BAB 3 ANALISIS METODE PELATIHAN PENYULUH
3.1 Sejarah HKTI HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) adalah sebuah organisasi sosial di Indonesia yang berskala nasional, berdiri sendiri dan mandiri yang dikembangkan berdasarkan kesamaan aktifitas, profesi, dan fungsi di dalam bidang agrikultur dan pengembangan pedesaan, sehingga memiliki karakter profesional dan persaudaraan. HKTI didirikan pada 27 April 1973 di Jakarta melalui penyatuan empat belas organisasi penghasil pertanian utama. Pendirian HKTI mengacu pada sebagian besar penduduk Indonesia yang mencari pekerjaan dan penghidupan dari sektor pertanian dan pedesaan. Tingkat penghidupan masyarakat petani dan pedesaan secara rata-rata masih relatif miskin dan tertinggal. Padahal sektor pertanian merupakan penyedia lapangan pekerjaan di Indonesia lebih dari 41% pada saat itu . Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang dialami petani dan penduduk pedesaan semakin menonjol akibat lahan pertanian yang semakin sempit sebagai akibat konservasi lahan yang semakin besar, lahan garapan petani semakin kecil, infrastruktur pertanian semakin tertinggal , biaya produksi yang semakin meningkat , yang tidak diikuti dengan kenaikan harga produksi petani maka dari itu pendirian HKTI dinilai sangat penting dan disambut antusias oleh para pelaku pertanian di Indonesia khususnya petani.
60
61 HKTI menjembatani program kemitraan dan kerjasama di antara Stakeholders pertanian terutama antara Pemerintah, Legislatif, Dunia Usaha dan Organisasi profesi petani. Dalam hal ini HKTI membantu kebijakan dan program Pemerintah di bidang Pertanian yang belum berhasil diimplementasikan di daerah , seperti program Revitalisasi Pertanian. Pemerintah Pusat telah menyediakan berbagai subsidi input tetapi banyak ditengarai menguap dan tidak kena sasaran. HKTI bertujuan meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, harkat dan martabat insan tani, penduduk pedesaan dan pelaku agribisnis lainnya, melalui pemberdayaan rukun tani komoditas usaha tani dan percepatan pembangunan pertanian serta menjadikan sektor pertanian sebagai basis pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. HKTI memiliki fungsi sebagai: 1.
Wadah penghimpun segenap potensi insan tani Indonesia dan atau “Rukun Tani” jenis komoditas usaha tani.
2.
Alat penggerak pengarah perjuangan insan tani Indonesia.
3.
Sarana penampung dan penyalur aspirasi amanat penderitaan rakyat tani penduduk pedesaan.
4.
Wahana menuju terwujudnya cita-cita nasional, Indonesia raya.
5.
Arena pemberdayaan dan pendidikan insan tani, masyarakat pertanian dan pedesaan
62 Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) mempunyai pokok-pokok program kerja yang terbagi dalam empat (4) Agenda Utama HKTI , yaitu : 1. Agenda berkaitan dengan kebijakan pembangunan. Mendorong aktualisasi dan percepatan pembangunan pertanian guna mewujudkan peningkatan kemakmuran dan martabat petani Indonesia. 2. Agenda pemberdayaan petani . Meningkatkan
keterampilan petani dalam aspek teknologi dan
budidaya, pascapanen dan pengolahan hasil, keuangan dan permodalan, pemasaran dan jaringan usaha, responsif terhadap pelestarian lingkungan.
Pencapaian
mendayagunakan seluruh
hal
tersebut
dilakukan
dengan
potensi melalui kegiatan pendidikan,
penyuluhan , penelitian dan pengembangan oleh HKTI. 3. Agenda advokasi tani dan pertanian. Merespon secara tepat dan proaktif isu-isu strategis yang menyangkut kepentingan petani khususnya terhadap berbagai peraturan atau kebijakan yang kurang menguntungkan petani. 4. Agenda Pengembangan Jaringan Tani. Membangun jaringan dan kerja sama
sinergis dengan Pemerintah
Pusat , Pemerintah daerah , pelaku usaha (baik swasta , BUMN dan koperasi ). Meningkatkan kerja sama dengan lembaga-lembaga Internasional.
