10 Bab 3 LANDASAN TEORI
3.1
Jenis Analisa dalam Pasar Modal Secara garis besar ada dua jenis analisa yang dapat digunakan dalam pasar
modal, yaitu Analisa fundamental dan Analisa Teknikal 3.1.1
Fundamental Analysis (FA)
Analisa Fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan. Analisa fundamental menitik beratkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi secara akurat. Secara umum untuk menganalisa perusahaan dengan menggunakan analisa fundamental terdiri dari 4 langkah yaitu: 1) Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan Kondisi ekonomi dipelajari untuk memperhitungkan jika kondisi ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham. Apakah tingkat inflasi tinggi atau rendah? Apakah suku bunga naik atau turun? Apakah konsumen yakin atau ragu-ragu dalam mengeluarkan uang? Apakah neraca perdagangan untung atau rugi? Apakah supply uang naik atau turun? ini adalah sebagian pertanyaan seorang fundamental analis menanyakan untuk
memperhitungkan jika kondisi ekonomi secara
keseluruhan baik untuk pasar saham.
11 2) Menghitung kondisi industri secara keseluruhan Industri dimana perusahaan berada secara langsungmempengaruhi masa depan perusahaan tersebut. Bahkan saham yang paling baik pun dapat menghasilkan pengembalian yang pas-pasan jika mereka berada dalam industri yang sedang payah. Biasanya saham yang lemah dalam industri yang kuat lebih disukai dari pada saham yang kuat dalam industri
yang lemah.
3) Menghitung kondisi perusahaan Setelah melihat dari sisi ekonomi dan industri kita perlu memperhitungkan kesehatan keuangan sebuah perusahaan. Jika sebuah perusahaan yang telah kita analisa secara ekonomi dan industri itu baik tapi kita tidak menghitung kondisi perusahaan tersebut maka akan sia-sialah semua analisa fundamental yang kita lakukan. Karena pasar saham adalah pasar ekspektasi dimana semua pemegang saham mengharapkan perusahaannya selalu menghasilkan laba yang pada akhirnya laba ini akan di bagikan kepada pemegang saham yang kita kenal dengan istilah deviden. Walaupun tidak semua pemegang saham tidak mengharapkan pembagian deviden ini karena pada dasarnya keuntungan yang diperoleh dari permainan saham ini bukan hanya deviden, tetapi ada juga yang disebut dengan capital gain yaitu keuntungan yang
12 diperoleh dari fluktuasi harga saham yang biasanya diharapkan oleh investor yang memiliki time horizon yang pendek. 4) Menghitung
kondisi
perusahaan
biasanya
dilakukan
dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio secara garis besar dibagi dalam 5 kategori utama antara lain, yaitu : profitability (keuntungan), price (harga), liquidity (likuiditas), leverage (dukungan), dan efficiensi (efisiensi). Berikut penjelasan penggunaan ratio dan cara menghitungnya : ¾ Net Profit Margin Net profit margin adalah rasio profitability yang dihitung dengan membagi keuntungan bersih dengan total penjualan. Net Profit Margin =
Net Profit / Total Sales
Rasio ini menunjukan keuntungan bersih dengan total penjualan yang dapat di peroleh dari setiap rupiah penjualan. Sebagai ilustrasi, apabila profit margin sebuah perusahaan adalah 30% jumlah keuntungan yang dapat diperoleh dari setiap Rp 1000 adalah Rp 300. ¾ Price Earning Ratio / PER Price earning ratio /PER adalah rasio price yang dihitung dengan membagi harga saham saat ini dengan Earning Per Share (EPS), EPS sendiri merupakan rasio yang menunjukan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham.
