BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat spiritualitas dan stres pada lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan. Dengan variabel yang diteliti adalah tingkat spiritualitas dengan unsur yang dinilai yaitu hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam atau lingkungan, hubungan dengan Tuhan dan tingkat stres unsur yang dinilai adalah respon fisik dan respon psikologis. Skema 3.1. Kerangka konseptual tingkat spiritual dan stres pada lansia
j Tingkat o spiritualitas
Tingkat stress
β’ β’
β’ β’
Tinggi Rendah
Berat Ringan
30 Universitas Sumatera Utara
3.2 Definisi Operasional Table 3.2 Definisi Operasional tingkat spiritualitas dan stres pada lansia No Variabel
Hasil ukur
1
Defenisi Alat ukur operasional Tingkat Suatu Kuesioner spiritualitas keyakinan yang dimiliki seseorang atau individu dalam hubungannya dengan diri sendiri, hubungannya dengan orang lain, hubungannya dengan alam atau lingkungan dan hubungannya dengan Tuhan
Tinggi (11- Ordinal
Tingkat stress
Berat (20- Ordinal 49) Ringan (50-80)
2
Penilaian Kuesioner terhadap kondisi psikologis yang menghampiri dan dirasakan individu melalui pengalaman fisik/biologis, psikologis, dan sosial.
Skala
20) Rendah (010)
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat spiritualitas dan stress di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan. 4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi Penelitian Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan yang berjumlah 80 orang. 4.2.2 Sampel Penelitian Sampel adalah sebagaian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu pengumpulan sampel dengan berdasarkan jumlah populasi yang didasarkan atas pertimbangan dan karakteristik yang dikehendaki peneliti. Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah: a.
Tidak sedang dalam kondisi sakit
b.
Dapat berkomunikasi dengan baik
c.
Orientasi orang, tempat dan waktu baik
32 Universitas Sumatera Utara
Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan yaitu 30 orang. Jumlah tersebut diperoleh setelah melakukan survei awal. 4.3 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan. Lokasi ini dipilih karena wilayah penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti dan belum ada peneliti yang melakukan penelitian tentang tingkat spiritualitas dan stress di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan sehingga peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian. Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober-Mei 2017. 4.4 Pertimbangan Etik Penelitian Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari institusi Fakultas Keperawatan dan persetujuan dari Direksi Graha Resident Senior Karya Kasih Medan. selanjutnya peneliti melakukan beberapa langkah-langkah penelitian mulai dari pertimbangan etik penelitian yang meliputi: persetujuan dari responden penelitian (informed consent), lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan disertai judul penelitian. Sebelum menyerahkan informed consent (lembar persetujuan sebagai responden), peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada calon responden. Apabila responden tidak bersedia menjadi responden maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghargai hak-hak responden. Bagi responden yang bersedia untuk diteliti, peneliti menyerahkan
Universitas Sumatera Utara
informed consent untuk ditandatangani sebagai bukti kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan rahasia (anonymity), dan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka saat penelitian ini, peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode penelitian (confidentiality), kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti sebagai kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Penelitian ini tidak menyakiti aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual dari responden. 4.5 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada landasan teori dari variabel penelitian. Instrumen penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: (1) Kuesioner tentang data demografi responden meliputi: inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan. (2) Kuesioner spiritual diidentifikasi berdasarkan karakteristik spiritualitas yaitu hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam atau lingkungan dan hubungan dengan Tuhan menggunakan pertanyaan yang memberikan gambaran spiritualitas responden. Kuesioner ini terdiri dari 20 butir pernyataan yang disusun sendiri oleh peneliti yang sesuai dengan kebutuhan penelitian
