan Reptilia) dilakukan dengan pengamatan langsung (dengan bantuan teropong binokuler) dan tidak langsung (jejak, kotoran, bagian tubuh yang ditinggalkan, wawancara) dan atau dengan menggunakan data sekunder. Parameter yang akan ditelaah terdiri dari: a) Kekayaan jenis Untuk mengetahui kekayaan jenis satwa liar di lokasi kegiatan dan sekitarnya, diperlukan
pemahaman
pengenalan
jenis/spesies
berdasarkan
hasil
identifikasi.
Identifikasi jenis satwa liar dapat dibantu dengan buku identifikasi satwa liar: mammal, burung dan reptil. b) Tingkat kelimpahan jenis Tingkat kelimpahan jenis akan dibedakan menjadi banyak, sedang, dan sedikit. 2) Metode analisis data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah adanya jenis-jenis yang dilindungi atau nilai lain bagi masyarakat sekitarnya.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-35
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.19. Metode Sampling/Analisis Data dan Peralatan Untuk Pengamatan Komponen Biologi Parameter A. Biota Air Tawar 1. Plankton Kelimpahan Diversitas/keanekaragaman
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Peralatan
Purposive Random Sampling Total Strip Counting
Indeks Diversitas Deskriptif Analisis
Plankton net
Purposive Random Sampling
Indeks Diversitas Deskriptif Analisis
Eikman grap
3. Ikan Diversitas/keanekaragaman B. Biota Air Laut 1. Terumbu karang Prosentase luas tutupan karang yang hidup
Inventarisasi Wawancara
Deskriptif Analisis
Daftar pertanyaan
Transek garis
Analisis Prosentase GPS luas tutupan karang Roll meter yang hidup
2. Ikan Diversitas/keanekaragaman
Inventarisasi Wawancara
Deskriptif Analisis
2. Benthos Kelimpahan Diversitas/keanekaragaman
C. Vegetasi Alami dan Budidaya 1. Flora alam (liar) Kerapatan Diversitas/keanekaragaman
Inventarisasi Ploting
2. Tanaman budidaya Diversitas/keanekaragaman
Inventarisasi Wawancara
D. Satwa Liar 1. Fauna liar Kelimpahan Diversitas/keanekaragaman 2. Hewan budidaya Diversitas/keanekaragaman
Daftar pertanyaan
Indeks Diversitas Kerapatan pohon Deskriptif Analisis Deskriptif Analisis
Kuadrat plot Roll meter
Inventarisasi Pencacahan Index Point Abudance
Deskriptif Analisis
Teropong binokular Hand counter
Inventarisasi Wawancara
Deskriptif Analisis
Daftar pertanyaan
Daftar pertanyaan
3.1.3. Komponen Sosial a. Jenis data dan penentuan responden Penelitian AMDAL aspek sosial rencana kegiatan PT. PERTAMINA EP – PPGM ini mengacu pada Kep.Ka BAPEDAL No. 299/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan AMDAL. Data yang diperlukan komponen sosial ekonomi dan budaya dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui wawancara secara terarah/terfokus dengan menggunakan pedoman wawancara
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-36
PT. PERTAMINA EP - PPGM
(interview guidance). Responden ditentukan dengan metode purposive random sampling . Menurut Paton (1990), purposive sampling umumnya digunakan untuk penelitian kualitatif, dimana pemilihan responden lebih didasarkan pada kriteria khusus dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta kurang menekankan pada sifat representativitas dalam
pengambilan sampel. Responden yang diambil meliputi anggota masyarakat dari berbagai kelompok, seperti tokoh formal dan informal, para pemuda, wanita dan ibu rumah tangga serta kelompok-kelompok profesi atau matapencaharian. Adapun data sekunder diperoleh dari instansi terkait di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten. b. Penentuan lokasi sampel Penentuan lokasi sampel untuk pelaksanaan wawancara dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling, dengan mempertimbangkan pada kategori-kategori wilayah yang diprakirakan akan terkena dampak baik pada aspek fisik, biologi, maupun sosial budaya dari adanya rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok. Selengkapnya rencana pengambilan sampel komponen sosial disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.20. Lokasi Pengambilan Sampel Komponen Sosial Komponen Lingkungan/ Parameter 1. Demografi (kependudukan)
2. Sosial Ekonomi Kesempatan kerja
Kesempatan berusaha Pendapatan penduduk
Perekonomian lokal
Lokasi
Jumlah Sampel
Desa-desa di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui
200 responden
Desa-desa di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui
200 responden
Desa-desa di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui Desa-desa di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui
50 responden
Kantor Kecamatan dan Kantor Dispenda Kabupaten
-
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
200 responden
Dasar Penentuan Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan terkena dampak langsung dari kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok. Mata pencaharian penduduk umumnya sebagai petani dan nelayan. Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan terkena dampak langsung dari kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok. Mata pencaharian penduduk umumnya sebagai petani dan nelayan. Umumnya kesempatan usaha banyak berkembang di lokasi-lokasi strategis Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan terkena dampak langsung dari kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok. Mata pencaharian penduduk umumnya sebagai petani dan nelayan. Sumber data aktivitas ekonomi tingkat kecamatan dan kabupaten
III-37
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.20. Lanjutan Komponen Lingkungan/ Parameter 3. Sosial Budaya Proses sosial
Lokasi
Jumlah Sampel
Dasar Penentuan
Desa-desa di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui
200 responden
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan terkena dampak langsung dari kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok. Mata pencaharian penduduk umumnya sebagai petani dan nelayan.
Sikap dan persepsi Desa-desa di wilayah masyarakat Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui
200 responden
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan terkena dampak langsung dari kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok. Mata pencaharian penduduk umumnya sebagai petani dan nelayan.
Parameter, metode pengumpulan dan analisis data demografi, sosial ekonomi dan budaya adalah sebagai berikut.