13 Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. EPS = Net Profit / Jumlah saham PER = Harga Saham / EPS PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali. Bagi para investor semakin kecil PER suatu saham semakin bagus karena saham tersebut termasuk murah. ¾ Book Value / Nilai Buku Nilai Buku adalah rasio price yang dihitung dengan membagi total aset bersih (Aset - Hutang) dengan total saham yang beredar. Book Value = Total Ekuitas (Aset - Hutang) / Jumlah Saham yang beredar Book Value digunakan untuk melihat harga suatu securitas apakah over priced atau underprice ¾ Price to Book Value (PBV) Price to book value atau PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin Tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV = Harga Saham / Book Value ¾ Current Ratio Current Ratio adalah rasio likuiditas yang dihitung dengan membagi aset saat ini dengan hutang saat ini. Current Ratio = Aset Saat Ini / Hutang Saat Ini
14 Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab hutang saat ini. Semakin tinggi rasionya, semakin tinggi likuiditas perusahaan
tersebut. Sebagai contoh, rasio 3.0 mempunyai arti bahwa aset saat
ini jika dilikuidasi, akan cukup membayar 3 kali dari hutang saat ini. ¾ Debt Ratio Debt rasio adalah rasio leverage yang dihitung dengan membagi total hutang dengan total aset. Debt Ratio = Total Utang / Total Aset Rasio ini mengukur seberapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang. Sebagai contoh, debt ratio 40% menunjukkan bahwa 40% dari aset dibiayai oleh hutang. Hutang bisa berarti buruk bisa juga berarti bagus. Selama ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, perusahaan yang memiliki debt rasio yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, sebaliknya juga selama ekonomi baik dan suku bunga rendah hutang dapat meningkatkan keuntungan. ¾ Inventory Turnover Inventory turnover adalah rasio efficiency yang dihitung dengan membagi biaya barang yang terjual dengan inventaris. Inventory Turnover = Biaya Barang Yang Terjual / Inventaris Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan mengatur inventarisnya, yaitu dengan menunjukkan berapa kali turn over inventaris selama satu tahun. Jenis
rasio ini sangat bergantung pada jenis industri dimana
perusahaan berada.
15 Sebagai contoh, toko penjual makanan akan mempunyai tingakt turn over yang jauh lebih tinggi daripada pabrik pembuat pesawat terbang. Sama seperti rasiorasio yang lain, adalah penting untuk membandingkan rasio ini dengan rasio dari perusahaan-perusahaan yang lain dalam industri yang sama. Setelah memperhitungkan kondisi ekonomi, industri, dan perusahaan. Seorang fundamental analis dapat mulai memperhitungkan apakah saham suatu perusahaan over valued, under valued, atau pas harganya. Beberapa model penilaian telah disusun untuk membantu kita menghitung nilai saham. Ini
menyertakan
model deviden yang menitik beratkan pada nilai saat ini dari pendapatan yang diharapkan, dan model aset yang menitik beratkan pada nilai saat ini dari aset perusahaan.
3.1.2
Technical Analysis (TA)
Analisa teknikal, merupakan sebuah metode yang paling dasar dalam investasi didunia pasar modal. Prinsipnya, analisa teknikal adalah kombinasi antara studi harga ( pembukaan, harga tertinggi / terendah, dan penutupan ) dengan menggunakan grafik-grafik ( charts ) yang terbentuk sebagai peta utama untuk menentukan langkah-langkah berikutnya. Analisa teknikal yang di gunakan saat ini mencakup prinsip-prinsip seperti trend harga, harga melakukan diskon pada semua informasi yang diketahui, konfirmasi dan penyimpangan ( divergence ), volume mencerminkan perubahan harga, dan dukungan tahanan ( support / resistance ).
16 Analisa teknikal pertama kali di temukan oleh Charles Dow, dan sumbangan Charles Dow dalam analisa teknikal yang digunakan saat ini tidak dapat diabaikan. Perhatiannya pada dasar-dasar gerakan harga menciptakan metode yang betul -betul baru dalam menganalisa pasar.
