BAB 3 ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN DAN UTANG PADA FELINDO JAYA
3.1 3.1.1
Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan Perorangan Felindo Jaya didirikan pada tahun 1997, dengan Surat Ijin Usaha Perdagangan No.0111/10-04/PK/111/1997. Felindo Jaya bergerak di bidang penjualan paku dan kawat potongan. Felindo Jaya pertama kali berlokasi di Jembatan Besi, Jakarta Barat. Pada awalnya Felindo Jaya menempati sebuah ruko yang masih berstatus sewaan dari pihak lain. Pada tahun-tahun awal, pelanggan masih sedikit, bahkan pelanggan yang berada di luar kota masih belum ada. Saat itu bila ada pelanggan yang memesan dalam jumlah besar, Felindo Jaya masih belum dapat memenuhi permintaan tersebut. Pada tahun 2003, Felindo Jaya sudah mulai berkembang. Sejak saat itu pelanggan yang membeli barang tidak hanya sebatas dari wilayah DKI Jakarta saja, melainkan banyak pelanggan yang berasal dari luar kota. Selanjutnya Felindo Jaya membeli tempat usaha baru yang berlokasi di Jakarta Utara, yang tepatnya terletak di Jembatan Tiga. Namun sampai saat ini, Felindo Jaya masih belum dapat memenuhi pesanan dari luar pulau Jawa.
64 3.1.2
Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi dalam suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik, lancar, efektif dan efisien bila terdapat pembagian tugas, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab setiap bagian secara jelas yang digambarkan dalam struktur organisasi. Dengan adanya struktur organisasi, hubungan antara yang memimpin dan yang dipimpin berjalan menurut suatu sistem yang dianut oleh perusahaan, yaitu apakah pimpinan perusahaan langsung berhubungan dengan bawahannya atau melalui perantara dalam suatu hierarki organisasi. Struktur organisasi Felindo Jaya saat ini dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.
Direktur
Divisi Pembelian Bagian Pemesanan
Divisi Gudang Bagian Penyediaan
Bagian Penyimpanan
Divisi Penjualan Bagian Pengeluaran
Divisi Administrasi Bagian Akuntansi
Bagian Finance Account Recievable
Kasir
Account Payable
Petty Cash
Jurnal
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Felindo Jaya (Felindo Jaya, 2007)
3.1.3
Wewenang dan Tanggung Jawab Wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing bagian yang ada dalam Felindo Jaya adalah sebagai berikut:
65 1. Direktur a. Menetapkan pengambilan keputusan. b. Mengawasi dan menerima laporan pertanggungjawaban dari setiap bagian. c. Mengangkat dan memberhentikan karyawan. d. Menetapkan strategi dan kebijakan perusahaan. 2. Divisi Pembelian a. Bagian Pemesanan •
Melaksanakan pembelian persediaan.
•
Memilih para pemasok yang dapat dipercaya untuk kebutuhan persediaan barang. Harus diperhatikan segi kualitas dan harga barang dari pemasok tersebut.
•
Mengatur pembelian dan bernegosiasi dengan pemasok.
b. Bagian Penyediaan •
Membuat anggaran persediaan barang yang disetujui direktur.
•
Menentukan jenis barang yang harus dibeli sesuai dengan persetujuan direktur.
3. Divisi Gudang a. Bagian Penyimpanan •
Membuat surat permohonan untuk pengadaan barang.
•
Menangani dan mencatat persediaan barang.
66 •
Bertanggung jawab dalam memelihara kondisi fisik barang.
•
Menerima persediaan barang dari pemasok.
•
Melakukan retur atas barang rusak kepada pemasok.
b. Bagian Pengeluaran •
Mengirimkan barang kepada pembeli.
•
Mengirimkan kembali barang rusak yang akan diretur kepada pemasok.
•
Menjaga barang yang dikirim dengan kondisi baik dan tiba tepat waktu.
4. Divisi Penjualan a. Melayani pelanggan yang melakukan order baik melalui telepon, fax, maupun yang datang langsung ke perusahaan. b. Memproses order dari pelanggan lebih lanjut. c. Menjalin dan membina hubungan yang baik dengan pelanggan. d. Mengkonfirmasikan ke bagian gudang, apakah barang dapat dipenuhi. 5. Divisi Administrasi a. Bagian Akuntansi •
Account Payable o Mencatat utang perusahaan o Membuat laporan utang.