yang
menggunakan
jenis
kuesionerskala
Guttman.Kuesioner
spiritualitas terdiri dari 20 pernyataan yang terbagi atas pernyataan hubungan dengan diri sendiri sebanyak 5 butir yang terdapat pada kuesioner nomor 1, 2, 3, 4, 5, pernyataan hubungan dengan orang lain sebanyak 5 butir yang terdapat pada
Universitas Sumatera Utara
nomor 6, 7, 8, 9, 10, pernyataan hubungan dengan alam sebanyak 5 butir yang terdapat pada nomor 11, 12, 13, 14, 15, pernyataan hubungan dengan Tuhan sebanyak 5 butir yang terdapat pada nomor 16, 17, 18, 19, 20 dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak. Skor tertinggi pada skala ini adalah 1 dan skor terendah adalah 0. Seluruh kuesioner dalam penelitian ini adalah pernyataa positif. Spiritualitas pada lansia tersebut akan dikategorikan berdasarkan rumus statistika yaitu:
i=
ππππππππππππππ
ππππππππππππ ππππππππππ
dimana i merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah). Dari hasil skoring spiritualitas nilai tertinggi 20 dan terendah 0, maka rentang kelas adalah 20 dengan 2 kategori banyak kelas, sehingga diperoleh panjang kelas sebesar 10. Data untuk kuesioner spiritualitas dikategorikan sebagai berikut: 10-20 adalah spiritualitas yang tinggi dan 0-10 adalah spiritualitas yang rendah. (3) Kuesioner stress diidentifikasi berdasarkan unsur fisik dan psikologis. Kuesioner stres yang digunakan merupakan kuesioner dengan skala likert yang sudah dimodifikasi dari alat ukur Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) yang dikembangkan oleh Lovibond & Lovibond (1995). DASS 42 adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional dari 3 sub yaitu depresi, kecemasan dan stres, di mana masing-masing sub terdiri dari 14 pernyataan. Instrumen stres dari DASS 42 kemudian dimodifikasi menjadi 20 pernyataan yang terdiri dari 2 subvariabel yaitu fisik 4 pernyataan, emosional/psikologis 14 pernyataan. Tingkat stres pada instrumen ini berupa berat
Universitas Sumatera Utara
dan ringan. Peneliti menggunakan skala Likert untuk mengukur pernyataan negatif dengan nilai skor yaitu jika jawaban βtidak pernahβ bernilai 4, βkadangkadangβ bernilai 3, βseringβ bernilai 2, dan βselaluβ bernilai 1. Total skor diperoleh terendah 20 dan yang tertinggi 80. Berdasarkan rumus statistik menurut Riduwan (2005), p= rentang kelas/banyak kelas Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 60 dan 2 kategori kelas untuk mengukur tingkat stres yang berat dan ringan maka diperoleh panjang kelas 30. Menggunakan P = 30 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka komponen ini dapat dikategorikan sebagai berikut: 20 β 49 = ringan 50 β 80 = berat 4.6 Validitas dan Reabilitas 4.6.1 Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006). Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan memenuhi unsur penting dengan menentukan validitas pengukuran instrumen yaitu: relevansi isi, instrumen disesuaikan dengan tujuan penelitian agar dapat mengukur objek dengan jelas. Pada penelitian ini akan dilakukan penyesuaian instrumen penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu relevan pada sasaran subjek dan cara pengukuran melalui instrumen yang disusun sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan tinjauan pustaka. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yang akan dilakukan uji validasi oleh 1 orang Dosen Fakultas Keperawatan yang berkompetensi dibidang spiritualitas dan stress dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan oleh beliau, kuesioner dalam penelitian ini dinyatakan valid. 4.6.2 Reliabilitas Sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melaksanakan penelitian, dilakukan suatu uji tentang kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan dengan orang yang berbeda atau waktu yang berbeda (Setiadi, 2012). Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau alat ukur secara konsisten objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasi yang relative sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama. Uji reliabilitas dilakukan pada tanggal 24 April-26 April 2017 di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan terhadap 10 orang responden yang memenuhi kriteria. Uji reliabilitas dilakukan dengan komputerisasi untuk analisa Cronbachβs alpha dan KR 21, dengan hasil koefisien reliabilitas tingkat spiritualitas sebesar 0,80 (lampiran 8) dan reliabilitas tingkat stress sebesar 0,60 (lampiran 8). Sesuai dengan pendapat Riduan (2005) suatu instrumen dikatan reliabel apabila koefisiennya bernilai lebih besar dari 0,60. 4.7 Pengumpulan Data