. Tabel 3.1 Tabel Perbandingan Kelemahan Analisa Fundamental dan Analisa Teknikal ( Hendra Syamsir, 2005, p3 ) • • • •
Analisa Fundamental Memakan banyak waktu Cenderung subjektif karena banyaknya asumsi yang digunakan Sulit berfungsi pada pasar yang tidak efisien Umumnya dilakukan untuk mendukung keputusan investasi Jangka Panjang
• •
Analisa Teknikal Melibatkan banyak orang dengan ekspektasi berbeda Membutuhkan banyak data time series
Dalam analisa teknikal kita akan perlu memahami beberapa istilah : 1. Suply dan Demand 2. Trend 3. Support dan Resistance 4. Overbought dan Oversold
17 3.2
Suply dan Demand Dalam pasar modal sebenarnya adalah perwujudan dari tawar menawar,
hanya saja barang yang diperjualbelikan adalah surat - surat berharga berupa saham, obligasi, waran, right dan lain sebagainya. Karena banyaknya pembeli dan penjual serta tingginya variasi ekspektasi antara investor satu dengan yang lainnya, maka mekanisme pasar modal diatur dengan menggunakan model lelang. Model lelang disusun berdasarkan logika penjual dan pembeli. Penjual sebagai pemilik barang jelas akan berupaya mendapatkan harga sebesar-besarnya, sedangkan pembeli ingin mendapatkan barang dengan harga semurah-murahnya. Untuk mengatur terjadinya transaksi atas penawaran-penawaran tersebut, maka dibuat suatu model lelang dengan cara mempertemukan harga penawaran yang terbaik untuk membeli maupun menjual. Analisa fundamental pada dasarnya dapat dikatakan sebuah analisa yang dilakukan untuk melakukan penilaian atas sebuah saham dengan menggunakan analisa yang meliputi :
Analisa perekonomian internasional
Analisa perekonomian nasional
Analisa industri
Analisa perusahaan
Sementara Analisa Teknikal
dapat dikatakan sebagai sebuah analisa tentang
pergerakan harga saham yang didasarkan dari pergerakan harga saham itu sendiri dimasa lalu.
18 Asumsi dasar dalam analisa teknikal adalah bahawa harga sangat ditentukan oleh keseimbangan antara supply dan demand. Dimana jika terjadi ekses supply (kelebihan supply atas demand ), maka harga akan jatuh dan demikian sebaliknya, jika terjadi ekses demand, maka harga akan naik. Tabel 3.2 Tabel Perbandingan Keunggulan Analisa Fundamental dan Analisa Teknikal ( Hendra Syamsir, 2005, p6 ) •
• •
Analisa Fundamental Bisa meramalkan harga dengan tepat (pada pasar yang sangat efisien atau setidaknya semi efisien) Mampu memberikan dasar yang logis dalam mengambil keputusan investasi Mampu memberikan gambaran yang sangat jelas tentang operasional perusahaan
• •
• •
Analisa Teknikal Waktu yang dibutuhkan sedikit Bisa mengakomodasi kebutuhan analisa yang sesuai dengan time horizon dari masing-masing investor Mampu memberikan gambaran psikologis pasar Memiliki daya fleksibilitas dalam analisa sesuai dengan periode waktu yang di inginkan.
Sebelum mengulas metoda yang digunakan dalam skripsi ini, sebelumnya sedikit mengulas sedikit mengenai dasar dari metoda tersebut. 3.3.
Trend Trend atau kecenderungan pergerakan dalam suatu arah harga adalah salah
satu terminologi terpenting dalam melakukan analisa teknikal, karena pada dasarnya analisa teknikal sendiri dikembangkan atas sebuah asumsi dasar, yaitu harga bergerak dalam sebuah kecenderungan (trend) itu sendiri.
19 Karena itu indikator - indikator yang terdapat dalam analisis teknikal modern atau pun candlestick sebenarnya hanyalah merupakan alat untuk terlebih
dulu
mendapatkan indikasi apakah trend harga itu akan muncul, berakhir, berlanjut atau berubah. Setelah menemukan indikasi awal mengenai arah pergerakan trend harga selanjutnya, investor dapat mengambil keputusan apakah
akan
melakukan
aksi
jual, beli, hold atau “do nothing “. Secara sederhana garis trend / trend line adalah sebuah garis yang menghubungkan sedikitnya dua titik harga atau lebih dan kemudian diperpanjang hingga beberapa periode kedepan. Garis trend akan tetap berlaku selama tidak terjadi penetrasi atau penembusan oleh pergerakan harga. Dalam hal ini, garis trend akan memiliki perilaku yang sama dengan garis support dan resistance. Secara garis besar, garis trend dapat dibagi menjadi tiga yaitu : a. Trend meningkat (up trend) Trend meningkat (up trend) adalah garis yang memiliki kemiringan positif. Dibentuk dari minimal dua titik harga terendah. Dengan catatan titik harga terendah kedua harus berada di atas titik terendah pertama. Kenaikan harga yang didukung oleh suatu pertumbuhan demand, menunjukan up trend yang terjadi. Up trend line akan tetap fasih selama harga yang terbentuk dipasar tetap berada diatas atau setara dengan uptrend line itu sendiri. Jika harga yang terbentuk dipasar mulai menembus uptrend line, maka dikatakan bahwa trend itu akan berakhir.
