BAB 3 ANALISIS
3.1 Sejarah SMU Regina Pacis Bogor Sebagai salah satu sekolah yang telah lama berdiri dari telah cukup tua, Sekolah Regina Pacis memiliki sejarah yang cukup menarik dan penting tidak saja untuk melihat bagaimana peran sosial Gereja Katolik di tengah-tengah Kota Bogor, tetapi juga untuk melihat bagaimana sekolah ini dapat menjadi institusi pendidikan yang dipercayai oleh masyarakat Kota Bogor. Secara historis, keberadaan Sekolah Regina Pacis tidak dapat dipisahkan dari perkembangan Gereja Katolik awal di Kota Bogor. Tiga tahun terbentuknya Paroki pertama di Buitenzorg pada tahun 1889, Pastor Claessens sebenarnya telah merintis karya sosial Katolik dalam bentuk panti asuhan Vincentius yang terbentuk pada tahun 1886. Memasuki abad ke-20, tepatnya tahun 1902, Pastor Claessens berhasil mengajak beberapa suster Ursulin untuk membuka beberapa sekolah khusus golongan Eropa di kota Butenzorg ini. Sedangkan tarekat suster FMM sendiri mulai berkarya ketika diberikan wewenang untuk mengelola sebuah panti asuhan dan sekolah kepandaian putri yang sebelumnya berada di bawah Yayasan Juegzorg bentukan Ny. Schmutser-Hendrikse. Setelah pimpinan yayasan ini memutuskan pulang ke Belanda, maka secara resmi pada tahun 1932 tarekat FMM bertanggung jawab atas panti asuhan dan sekolah kepandaian putri tersebut.
46
47 Berdirinya Regina Pacis ini tidak luput dari peran para suster-suter Ursulin yang merintis pendirian beberapa sekolah khusus untuk orang Eropa dan Cina (HCS) pada tahun 1930 yang bertempat di kompleks Sekolah Regina Pacis sekarang. Namun menjelang Perang Dunia II, suster-suster Ursulin ini kemudian menyerahkan pengelolaan sekolah ini ke tangan suster-suster FMM. Pada Tahun 1941, suster-suster FMM ini sempat mengubah nama sekolah ini, sayangnya kedatangan Jepang membuat sekolah ini tidak dapat menjalankan kegiatan pendidikannya karena kompleks sekolah ini dijadikan tempat penahanan orangorang Eropa. Di samping itu banyak suster FMM, khususnya yang berasal dari Belanda pun ikut ditangkap, namun suster-suster yang berkebangsaan Jerman tidak ikut ditangkap dan hanya berhasil mengurus anak-anak panti asuhan, itupun dengan tempat yang berpindah-pindah. Beberapa tahun setelah Jepang menyerah kepada sekutu dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, suster FMM kemudian berhasil kembali ke kompleks sekolah yang sebelumnya menjadi tenpat penahanan orang-orang Eropa. Para suster FMM juga memindahkan panti asuhan dan sekolah kepandaian putri ke kompleks sekolah yang rusak parah tersebut. Akhirnya pada tahun 1948, suster FMM ini kemudian mendirikan Sekolah Regina Pacis yang kala itu hanya terdiri dari SD dan SMP saja, baru pada tahun 1955 seiring dengan pembentukan Yayasan Bakti Utama, SMA Regina Pacis pun ikut berdiri.
48 3.2 Visi dan Misi SMU Regina Pacis Bogor Visi SMU Regina Pacis : Menjadi institusi yang menumbuhkembangkan warganya menjadi pribadi yang utuh berlandaskan semangat FMM. Misi SMU Regina Pacis : •
Memampukan warga untuk belajar secara holistik ( =’to learn how to learn’ )
•
Menumbuhkembangkan potensi warga
•
Menjadikan ‘pribadi yang tersedia bagi sesama” dan menghilangkan alienasi/keterasingan
•
Berperan aktif dalam mewujudkan kebenaran, kebaikan dan keindahan, perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan
SMU Regina Pacis telah memberikan pendidikan terbaik bagi para siswanya selama jangka waktu yang cukup lama, sejak awal menjadi perintis institusi pendidikan di daerah Jawa Barat dan tetap menjadi pemimpin di dalam institusi pendidikan sampai sekarang.