Universitas Sumatera Utara
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapatkan surat rekomendasi kemudian peneliti meminta ijin ke pengelola Graha Resident Senior Karya Kasih Medan. Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan cara pengisian kuesioner. Kemudian bagi calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani inform consent. Peneliti
membacakan isi kuesioner
kepada responden yang tidak bisa membaca, kemudian responden menjawab sesuai dengan keadaan yang dialaminya saat itu selanjutnya peneliti menandai jawaban yang diberikan responden di lembar kuesioner. Serta memberikan kuesioner secara langsung kepeda responden yang mampu membaca dan didampingi oleh peneliti. Dalam penelitian ini ada beberapa sampel yang tidak bersedia menjadi responden. Maka peneliti membatalkan responden tersebut dengan mengganti responden yang lain yang bersedia. Setelah pengisian kuesioner selesai, peneliti memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang lengkap, dapat langsung dilengkapi, selanjutnya data yang sudah terkumpul akan dianalisa. 4.8 Analisa Data Dari semua data yang terkumpul, analisa data dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek nomor
Universitas Sumatera Utara
responden dan kelengkapannya serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam program komputer, tahap keempat adalah melalukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Langkah selanjutnya pengolahan data statistik deskriptif, data demografi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat bagaimana tingkat spiritualitas dan stress di Graha Senior Karya Kasih Medan. 4.8.1.Analisa Univariat Analisa univariat atau analisa deskriptif bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan variabel penelitian. Analisa ini akan menyajikan karakteristik responden, hasil kuesioner mekanisme koping dari lansia di Graha Residsent Senior Karya Kasih Medan. Pada analisa univariat ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari variabel, yang dihitung dengan rumus : P=
πΉπΉ
ππ
Γ 100%
Keterangan : P = persentase
F = frekuensi data N = Jumlah responden
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Bab ini menguraikan tentang Tingkat Spiritualitas dan Stres Pada Lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan, diperoleh melalui pengumpulan data pada tanggal 02 Mei-30 Mei 2016. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang tingkat spiritualitas dan menggambarkan tentang tingkat stress lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan berdasarkan tiga kategori. 5.1.1 Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan terhadap responden sebanyak 30 orang responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, status perkawinan dan pekerjaan. Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah usia
40 Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Distribusi dan Karakteristik Responden (n=30) Karakteristik Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Frekuensi(n)
Persentasi(%)
12 18
40 60
18
60
9
30
3
10
Agama Islam Protestan Budha Katolik
7 8 9 6
23 27 30 20
Suku Bangsa Jawa Batak Minang Tionghoa
3 8 1 18
10 27 3 60
P. Terakhir SD SMP SMA Perguruan Tinggi
8 8 12 2
27 27 407
Status Pernikahan Menikah Janda atau Duda Tidak menikah
9 7 14
30 23 48
P. Sebelumnya Tidak bekerja Pensiunan Buruh/petani Wiraswasta Ibu rumah tangga
3 1 2 21 3
10 3 7 70 10
Umur Lanjut usia (6074) Lanjut usia tua (75-90) Lanjut usia sangat tua (>90)
Universitas Sumatera Utara
5.1.2 Gambaran Tingkat Spiritualitas Lansia Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan tingkat spiritual pada lansia dalam kategori tinggi sebanyak 29 orang (97%). Untuk lebih data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Spiritualitas Lansia (n=30) Pernyataan Tingkat Spiritualitas Tinggi (11-20) Rendah (0-10)
Frekuensi (n)
Persentasi (%)
29 1
97 3