20 b. Trend menurun (down trend) Kebalikan dari uptrend, downtrend dibentuk dengan cara menghubungkan minimal dua titik harga tertinggi dan memiliki kemiringan negatif. c. Trend mendatar (horizontal trend) Dalam analisa teknikal garis uptrend berlaku sama seperti garis support dan down trend line berlaku seperti garis resistance, sedangkan garis horizontal trend akan berlaku sebagai garis support dan resistance sekaligus.
3.3.1 Validasi sebuah garis trend Sebuah garis trend dapat digambar dengan menghubungkan minimal dua buah titik harga (dua titik tertinggi untuk membuat down trend dan dua titik terendah untuk membuat up trend). Namun semakin banyak titik yang digunakan untuk membuat sebuah trend line, maka akan semakin tinggi pula tingkat validitas (kepercayaan) atas garis trend tersebut. Satu hal yang cukup penting kita ketahui adalah bahwa terkadang kita akan menemukan kesulitan untuk menemukan titik-titik harga yang kita perlukan untuk membuat sebuah garis trend. Jadi, meskipun garis trend adalah sebuah aspek yang cukup penting dalam melakukan analisa teknikal, namun kita tidak selalau dapat menggambarkannya, karena terkadang titik-titik tertinggi dan terendah yang kita perlukan untuk membuat garis trend tidak terletak dalam sebuah garis linear.
21 Konfirmasi juga memegang peranan yang sangat penting dalam melihat kekuatan validasi sebuah garis trend. Konfirmasi diperoleh ketika pergerakan harga meyentuh garis trend dan harga berikutnya tetap berada dalam arah pergerakan yang sama.
3.4
Support dan Resistance Support dan resistance adalah sebuah titik batas atas (resistance) dan batas
bawah (support ) dari pergerakan harga. Titik support adalah sebuah level (titik / tingkat / range) di mana pada titik / range / tingkat harga tersebut, akan timbul minat beli yang lebih kuat dari pada minat jual.
Kondisi ini akan mengakibatkan
terjadinya akses demand yang akan meningkatkan harga dipasar, sehingga menghentikan trend penurunan harga. Sebaliknya titik resistance merupakan batas atas / range / titik dimana pada titik / range / level tersebut akan timbul penguatan minat jual yang lebih
besar
dibandingkan dengan minat beli, yang secara otomatis akan mengakibatkan timbulnya excess supply. Kemunculan excess supply ini akan mengakibatkan turunnya harga saham. Contoh dalam satu bulan terakhir harga terendah (titik support) suatu saham adalah Rp 1000 perlembar saham, maka jika batas harga terendah ini tertembus, misal menjadi Rp 900, maka level Rp 1000 akan menjadi batas atas pergerakan harga saham (resistance). Jika dalam satu bulan terakhir tingkat resistance (batas atas pergerakan harga) berada dilevel Rp 3.000 per saham, maka jika pergerakan harga saham menembus batas atas tersebut (contoh Rp 3.200 per saham) , maka
22 level harga Rp 3.000 itu akan menjadi garis support bagi pergerakan harga saham yang baru. Biasanya garis support dan resistance dibentuk dari batasan tertinggi dan terendah dari range transaksi selama satu tahun terakhir, karena dianggap mempunyai tingkat validasi yang tinggi.
3.5
Overbought and Oversold Secara harafiah, overbought dapat diartikan sebagai kondisi jenuh beli,
sedangkan oversold dapat dikatakan sebagai kondisi jenuh jual. Kondisi jenuh beli muncul setelah terjadinya aksi beli selama beberapa waktu, sementara aksi jenuh jual terjadi setelah terjadinya aksi jual selama beberapa waktu. Dipasar, para pembeli memiliki batas harga tertinggi yang akan mereka bayar untuk memperoleh sebuah barang atau jasa, sedangkan penjual memiliki batas harga minimal yang mereka akan terima untuk menjual barang atau jasa mereka. Mekanisme Overbought dan Oversold juga bekerja dengan cara yang sama. Titik Overbought adalah titik dimana harga telah mencapai level tertinggi yang dapat diterima oleh pembeli, karena itu untuk melakukan transaksi berikutnya
mau
tidak mau penjual harus menurunkan harga jualnya. Pembentukan titik harga tertinggi yang dapat diterima oleh pembeli ini dapat didasarkan atas berbagai macam pertimbangan, yaitu dapat berupa target keuntungan maksimum jangka pendek, atau dapat pula berupa batas harga teoritis maksimum yang biasanya didasarkan atas beberapa variable seperti Price per Earning Ratio, Growth Rate, PBV, dan lain lain.