3.1.3.1. Demografi Data kependudukan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada masyarakat yang diprakirakan terkena dampak kegiatan. Data sekunder diperoleh melalui data statistik di kecamatan dan kabupaten yang menjadi lokasi rencana kegiatan. Adapun parameter kependudukan yang diteliti meliputi: Struktur penduduk (kelompok umur menurut jenis kelamin, mata pencaharian dan tingkat pendidikan) serta kepadatan penduduk Perkembangan penduduk khususnya pertumbuhan penduduk Mobilitas penduduk yang meliputi migrasi keluar/masuk, pola migrasi dan pola persebaran penduduk Tenaga kerja, meliputi angkatan kerja dan tingkat pengangguran Metode analisis data kependudukan yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan analisis statistik, sedangkan yang bersifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Metode analisis data demografi bersifat kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan beberapa rumus:
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-38
PT. PERTAMINA EP - PPGM
a)
Rumus kepadatan penduduk: Kp
b)
Jumlah penduduk (jiwa) Luas wilayah (km 2 )
X 100%
Rumus pertumbuhan penduduk t
Pt = Po (l + r)
Dimana : Po = jumlah penduduk tahun ke 0/awal perhitungan (jiwa) Pt = jumlah penduduk tahun ke-t/akhir perhitungan (jiwa) t = jangka waktu antara Po dan Pt (tahun) r = rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahun selama t tahun (%) c) Sex ratio
Sex ratio
Jumlah penduduk laki - laki Jumlah penduduk perempuan
x 100%
3.1.3.2. Sosial Ekonomi Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan melalui data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi data monografi, data statistik pada instansi terkait di daerah yang diteliti. Data primer diperoleh dengan cara wawancara secara langsung terhadap masyarakat di daerah sekitar proyek dan pada kegiatan-kegiatan ekonomi di lapangan. Adapun parameter sosial ekonomi yang akan diteliti meliputi: Ekonomi rumah tangga terdiri dari: (a) tingkat pendapatan, (b) pola nafkah ganda. Ekonomi sumber daya alam yang terdiri dari : (a) pola pemanfaatan sumberdaya alam, (b) pola penggunaan lahan. Perekonomian lokal yang terdiri dari: (a) kesempatan kerja dan berusaha, (b) jenis dan jumlah aktivitas ekonomi nonformal, (c) pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, (d) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (e) aksesibilitas wilayah, (f) fasilitas umum dan fasilitas sosial. Analisis data sosial ekonomi yang bersifat kuantitatif akan dilakukan dengan analisis statistik, sedangkan yang bersifat kualitatif akan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Beberapa rumus yang digunakan dalam analisis data sosial ekonomi adalah sebagai berikut.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-39
PT. PERTAMINA EP - PPGM
a) Angka beban ketergantungan ( Dependency Ratio) = Jumlah penduduk yang tidak produktif (15– + 65+) Jumlah penduduk usia produktif (15 – 64) dimana:
DR P15P65+ P15-64 K
= = = = =
x
K
angka beban tanggungan (%) jumlah penduduk usia 0–14 tahun jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas jumlah penduduk usia 15–64 tahun konstanta (100) (Nurdini, 1981)
b) Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) = Angkatan kerja Penduduk berumur 15 th+
x
100
Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang selama seminggu sebelum pencacahan telah bekerja atau punya pekerjaan, tetapi untuk sementara waktu tidak bekerja dan mereka yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. c) Pendapatan I = TR .......................(dari sudut penerimaan) dimana : I = pendapatan (income ) TR = penerimaan total (total revenue) I = C + S + i ................. (dari sudud pengeluaran) dimana: I C S I
= = = =
Penerimaan (income) Konsumsi (consumption ) Tabungan (saving) investasi
d) Tingkat produktivitas tenaga kerja Nilai tambah Produk Domestik Bruto (PDB) Jumlah penduduk yang menghasilkan nilai tambah
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-40
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.1.3.3. Sosial Budaya 1) Metode pengumpulan data Pengumpulan data sosial budaya dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari hasil-hasil penelitian sosial budaya yang pernah dilakukan di wilayah yang menjadi lokasi proyek, serta buku-buku referensi yang menunjang penelitian ini. Data primer diperoleh melalui penelitian di lapangan yang meliputi observasi dan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guidance) terhadap responden dan melakukan wawancara secara mendalam yang terarah/terfokus (indepth
interview) terhadap beberapa informan kunci (key person) seperti tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama yang dianggap sangat berpengaruh dalam masyarakat. Adapun parameter sosial budaya yang akan diteliti adalah: Kebudayaan masyarakat setempat yang meliputi : (a) adat istiadat, (b) nilai dan norma budaya. Proses sosial dalam masyarakat yang meliputi: (a) proses asosiatif (kerjasama),
(b)
proses disosiatif (konflik sosial), (c) akulturasi, (d) asimilasi dan integrasi, (e) kohesi sosial. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan. 2) Metode analisis data Metode analisis data sosial budaya dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang mendasarkan pada pengamatan data yang ada di lapangan serta data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden. Selain itu, diperoleh data dari hasil wawancara terarah yang dilakukan terhadap beberapa informan kunci, serta dengan menggunakan metode analogi yang mendasarkan pada data referensi hasil
penelitian
mengenai topik serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Untuk data yang bersifat kualitatif, analisis data akan disajikan dalam bentuk deskripsi dan untuk data yang bersifat kuantitatif, data akan disajikan dalam bentuk tabulasi. Secara rinci jenis komponen lingkungan sosial yang akan diteliti beserta metode pengumpulan dan analisis datanya disajikan pada Tabel 3.21.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-41
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.21. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Demografi, Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Parameter 1. Demografi Kependudukan 2. Sosial Ekonomi Kesempatan kerja dan berusaha Kesempatan berusaha Pendapatan masyarakat Pendapatan daerah
3. Sosial Budaya Nilai dan norma budaya masyarakat setempat
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Observasi/pengamatan lapangan, wawancara, pengumpulan data sekunder
Kualitatif dan kuantitatif
Wawancara, penelusuran data dan informasi
Kualitatif dan kuantitatif
Wawancara, penelusuran data dan informasi Wawancara, pengumpulan data sekunder
Kualitatif dan kuantitatif
Penelusuran data dan informasi
Kualitatif dan kuantitatif
Kualitatif dan kuantitatif
Pengumpulan data sekunder
Kualitatif
Proses sosial
Wawancara, penelusuran data dan informasi
Kualitatif
Sikap dan persepsi
Wawancara, penelusuran data dan informasi
Kualitatif
masyarakat
Sedangkan dalam menentukan skoring untuk kualitas lingkungan hidup sebelum dan sesudah terkena dampak digunakan pedoman yang didasarkan pada dua sumber atau referensi. Referensi pertama yaitu yang bersumber dari parameter-parameter baku yang sudah dipublikasikan secara umum dan memiliki nilai legalitas (seperti dari BPS, Depkes, WHO, dan sebagainya).