5.1.3 Gambaran Tingkat Spiritualitas Lansia Berdasarkan Karakteristik Spiritual Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat spiritual berdasarkan karakteristik spiritual dalam hubungannya dengan Tuhan sebanyak 24 responden (80%) dalam kategori tinggi, berdasarkan karakteristik spiritual dalam hubungannya dengan diri sendiri sebanyak 23 responden (76%), berdasarkan karakteristik spiritual dalam hubungannya dengan orang lain sebanyak 26 responden (67%) dalam kategori tinggi dan berdasarkan karakteristik spiritual dalam hubungannnya dengan lingkungan sebanyak 26 responden (67%) dalam kategori tinggi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Spiritualitas Lansia berdasarkan karakteristik spiritualitas (n=30) Karakteristik Hubungan dengan Tuhan Tinggi Rendah Hubungan dengan diri sendiri Tinggi Rendah Hubungan dengan orang lain Tinggi Rendah Hubungan dengan lingkungan Tinggi Rendah
Frekuensi (n)
Persentasi (%)
24 6
80 20
23 7
76 23
26 4
67 11
4
67 11
26
5.1.3.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Tuhan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 29 responden (97%) lansia menyatakan beribadah (berdoa, sembahyang/meditasi) untuk mendekatkan diri dengan Tuhan yang Maha Kuasa selama mereka tinggal di Panti, sebanyak 28 responden (93%) yakin dan percaya bahwa Tuhan akan membrikan mereka kesembuhan ketika mereka sakit, sebanyak 26 responden (87%) mengatakan dikunjungi oleh ahli agama selama tinggal dipanti.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Tuhan Pernyataan pasien selama di panti n (%) Saya berdoa/sembahyang/meditasi untuk 29 (97) mendekatkan diri kepada Tuhan.
Frekuensi (Persentasi) Ya Tidak n (%) 1 (3)
Saya mengikuti kegiatan ibadah agama .
26 (87)
4 (13)
Saya dikunjungi oleh rohaniawan
26 (87)
4 (13)
Saya merasa bahwa ketika saya sakit saya berobat dan percaya kepada Tuhan akan memberikan kesembuhan.
28 (93)
2 (7)
Saya membaca majalah buku agama.
11 (37)
19 (63)
5.1.3.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Diri Sendiri Hasil penelitian terhadap hubungan dengan diri sendiri didapati bahwa sebanyak 28 (93%) lansia menyatakan mampu menerima seluruh situasi hidup mereka, dan sebanyak 28 responden (93%) menyatakan dapat menerima perubahan-perubahan dalam hidup mereka. Sebanyak 21 responden (70%) menyatakan dapat menemukan arti dan tujuan hidup mereka.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Diri Sendiri Pernyataan kondisi pasien selama di panti
Frekuensi(Persentasi) Ya Tidak n (%) n (%)
Saya mampu menerima seluruh situasi hidup saya
28 (93)
2 (7)
Saya dapat menerima perubahan hidup saya
28 (93)
2 (7)
Saya dapat menemukan erti dan tujuan hidup saya
21 (70)
9 (30)
Saya mempunyai peranan penting dalam keluarga
19 (63)
11 (37)
Saya percaya dan menyakini bahwa hari tua menjadi hari bahagia
19 (63)
11 (37)
5.1.3.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Orang Lain Hasil penelitian berdasarkan hubungan dengan orang lain menunjukkan bahwa 27 responden (90%) mengatakan senang ketika keluarga datang menjenguk mereka, 26 (87%) responden mengatakan menerima dukungan dan pendampingan dari keluarga ketika mereka sakit, sebanyak 26 responden (87%) mengatakan berebagi dengan orang lain yang disekitar panti.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Orang Lain Pernyataan pasien selamat tinggal di panti Saya dapat bergaul dengan orang lain di panti Saya senang keluarga menjenguk
Frekuensi (Persentasi) Ya Tidak n (%) n (%) 24 (80) 6 (20)
ketika datang
27 (90)
3 (10)
Saya menerima dukungan dan pendampingan dari keluarga ketika sakit
26 (87)
4 (13)
Saya lain
25 (83)
5 (16)
memaafkan
orang
Saya berbagi dengan orang lain yang ada disekitar panti
26 (87)4 (13)
5.1.3.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Lingkungan Berdasarka hasil penelitian menunjukkan bahwa 27 responden (90%) sering menikmati udara sekitar panti di pagi hari dan 27 responden (90%) mengatakan merasa nyaman dengan lingkungan panti. Ssebanyak 19 responden (63%) mengatakan seringpergi rekreasi bersama teman lansia di panti dan 17 responden (57%) mengatakan sering jalan-jalan sore hari disekitar panti.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Lingkungan Pernyataan pasien selama di panti
Frekuensi (Persentasi) Ya Tidak n (%) n (%)
Saya bercocok tanam selama dirawat di panti.