23 Setelah harga mencapai harga maksimum yang dapat diterima oleh pembeli, maka kenaikan harga akan berhenti dan kemungkinan besar akan mengalami perubahan arah
(Trend Reversal ). Penurunan harga ini sebagian besar diakibatkan
oleh aksi jual yang dilakukan oleh investor guna memanen keuntungan. Kondisi Oversold dapat pula diterangkan dengan menggunakan kurva demand dan supply yang cukup sederhana. Apabila pemunculan kondisi Overbought diawali dengan aksi beli selama beberapa waktu, maka kondisi Oversold akan didahului dengan aksi jual yang terjadi selama beberapa waktu. Kondisi Oversold terjadi jika harga telah menyentuh level harga terendah yang dapat diterima oleh penjual, oleh karena itu untuk setiap unit tambahan yang diinginkan oleh pembeli, maka pembeli harus membayar lebih mahal. Dalam analisa teknikal modern, ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menghitung momentum Overbought dan Oversold ini, antara lain Relatif Strength Index (RSI), Stoch RSI, Moving Average Convergence Divergence, Williams %R dan lain lain. Biasanya alat-alat analisis tersebut memiliki batasan-batasan overbought dan oversold yang telah baku. Dalam alat analisis ini pergerakan harga saham akan dikoversikan dalam satuan RSI dengan nilai skala 1 – 100.
3.6
Stochastic Oscillator Stochastic Oscillator adalah sebuah alat analisis yang pertama kali
dikembangkan oleh George C Lane pada akhir 1950-an. Alat analisis ini merupakan
24 salah satu momentum oscillator yang menunjukan posisi closing saat ini (current) secara relative terhadap range transaksi dalam suatu periode tertentu. Closing level yang konsisten berada pada kondisi puncak (peak) merupakan indikasi terjadinya accumulation (buying pressure). Sebaliknya, closing level yang konsisten berada pada bottom, mengindikasikan terjadinya distribution
(selling
pressure). Analisis Stochastic Oscillator terdiri dari dua buah garis, yaitu garis %K dan garis %D. %K adalah garis yang menggambarkan posisi relative, serta harga closing terhadap range harga tertinggi dan terendah dalam periode pengamatan. Sedangkan %D merupakan trigger line yang tidak lain merupakan rata-rata bergerak sederhana (simple moving average) dari %K (garis %D adalah garis yang dibuat untuk mengidentifikasikan arah pergerakan dari garis %K). Nilai maksimal %D dan %K pada Stochastic Oscillator adalah 100, sementara nilai minimalnya 0. Fungsi utama dari Stochastic Oscillator adalah untuk mengidentifikasi kondisi Overbought dan Oversold. Nilai %K dari Stochastic Oscillator dapat dihitung menggunakan formulasi dibawah ini : %K = 100 x ( Recentclose – LowestLow(n) ) HighestHigh(n) – Lowestlow(n) (n) = Jumlahperiode
%K yang dihitung menggunakan periode 14 hari disebut (14 period Stochastic Oscillator) dan dihitung menggunakan harga closing terbaru, yaitu harga tertinggi dan harga terendah dalam periode 14 hari sebelumnya.
25 Pemilihan jumlah periode untuk %K sendiri akan sangat bervariasi dari satu pengguna ke pengguna lainnya, atau dari satu saham ke saham lainnya, karena ini akan tergantung pada tingkat volatilitas dari saham yang bersangkutan . Periode simple moving average yang sering digunakan dalam pembentukan garis %D dalam analisis Stochastic Oscillator adalah tiga periode. Pemilihan periode ini tidak mutlat dan bisa diubah sesuai dengan sifat pergerakan harga dari saham yang dianalisa. Fungsi dari garis %D dalam analisis Stochastic Oscillator adalah untuk melihat trend yang terjadi pada %K, karena itu garis %D sering pula dinamakan sebagai garis pemicu / trigger line. ( Hendra Syamsir, 2005, p 343-352 )
3.6.1
Menghitung %K Dalam formulasi jelas variable utama yang dapat memepengaruhi besarnya
nilai %K adalah posisi harga closing terhadap harga tertinggi dan terendah periode pengamatan. Semakin dekat posisi harga closing dengan harga
dalam high
tertinggi, akan semakin besar pula nilai %K, dan sebaliknya, semkin dekat posisi harga closing dengan harga low terendah maka akan semakin kecil pula nilai garis %K.