63 3.2 Struktur Organisasi Berikut ini adalah penjelasan dari tugas atau wewenang HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia):
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Sumber : Himpunan Kerukunan Tani Indonesia
64 3.3 Job Description
1. Ketua Umum
Tugas ketua umum sebagai penanggung jawab penuh organisasi dan memimpin jalannya organisasi.
2. Ketua Harian
Ketua harian bertugas bertanggung jawab dan mempimpin organisasi sesuai jadwal yang ditentukan.
3. Ketua Bidang
Bertanggung jawab atas bidang yang diamanatkan dan mengatur berjalannya misi bidang.
4. Penasehat
Memberikan nasihat dan mengarahkan kepada setiap struktur jika terjadi kesulitan dan masalah.
5. Bendahara
Bendahara bertugas mengatur keuangan.
6. Sekertaris Jendral
Sekertaris jendral bertugas melaksanakan koordinasi perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program.
65 3.4 Visi dan Misi 3.4.1 Visi Menjadi wadah organisasi yang kuat , mandiri dan akuntabel dalam memperjuangkan petani Indonesia yang makmur, berdaulat dan bermartabat . 3.4.2 Misi 1. Menyuarakan kepentingan perjuangan petani dan pembangunan pertanian ; 2. Mengembangkan teknologi tepat guna yang aman terhadap lingkungan hidup ; 3. Menjalin kemitraan dengan Pelaku Usaha berdasarkan prinsip saling memperkuat dan saling menguntungkan ; 4. Melaksanakan pendidikan dan
pelatihan serta pemagangan
kerja
dalam dan luar negeri ; 5. Memperkuat jaringan organisasi dan keanggotaan hingga ke tingkat desa dan kelompok tani di masyarakat Indonesia .
66 3.5 Tata Laksana Pelatihan Penyuluh Pertanian Kegiatan pelatihan penyuluh pertanian terdiri dari dua kegiatan , yaitu kegiatan indoor dan kegiatan outdoor . 3.5.1 Kegiatan Pelatihan indoor 1. Pengantar Peserta
mendengarkan
fasilitator
memperkenalkan
diri
dan
Peserta
memperkenalkan nama dan asal daerah masing-masing . 2. Peserta mendengarkan fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikator keberhasilan belajar yang ingin dicapai serta membangkitkan minat belajar. 3. Fasilitator memaparkan dan menjelaskan pokok bahasan materi mengenai hortikultura khususnya pada bidang pembibitan tanaman buah dan peserta mendengarkan. 4. Fasilitator membagi peserta menjadi kelompok-kelompok dengan berisikan anggota yang meliputi beberapa orang penyuluh. 5.
Fasilitator memberikan topik bahasan berupa masalah mengenai
pembibitan tanaman buah. 6. Peserta yang merupakan penyuluh pertanian melakukan diskusi dengan anggota kelompok lainnya membahas identifikasi masalah , faktor-faktor yang mempengaruhi serta pemecahan masalah untuk hal tersebut.
67 7. Peserta mempresentasikan hasil diskusi kelompok, setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok dan memberikan kesempatan bagi kelompok lainnya untuk bertanya pada penyaji . 8. Setiap kelompok menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. 9. Fasilitator menyampaikan kesimpulan hasil proses belajar secara keseluruhan , mulai dari awal pertemuan hingga akhir pertemuan. 3.5.2 Kegiatan Pelatihan outdoor 1. Fasilitator menjelaskan alat-alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan proses pembibitan komoditi tanaman buah tertentu yang telah dipilih oleh fasilitator. 2. Fasilitator mempraktekkan proses pembibitan, menjelaskan langkahlangkah yang benar secara langsung dengan alat-alat dan bahan yang tersedia. 3. Peserta melakukan praktek langsung proses pembibitan komiditi buah tertentu dengan alat-alat dan bahan yang disediakan.
68 3.6 Activity diagram pelatihan penyuluh pertanian
Gambar 3.2 Activity diagram Pelatihan Penyuluh Pertanian
69 3.7 Hasil Dari Kuisioner Kuisioner dibagikan kepada 50 orang responden yang merupakan penyuluh pertanian swadaya di daerah Bogor yang berisikan 14 pertanyaan. 1. Apakah Anda mempunyai peangkat Komputer PC , Laptop, Tablet atau smartphone ?