67 •
Account Receivable o Mencatat piutang perusahaan. o Membuat laporan piutang.
•
Jurnal o Membuat jurnal umum dan jurnal khusus atas setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan. o Menyiapkan laporan keuangan perusahaan.
b. Bagian Finnance •
Kasir o Melaksanakan
kegiatan
penerimaan
dan
pengeluaran kas. o Melakukan pembayaran gaji terhadap semua karyawan. o Melakukan
pembayaran
untuk
pembelian
persediaan. o Menerima pembayaran dari pelanggan. •
Petty Cash o Melakukan
pencatatan
terhadap
setiap
penerimaan dan pengeluaran kas kecil yang terjadi dalam perusahaan. o Membuat anggaran atas penggunaan kas kecil.
68 3.1.4
Visi dan Misi Perusahaan
3.1.4.1 Visi Perusahaan Felindo Jaya dalam menjalankan kegiatan perusahaan mempunyai visi menjadi sebuah perusahaan dagang yang dapat bersaing dan menjadi yang terdepan di pasar bisnis dengan perusahaan sejenis lainnya.
3.1.4.2 Misi Perusahaan Berdasarkan visi di atas, maka untuk mencapai visi tersebut Felindo Jaya mempunyai misi sebagai berikut: 1. Meningkatkan pelayanan yang terbaik kepada konsumen. 2. Meningkatkan penjualan sesuai dengan target. 3. Meningkatkan kualitas produk seperti pemilihan produk yang berkualitas dan harga yang berkompetitif.
3.1.5
Gambaran Umum Operasional Pembelian dan Pencatatan Utang Dalam operasional pembelian Felindo Jaya, mereka menetapkan tingkat persediaan minimal untuk melakukan pemesanan kembali kepada pemasok. Pembelian dilakukan oleh bagian pembelian karena adanya permintaan dari bagian gudang karena persediaan yang ada di gudang tidak mencukupi order pemesanan dari konsumen. Pembelian dilakukan paling banyak dengan cara kredit, dengan jangka waktu pembayaran 15 sampai dengan 30 hari. Apabila pembelian dilakukan dengan pemasok yang telah sering bertransaksi dengan perusahaan, biasanya perusahaan mendapat potongan pembelian.
69 Apabila barang yang diterima perusahaan dalam kondisi rusak atau tidak sesuai dengan pesanan, maka perusahaan dapat melakukan retur kepada pemasok yang bersangkutan. Retur pembelian dapat dilakukan langsung pada hari yang sama, atau selambat-lambatnya 7 hari setelah barang diterima dari pemasok.
3.2 3.2.1
Evaluasi Sistem yang Sedang Berjalan Prosedur Pembelian Berikut ini adalah prosedur yang dilakukan di dalam perusahaan pada saat melakukan kegiatan pembelian: 1. Apabila persediaan di gudang telah mencapai titik pemesanan kembali atau persediaan digudang tidak mencukupi permintaan pelanggan, bagian penyimpanan membuat Surat Permintaan Pembelian dua rangkap. Rangkap pertama diberikan ke bagian pemesanan dan rangkap kedua disimpan sebagai arsip. 2. Bagian pemesanan menerima Surat Permintaan Pembelian rangkap pertama dan mencari pemasok berdasarkan katalog pemasok. Kemudian membuat Surat Order Pembelian tiga rangkap, rangkap pertama diberikan kepada pemasok, rangkap kedua diberikan kepada bagian penyimpanan dan rangkap ketiga disimpan sebagai arsip. 3. Bagian penyimpanan kemudian mengarsipkan Surat Order Pembelian rangkap kedua, yang diterima dari bagian pemesanan.
70
3.2.2
Prosedur Penerimaan Barang dan Pencatatan Utang Berikut ini adalah prosedur yang dilakukan di dalam perusahaan pada saat melakukan kegiatan penerimaan barang: 1. Bagian penyimpanan menerima kiriman barang yang dipesan dari pemasok disertai dengan surat pengantar yang dikeluarkan pemasok. 2. Bagian penyimpanan membandingkan Surat Order Pembelian rangkap kedua dengan surat pengantar, kemudian memeriksa secara fisik kiriman barang yang diterimanya dengan yang tercantum di dalam surat pengantar. 3. Jika surat pengantar dan barang dengan Surat Order Pembelian rangkap kedua tidak sesuai, maka akan dilakukan konfirmasi ulang kepada pemasok. 4. Jika surat pengantar dan barang dengan Surat Order Pembelian rangkap kedua ternyata sesuai, kemudian bagian penyimpanan mencatatkan barang yang diterima ke dalam kartu gudang. 5. Bagian penyimpanan juga membuat Laporan Penerimaan Barang berdasarkan barang yang diterima, yang dibuat dalam tiga rangkap, rangkap pertama diberikan kepada bagian jurnal, rangkap kedua diberikan kepada bagian utang dan rangkap ketiga disimpan sebagai arsip di bagian penyimpanan sendiri beserta Surat Order Pembelian rangkap kedua dan surat pengantar . 6. Bagian pemesanan menerima faktur dari pemasok dan akan memeriksanya dengan Surat Order Pembelian rangkap ketiga.