49 3.3 Struktur Organisasi Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah Bag. Kesiswaan
Wakil Kepala Sekolah Bag. Kurikulum
Wakil Kepala Sekolah Bag. Pastoral
Koordinator Kelas X
Koordinator Kelas XI
Koordinator Kelas XII
Gambar 3.1. Struktur Organisasi Sekolah SMU Regina Pacis Bogor Sumber: Data dari Kepala Sekolah SMU Regina Pacis Bogor
SMU Regina Pacis memiliki struktur tertinggi dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala Sekolah SMU Regina Pacis didampingi oleh 3 Wakil Kepala Sekolah. Wakil Kepala Sekolah tersebut adalah: 1. Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan Wakil Kepala Sekolah ini mengurusi hal-hal yang berhubungan langsung dengan siswa seperti alokasi kelas, penempatan wali kelas dan siswa. 2. Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum Wakil Kepala Sekolah ini bertanggungjawab terhadap kurikulum sekolah, materi pembelajaran dan juga jadwal pelajaran. 3. Wakil Kepala Sekolah Bagian Pastoral
50 Wakil Kepala Sekolah ini bertugas mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan. Regina Pacis yang merupakan sekolah Katolik memiliki program khusus seperti rekoleksi, retret dan pembinaan karakter siswa. Hal-hal ini dilaksanakan di bawah pengawasan dan tanggung jawab Wakil Kepala Sekolah Bagian Pastoral. Di bawah Wakil Kepala Sekolah, SMU Regina Pacis memiliki struktur Koordinator Kelas X, XI dan XII. Setiap koordinator kelas ini memimpin guru wali kelas tiap-tiap tingkatan dan bertugas untuk mengelola keseluruhan kegiatan tingkat kelas yang bersangkutan.
3.4 Proses Bisnis SMU Regina Pacis memiliki proses bisnis sebagai berikut: 1. Pendaftaran SMU Regina Pacis membuka pendaftaran penerimaan siswa baru pada bulan April dan Mei. Para siswa lulusan SMP bisa membeli formulir di tata usaha SMU Regina Pacis. Setelah formulir diisi maka pelamar harus mengikuti tes yang terdiri atas tes akademik dan tes IQ. Setelah diterima, maka calon siswa baru harus melunasi uang pangkal baik secara tunai maupun angsuran. 2. Proses Pembelajaran Para guru menyampaikan materi yang telah diberikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum. Metode penyampaian bervariasi seperti pembahasan di kelas, penyajian media seperti film dan model objek. Selain proses pembelajaran teori yang
51 dilakukan di dalam kelas, SMU Regina Pacis memiliki praktikum yang wajib dilaksanakan oleh para siswa. Praktikum dianggap sebagai nilai praktek yang sama pentingnya dengan nilai teori. 3. Penerimaan Guru Apabila SMU Regina Pacis memerlukan tenaga pengajar, maka dibukalah lowongan untuk guru dengan kriteria yang memadai. Setelah
calon
guru
mendaftar,
mereka
akan
diuji
dan
diwawancarai. Apabila calon guru tersebut diterima maka mereka harus mengajar di SMU Regina Pacis berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui oleh calon guru tersebut dengan pihak sekolah.
52
4. Rich Pictures sistem yang berjalan
Wakil Kepala Sekolah Bag. Kesiswaan 16. Total Nilai Siswa 1. Data Siswa dan Kelas
2. Data Jadwal Kelas
3. Sekolah Data Jadwal Kelas Wakil Kepala Bag.Kurikullum
Guru Wali Kelas 11. Soal Ujian
4. Data Jadwal Kelas
10. Soal Ujian
17. Raport Raport
15. Nilai Ujian
5. Materi Pelajaran
13. Jawaban Ujian 12. Soal Ujian
Guru Bidang Studi 6. Pertanyaan
Siswa
Pengawas Ujian
7. Pertanyaan
8. Kuis 9. Jawaban Kuis
10. Nilai Kuis
14. Jawaban Ujian
Gambar 3.2 Rich Picture sistem yang sedang berjalan Keterangan Gambar 3.2 : 1. Wakil Kepala Sekolah Bag. Kesiswaan memberikan data siswa dan kelas kepada Guru Wali Kelas sehingga Guru Wali Kelas mengetahui siswa yang termasuk ke dalam kelasnya. 2. Wakil Kepala Sekolah Bag. Kurikullum memberikan data jadwal kelas kepada Guru Wali Kelas
53 3. Wakil Kepala Sekolah Bag. Kurikullum memberikan data jadwal kelas juga kepada Guru Bidang Studi sehingga Guru Bidang Studi mengetahui harus mengajar pada jam ke-berapa dan di kelas mana. 4. Data jadwal kelas diberikan oleh guru kepada siswa untuk acuan pembelajaran setiap harinya. 5. Guru Bidang Studi menyampaikan materi pelajaran setiap harinya kepada siswa di dalam kelas. 6. Siswa bisa memberikan pertanyaan kepada Guru Bidang Studi mengenai materi pembelajaran. 7. Guru Bidang Studi bisa memberikan pertanyaan kepada Siswa sebagai sarana pengukuran pemahaman terhadap materi. 8. Guru Bidang Studi bisa melaksanakan kuis di kelas mengenai materi pembelajaran yang hasilnya bisa menjadi nilai bagi para siswa 9. Siswa memberikan jawaban kuis kepada Guru Bidang Studi setelah waktu dilaksanakannya kuis berakhir. 10. Guru Bidang Studi menyerahkan soal ujian yang telah dibuat kepada Wakil Kepala Sekolah Bag. Kurikullum saat mendekati periode ujian 11. Wakil Kepala Sekolah Bag. Kurikullum memberikan soal ujian tersebut kepada Pengawas Ujian saat berlangsungnya ujian di sekolah.