Referensi kedua untuk aspek-aspek sosial yang parameternya belum ada
ketentuan atau ukuran resminya
ditentukan dengan mengacu pada konsep-konsep ilmu
sosial dan dianalogikan dengan kegiatan sejenis yang pernah ada namun disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat dimana rencana kegiatan ini akan berlangsung.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-42
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat Data komponen kesehatan masyarakat meliputi data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan pengamatan lapangan. Jumlah dan kriteria responden ditetapkan sama dengan komponen sosial ekonomi dan budaya. Sementara itu data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait seperti Puskesmas dan rumah sakit setempat. Dengan mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor: KEP-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, metode pengumpulan dan analisis data adalah sebagai berikut. 1) Metode pengumpulan data Pengumpulan data akan dilakukan melalui: observasi/pengamatan lapangan wawancara dengan menggunakan kuesioner wawancara mendalam ( indepth interview ) terhadap informan kunci penelusuran data dan informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat setempat pengumpulan data sekunder. Macam data yang dikumpulkan meliputi: pola penyakit, status gizi, pembiayaan kesehatan, macam pelayanan kesehatan, sarana sanitasi (jamban, sarana pengolahan air limbah), kondisi sanitasi lingkungan, macam penyakit menular yang ada, air bersih dan atau air sumur penduduk, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat baik preventif maupun kuratif dan aspek-aspek kependudukan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Instrumen penelitian (kuesioner) dibuat secara khusus dan selanjutnya digabung bersama kuesioner sosial-ekonomi dan budaya. Data kualitatif diambil sendiri oleh peneliti yang bergabung bersama aspek sosial-budaya. Tabel 3.22. Lokasi Pengambilan Sampel Komponen Kesehatan Masyarakat Parameter
Lokasi
1. Sanitasi lingkungan Desa-desa di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui 2. Tingkat kesehatan Desa-desa di wilayah masyarakat Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
Jumlah Dasar Penentuan Sampel 200 Mengetahui kondisi sanitasi lingkungan responden secara umum di wilayah studi 200 Mengetahui kondisi kesehatan masyarakat responden dan tingkat pelayanan kesehatan secara umum
III-43
PT. PERTAMINA EP - PPGM
2) Metode analisis data Data dianalisis dengan metode analisis dampak kesehatan lingkungan dan epidemiologi diantaranya melalui: (1) statistik sederhana, (2) deskriptif evaluatif, dan (3) pedoman resmi (formal) yang sesuai dengan kepentingannya (misalnya mengenai status gizi balita, tingkat kematian bayi, sumberdaya kesehatan, dan lain sebagainya). Tabel 3.23. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Kesehatan Masyarakat Parameter
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Keterangan
1. Sanitasi lingkungan
Observasi/pengamatan lapangan, wawancara, pengumpulan data sekunder
Metode analisis dampak Analisis dilakukan secara kesehatan lingkungan, kualitatif dan kuantitatif metode epidemiologi
2. Tingkat kesehatan masyarakat
Observasi/pengamatan lapangan, wawancara, penelusuran data dan informasi, pengumpulan data sekunder
Metode analisis dampak Analisis dilakukan secara kesehatan lingkungan, kualitatif dan kuantitatif metode epidemiologi
Peta Lokasi Pengambilan Sampel Komponen Geo-Fisik-Kimia, Biologi, Sosial dan Kesehatan Masyarakat dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan ringkasan metode pengambilan data dan lokasi pengambilan data disajikan pada Tabel 3.24.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-44
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Gambar 3.3. Peta Rencana Pengambilan Sampel
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-45
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.24. Komponen/Paramater Lingkungan, Metode Pengumpulan dan Lokasi Pengambilan Data No 1
2
Komponen Lingkungan Iklim
Kualitas Udara
Parameter
Metode/ Sumber Data
Fisiografi dan Morfologi
Jumlah Sampel
Curah hujan Suhu udara
Tabulasi/diagram Tabulasi/diagram
Kelembaban nisbi udara
Tabulasi/diagram
Angin
Winrose
SO2
Pararosanilin
Rain gauge 1 paket (data curah Thermometer udara hujan,suhu udara, kelembaban udara dan angin diambil dari Hygrometer Pencatatan arah dan Stasiun Klimatologi Bandara Luwuk kecepatan angin tersebut Spektofotometer
NO2
Salzman
Spektofotometer
CO
3
Alat
NDIR Analyzer
Debu (TSP)
Gravimetri
Dust level sampler
PM10
Gravimetri
Dust level sampler
Kebisingan
Pembacaan langsung
Sound level meter
Ketinggian tempat
Pengukuran langsung Peta Rupa Bumi Ind Bakosurtanal
GPS Peta topografi
Topografi
Observasi Peta Rupa Bumi Ind Bakosurtanal
Peta topografi dan Visual
Kemiringan lahan
Pengukuran langsung Peta Rupa Bumi Ind Bakosurtanal
Kompas Geologi (Suncto)
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
12 titik sampling
1 paket (dalam satu lokasi sampel diukur ketinggian tempat, kondisi topografi dan kemiringan lereng)
III-46
Lokasi
Stasiun Klimatologi Bubung Luwuk/Toili
Alasan Penetapan Titik Sampel Karena satu-satunya stasiun klimatolagi terdekat di dalam wilayah studi, maka stasiun klimatologi tersebut dipilih sebagai referensi data iklim daerah penelitian
Akan diambil di beberapa tempat seperti: Kilang LNG Padang dan Uso, GPF Kayowa, BS (Minahaki, Sukamju, Donggi, Maleoraja dan Matindok), Jalur pipa BS Donggi-BS Matindok, Jalur pipa unit XII desa Tirtasari, Jalur pipa diunit II Desa Arga Kencana dan jalur pipa di persawahan Kintom
Titik sampling merepresentasikan lokasi alternatif Kilang LNG Padang dan Uso, Gas Processing Facilities (GPF) di Kayowa, Block Station (BS) di Minahaki, Sukamaju, Donggi, Maleoraja, Matindok dan jalur-jalur pipa
Rencana lokasi tapak GPF (BS, LNG, sumur, dan jalur pipa
Lokasi tersebut dapat mewakili kondfisi fisiografi dan morfomologi daerah penelitian.