71 7. Jika faktur dengan Surat Order Pembelian rangkap ketiga tidak sesuai, akan dilakukan konfirmasi ulang kepada pemasok. 8. Jika faktur dengan Surat Order Pembelian rangkap ketiga sesuai, maka Surat Order Pembelian rangkap ketiga akan diarsip, dan Faktur akan diserahkan ke bagian jurnal. 9. Selanjutnya bagian jurnal akan membandingkan harga yang tertera pada faktur dari pemasok dan Laporan Penerimaan Barang rangkap pertama, apabila tidak sesuai, maka akan dilakukan konfirmasi ke bagian pemesanan. Apabila telah sesuai maka bagian jurnal akan mencatatnya dalam jurnal pembelian. Selanjutnya, faktur dari pemasok akan di serahkan ke bagian utang serta Laporan Penerimaan Barang rangkap pertama disimpan sebagai arsip. 10. Selanjutnya bagian utang berdasarkan faktur dan Laporan Penerimaan Barang rangkap kedua akan mencatat ke dalam buku utang. Faktur dari pemasok serta Laporan Penerimaan Barang rangkap kedua disimpan sebagai arsip sampai pembayaran dilakukan.
3.2.3
Prosedur Retur Pembelian Berikut ini adalah prosedur yang dilakukan di dalam perusahaan pada saat melakukan kegiatan retur pembelian: 1. Apabila terdapat barang yang rusak atau tidak sesuai dengan pesanan, maka berdasarkan Surat Order Pembelian rangkap kedua dan Laporan Penerimaan Barang rangkap ketiga, bagian penyimpanan akan membuat Surat Retur Barang sebanyak lima rangkap, rangkap pertama
72 dan kedua untuk diberikan kepada bagian pengeluaran, rangkap ketiga untuk bagian jurnal, rangkap keempat untuk bagian utang, dan rangkap kelima digunakan untuk mengurangi stok dalam kartu gudang, kemudian disimpan sebagai arsip di bagian penyimpanan. 2. Selanjutnya Surat Retur Barang rangkap pertama beserta barang akan dikirim kembali kepada pemasok oleh bagian pengeluaran. Sedangkan Surat Retur Barang rangkap kedua akan dimintakan otorisasinya ke pemasok yang kemudian di arsip oleh bagian pengeluaran. 3. Selanjutnya bagian jurnal berdasarkan Surat Retur Barang rangkap kedua akan mencatat ke jurnal umum. 4. Selanjutnya bagian utang berdasarkan Surat Retur Barang rangkap ketiga, akan mencatat ke buku utang atas jumlah utang yang dikurangi.
3.2.4
Prosedur Pembayaran Utang dan Pengeluaran Kas Berikut ini adalah prosedur yang dilakukan di dalam perusahaan pada saat melakukan kegiatan pembayaran utang dan pengeluaran kas: 1. Bagian utang pada saat utang jatuh tempo, berdasarkan faktur, Laporan Penerimaan Barang rangkap kedua, dan Surat Retur Barang rangkap ke empat akan membuat Bukti Pengeluaran Kas sebanyak 3 rangkap. 2. Bukti Pengeluaran Kas rangkap pertama beserta faktur, Laporan Penerimaan Barang rangkap kedua, dan Surat Retur Barang rangkap ke empat akan di serahkan ke kasir. Bukti Pengeluaran Kas rangkap kedua akan diserahkan ke bagian jurnal, sedangkan Bukti Pengeluaran Kas rangkap ketiga akan disimpan sebagai arsip.