54 12. Pengawas Ujian memberikan soal ujian kepada para siswa yang mengikuti ujian. 13. Siswa mengumpulkan jawaban ujian kepada Pengawas Ujian setelah waktu pelaksanaan ujian berakhir. 14. Jawaban ujian tersebut diberikan kepada Guru Bidang Studi untuk dinilai 15. Nilai ujian dari jawaban ujian yang telah diperiksa oleh Guru Bidang Studi kemudian diberitahukan kepada para Siswa. 16. Proses ujian yang dilaksanakan lebih dari satu kali kemudian menghasilkan nilai ujian yang lebih dari satu, total nilai ujian tersebut diserahkan kepada Guru Wali Kelas dari Siswa tersebut. 17. Guru Wali Kelas memproses hasil total nilai ujian dan dituangkan ke dalam raport untuk kemudian diberikan kepada Siswa
3.5. Analisis Kebutuhan Sistem E-Learning 3.5.1 Analisis Profil Siswa dan Guru Untuk menganalisa kebutuhan sistem E-Learning dilakukan survei kepada siswa dan guru SMU Regina Pacis. Hasil pengolahan kuesioner dapat disajikan melalui informasi sebagai berikut:
55
1. Demografi Responden Tabel 3.1 Demografi Responden Siswa Demografi Jenis Kelamin Responden Pria Wanita Jumlah 28 22 Persentase 56% 44% Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Tabel 3.2 Demografi Responden Guru Demografi Responden
Pria
Jenis Kelamin Wanita
Jumlah 22 17 Persentase 56.41% 43.58% Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan tabel 3.1 dan tabel 3.2, dapat diketahui bahwa persentase responden pria sedikit lebih dominan daripada responden wanita. Demografi siswa menunjukkan bahwa persentase responden pria sebanyak 56% dan persentase responden
wanita
sebanyak
44%.
Demorafi
guru
menunjukkan bahwa persentase responden pria hampir tidak jauh berbeda dengan persentase responden siswa pria yakni sebanyak 56.41% dan persentase responden guru wanita sebanyak 43.58%.
56
2. Tingkat kepemilikan komputer/ laptop oleh para siswa dan guru Tingkat Kepemilikan Komputer Siswa
36% Ya Tidak 64%
Gambar 3.3 Diagram Kepemilikan Komputer/Laptop Siswa Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010) Keterangan: Siswa yang memiliki komputer/laptop sebanyak 64% Siswa yang tidak memiliki komputer/laptop sebanyak 36%
57 Tingkat Kepemilikan Komputer Guru
44%
Ya 56%
Tidak
Gambar 3.4 Diagram Kepemilikan Komputer/Laptop Guru Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010) Keterangan: Guru yang memiliki komputer/laptop sebanyak 56% Guru yang tidak memiliki komputer/laptop sebanyak 44%
Dari gambar 3.3 dan gambar 3.4 dapat diketahui bahwa hampir sebagian besar siswa dan guru tidak memiliki laptop dan komputer sendiri. 36% dari siswa belum tidak memiliki komputer dan 44% dari guru tidak memiliki komputer. Hal ini menandakan harusnya ada perhatian khusus mengenai sistem yang dibuat supaya sistem tersebut bisa digunakan tanpa harus memiliki komputer pribadi. Kemudahan penggunaan sistem di
58 warnet atau handphone misalnya menjadi satu pertimbangan penting untuk sistem yang dibuat. 3. Tingkat frekuensi pengaksesan Internet oleh para siswa dan guru dalam seminggu Tingkat Frekuensi Pengaksesan Internet oleh Siswa Dalam Seminggu
8%
6%
14%
Setiap hari 4‐6 hari 2‐3 hari
24% 48%
1 hari belum tentu
Gambar 3.5 Diagram Frekuensi Pengaksesan Internet oleh Siswa dalam Seminggu Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010) Keterangan: Siswa yang mengakses Internet setiap hari sebanyak 14% Siswa yang mengakses Internet 4-6 hari dalam seminggu sebanyak 48% Siswa yang mengakses Internet 2-3 hari dalam seminggu sebanyak 24%
59 Siswa yang mengakses Internet 1 hari dalam seminggu sebanyak 8% Siswa yang mengakses Internet belum tentu 1 hari dalam seminggu sebanyak 6%
Tingkat Frekuensi Pengaksesan Internet oleh Guru Dalam Seminggu
11%
5%
Setiap hari
8%
4‐6 hari 2‐3 hari 38%
38%
1 hari belum tentu
Gambar 3.6 Diagram Frekuensi Pengaksesan Internet oleh Guru dalam Seminggu Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010) Keterangan: Guru yang mengakses Internet setiap hari sebanyak 5.12% Guru yang mengakses Internet 4-6 hari dalam seminggu sebanyak 7.69% Guru yang mengakses Internet 2-3 hari dalam seminggu sebanyak 36.09%