26 Tabel 3.3 Tabel Perhitungan Nilai %K
Date
High
Low
Closing
Volume
12/12/2000
13350
12250
12350
2304000
12/13/2000
13150
12250
13100
2586000
12/14/2000
13450
12850
12900
1962500
12/15/2000
14000
12900
13950
3931500
12/18/2000
14150
13350
13750
1296500
12/19/2000
13900
13550
13600
743000
12/20/2000
13750
12950
13100
1260000
12/21/2000
13400
13000
13350
1271000
12/22/2000
13650
13000
13000
1447000
1/2/2001
13150
13000
13100
608000
1/3/2001
13750
12950
13750
1185500
1/4/2001
13950
13450
13500
1109000
1/5/2001
13900
13500
13800
1547500
1/8/2001
13850
13600
14150
889500
High tertinggi
Low terendah
Closing
Stochastic
14150
12250
14150
%K
100
Perhatikan table diatas. Pada table tersebut kita dapat melihat dengan jelas bahwa selama 14 hari periode pengamatan. Maka nilai harga high tertinggi adalah Rp 14.150,- (tanggal 12/18/2000) dan harga terendahnya Rp 12.250,- (tanggal 12/12/2000) dan 12/13/2000. Pada table diatas harga closing berada pada level yang sama dengan harga high tertinggi, yaitu Rp 14.150,-. Dengan demikian maka nilai %K akan sama dengan: %K = (14150 – 12250) x 100 = 100 (14150 – 12250)
27 Tabel 3.4 Tabel Perhitungan Nilai %K dan %D
Date
Open
High
Low
Closing
Volume
High tertinggi
Low terendah
Closing
Stochastic %K
12/12/2000
13000
13350
12250
12350
2304000
12/13/2000
12350
13150
12250
13100
2586000
12/14/2000
13100
13450
12850
12900
1962500
12/15/2000
12900
14000
12900
13950
3931500
12/18/2000
14000
14150
13350
13750
1296500
12/19/2000
13750
13900
13550
13600
743000
12/20/2000
13750
13750
12950
13100
1260000
12/21/2000
13050
13400
13000
13350
1271000
12/22/2000
13400
13650
13000
13000
1447000
1/2/2001
13000
13150
13000
13100
608000
1/3/2001
13100
13750
12950
13750
1185500
1/4/2001
13900
13950
13450
13500
1109000
1/5/2001
13500
13900
13500
13800
1547500
%D
1/8/2001
13800
13850
13600
13700
889500
14150
12250
13700
76.32
1/9/2001
13700
13700
13550
13600
395000
14150
12250
13600
71.05
1/10/2001
13600
13600
13500
13500
250500
14150
12850
13500
50
65.79
1/11/2001
13500
13500
13300
13300
378500
14150
12900
13300
32
51.02
1/12/2001
13250
13250
13150
13150
903500
14150
12950
13150
16.67
32.89
1/15/2001
13200
13200
13300
13300
604500
13950
12950
13300
35
27.89
1/16/2001
13450
13450
13500
13500
1249000
13950
12950
13500
55
35.56
1/17/2001
13700
13700
13900
13900
2682000
13950
12950
13900
95
61.67
3.6.2
Menghitung %D %D (trigger line) sebenarnya adalah Simple Moving Average 3 periode dari
%K. Dengan demikian maka perhitungannya sama saja dengan metode penghitungan simple moving average, tetapi basis data yang digunakan
adalah
%K. Pada table di bawah ini kita dapat melihat proses perhitungan garis %D. Penghitungan %D (Periode = 3) Pemilihan periode yang pendek (3 periode) untuk membentuk garis %D dilatar belakangi dengan tujuan meningkatkan sensitivitas alat analisis. Namun jika saham yang kita amati memiliki volatilitas yang sangat tinggi, maka tentu saja kita
28 dapat menggunakan periode MA yang lebih panjang agar terhindar dari
kesalahan
analisis.