1 (3)
29 (97)
Saya merasa nyaman dengan lingkungan panti.
27 (90)
3 (10)
Saya sering pergi rekreasi bersama lansia panti.
19 (63)
11 (37)
Saya menikmati udara disekitar panti di pagi hari.
27 (90)
3 (10)
Saya sering jalan-jalan sore hari disekitar panti
17(57)
13 (43)
5.1.4 Gambaran Tingkat Stres Lansia Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan tingkat stres pada lansia dalam kategori ringan sebanyak 30 orang (100%) (tabel 8). Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Stres Lansia (n=30) Pernyataan
Frekuensi (n)
Persentasi (%)
Tingkat stress Ringan (50-80) Berat (20-49)
30 0
100 0
Universitas Sumatera Utara
5.1.4.1 Gambaran Tingkat Stres Pada Lansia Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang tinggal di panti mengatakan bahwa tidak pernah bereaksi berlebihan terhadap situasi misalnmya berbicara lebih cepat yaitu sebanyak 25 responden (83), sebanyak 17 responden (57) mengatakan kadang-kadang mudah merasa tersinggung, sebanyak 6 responden (20) sering mengatakan bahwa jika mereka sedih, mereka tidak bisa dihibur oleh siapapun dan sebanyak 5 responden (17) selalu mengatakan mereka sering merasa kesepian. Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Stres Lansia (n=30) Pernyataan pasien selama di panti Saya mudah kelelahan
merasa
Frekuensi (Persentasi) TP KK SR SL n (%) n(%) n (%) n (%) 21 (70) 5 (17) 4 (13) 0
Detak jantung saya meningkat setelah beraktivitas
23 (77) 5 (17) 1 (3) 1 (3)
Saya cenderung bereaksi berlebihan
25 (83) 4 (13) 1 (3) 0
Saya merasa telah banyak menghabiskan energi
20 (67) 9 (30) 1 (3) 0
Saya merasa terganggu oleh masa lalu yang buruk
22 (73) 6 (20) 2 (7)
Saya menjadi marah karena hal-hal kecil atau sepele
12 (40) 15 (50) 2(7) 1 (3)
Saya santai
18 (60) 10 (33) 2 (7) 0
sulit
untuk
Saya mudah tersinggung
0
11 (37) 17 (57) 1(3) 1 (3)
Universitas Sumatera Utara
Saya sulit untuk menenangkan pikiran
20 (67) 8 (27)
2 (7) 0
Saya merasa ketakutan tanpa alasan yang jelas
22 (73) 7 (23)
1 (3) 0
Saya merasa kesepian selama saya tinggal di panti
12(40) 10 (33) 3 (10)5(17)
Saya mudah gelisah
18 (60) 10 (33) 1 (3) 1(3)
Saya merasa sulit untuk beristirahat malam
17 (57) 8 (27)
5 (27) 0
Saya merasa hidup saya tidak berarti lagi
23 (77) 3 (10)
4 (13) 0
Saya merasa mudah marah
14 (47) 13 (43) 2(7) 1 (3)
Jika saya merasa tertekan, dan tidak melakukan kegiatan
18(60) 11(37) 1(3) 0
Saya tidak sabar ketika menunggu
23 (77) 5 (17) 2 (7) 0
Saya kehilangan beraktifitas
20 (67) 8 (27) 2 (7) 0
minat
Saya mudah menangis
21 (70) 3 (10) 5(17) 1 (3)
Jika saya merasa sedih sulit dihibur
7 (23) 16 (53) 6 (20) 1 (3)
Universitas Sumatera Utara
2.