60 Guru yang mengakses Internet 1 hari dalam seminggu sebanyak 36.09% Guru yang mengakses Internet belum tentu 1 hari dalam seminggu sebanyak 10.25%
Tujuan Pengaksesan Internet
lainnya pengetahuan situs jejaring sosial
Guru
chatting Siswa e‐mail 0
10
20
30
Gambar 3.7 Diagram Batang Tujuan dari Pengaksesan Internet oleh Siswa dan Guru Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010) Dari informasi diagram di atas, bisa disimpulkan bahwa masih ada siswa dan guru yang belum tentu mengakses Internet dalam seminggu. Adapun tingkat frekuensi pengaksesan Internet oleh siswa masih lebih tinggi daripada tingkat frekuensi pengaksesan Internet oleh para guru. 14% dari siswa mengakses Internet selama setiap hari dalam seminggu, sementara 48% lainnya mengakses sebanyak 4-6 hari dalam
61 seminggu sedangkan hanya 5.12% guru yang mengakses Internet dalam seminggu dan hanya 7.69% mengakses Internet sebanyak 4-6 hari dalam seminggu. Ini menunjukkan kurangnya tingkat penggunaan Internet di kalangan siswa dan guru. Adapun tujuan siswa menggunakan akses Internet didominasi oleh keperluan situs jejaring sosial yakni sebanyak 48%.
Walaupun
guru
masih
lebih
sedikit
frekuensi
pengaksesan Internetnya dibandingkan dengan siswa, namun tujuan pengaksesan Internet oleh guru didominasi oleh keperluan pengetahuan dan pendidikan. Dengan adanya sistem E-Learning, diharapkan para siswa dan guru bisa lebih meningkatkan
pemahaman
menunjang proses pendidikan.
penggunaan
Internet
untuk
62 4. Pemahaman terhadap sistem E-Learning Pengetahuan Siswa Mengenai Sistem E-Learning
8% Ya Tidak 92%
Gambar 3.8 Diagram Pengetahuan Siswa Mengenai Sistem E-Learning Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010) Keterangan: Siswa yang pernah mendengar tentang Sistem E-Learning sebanyak 92% Siswa yang tidak pernah mendengar tentang Sistem ELearning sebanyak 8%
63 Pengetahuan Guru Mengenai Sistem E-Learning
5% Ya Tidak 95%
Gambar 3.9 Diagram Pengetahuan Guru Mengenai Sistem E-Learning Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010) Keterangan: Guru yang pernah mendengar tentang Sistem E-Learning sebanyak 94.87% Guru yang tidak pernah mendengar tentang Sistem ELearning sebanyak 5.12%
Informasi di atas memberikan gambaran bahwa sistem ELearning bukan merupakan sesuatu yang tidak dikenal oleh siswa dan guru. 8% siswa dan 5.12% dari guru belum mengetahui secara pasti apakah sistem E-Learning itu. Jumlah ini termasuk sedikit dan dapat diatasi dengan adanya sosialisasi sistem E-Learning.
64
5. Ketertarikan akan penggunaan sistem E-Learning Ketertarikan Siswa akan Penggunaan Sistem E-Learning
0%
14% Ya Tidak Tidak Tahu 86%
Gambar 3.10 Diagram Ketertarikan Siswa Terhadap Sistem E-Learning Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010) Keterangan: Siswa yang tertarik untuk menggunakan sistem E-Learning sebanyak 86% Siswa yang tertarik untuk menggunakan sistem E-Learning sebanyak 0% Siswa yang tidak tahu apakah mereka tertarik untuk menggunakan sistem E-Learning sebanyak 14%
Ketertarikan Guru akan Penggunaan Sistem E-Learning
65
0 Ya Tidak Tidak Tahu 100
Gambar 3.11 Diagram Ketertarikan Siswa Terhadap Sistem E-Learning Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010) Keterangan: Guru yang tertarik untuk menggunakan sistem E-Learning sebanyak 100% Guru yang tertarik untuk menggunakan sistem E-Learning sebanyak 0% Guru yang tidak tahu apakah mereka tertarik untuk menggunakan sistem E-Learning sebanyak 0% Informasi di atas menunjukkan bahwa adanya dukungan positif penuh dari semua guru untuk menggunakan sistem ELearning. 14% dari siswa tidak tahu apakah mereka mendukung dan tertarik terhadap sistem E-Learning karena bagi mereka ini masih sekedar konsep yang belum
66 terbayangkan. Hal ini akan bisa dengan mudah diatasi saat penerapan dan sosialisasi sistem E-Learning.