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.24. Lanjutan No 4
Komponen Lingkungan Geologi dan hidrogeologi
Parameter Geologi regional
Metode/ Sumber Data
Membaca dan interpretasi Pancaindra mata
Peta Geologi Bersistem Lembar Batui (GTL Bandung) Geologi lokal
Observasi
Kegempaan
Wawancara dengan
Hidrogeologi
Pengukuran kedalaman
Sifat tanah
Kompas geologi, palu geologi
Jumlah Sampel
Meteran panjang (midfer)
Sifat kimia
Sampling di lapangan
Cangkul, kantong plastik
Sifat fisika
Sampling di lapangan
Cangkul, capper ring
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
Lokasi
1 paket Wilayah studi (Jenis batuan, struktur geologi : lipatan, sesar, pola sesar) 1 paket (jenis batuan, struktur geologi meliputi, rekahan, sesar, lipatan dll)
Peta Gempa, dan 200 responden di penduduk setempat wawancara dengan sekitar tapak kegiatan Peta sumber gempa di penduduk Indonesia (GTL Bandung) sumur gali, Wawancara dgn penduduk, Peta hidrogeologi (GTL Bandung)
5
Alat
Rencana lokasi tapak kegiatan GPF (BS, LNG, sumur, jalur pipa
Observasi secara overview didasarkan pada bagaimana kondisi geologi ditempat tersebut yang dimungkinkan akan berpengaruh terhadap kegiatan proyek Desa-desa di wilayah Pemilihan didasarkan pada penelitian dengan penduduk keberadaan masyarakat yang yang sudah lama bertempat pernah terkena gempa tinggal d itempat tersebut.
1 paket (± 25 sumur Sumur penduduk di desapenduduk) pada kondisi desa sekitar rencana lokasi topografi berbeda. tapak proyek
6 sampel
Alasan Penetapan Titik Sampel Tidak mendasarkan sampel tetapi overview fenomena geologi seluruh wilayah di daerah penelitian
Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana fluktuasi air tanah antara musim penghujan dan musim kemarau, di tempat tersebut.
Di sekitar jalur pipa dan Pengambilan sampel beberapa titik sekitar lokasi didasarakan pada perbedaan pemboran jenis tanah yang berkembang di daerah penelitian.
III-47
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.24. Lanjutan No 6
Komponen Lingkungan Erosi Tanah
Parameter Erosivitas hujan Erodibilitas tanah Kelerengan Penutupan dan
Metode/ Sumber Data
Alat
Sampling di lapangan
Belati, kantong plastik, capper ring
Pengamatan Penggambaran sistem
Peta kerja, current meter, pelampung (floater), arloji dan stop watch
Jumlah Sampel 3 sampel
Lokasi Daerah berlereng di sekitar jalur pipa dan lokasi sumur pemboran
Alasan Penetapan Titik Sampel Pada morfologi dan penutup lahan yang berbeda yaitu hutan, semak dan ladang
pengelolaan tanah 7
Drainase dan irigasi, debit
Pola aliran Jaringan irigasi Kecepatan arus
1 paket
Seluruh areal studi (representatif)
Karena kondisi drainase merupakan satu kesatuan hasil proses antara hujan, karakteristik fisiografi daerah, vegetasi penutup dan sifat batuan/tanah dalam suatu areal tertentu.
1 paket
Wilayah laut yang masuk pada batas wilayah studi untuk rencana pemilihan dermaga
Data sekunder yang ada sudah dimaksudkan untuk pemilihan rencana lokasi dermaga (Uso dan Padang)
Pasang-surut
Hasil penelitian sebelumnya (Baseline Study Rencana Papan skala (AWLR) 1 paket Proyek Pengembangan Gas Matindok Sulawesi Tengah)
Wilayah laut yang masuk pada batas wilayah studi untuk rencana pemilihan dermaga
Data sekunder yang ada sudah dimaksudkan untuk pemilihan rencana lokasi dermaga (Uso dan Padang)
Gelombang
Hasil penelitian sebelumnya Jalon, meteran, (Baseline Study Rencana stopwatch Proyek Pengembangan Gas Matindok Sulawesi Tengah)
Wilayah laut yang masuk pada batas wilayah studi untuk rencana pemilihan dermaga
Data sekunder yang ada sudah dimaksudkan untuk pemilihan rencana lokasi dermaga (Uso dan Padang)
(penampang sungai)
drainase & irigasi Pengukuran kecepatan
arus & luas penampang, pengolahan data hujan, rumus emperis 8
Hidro-oseanografi Batimetri
Hasil penelitian sebelumnya Peta Batimetri (Baseline Study Rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok Sulawesi Tengah)
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
1 paket
III-48
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.24. Lanjutan No
9
10
Komponen Lingkungan
Kualitas air tawar
Kualitas air laut
Parameter
Metode/ Sumber Data
Alat
Jumlah Sampel
Lokasi
Alasan Penetapan Titik Sampel Data sekunder yang ada sudah dimaksudkan untuk pemilihan rencana lokasi dermaga (Uso dan Padang)
Arus
Hasil penelitian sebelumnya Current meter (Baseline Study Rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok Sulawesi Tengah) Dan hasil data pengukuran sebelumnya dari instansi lain (data sekunder)
1 paket
Wilayah laut yang masuk pada batas wilayah studi untuk rencana pemilihan dermaga
Sifat fisik air
Pengukuran langsung di lapangan
Termometer, eikman grab
9 titik sampel
Koordinat lokasi disajikan pada Dok. ANDAL
Sifat kimia air
Pengambilan sampel langsung dan analisis laboratorium
Botol sampel, pH meter, perangkat titrasi water sampler, eikman grap
Sifat fisik air
Pengukuran langsung di lapangan
Termometer, seichi 6 titk sampel disk
Rencana Dermaga Padang (AL-1, AL-2, AL-3) dan
Sifat kimia air
Pengambilan sampel langsung dan analisis laboratorium
Botol sampel, ph meter, perangkat titrasi water sampler
Rencana Dermaga Uso (AL-4, kompleks Kilang LNG di AL-4, dan AL-5) Padang atau Uso
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-49
Titik sampling merepresentasikan lokasi air sungai terdekat di sekitar BS, Kilang LNG; perwakilan sungai terpotong oleh jalur pipa dari BS-Kilang LNG dan air sumur penduduk yang terdekat dengan lokasi alternatif kilang LNG di Padang dan Uso serta jalur pipa Badan air laut terdekat di di sekitar alternatif dermaga
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.24. Lanjutan No 11
Komponen Parameter Lingkungan Transportasi darat Gangguan kelancaran lalulintas
Gangguan keselamatan pengguna jalan
12
Kualitas air laut
Metode/ Sumber Data
Alat
Jumlah Sampel
Lokasi
Pengukuran kepadatan lalu Tally Counter lintas jalan raya
1 paket (jumlah dan jenis kendaraan, kecepatan rata-rata)
Ruas jalan provinsi dari Desa Uso sampai dengan Karyamakmur (Toili Barat)
Data sekunder angka kecelakaan jalan raya
1 paket (jalan retak, aspal mengelupas, tanah ambles, jalan terputus dan lainnya)
Jalan raya dimana kemungkinan terjadi gangguan lalulintas
Data sekunder dari DLLJR Kab. Banggai & Polsek Kec. Toili Barat, Toili; Batui
Kerusakan jalan raya dan Pengamatan langsung jembatan kondisi perkerasan jalan
Visual
Pengotoran jalan
Pengamatan langsung kondisi perkerasan jalan
Visual
Sifat fisik air
Pengukuran langsung di lapangan
Termometer, seichi 6 titk sampel disk
Sifat kimia air
Pengambilan sampel langsung dan analisis laboratorium