73 3. Berdasarkan Bukti Pengeluaran Kas rangkap pertama beserta faktur, Laporan Penerimaan Barang rangkap kedua, dan Surat Retur Barang rangkap ke empat, kasir akan menyiapkan cek dan meminta otorisasi ke direktur. Setelah itu cek dikirim ke pemasok. Bukti Pengeluaran Kas rangkap pertama di arsip. Faktur di cap lunas, lalu
diserahkan ke
bagian jurnal dan Laporan Penerimaan Barang rangkap kedua beserta Surat Retur Barang rangkap ke empat diserahkan kembali kepada bagian utang. 4. Bagian jurnal berdasarkan Bukti Pengeluaran Kas rangkap kedua dan faktur yang telah di cap lunas akan mencatat ke jurnal pengeluaran kas. Bukti Pengeluaran Kas rangkap kedua kemudian diarsip. Faktur diserahkan kembali ke bagian utang. 5. Bagian utang berdasarkan Bukti Pengeluaran Kas rangkap ketiga dan faktur yang telah di cap lunas, akan mencatatnya ke dalam buku utang. Kemudian mengarsipkan Laporan Penerimaan Barang rangkap kedua, Surat Retur Barang rangkap ke empat, Bukti Pengeluaran Kas rangkap ketiga dan faktur.
3.3
Diagram Alir Sistem yang Sedang Berjalan Dalam flow chart berikut ini akan digambarkan bagaimana alir dokumen yang terjadi pada sistem pembelian dan utang yang sedang berjalan serta bagianbagian apa saja yang terlibat di dalamnya. Representasi diagram alir prosedur pembelian dapat dilihat pada gambar 3.2. Representasi diagram alir prosedur penerimaan barang dan pencatatan utang
74 dapat dilihat pada gambar 3.3. dan 3.4. Representasi prosedur retur pembelian dapat dilihat pada gambar 3.5. Representasi prosedur pembayaran utang dan pengeluaran kas dapat dilihat pada gambar 3.6.
75
Gambar 3.2 Diagram alir dokumen prosedur pembelian sistem berjalan
76
Gambar 3.3 Diagram alir dokumen prosedur penerimaan barang dan pencatatan utang sistem berjalan
77
Gambar 3.4 Diagram alir dokumen prosedur penerimaan barang dan pencatatan utang sistem berjalan (lanjutan)
78
Gambar 3.5 Diagram alir dokumen prosedur retur pembelian sistem berjalan
79
Gambar 3.6 Diagram alir dokumen prosedur pembayaran utang dan pengeluaran kas
3.4
Rich Picture Sistem yang Sedang Berjalan Gambar rich picture pada sistem pembelian dan utang yang sedang berjalan dapat dilihat Pada gambar 3.7 berikut ini.
80
Gambar 3.7 Rich picture pada sistem berjalan
81
3.5
Control Matrix Prosedur Sistem yang Sedang Berjalan
Control Goal of the Purchasing Business Process Control Goals of the Operations Process
Recommended Control Plans
Ensure effectiveness of Operations
A Present Controls P-1: Adanya pengarsipan dokumen di masing-masing bagian yang membuat dokumen tersebut P-2: Adanya crosscheck katalog untuk pembuatan SOP oleh bagian pemesanan P-3: Adanya crosscheck antara SOP dengan surat pengantar P-4: Pembuatan LPB P-5: Adanya crosschek faktur dengan SOP P-6: Adanya crosscheck LPB dengan faktur P-7: Adanya pembuatan SRB
B
P-1
Ensure efficient employment of resources (people, computers)
C
D
P-1
P-1
P-2
Control Goals of the Information Process
Ensure security of resources (inventory, purchase order master data)
IV P-1
P-2
P-3 P-4
P-1
IC
IA P-1
For purchase order master data, ensure:
UC
For receipt report inputs, ensure:
For account payable master data, ensure:
UA
IV
IC
IA
UC
UA
P-1
P-1
P-1
P-1
P-1
P-1
P-2
P-2
P-3
P-3
P-3 P-4
P-2
P-4
P-4
P-4
P-4
P-5
P-5
P-5
P-5
P-5
P-6
P-6
P-6
P-6
P-6
P-7
P-7
P-7
P-8
P-8
P-8: Pembuatan BPK dan pencatatan utang berdasarkan LPB, SRB dan Faktur
P-8
Missing Controls M-1: Bagian pembelian tidak membuat SPPH
For purchase requisition inputs, ensure:
M-1
M-1
P-4
82
M-2: Tidak ada bagian penerimaan barang
M-2
M-2
M-3: Pencatatan utang, dan jurnal tidak berdasarkan SOP M-4: Tidak ada crosscheck antara SOP, LPB, dan faktur
M-4
M-5: Pembuatan BPK, tidak berdasarkan SOP