Pembahasan
Hasil dari penelitian yang di peroleh, pembahasaan akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang tingkat spiritualitas dan stress di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan. 5.2.1 Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Tingkat Spiritual Lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan Hasil pengolahan data didapat bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan termasuk dalam kategori tinggi dengan frekuensi 29 orang dengan persentase (97 %). Hal ini disebabkan karena mayoritas responden berada pada rentang usia 60-74 tahun sebanyak 18 orang (60 %) dan pada rentang usia 75-89 tahun sebanyak 9 0rang (30 %). Spiritual adalah komponen yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan bagi kaum lanjut usia dan akan menjadi lebih penting ketika seseorang semakin tua (Frederick, 2013). Perawatan di usia senja menekankan aspek perawatan spiritual dan fisik. Banyak orang yang menderita penyakit di usia senja menimba kekuatan dan kepercayaan keagamaan dan spiritual mereka (Mueller et al, 2001). Sehingga lansia berusaha untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya untuk mendapatkan kekuatan dan pengharapan dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Astaria (2010) tantang gambaran pemenuhan kebutuhan spiritual pada lansia di kelurahan tanjung Gusta kecamatan Medan Helvetia termasuk dalam kategori cukup baik dengan frekuensi 19 (61,3%) yang disebabkan mayoritas responden (61%) berada pada rentang usia 60-69 tahun dan
Universitas Sumatera Utara
pada usia tersebut sudah mengalami penurunan kemampuan untuk hidup secara produktif disertai keterbatasan secara fisik dan keadaan yang mereka yang hidup sendiri. Berdasarkan data demografi responden jumlah responden perempuan lebih banyak di bandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Hal ini menujukkan bahwa umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan umur harapan hidup laki-laki (Kemenkes, 2013). Apabila di hubungkan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual lansia, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual responden perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual laki-laki. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Gupta & Chadha, 2013) yang menyatakan bahwa adanya perbedaaan yang signifikan antara penglaman spiritual perempuan dibandingkan dengan pengalaman spiritual laki-laki. Perempuan telah terbina dengan etika kepedulian rasa percaya terhadap rahmat dan kasih tanpa pamrih terhadap orang lain. Kerendahan hati dan kepatuhan dalam perawatan lebih tinggi pada perempuan dalam masyarakat. Sehingga menyebabkan perempuan memiliki pengalaman yang lebih sering merasa bersyukur atas berkat seseorang merasa peduli tanpa pamrih untuk orang lain dan menerima orang lain bahkan ketika melakukan sebuah kesalahan. Menurut Asumsi Peneliti, pemenuhan kebutuhan spiritual dengan kategori tinggi mencapai (97%) kemungkinan dapat dipengaruhi oleh karakteristik responden yang terkait dengan frekuensi responden berdoa/sembahyang/meditasi
Universitas Sumatera Utara
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan merasakan bahwa ketika sakit, mereka percaya kepada Tuhan akan memberikan kesembuhan. Pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam hubungannya dengan Tuhan di panti tersebut termasuk dalam kategori tinggi karena lansia berusaha memenuhi kebutuhan spiritualnya sendiri untuk mempertahankan tingkat spiritual mereka. Berdasarkan karakteristik dalam
hubungan dengan diri sendiri juga
menunjukkan bahwa tinggat spiritualitas tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien mampu menerima seluruh situasi hidup klien yaitu sebanyak 28 responden (93%) dank lien dapat menerima perubahan dalam hidup klien sebanyak 28 responden (93%). Berdasarkan karakteristik dalam hubungan dengan orang lain menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden (90%) klien senang ketika keluarga datang menjenguk mereka dan sebanyak 26 responden (87%) mengatakan bahwa menerima dukungan dan pendampingan dari keluarga. Berdasarkan karakteristik dalam hubungan dengan lingkungan menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden (90%) mengatakan nyaman dengan lingkungan panti dan sebanyak 27 responden (90%) mengatakan dapat menikmati udara disekitar panti dipagi hari. Berdasarkan dimensi spiritualitas yaitu karakteritik spiritualitas hubungan dengan Tuhan, karakteristik