Botol sampel, ph 6 titk sampel meter, perangkat titrasi water sampler
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
Alasan Penetapan Titik Sampel Dengan mengetahui kondisi kepadatan lalulintas pada suatu segmen jalan sudah dapat digunakan untuk memprediksi kepadatan lalulintas pada seluruh badan jalan tersebut. Pada jalan yang dilalui langsung kendaraankendraan proyek milik PT Pertamina
Ruas jalan provinsi dari Desa Uso sampai dengan Karyamakmur (Toili Barat)
III-50
Pada jalan yang dilalui langsung kendaraankendaraan proyek milik PT Pertamina Ruas jalan provinsi dari Pada jalan yang dilalui Desa Uso sampai dengan langsung kendaraanKaryamakmur (Toili Barat) kendaraan proyek milik PT Pertamina Rencana Dermaga Padang Badan air laut terdekat di di (AL-1, AL-2, AL-3) dan sekitar alternatif dermaga rencana Dermaga Uso (AL-4, kompleks Kilang LNG di AL-4, dan AL-5) Padang atau Uso Rencana Dermaga Padang (AL-1, AL-2, AL-3) dan rencana Dermaga Uso (AL-4, AL-4, dan AL-5)
Badan air laut terdekat di di sekitar alternatif dermaga kompleks Kilang LNG di Padang atau Uso
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.24. Lanjutan No 13
14
Komponen Lingkungan Biota air laut
Biota darat
Parameter
Metode/ Sumber Data
Alat
Jumlah Sampel
Terumbu karang
Pengamatan langsung di Peralatan 3 titik sampel lapangan, Peta Dinas Hidro snorkeling/ SCUBA, -oseanografi TNI AL/ Peta GPS LPI Bakosurtanal
Nekton
Wawancara langsung dengan masyarakat, data dinas terkait (Dinas Perikanan) Pengamatan/pengukuran metode kuadrat/jalur berpetak pada transek lokasi sampel
Vegetasi alami dan budaya
Satwa liar
Observasi, pengamatan burung dengan metode IPA & wawancara tentang keberadaan satwa liar endemik/dilindungi
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
3 titik sampel
Peta kerja, GPS, 14 titik sampel tambang berskala, pH band, hagameter, parang, teropong bino, counter & tally sheet 14 titik pengamatan
III-51
Alasan Penetapan Titik Sampel Badan air laut terdekat di Lokasi sampel berada di sekitar sumur lepas pantai sekitar kegiatan sehingga sekitar dermaga di kompleks diprakirakan akan berdampak Kilang LNG (sesuai dengan pada terumbu karang pengambilan sampel air laut); Wilayah laut yang masuk Lokasi sampel berada di pada batas wilayah studi sekitar kegiatan sehingga diprakirakan akan berdampak pada nekton Prinsip keterwakilan Lokasi pengambilan sampel ekosistem di area rencana tersebut terletak di sekitar tapak kegiatan (sumur bor, kegiatan. Apabila rencana BS, Kilang LNG, jalur pipa), kegiatan berlangsung misalnya hutan di SM dikhawatirkan akan Bangkiriang, HL Mangrove menyebabkan hilangnya flora atau berubahnya struktur vegetasi Prinsip keterwakilan Lokasi pengambilan sampel ekosistem di area rencana tersebut terletak di sekitar tapak kegiatan (sumur bor, kegiatan. Apabila rencana BS, Kilang LNG, jalur pipa), kegiatan berlangsung misalnya hutan di SM dikhawatirkan akan Bangkiriang, HL Mangrove berdampak pada fauna Lokasi
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.24. Lanjutan No 15
Komponen Lingkungan Sosial ekonomi dan budaya
Parameter
Metode/ Sumber Data
Alat
Jumlah Sampel
Alasan Penetapan Titik Sampel Desa-desa di sekitar tapak Desa-desa yang merupakan proyek (37 desa, lihat hal. II- konsentrasi penduduk dan 169) diprakirakan akan terkena dampak langsung dari kegiatan proyek PPGM Lokasi
Kependudukan (struktur penduduk, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk)
Kuesioner dengan jumlah Kuesioner responden proporsional terhadap jumlah penduduk di desa dalam wilayah studi; Data BPS, Kantor Kecamatan – Kantor Desa
200 responden
Pola kepemilikan lahan; pendapatan masyarakat; kesempatan berusaha
Observasi wawancara Kuesioner terstruktur dengan responden (masyarakat, tokoh masyarakat) dengan jumlah responden ± 200 penduduk desa di wilayah studi
200 responden
Desa-desa di sekitar tapak Desa-desa yang merupakan proyek (37 desa, lihat hal. II- konsentrasi penduduk dan 169)) diprakirakan akan terkena dampak langsung dari kegiatan proyek PPGM
Wawancara terstruktur dengan responden (masyarakat dan tokoh masyarakat)
Kuesioner
200 responden
Wawancara terstruktur dengan responden (masyarakat dan tokoh masyarakat)
Kuesioner
200 responden
Desa-desa di sekitar tapak Desa-desa yang merupakan proyek (37 desa, lihat hal. II- konsentrasi penduduk dan 169) diprakirakan akan terkena dampak langsung dari kegiatan proyek PPGM Desa-desa di sekitar tapak Desa-desa yang merupakan proyek (37 desa, lihat hal. II- konsentrasi penduduk dan 169) diprakirakan akan terkena dampak langsung dari kegiatan proyek PPGM
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-52
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.24. Lanjutan No 16
Komponen Lingkungan Kesehatan masyarakat
Parameter
Metode/ Sumber Data
Alat
Jumlah Sampel
Kondisi sanitasi lingkungan Observasi langsung Wawancara terstruktur dengan responden (masyarakat dan tokoh masyarakat)
Visual Kuesioner
200 responden
Tingkat kesehatan masyarakat (prevalensi penyakit, jenis-jenis penyakit, status gizi balita)
Data sekunder Kuesioner
200 responden
Observasi dan wawancara terstruktur dengan responden (masyarakat, tokoh masyarakat); Data Dinas Kesehatan, Puskesmas dan BPS
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-53
Alasan Penetapan Titik Sampel Desa-desa di sekitar tapak Desa-desa yang merupakan proyek (37 desa, lihat hal. II- konsentrasi penduduk dan 169) diprakirakan akan terkena dampak langsung dari kegiatan proyek PPGM Desa-desa yang merupakan Desa-desa di sekitar tapak konsentrasi penduduk dan proyek (37 desa, lihat hal. II- diprakirakan akan terkena 169) dampak langsung dari kegiatan proyek PPGM Lokasi
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Distribusi titik sampel untuk semua komponen lingkungan disajikan pada Peta rencana Pengambilan sample (Hasil analisis data, terutama untuk parameter-parameter dari jenis-jenis dampak hipotetik dikonversi menjadi bentuk skala setelah dicocokkan dengan Tabel Skala Kualitas Lingkungan (Lampiran 12). Dalam tabel itu skala kualitas lingkungan hidup untuk masing-masing komponen lingkungan hidup dan dampak penting hipotetik ditetapkan ke dalam lima kelas yaitu: Kelas: 1 = kualitas lingkungan hidup sangat jelek 2 = kualitas lingkungan hidup jelek 3 = kualitas lingkungan hidup sedang 4 = kualitas lingkungan hidup baik 5 = kualitas lingkungan hidup sangat baik Selanjutnya, hasil analisis data yang telah ditelaah dikonversi ke dalam skala dituangkan dalam Tabel 3.25. Tabel 3.25. Ringkasan Hasil Analisis Data dan Skala Kualitas Lingkungan Awal Masing-masing Parameter Lingkungan yang Terkena Dampak No.