6. Harapan dari penggunaan Sistem E-Learning Materi interaktif
25 20
Forum Diskusi
15 Kemudahan Tugas
10 5 0 Siswa
Guru
Fleksibilitas Proses Pembelajaran Lainnya
Gambar 3.12 Diagram Batang Harapan Siswa dan Guru Terhadap Sistem E-Learning
Berdasarkan diagram di atas, mayoritas siswa dan guru menaruh harapan akan sistem E-Learning yang bisa memberikan materi yang interaktif dan forum diskusi. 28% dari siswa menginginkan sistem yang memberikan kemudahan terhadap pengerjaan tugas. Sistem E-Learning yang dirancang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di SMU Regina Pacis dan menjawab kebutuhan yang diharapkan oleh siswa dan guru. Dapat disimpulkan bahwa pengguna menginginkan proses interaksi antara guru dan murid melalui
67 forum diskusi dan fokus pada kualitas materi yang interaktif sehingga dapat membantu proses belajar mengajar di SMU Regina Pacis.
3.5.2 Analisis Kebutuhan Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Guru Berikut ini adalah hasil wawancara dengan guru untuk menganalisa kebutuhan sistem E-Learning: 1. Sistem
E-Learning
menggantikan
proses
yang
ada
sifatnya
pembelajaran
tidak
konvensional
dapat yang
dilakukan di SMU Regina Pacis. E-Learning menjadi suatu fasilitas dan cara alternatif yang dapat digunakan untuk menumbuhkan proses pembelajaran student-centric 2. Kendala utama yang dihadapi oleh para guru dan siswa dalam proses pembelajaran mandiri atau student centric adalah kurangnya minat dari siswa dan motivasi untuk melakukan pembelajaran secara mandiri, sistem E-Learning diharapkan bisa menumbuhkan minat siswa untuk mengeksplorasi potensi yang ada secara lebih dalam lagi dan merangsang siswa untuk belajar secara mandiri dengan teknologi Internet yang ada 3. Sistem E-Learning yang dirancang nanti diharapkan bisa menghilangkan ketergantungan utama siswa dan guru terhadap text-book. Walaupun proses pembelajaran masih menggunakan landasan utama dari text-book, namun sistem E-
68 Learning akan memperkaya metode pembelajaran di luar textbook yang akan menumbuhkan minat siswa untuk belajar secara mandiri 3.6 Analisis PORTER Model Lima Kekuatan PORTER
• • •
Kekuatan TawarMenawar Supplier • • • • •
Tenaga pengajar Perusahaan alatalat kantor Perusahaan furniture kantor Internet Provider Penerbit textbook pelajaran
Ancaman Produk Substitusi Home Schooling Kursus Keterampilan College
Persaingan antara perusahaan sejenis • • • •
SMUN 1 Bogor SMA Dwiwarna SMU Marsudirini SMU Al-Azhar
Kekuatan TawarMenawar Konsumen •
Kemungkinan Masuknya Pendatang Baru • • •
SMU Budi Mulia SMU Kesatuan SMU Mardi Waluya
Gambar 3.13 Model Lima Kekuatan PORTER
Siswa Lulusan SMP • Siswa pindahan dari SMU lain
69 3.6.1 Persaingan Antar Industri Pada pasar, institusi pendidikan bisa dibedakan ke dalam beberapa jenis. Menurut tingkatannya, SMU khususnya bisa diklasifikasikan ke dalam : 1. SMU Nasional 2. SMU Nasional plus 3. SMU Internasional Sedangkan menurut pengelolaannya, SMU bisa diklasifikasikan ke dalam: 1. SMU Negeri 2. SMU Swasta Pada klasifikasi tingkatan, SMU Regina Pacis termasuk ke dalam bagian SMU Nasional dan menurut pengelolaannya, SMU Regina Pacis termasuk ke dalam bagian SMU Swasta. Tabel 3.3 Perbedaan SMU Internasional, SMU Nasional Plus dan SMU Nasional SMU Internasional Izin DIKNAS sebagai sekolah Internasional Ijazah tidak berlaku di dalam negeri, berlaku internasional Tidak mengikuti UN Tidak bisa masuk PTN Bahasa pengantar Internasional (Inggris)
SMU Nasional Plus Izin DIKNAS sebagai sekolah Nasional Plus Ijazah berlaku di dalam negeri