3
Ya Tidak
47
Gambar 3.3 Hasil Kuisioner Nomor 1
Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah sebesar 94% penyuluh pertanian
mempunyai perangkat yang dapat digunakan
mengakses e-learning
untuk
70 2. Berapa jam sehari Anda biasa menggunakan internet ?
2% 26% 1 Jam 2-5 Jam > 5 Jam 72%
Gambar 3.4 Hasil Kuisioner Pertanyaan 2 Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah 72% penyuluh pertanian menghabiskan waktu rata-rata 2-5 jam dalam menggunakan internet setiap harinya. 3. Apakah Anda memiliki alamat e-mail sendiri ?
0%
Ya Tidak
100%
Gambar 3.5 Hasil Kuisioner Pertanyaan 3
71 Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah sebesar 100% penyuluh pertanian mempunyai alamat e-mail sendiri.
4. Browser apa yang sering Anda gunakan untuk mengakses internet ?
4%
40% 56%
Internet Explorer Mozilla Firefox Google Chrome
Gambar 3.6 Hasil Kuisioner Pertanyaan 4
Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah sebesar 56% penyuluh pertanian untuk melakukan browsing di internet mereka menggunakan Google Chrome sebagai browser.
72 5. Apakah Anda penyuluh berasal dari Fakultas Pertanian?
46%
Ya
54%
Tidak
Gambar 3.7 Hasil Kuisioner Pertanyaan 5 Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah sebesar 54% responden penyuluh pertanian tidak berasal dari Fakultas Pertanian melainkan dari Fakultas lainnya. 6. Apakah Anda sering mengikuti Pelatihan Penyuluh Pertanian ?
4% 22% Ya Jarang Tidak Pernah
74%
Gambar 3.8 Hasil Kuisioner Pertanyaan 6
73 7. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam mencari Informasi materi penyuluhan melalui internet?
48%
Ya 52%
Tidak
Gambar 3.9 Hasil Kuisioner Pertanyaan 7
Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah 52% penyuluh pertanain mengalami kesulitan dalam mencari informasi mengenai materi penyuluhan melalui internet.
74 8. Apakah materi dan informasi yang diberikan pada saat pelatihan sudah memenuhi kebutuhan ilmu dan informasi para petani?
48%
52%
Ya Tidak
Gambar 3.10 Hasil Kuisioner Pertanyaan 8
Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah sejumlah 52% penyuluh pertanian merasa informasi dan materi yang diberikan pada saat pelatihan penyuluh pertanian belum cukup untuk memenuhi kebutuhan ilmu para petani .
75 9. Dari media apa Anda lebih banyak mendapatkan informasi mengenai Pembibitan tanaman Buah ?
46%
Media Cetak 54%
Media Elektronik
Gambar 3.11 Hasil Kuisioner Pertanyaan 9
Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah 54% penyuluh pertanian masih menggunakan media cetak untuk mendapatkan lebih banyak informasi, namun pemanfaatan media elektronik juga sudah cukup banyak digunakan.
76 10. Apakah sudah ada media elektronik yang disediakan oleh deptan untuk belajar dan berlatih bagi para penyuluh pertanian?
20%
Ya Tidak
80%
Gambar 3.12 Hasil Kuisioner Pertanyaan 10
Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah sebesar 80% penyuluh pertanian merasa belum adanya media elektronik yang disediakan oleh deptan untuk digunakan sebagai sarana belajar dan berlatih bagi penyuluh pertanian.
77 11. Menurut Anda, seberapa perlu diterapkannya metode pembelajaran online melalui media internet (Website)?
2%2%
10% Tidak Perlu Kurang Perlu Perlu
52% 34%
Cukup Perlu Perlu Sekali
Gambar 3.13 Hasil Kuisioner Pertanyaan 11
Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah sebesar 52% penyuluh pertanian merasa penerapan metode pembelajaran online melalui website perlu sekali.
78 12. Bagaimana pemahaman Anda mengenai e-learning atau pembelajaran dengan metode online ?