Komponen Lingkungan
Parameter
Hasil Analisis Data Pengukuran Lokasi Pengamatan
Skala Kualitas Lingkungan
KOMPONEN GEO-FISIK-KIMIA 1. Kualitas udara SO NO2 CO PM10 Debu (TSP) Kebisngan 2 Erosi tanah Erosivitas hujan Erodibilitas tanah Kelerengan Penutupan dan pengelolaan tanah 3 Drainase dan Pola aliran irigasi, debit Jaringan irigasi
Kecepatan aliran & luas penampang sungai
4
Kualitas air tawar
Sifat fisik air Sedimen Sifat kimia air 5 Kualitas air laut Sifat fisik air Sifat kimia air 6 Transportasi darat Kerusakan jalan dan jembatan Gangguan kelancaran lalulintas Gangguan keselamatan pengguna jalan Pengotoran jalan KOMPONEN BIOLOGI 1 Biota air tawar ID Plankton ID Benthos Kekayaan jenis nekton 2 Biota air laut Persentase penutupan terumbu karang Kekayaan jenis nekton 3 Biota darat Vegetasi alami Vegetasi budaya Kekayaan jenis satwa liar
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-54
Ket.
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.25. Lanjutan No.
Komponen Lingkungan
Parameter
Hasil Analisis Data Pengukuran Lokasi Pengamatan
Skala Kualitas Lingkungan
Ket.
KOMPONEN SOSIAL 1 Sosial Kependudukan 2 Sosial Ekonomi
Kependudukan (struktur dan mobilitas penduduk) Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha 3 Sosial Budaya Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT 1. Sanitasi Tingkat sanitasi lingkungan lingkungan 2. Tingkat Kesehatan Tingkat kesehatan masyarakat masyarakat
3.2.
METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3.2.1. Prakiraan Besaran Dampak Metode prakiraan dampak pada prinsipnya adalah untuk memprakirakan besaran dampak
(magnitude) dan tingkat kepentingan (important) dampak. Tabel 3.26. Metode Prakiraan Besaran Dampak Untuk Masing-Masing Parameter Lingkungan Pada Jenis-Jenis Dampak Hipotetik No Komponen Lingkungan 1. Kualitas Udara
2
Erosi Tanah
3
Drainase dan irigasi, debit
4
Kualitas air tawar
5
Kualitas air laut
6
Transportasi darat
Parameter SO NO2 CO PM 10 Debu (TSP) Kebisingan Erosivitas hujan, Erodibilitas tanah, Kelerengan, Penutupan dan pengelolaan tanah Pola aliran, Jaringan irigasi, Kecepatan arus Sifat fisik air Sifat kimia air Sifat fisik air Sifat kimia air Gangguan kelancaran lalulintas Gangguan keselamatan pengguna jalan Kerusakan jalan dan jembatan Pengotoran jalan
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
Metode Prakiraan Besaran Dampak Matematik dan komparatif dengan analog kegiatan lain yang sama
Matematik: A = R.K.L.C.P.
Keterangan Analogi dengan kegiatan AMDAL Pengembangan Lapangan Gas Senoro dan Pemipaan Gas Senoro-Kintom Kab. Banggai, Prov. Sulawesi Tengah Adanya perubahan penutup lahan dan pengelolaan lahan berbeda akan menghasilkan besar erosi berbeda.