SMU Nasional Izin DIKNAS sebagai sekolah Nasional Ijazah berlaku di dalam negeri
Mengikuti UN Mengikuti UN Bisa masuk PTN Bisa masuk PTN Dual Bahasa Bahasa pengantar Indonesia dan Bahasa Indonesia Inggris Sumber : Wawancara dengan Kepala Sekolah SMU Regina Pacis
70 Berikut ini adalah beberapa kategori dan sekolah yang termasuk ke dalam kategori: 1. SMU Swasta - Nasional •
SMU Budi Mulia
•
SMU Regina Pacis
•
SMU Kesatuan
•
SMU Mardi Waluya
•
SMU Marsudirini
•
SMU Al-Azhar
2. SMU Swasta – Internasional •
SMU Dwiwarna
3. SMU Negeri – Nasional •
SMUN 2 Bogor
•
SMUN 3 Bogor
4. SMU Negeri – Internasional •
SMUN 1 Bogor
Walaupun SMU Regina Pacis merupakan SMU Swasta – Nasional, persaingan yang ada tidak hanya melibatkan sesama SMU SwastaNasional saja, namun terjadi persaingan antar kategori SMU. Kualitas dan kepercayaan masyarakat terhadap SMU Regina Pacis menjadikan SMU Regina Pacis sebagai salah satu sekolah unggulan dan favorit. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal seperti: SMU Regina Pacis tidak
71 menerima siswa yang ditolak dari ujian saringan masuk SMU lain, dengan kata lain dalam proses penerimaan siswa, SMU Regina Pacis harus menjadi pilihan pertama. Beberapa SMU Swasta – Nasional menjadi pilihan kedua apabila siswa tidak lulus ujian saringan masuk pada SMU Regina Pacis. Beberapa program yang dimiliki SMU Regina Pacis setara dengan program SMU Internasional seperti kerjasama Foundation Program dengan institusi internasional. SMU Regina Pacis juga bersaing dengan SMU Negeri dalam banyak hal baik dalam hal kualitas,
reputasi
dan
prestasi.
Dari
penjelasan
di
atas
bisa
diklasifikasikan pesaing dari SMU Regina Pacis adalah: •
SMU Dwiwarna
•
SMUN 1 Bogor
•
SMU Marsudirini
•
SMU Al-Azhar
Sedangkan SMU Budi Mulia, SMU Kesatuan, SMU Mardi Waluya tidak termasuk ke dalam pesaing SMU Regina Pacis karena walaupun terdapat di kelas yang sama, segmen pasarnya menjad berbeda dari SMU Regina Pacis. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti prestasi, akreditasi, reputasi serta kepercayaan masyarakat.
3.6.2 Kekuatan Tawar-Menawar Supplier
72 Pemasok meliputi: tenaga pengajar, sarana pengajaran seperti furniture meja, papan tulis, kursi, alat-alat perlengkapan kantor seperti kertas, alat tulis, penerbit buku cetak pelajaran. Pemasok khususnya tenaga pengajar sekarang ini mulai melirik sekolah bertaraf internasional karena standar kompensasi yang jauh lebih baik daripada sekolah standar dan sekolah mandiri. Sarana pengajaran dan perlengkapan kantor tidak sulit untuk diperoleh, begitu pula dengan buku cetak pelajaran.
3.6.3 Kemungkinan Masuknya Pendatang Baru Sekolah yang termasuk pendatang baru merupakan sekolah yang terdapat pada kategori yang sama dengan SMU Regina Pacis yang tidak bisa bersaing dengan SMU Regina Pacis. Calon pendatang baru seperti SMU Budi Mulia, SMU Mardi Waluya dan SMU Kesatuan. Apabila terjadi peningkatan kualitas dan sarana serta faktor lain, tidak sulit bagi sekolah tersebut untuk masuk ke dalam persaingan, sekolah tersebut bisa saja menjadi pesaing langsung seperti SMU Marsudirini, SMU Al-Azhar dan lainnya.
3.6.4 Kekuatan Tawar-Menawar Konsumen Konsumen utama dari SMU Regina Pacis adalah siswa lulusan SMP. Sebagian besar biasanya adalah siswa lulusan SMP Regina Pacis. Namun seringkali konsumen ini berpindah ke sekolah lain karena standar masuk ke SMU Regina Pacis sangat tinggi. Tidak jarang banyak siswa
73 yang tidak mampu mengikuti metode pembelajaran yang sangat berat sehingga mereka terpaksa pindah ke sekolah lain.