M-5
M-6: Tidak memadainya laporan
M-6
M-7: Tidak tersedia informasi keterlambatan pemasok
M-7
M-8: Tidak tersedianya informasi mengenai utang yang sudah jatuh tempo diskon
M-3
M-3
M-4
M-4
M-2
M-3
M-3
M-3
M-3
M-3
M-4
M-4
M-4
M-5
M-2
M-4
M-2
M-4
M-3
M-3
M-4
M-4
M-5
M-5
M-8
M-8
M-6
M-7
M-8
M-8
Keterangan: Effectiveness goals: A = Respon yang cepat dan tepat terhadap pengadaan barang di gudang. B = Pastikan bahwa barang yang tepat, diterima dalam jumlah yang sesuai dengan kondisi yang dapat diterima. C = Pembayaran utang yang tepat waktu ke pemasok. D = Laporan yang akurat baik laporan pembelian ataupun laporan utang. IV = Input Validity IC = Input Completeness IA = Input Accuracy UC = Update Completeness UA = Update Accuracy Tabel 3.1 Control Matrix
83
3.6
Hasil Evaluasi Permasalahan dan Rekomendasi Perbaikan Sistem yang sedang Berjalan Dari hasil evaluasi terhadap proses-proses, prosedur-prosedur, serta struktur organisasi yang telah tergambarkan di dalam diagram aliran dokumen, rich picture maupun gambar struktur organisasi ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi di dalam sistem pembelian dan persediaan yang sedang berjalan saat ini, yaitu : 1. Tidak tersedianya database pemasok. Permasalahan: Tidak adanya database pemasok menggambarkan bahwa perusahaan tidak melakukan kerjasama dengan para pemasok. Selama ini, perusahaan dalam memilih pemasok hanya dengan melihat dari katalog pemasok yang dimiliki. Hal ini mengakibatkan jalinan kerjasama antara perusahaan dengan pemasok tidak dekat atau bahkan tidak saling kenal, sehingga barang yang akan di beli kurang baik, harganya mahal, serta waktu pengiriman yang relatif lama. Dengan tidak adanya database pemasok, perusahaan juga tidak dapat membuat dokumen permintaan penawaran harga kepada pemasok sehingga tidak ditemukan bukti formal bahwa harga pembelian maupun pemasok yang dipilih lebih menguntungkan perusahaan. Rekomendasi perbaikan: Seharusnya perusahaan melakukan jalinan kerjasama dengan pemasok terpilih berupa ikatan kontrak kerja dan memasukkan data dari pemasok tersebut ke dalam satu database. Sehingga pemasok yang tersedia hanya pemasok yang dinilai cukup baik
84 kinerjanya. Lalu setelah itu, bagian pembelian juga harus membuat surat permintaan penawaran harga kepada para pemasok sehingga akan didapatkan harga yang lebih kompetitif. Dengan adanya permintaan penawaran harga harus secara formal perusahaan mendapatkan komitmen yang pasti untuk melakukan pemesanan dengan para pemasok. 2. Tidak adanya pemisahan fungsi antara bagian penerimaan barang dengan bagian penyimpanan dalam struktur organisasi untuk menerima barang yang dibeli dari pemasok. Permasalahan: Setiap pengiriman pembelian barang dari pemasok hanya diterima oleh bagian penyimpanan saja, sehingga akan ditakutkan terjadinya kolusi akibat antara pihak yang menandatangani dengan yang menerima hanya satu pihak saja. Rekomendasi perbaikan: Sebaiknya bagian penyimpanan bersama dengan bagian penerimaan barang, menerima pengiriman barang dan mengevaluasi baik dari segi kualitas maupun kuantitas barang yang datang, ini terkait dengan prinsip pengendalian internal bahwa fungsi operasi, pencatatan, dan penyimpanan harus terpisah. 3. Bagian jurnal dan utang tidak menerima Surat Order Pembelian dari bagian pemesanan. Permasalahan: Bagian jurnal dan bagian utang hanya menerima Laporan Penerimaan Barang dari bagian penyimpanan dan faktur dari pemasok tetapi bagian jurnal dan bagian utang tidak menerima Surat Order Pembelian dari bagian pemesanan, maka dapat mengakibatkan adanya peluang penyelewengan dari bagian pemesanan dan bagian