3.7
Slow, Fast dan Full Stochastic Oscilator
3.7.1
Slow dan Fast Stochastic Oscilator Salah satu keunggulan stochastic dibandingkan dengan indikator momentum
lainnya adalah tingginya sensitivitas yang dimiliki oleh alat analisis ini. Namun semakin tinggi sensitivitas sebuah alat analisis, maka akan semakin
tinggi
pula
kemungkinan alat analisis tersebut memberikan sinyal palsu. Karea itu sebelum membahas lebih jauh tentang cara membaca informasi yang dihasilkan oleh Stochastic Oscillator, maka akan diperkenalkan terlebih dahulu teknik yang lazim digunakan untuk memperkecil peluang timbulnya sinyal palsu dalam analisis Stichastic Oscillator. Dalam praktiknya ada tiga jenis Stochastic Oscillator, yaitu; 1. Fast Stochastic Oscillator 2. Slow Stochastic Oscillator 3. Full Stochastic Oscillator Fast Stochastic Oscillator sebenarnya hanyalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penghitungan
Stochastic
formulasi standar yang telah dibahas diatas.
Oscillator
dengan
menggunakan
29 Slow Stochastic Oscillator adalah Stochastic Oscillator yang dihitung dengan cara memuluskan Fast Stochastic Oscillator (menggunakan moving average). Periode pemulusan yang diterapkan pada Fast Stochastic Oscillator untuk memperoleh Slow Stochastic Oscillator adalah 3 (fixed / tidak boleh dirubah). Sedangkan %D Slow dihitung dengan cara menerapkan Simple Moving Average 3 periode atas %K Slow.
3.7.2
Full Stochastic Oscilator Full stochastic Oscillator disusun atas tiga parameter. Parameter yang
pertama digunakan untuk menggambarkan periode yang digunakan untuk membentuk garis %K Fast , parameter kedua digunakan untuk memuluskan garis %K Fast menjadi %K Full dan parameter terakhir digunakan untuk mengukur %D Full. Sama seperti Slow, Full stochastic oscillator adalah pemulusan dari Fast stochastic oscillator hanya saja periodenya bebas.
3.8
Aturan-aturan umum dalam analisis Stochastic Informasi yang diberikan oleh Stochastic Oscillator ini, pada dasarnya
memiliki banyak kemiripan dengan indicator Relative Strength Index (RSI), yaitu indikasi terjadinya overbought dan oversold dan positive/negative divergence. Namun Stochastic Oscillator memilikie beberapa keunnggulan, antara lain sensitivitas yang lebih tinggi dan informasi arah trend melalui crossover antara garis %K dan %D.
30 3.8.1
Informasi Overbought dan Oversold Secara teoritis, titik Oversold dalam analisis Stochastic akan berada pada
level 20 sedangkan titik Overbought akan terjadi pada level 80 (namun harap diingat bahwa titik-titik tersebut tidak selalu menjadi batasan Overbought dan Oversold suatu saham).
3.8.2
Crossover Kondisi crossover pada analisis Stochastic Oscillator adalah jika terjadi
perpotongan antara garis %K dan %D. Jika garis %K memotong garis %D dari bawah, hal ini mengindikasikan kondisi bullish. Jika garis %K memotong garis %D dari atas, maka hal ini akan mengindikasikan terjadinya bearish trend. Perbedaan antara informasi yang dihasilkan kondisi Oversold dan overbought dengan informasi yang dihasilkan melalui kondisi crossover pada Stochastic Oscillator terletak dari panjangnnya trend yang dikonfirmasikan. Informasi yang dihasilkan oleh kondisi overbought dan oversold lebih mencerminkan trend jangka panjang, sementara kondisi bullishdan bearish crossover memberikan arah pergerakan trend jangka pendek. Dengan adanya informasi bullish atau pun bearish crossover ini, kita masih dapat mengambil keuntungan dengan memanfaatkan fluktuasi-fluktuasi dalam sebuah trend jangka panjang. Selain itu, jika Stochastic Oscillator berada dalam kondisi “indecision” (wilayah dimana tidak terdapat keputusan) yaitu pada saat indikator Stochastic tidak
31 berada dalam wilayah overbought atau oversold, maka dengan menggunakan informasi bullish atau bearish crossover kita masih dapat mengambil keputusan. ( Hendra Syamsir, 2005, p349-370 ).