hubungan dengan diri sendiri, karakteristik hubungan dengan orang lain dan karakteristik hubungan dengan lingkungan menunjukkan bahwa tingkat spiritualitas di Graha Resident Senior Karya Kasih Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan pandangan Hart (2002, dalam Astaria 2010) keinginan untuk menjalin dan mengembnagkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dapat memberikan memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit. Pandangan ini didukung oleh teori yang dinyatakan oleh (Dewi, 2014) yang menyatakan bahwa aspek perilaku spiritualitas meliputi cara seseorang memanifestasikan kepercayaannya, yang meliputi arti dan tujuan hidup, kepercayaan, harapan, cinta dan pengampunan. 5.2.2 Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Tingkat Stres Lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan Hasil pengolahan data didapat bahwa pemenuhan kebutuhan tingkat stress pada lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan dalam kategori ringan dengan frekuensi 30 responden dengan persentasi 100%. Hal ini disebabkan karena 25 responden dengan persentasi (83%) mengatakan tidak pernah bereaksi berlebihan cepat dalam situasi apapun, sebanyak 23 responden dengan persentasi 77% mengatakan tidak pernah merasa hidup tidak berarti lagi, sebanyak 23 responden dengan persentasi 77 % mengatakan tidak pernah tidak sabar ketika menunggu, dan sebanyak 22 responden dengan persentasi 73% mengatakan tidak pernah merasakan ketakutan yang berlebihan. Menurut asumsi peneliti dari
Universitas Sumatera Utara
beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat stress pada lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan dalam kategori ringan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisa dan pembahasan dapat di ambil beberapa kesimpulan dan saran mengenai tingkat spiritualitas dan stress pada lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan. 6.1. Kesimpulan Tingkat spiritualitas dan stress pada lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan dalam kategori tinggi untuk spiritualitas. Dari data demografi terlihat karakteristik responden: perempuan, usia 60-74 tahun, budha, pendidikan SMA, berstatus tidak menikah, suku bangsa tionghoa, dan pekerjaan sebelumnya wiraswasta. Karakteristik pemenuhan kebutuhan spiritual yang tertinggi adalah hubungan dengan orang lain, hubungan dengan lingkungan dan hubungan dengan Tuhan. Tetapi ada juga pemenuhan kebutuhan spiritual yang di nilai kurang berdasarkan karakteristik hubungan dengan diri sendiri. Hal ini disebabkan karena lansia kurang terlibat dalam kegiatan di keluarga sehingga mereka menarik diri dengan mengatakan bahwa mereka tidak berperan aktif dalam kegiatan keluarga dan kurang percaya terhadap kemampuan diri sendiri. Untuk kategori tingkat stress adalah ringan, hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik dari beberapa pernyatan responden yang menyatakan bahwa tidak pernah merasa kesepian, merasa hidupnya masih sangat berarti dan dapat bergaul dengan teman lainnya dengan baik.
55 Universitas Sumatera Utara
6.2. Saran 6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan dan informasi yang berguna bagi mahasiswa keperawatan dan institusi dalam meningkatkan asuhan keperawatan dibidang spiritualitas dan stress. 6.2.2 Bagi keluarga, Masyarakat dan Pengelola Panti Keluarga sebagai orang yang terdekat sebagai lansia hendaknya mencurahkan segala perhatian kepada lansia, mengikutsertakan lansia dalam setiap kegiatan di keluarga walapun mereka tinggal di Panti. Karena hal ini dapat meningkatkan spiritualitas lansia. Kepada pihak yang bertugas mengelola panti diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan lansia terutama dalam bidang spiritualitas. Mengembangkan program kunjungan dan kariatif kepada lansia yang mengalami gangguan anggota gerak. Menciptakan suasana doa, serta menyediakan bahan bacaan rohani. 6.2.3 Bagi penelitian Selanjutnya Pada penelitian ini, peneliti tidak mengkaji lebih dalam kebutuhan spiritual yang dibutuhkan oleh lansia, sehingga peneliti mengharapkan untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengembangan instrumen dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua orang khususnya lansia. Selain itu peneliti juga menyarankan pada peneliti selanjutnya menggunakan desain kualitatif sehingga peneliti dapat menggali informasi lebih banyak tentang pemenuhan kebutuhan spiritual dan stres.
Universitas Sumatera Utara