12%
Tidak Tahu Sama Sekali
2% 6%
Sangat Kurang 30%
Kurang Paham
50%
Sangat Paham
Gambar 3.14 Hasil Kuisioner Pertanyaan 12
Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah sebesar 50% penyuluh pertanian
sudah
mengerti
tentang
pemahaman
metode
pembelajaran online menggunakan media internet atau yang di sebut e-learning .
79 13. Menurut Bapak/ Ibu, bagaimana manfaat e-learning di program studi pembibitan tanaman buah?
2% 6%
Tidak Ada Sama Sekali
4% 22%
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik
66%
Sangat Baik
Gambar 3.15 Hasil Kuisioner Pertanyaan 13
Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah 66% penyuluh pertanian menilai manfaat yang diterima dalam penggunaan elearning diprogram studi pembibitan tanaman buah cukup baik.
80 14. Bagaimana menurut Bapak/ Ibu efektifitas pembelajaran dengan memanfaatkan e-learning ?
0%
Tidak Ada Sama Sekali
13%
Sangat Kurang 17% 57%
Kurang Cukup Baik
13%
Sangat Baik
Gambar 3.16 Hasil Kuisioner Pertanyaan 14
Kesimpulan dari pertanyaan ini adalah sebesar 57% penyuluh pertanian menilai efektifitas pembelajaran dengan memanfaatkan e-learning sudah cukup baik .
81 3.8 Masalah Dalam melakukan pelatihan penyuluhan, penulis menemukan beberapa masalah antara lain : 1. Pelatihan cenderung kurang mampu menyediakan kurikulum yang sungguhsungguh berisikan kompetensi
yang dibutuhkan penyuluh, tidak terlalu
spesifik . 2. Kegiatan pelatihan yang diadakan selama ini di lapangan hanya kegiatan rutin tahunan bagi penyuluh, sehingga ketika penyuluh kembali ke lapangan, pengetahuan yang pelajari saat pelatihan hilang kembali dan harus mencari sumber informasi kembali. 3. Tidak adanya pemisahan kelas belajar sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan atau terlalu bersifat umum, menyebabkan hasil pelatihan tidak memberikan dampak terhadap peserta pelatihan. 4. Menurunnya kompetensi dan kinerja penyuluh yang ada dilapangan karena kurangnya kegiatan evaluasi kompetensi yang dipunyai penyuluh. 5. Kurangnya wadah untuk melakukan pertukaran pikiran dalam pemecahan suatu masalah yang dihadapi oleh penyuluh ataupun teknik baru dan teknologi baru yang sedang berkembang.
82 3.9 Usulan Pemecahan Masalah Berikut adalah usulan pemecahan atas masalah yang terjadi dalam pelatihan penyuluhan : 1. Merancang kurikulum secara spesifik yang dibagi melalui komoditas buah disertakan dengan menampilkan learning outcome sehingga penyuluh pertanain mengetahui tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui materi yang tersedia serta isi didalam materi tersebut. 2. Melakukan perancangan pembelajaran online dengan berbasis website dengan menggunakan media internet yang memudahkan di akses di mana saja dan kapan saja , selain itu menyediakan fitur-fitur yang memudahkan mendapatkan informasi seperti artikel terkait pembibitan buah dan materi yang dapat di download. 3. Membuat pelatihan online yang dikhususkan pada bidang kerja pembibitan dengan mengupas tuntas bidang kerja tersebut sehingga penyuluh lebih fokus dalam melakukan pembelajaran dan disertakan video maupun gambar yang memberikan dampak pengubahan perilaku yang lebih baik . 4. Membuat sarana yang dapat mengukur dan mengevaluasi kompentensi penyuluh pertanian dengan fitur exam, diberikan soal-soal ujian secara online dan hasilnya bisa dilihat langsung berupa statistik, selain itu juga diberikan tugas-tugas yang bersifat mandiri oleh fasilitator . 5. Membuat suatu wadah berupa fitur forum yang dapat menampung berbagai hasil pertukaran pikiran , pembahasan masalah , pembahasan teknik baru ataupun teknologi baru seputar pembibitan tanaman buah .