Professional Judgement, Komparatif Matematik Matematik Matematik Professional Judgement Komparatif dengan Analogi dengan kegiatan analog kegiatan lain AMDAL Pengembangan yang sama Lapangan Gas Senoro dan Pemipaan Gas Senoro-Kintom Kab. Banggai, Prov. Sulawesi Tengah
III-55
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.2.6. Lanjutan
7
Komponen Lingkungan Biota air tawar
8
Biota air laut
9
Biota darat
10
Sosial ekonomi dan budaya
11
Kesehatan Masyarakat
No
Parameter ID Plankton ID Benthos Kekayaan Jenis Nekton % penutupan terumbu karang Kekayaan jenis nekton Vegetasi alami Vegetasi budaya Kekayaan jenis satwa liar Kependudukan Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat Kondisi sanitasi lingkungan Tingkat kesehatan masyarakat
Metode Prakiraan Besaran Dampak Professional Judgement dan analog dengan kegiatan sejenis
Keterangan Analogi dengan kegiatan AMDAL Pengembangan Lapangan Gas Senoro dan Pemipaan Gas Senoro-Kintom Kab. Banggai, Prov. Sulawesi Tengah;
Analogi dengan kegiatan AMDAL Pengembangan Lapangan Gas Senoro dan Pemipaan Gas Senoro-Kintom Kab. Banggai, Prov. Sulawesi Tengah; Professional Judgement Analogi dengan kegiatan AMDAL Pengembangan Lapangan Gas Senoro dan Pemipaan Gas Senoro-Kintom Kab. Banggai, Prov. Sulawesi Tengah; Professional Judgement
Berdasarkan metode (Tabel 3.26) tersebut di atas, akan dihasilkan kondisi masing-masing parameter lingkungan terprediksi yang selanjutnya dikonversi dalam bentuk skala. Besaran dampak setiap parameter yang dikaji diperoleh dengan menghitung selisih kualitas lingkungan hidup setiap kegiatan (proyek) berlangsung (KLp) dengan kualitas lingkungan hidup saat rona lingkungan hidup awal (mula-mula sebelum adanya proyek (KL RLA) atau
Besar prakiraan
dampak = KL p – KL RLA Angka prakiraan besaran dampak yang akan diperoleh antara 1 s/d 4, dengan pengertian: +/-1 = dampak positif/negatif kecil +/-2 = dampak positif/negatif sedang +/-3 = dampak positif/negatif besar +/-4 = dampak positif/negatif sangat besar Namun demikian penetapan besaran dampak tersebut di atas tidak terlalu kaku, khususnya untuk parameter tertentu yang diprakirakan akan melebihi baku mutu dan atau telah mendekati angka batas pada perubahan skala kualitas lingkungan. Selanjutnya hasil prakiraan besaran dampak di tuangkan dalam Tabel 3.27.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-56
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.27. Ringkasan Hasil Prakiraan Besaran Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah Komponen Rencana Kegiatan PraPasca No Komponen Lingkungan Konstruksi Operasi Konst Operasi 1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 GEO-FISIK-KIMIA 1 Kualitas udara ambien -? -? +? 2 Kebisingan -? -? +? 3 Erosi tanah -? -? -? 4 Sistem drainase dan irigasi -? -? -? 5 Kualitas air permukaan -? -? -? -? -? +? 6 Kualitas air laut -? -? -? +? 7 Transportasi darat -? -? -? -? -? -? +? BIOLOGI 1 Vegetasi -? -? 2 Satwa liar -? -? -? 3 Biota air tawar -? -? -? -? -? 4 Biota air laut -? -? -? SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA 1 Kependudukan +? 2 Pola kepemilikan lahan -? 3 Pendapatan masyarakat +? +? +? +? +? +? +? +? +? -? 4 Kesempatan berusaha +? +? +? +? +? +? +? +? +? -? 5 Proses sosial -? -? -? -? -? -? 6 Sikap & persepsi masyarakat -? -? +? -? -? -? -? -? -? -? -? -? -? -? KESEHATAN MASYARAKAT 1 Sanitasi lingkungan -? -? -? -? 2 Tingkat kesehatan masyarakat -? -? Keterangan: A. Tahap Prakonstruksi -? : diprakirakan berdampak negatif 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh +? : diprakirkaan berdampak positif 2. Pemanfaatkan tenaga kerja setempat B. Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja 2. Pembukaan dan pematangan lahan 3. Kegiatan Konstruksi Fasilitas Produksi Gas dan Kompleks Kilang LNG 4. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas C. Tahap Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Pemboran sumur pengembangan 3. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa 4. Penyaluran kondesat dengan transportasi darat 5. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (MS dan BS) 6. Operasional Kilang LNG dan fasilitas lainnya 7. Pemeliharaan fasilitas produksi (Gas dan LNG) D. Tahap Pasca Operasi 1. Penghentian operasi produksi gas (MS dan BS) dan Kilang LNG 2. Demobilisasi peralatan 3. Penglepasan Tenaga Kerja
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-57
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.2.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak Sifat penting dampak akan ditetapkan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dampak besar dan penting merupakan satu kesatuan makna “dampak penting”. Hal ini berarti bahwa tidak selalu yang hanya mempunyai dampak besar saja yang bersifat penting, tetapi dampak yang kecil pun dapat bersifat penting. Untuk mengetahui apakah dampak-dampak tersebut mempunyai sifat penting tertentu, maka dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor penentu dampak penting untuk selanjutnya dievaluasi bersama-sama dengan besaran dampak-dampak tersebut, untuk mengambil keputusan apakah dampak tersebut merupakan dampak besar dan penting agar dapat disimpulkan menjadi dampak lingkungan besar dan penting. Penentuan Tingkat kepentingan dampak dilakukan pada semua dampak-dampak hipotesis dengan mengacu pada kriteria penentu dampak penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yaitu: 1. Jumlah manusia yang terkena dampak 2. Luas wilayah persebaran dampak 3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung 4. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak 5. Sifat kumulatif dampak 6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Akan tetapi dalam penetapan tingkat kepentingan dampak secara umum, dalam kajian AMDAL ini akan relatif lebih konservatif dibanding penetapan berdasarkan SK Kep Bapedal No. 56 tahun 1994. Penetapan tingkat kepentingan dampak ini dikelompokkan kedalam dampak penting (P) dan tidak penting (TP). Pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak apakah dampak tersebut penting (P) atau tidak penting (TP) didasarkan pada kriteria sebagai berikut. 1) Untuk jumlah manusia yang terkena dampak Kriteria P apabila terdapat > 25% manusia tidak mendapatkan memanfaatkan hasil/manfaat dari proyek. Kriteria TP apabila tidak jumlah manusia terkena dampak <25% dari manusia yang terkena dampak.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-58
PT. PERTAMINA EP - PPGM
2) Luas wilayah persebaran dampak Kriteria P apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak-tidaknya di daerah tersebut dalam luasan 0,25 dari luas wilayah studi pemanfaatan ruang cukup beragam sehingga tingkat kepentingannya tinggi, sehingga dampaknya sudah dianggap penting. Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali luas wilayah studi.