3.6.5 Ancaman Produk Substitusi Sekolah umum bisa disubstitusikan dengan homeschooling dan pendidikan keterampilan. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi industri pendidikan masih memiliki daya tarik dan peluang yang sangat baik. Hal yang perlu diperhatikan adalah peningkatan teknologi informasi dan komunikasi serta metode pembelajaran yang lebih baik.
3.7 Analisis SWOT 3.7.1 Evaluasi Faktor Internal 3.7.1.1 Faktor Kekuatan SMU Regina Pacis Bogor Tabel 3.4 Faktor Kekuatan SMU Regina Pacis Bogor Strengths S1 Akreditasi SMU Regina Pacis A S2 Fasilitas Wi-Fi, lab komputer dan internet access point mendukung potensi pembelajaran student centric S3 Kualitas siswa SMU Regina Pacis unggulan S4 Seleksi penerimaan yang ketat dengan standar nilai kelulusan SMP diambil dari nilai raport dan berdasarkan sistem ranking dari hasil ujian saringan masuk SMU Regina Pacis S5 Kualitas pengajar yang kompeten dan tingkat turnover guru yang rendah. Sumber: Wawancara Kepala Sekolah SMU Regina Pacis 1. Akreditasi SMU Regina Pacis A. Berdasarkan sertifikasi akreditasi, tingkat akreditasi SMU Regina Pacis adalah A. Ini artinya SMU Regina Pacis memiliki tingkat kualitas pendidikan terbaik. Aspek yang dinilai dari akreditasi adalah
74 keseluruhan dari SMU Regina Pacis dari sistem administrasi, manajemen sekolah, manajemen guru, materi, fasilitas dan aspek kesiswaan. Sumber: Hasil observasi dan wawancara dengan Kepala Sekolah SMU Regina Pacis 2. SMU Regina Pacis memiliki fasilitas yang lengkap seperti lab komputer, Wi-Fi gratis dan Lab Internet Access untuk menunjang proses pembelajaran student centric. Setiap murid mendapat praktikum komputer dengan materi pelatihan yang up to date seperti membuat blog, membuat website dengan bahasa pemrograman server side dan web design. Guru mendapatkan fasilitas Internet center gratis untuk menambah wawasan dan referensi materi dari Internet. Sumber: Hasil observasi 3. Siswa SMU Regina Pacis memiliki kualitas unggulan dibandingkan dengan siswa di SMU sejenis lainnya. Hal ini dapat diukur dari nilai rata-rata kelas yang diperoleh. Prestasi yang dicapai oleh siswa SMU Regina Pacis juga sangat baik seperti Peraih Medali Perak Olimpiade Internasional Fisika 2005 dan Global Enterpreneurship Award. Tingkat kedisiplinan siswa SMU Regina Pacis sangat tinggi. Hasil wawancara dengan guru BP menyatakan bahwa sedikit sekali terjadi pelanggaran kedisiplinan seperti keterlambatan masuk sekolah dan perihal berseragam serta hampir tidak ada kasus buruk yang dialami oleh siswa SMU Regina Pacis baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Sumber: Hasil pengolahan data dan wawancara dengan Kepala Sekolah SMU Regina Pacis
75 4. SMU Regina Pacis memiliki standar yang ketat mengenai penerimaan siswa baru. Nilai yang digunakan untuk salah satu faktor penilaian adalah nilai raport SMP. SMU Regina Pacis menerima siswa dengan berlandaskan sistem ranking dari semua hasil peserta ujian saringan masuk. SMU Regina Pacis hanya mengambil urutan teratas dari total hasil peserta.
Tabel 3.5 Statistik Jumlah Pendaftar SMU Regina Pacis dengan Jumlah yang Diterima Periode Tahun
Jumlah Pendaftar
Ajaran
Jumlah yang
Rasio
Diterima
2003/2004
465
295
63.44%
2004/2005
392
278
70.91%
2005/2006
445
275
61.79%
2007/2008
419
269
64.20%
Sumber: Data dari Tata Usaha SMU Regina Pacis Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa SMU Regina Pacis memiliki jumlah pendaftar yang tinggi. Namun SMU Regina Pacis memiliki standar penerimaan yang tinggi, terlihat dengan rasio penerimaan hanya berkisar 61 % sampai 70,9 % dari jumlah pendaftar. Sumber: Data dari tata usaha SMU Regina Pacis.