85 penyimpanan dengan pemasok. Surat Order Pembelian merupakan dokumen pendukung yang penting dalam pencatatan ke dalam jurnal pembelian dan buku utang, untuk mendukung pencatatan akuntansi yang valid. Rekomendasi perbaikan: Sebaiknya bagian jurnal dan bagian utang menerima Surat Order Pembelian dari bagian pemesanan agar sistem pengendalian internal berjalan baik dan menghindari adanya peluang untuk menyelewengkan aktiva perusahaan. 4. Bagian Pemesanan tidak menerima Laporan Penerimaan Barang dari Bagian Penyimpanan. Permasalahan: Tidak diserahkannya Laporan Penerimaan Barang ke bagian pemesanan, yang seharusnya dilakukan oleh bagian penerimaan yang saat ini masih dirangkap oleh bagian penyimpanan, maka faktur dari pemasok tidak dapat dicocokkan dengan penerimaan barang yang aktual. Rekomendasi perbaikan: Sebaiknya, bagian pemesanan mencocokkan antara catatan yang ada di Surat Order Pembelian, Faktur, dan Laporan Penerimaan Barang, baru setelah itu faktur diserahkan ke bagian jurnal untuk dicatat ke dalam jurnal pembelian. Hal ini untuk memastikan bahwa barang yang diterima dengan jurnal pembelian yang di catat adalah sesuai.
86 5. Bukti Pengeluaran Kas harus di buat berdasarkan dokumen Surat Order Pembelian, faktur, Laporan Penerimaan Barang, dan Surat Retur Barang. Permasalahan: Tidak tersedianya Surat Order Pembelian dalam pembuatan Bukti Pengeluaran Kas, akan membuka peluang terjadinya pengeluaran kas yang tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Bukti Pengeluaran Kas bisa saja dibuat atas dasar faktur, Laporan Penerimaan Barang, dan Surat Retur Barang yang berbeda dengan Surat Order Pembelian. Rekomendasi perbaikan: Sebaiknya bagian utang mengarsipkan Laporan Penerimaan Barang, Surat Retur Barang dan faktur beserta Surat Order Pembelian. Pada saat jatuh tempo, bagian utang akan membuat Bukti Pengeluaran Kas dengan menggunakan keempat jenis dokumen tersebut. Surat Order Pembelian penting untuk mendukung validitas pengeluaran kas 6. Tidak memadainya jenis laporan yang diterima oleh direktur. Permasalahan: Saat ini, laporan yang diterima oleh direktur hanyalah laporan utang dan laporan jumlah persediaan yang tersedia di gudang. Sedangkan saat ini laporan pembelian belum tersedia di perusahaan. Rekomendasi perbaikan: Laporan pembelian sangat penting untuk memberikan informasi mengenai aktifitas pembelian yang dilakukan perusahaan. Dengan tersedianya laporan pembelian, direktur akan dapat mengambil keputusan berkenaan dengan pembelian secara lebih cepat, mudah dan lebih baik.
87 7. Tidak adanya layar reminder keterlambatan pemasok. Permasalahan: Tidak adanya informasi mengenai keterlambatan pengiriman barang dari pemasok akan mengakibatkan barang belum tersedia ketika dibutuhkan oleh perusahaan, sehingga permintaan dari pelanggan tidak dapat dipenuhi tepat pada waktunya. Rekomendasi perbaikan: Sebaiknya di dalam sistem tesedia informasi mengenai keterlambatan pemasok yang dapat diakses oleh bagian pemesanan, sehingga bagian pemesanan dapat melakukan konfirmasi ulang kepada pemasok, dan proses pemesanan barang dapat berjalan dengan tepat waktu. 8. Tidak adanya informasi mengenai utang yang sudah jatuh tempo diskon dalam mendukung pembuatan Bukti Pengeluaran Kas. Permasalahan: Tidak adanya informasi mengenai utang yang sudah jatuh tempo diskon, menyebabkan pembayaran utang melebihi batas waktu periode diskon, sehingga memungkinkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan diskon. Rekomendasi
perbaikan:
Sebaiknya
layar
pembuatan
Bukti
Pengeluaran Kas muncul pop-up secara otomatis dengan data utang yang sudah mencapai batas periode diskon. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memperoleh diskon di setiap transaksi pembelian yang dilakukan.