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku mutu, dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat. Kriteria TP apabila intensitasnya rendah (dibawah ambang batas baku mutu dan dampaknya berlangsung hanya sesaat). 4) Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak. Kriteria TP apabila tidak ada komponen lain yang terkena dampak. 5) Sifat kumulatif dampak Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi. Kriteria TP apabila dampak tidak akan terakumulasi. 6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Kriteria P apabila dampak tidak berbalik. Kriteria TP apabila dampak berbalik. Mengingat bahwa tujuan akhir pembangunan adalah untuk kepentingan manusia, maka dalam penetapan sifat penting dampak, parameter jumlah manusia terkena dampak diberi bobot 3. Mendasarkan pada batasan tersebut di atas maka pembobotan untuk setiap parameter penentu tingkat kepentingan dampak ditetapkan seperti disajikan pada Tabel 3.28.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-59
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.28. Pembobotan Paramater Penentu Tingkat Kepentingan Dampak Nomor
Parameter Penentu Tingkat Kepentingan Dampak
Bobot
1
Jumlah manusia yang terkena dampak
1x 1= 1
2
Luas wilayah persebaran dampak
1x 1 = 1
3
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
1x 1 = 1
4
Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
1x 1 = 1
5
Sifat kumulatif dampak
1x 1 = 1
6
Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
1x 1 = 1
Jumlah
6
Penentuan tingkat kepentingan dampak tersebut didasarkan pada jumlah faktor penentu dampak penting yang bersifat penting yaitu: 1) Apabila P ≥ 3 maka termasuk dalam katagori penting (P) 2) Apabila P ≤2 termasuk dalam katagori tidak penting (TP) Proses penentuan tingkat kepentingan dampak untuk masing-masing jenis dampak hipotetik disajikan dalam Tabel 3.29, sedangkan ringkasan hasilnya disajikan dalam Tabel 3.30.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-60
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.29. Penentuan Tingkat Kepentingan Dampak Parameter Penentu Tingkat Kepentingan Dampak TAHAP RENCANA KEGIATAN
RENCANA KEGIATAN
JENIS DAMPAK PENTING HIPOTETIK
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
Jumlah manusia terkena dampak (bobot 1)
Luas wilayah persebara n dampak (bobot 1)
Lama dan intensitas dampak (bobot 1)
Banyaknya komponen lain terkena dampak (bobot 1)
III-61
Sifat kumulatif dampak (bobot 1)
Berbalik/tida k berbalik nya dampak (bobot 1)
JUMLAH NILAI P
Kesimpulan
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.30. Ringkasan Hasil Penentuan Tingkat Kepentingan Dampak Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah Komponen Rencana Kegiatan No
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 1 2
Komponen Lingkungan
PraKonst 1 2
Konstruksi
Operasi
Pasca Operasi 1 2 3
1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 GEO-FISIK-KIMIA P/TP P/TP P/TP Kualitas udara ambien P/TP P/TP P/TP Kebisingan P/TP P/TP P/TP Erosi tanah P/TP P/TP P/TP Sistem drainase dan irigasi P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP Kualitas air permukaan P/TP P/TP P/TP P/TP Kualitas air laut P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP Transportasi darat P/TP BIOLOGI P/TP P/TP Vegetasi P/TP P/TP P/TP Satwa liar P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP Biota air tawar P/TP P/TP P/TP Biota air laut SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA P/TP Kependudukan P/TP Pola kepemilikan lahan P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP Pendapatan masyarakat P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP Kesempatan berusaha P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP Proses sosial P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP Sikap & persepsi masyarakat P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP KESEHATAN MASYARAKAT P/TP P/TP P/TP P/TP Sanitasi lingkungan P/TP P/TP Tingkat kesehatan masyarakat Keterangan: A. Tahap Prakonstruksi 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh P = dampak penting 2. Pemanfaatkan tenaga kerja setempat TP= dampak tidak penting B. Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja 2. Pembukaan dan pematangan lahan 3. Kegiatan Konstruksi Fasilitas Produksi Gas dan Kompleks Kilang LNG 4. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas C. Tahap Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja 2. Pemboran sumur pengembangan 3. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa 4. Penyaluran kondesat dengan transportasi darat 5. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (MS dan BS) 6. Operasional Kilang LNG dan fasilitas lainnya 7. Pemeliharaan fasilitas produksi (Gas dan LNG) D. Tahap Pasca Operasi 1. Penghentian operasi produksi gas (MS dan BS) dan Kilang LNG 2. Demobilisasi peralatan 3. Penglepasan Tenaga Kerja
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-62
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.3. METODE EVALUASI DAMPAK PENTING Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan akibat dari komponen kegiatan yang direncanakan adalah memutuskan/menentukan jenis dampak hipotetik yang akan dikelola, jenis dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan memberikan arahan atau alternatif pengelolaannya. Metode evaluasi dampak penting yang digunakan adalah non matrik yaitu dengan pendekatan deskriptif-kualitas berdasarkan informasi besaran dan tingkat kepentingan masing-masing jenis dampak penting hipotetik dengan bagan alir. Adapun keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) yang ditetapkan berdasarkan dua kriteria sederhana berikut: a) Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila tingkat kepentingannya (∑P) > 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan terjadi menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebihi baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya
termasuk kategori dampak
penting yang dikelola (PK). b) Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: Apabila (∑P) 3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya masuk kategori dampak penting yang dikelola (PK). c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan tidak dikelola (TPK).
Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting dan tidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting yang dikelola (PK), maka dampak-dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Hasil evaluasi dampak besar dan penting disajikan dalam Tabel 3.31.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-63
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.31. Ringkasan Hasil Evaluasi Dampak Penting TAHAP RENCANA KEGIATAN
JENIS DAMPAK PENTING HIPOTETIK
SUMBER DAMPAK
Baku Mutu Lingk
BESARAN DAMPAK (+/-)
JUMLAH BOBOT NILAI P
KEPUTUSAN/ KESIMPULAN HASIL EVALUASI (PK/TPK)
Kualitas udara ambien Kebisingan Erosi tanah Sistem drainase dan irigasi Kualitas air permukaan Kualitas air laut Transportasi darat Vegetasi Satwa liar Biota air tawar Biota air laut Kependudukan Pendapatan masyarakat Kesempatan berusaha Proses sosial Sikap dan persepsi masyarakat Sanitasi Lingkungan Tingkat Kesehatan masyarakat
Jenis dampak penting tersebut kemudian di telaah secara holistik yang dibantu dengan Bagan Aliran Dampak untuk mengetahui kecenderungan dengan menyajikan nilai kuantitatif dan kualitatif dari setiap besaran dan sifat kepentingan dalam bentuk uraian deskriptif secara satu kesatuan, yang dikelompokkan ke dalam tiga kajian, yaitu: Kelestarian fungsi ekologis, merupakan hasil pengkajian dari parameter fisik-kimia dan biologi yang terkena dampak besar dan penting; Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, merupakan hasil pengkajian dari parameter sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat; Kontribusi terhadap pembangunan daerah, merupakan kajian secara makro dimana kontribusi perusahaan terhadap pembangunan daerah sebagai konsekuensi dari diperolehnya ijin melakukan eksploitasi migas yaitu bersumber dari pembayaran pajak, pelaksanaan
community development, dan perimbangan penerimaan daerah dari produksi migas berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-64
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Berdasarkan hasil telaahan secara holistik atas jenis dampak besar dan penting dapat ditentukan berbagai alternatif atau arahan pengelolaannya dengan mempertimbangkan sumber penyebab dampak, lokasi atau kondisi lingkungan berlangsungnya dampak, dan besaran dampaknya. Sumber dampak dapat berupa suatu komponen kegiatan atau penyebab dampak yang bersumber dari jenis dampak yang lain. Berdasarkan arahan atau berbagai alternatif pengelolaan yang diusulkan akan dapat diperoleh dua informasi penting yaitu: Masukan untuk pengambilan keputusan atas kelayakan lingkungan dari Rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM); Masukan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-65