76 5. Tingkat turnover guru rendah, dengan persentase guru yang mengajar selama lebih dari 10 tahun sebanyak 76.92% (30 orang) dan persentase guru yang mengajar lebih dari 5 tahun adalah sebanyak 23.07% (9 orang) pada tahun ajaran 2009/2010
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
20 05 /0 6 2 00 6/0 7 20 07 /08 20 08 /0 9 2 00 9/1 0
2009/2010 Total Guru = 39 Jumlah Guru S1 = 30 Jumlah Guru S2 = 3 Jumlah Guru D3 = 3 Gambar 3.14 Diagram Tingkat Pendidikan Guru SMU Regina Pacis
Sampai tahun ajaran 2009/2010, SMU Regina Pacis memiliki total 39 guru. Di mana 30 orang di antaranya merupakan lulusan S1 dan 3 di antaranya merupakan lulusan S2 serta 3 merupakan lulusan D3. Sumber: Data dari tata usaha SMU Regina Pacis.
77
3.7.1.2 Faktor Kelemahan SMU Regina Pacis Bogor Tabel 3.6 Faktor Kelemahan SMU Regina Pacis Weaknesses W1 Biaya iuran sekolah yang tinggi, rata-rata uang sekolah 400.000 per bulan W2 Keterbatasan para guru untuk dapat melakukan pengembangan diri dalam bidang pendidikan formal W3 Tidak semua siswa dan guru di SMU Regina Pacis merupakan computer dan Internet literate W4 Pembelajaran teacher-centric masih mendominasi metode pembelajaran di sekolah W5 Kurangnya penerapan teknologi informasi – sistem administrasi, sistem penilaian, sistem pendaftaran semuanya manual Sumber: Wawancara Kepala Sekolah SMU Regina Pacis, Orang Tua Murid dan Siswa, Guru Bidang Studi, Observasi 1. Siswa SMU Regina Pacis dikenakan biaya iuran yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Namun rata-rata uang sekolah per bulan tergolong cukup tinggi yaitu Rp. 400.000 per bulan bahkan ada yang lebih dari itu. Kadang siswa yang berasal dari kalangan keluarga menengah tidak mendapat keringanan biaya iuran sekolah dan harus membayar dengan harga yang relatif sama dibandingkan dengan siswa yang berasal dari kalangan keluarga atas. Perbandingan iuran ini dilihat juga di sekolah lain seperti SMU Budi Mulia yang memiliki fasilitas dan segmen sama dengan SMU Regina Pacis, tetapi biaya iuran sekolah di sana ratarata hanya Rp. 250.000,00. Tidak hanya itu, SMU Regina Pacis juga mengenakan siswanya berbagai macam iuran tambahan seperti bagi siswa kelas tiga berupa iuran pelajaran tambahan sebesar Rp. 100.000,00 per bulan. Biaya lain seperti iuran ekstra kurikuler juga sering dikeluhkan oleh para orang tua murid.
78 Sumber: Hasil wawancara dengan siswa dan orang tua siswa. 2. Guru memiliki keterbatasan finansial untuk dapat melanjutkan studi formal ke jenjang yang lebih tinggi. Kebutuhan akan pendalaman materi yang diajarkan merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Guru memiliki motivasi untuk mengembangkan diri mereka namun karena masalah biaya maka tidak banyak guru yang bisa meningkatkan jenjang pendidikan formalnya. Sumber: Hasil wawancara dengan kepala sekolah 3. Berdasarkan kuesioner kepada para guru dan siswa, 43% dari guru tidak terbiasa dengan penggunaan internet. Mayoritas sudah terbiasa menggunakan komputer hanya untuk kebutuhan kantor sehari-hari seperti membuat soal, membuat rangkuman, namun sedikit yang melakukan interaksi di dunia maya. Sedangkan sekitar 8 % siswa SMU Regina Pacis tidak bisa menggunakan komputer dan Internet dengan baik. Sumber: Kuesioner siswa dan guru 4. Berdasarkan wawancara, banyak guru yang masih memberikan pelajaran dengan metode teacher centric. Di mana guru hanya memberikan materi secara one way, serta tidak adanya dorongan bagi siswa untuk bisa berinteraksi dengan guru tersebut. Siswa selalu diberikan materi tanpa aktif mencari sendiri. Sumber: Hasil wawancara dengan guru. 5. Sistem office di SMU Regina Pacis masih belum menggunakan teknologi informasi. Data siswa masih disimpan dalam database access dan Microsoft Excel. Banyak dari laporan masih menggunakan kertas dan cetak manual. Sistem penilaian siswa juga masih sekedar menggunakan Excel. Pendaftaran pun dilakukan secara manual.
79 Sumber: Observasi di kantor administrasi sekolah dan tata usaha.
3.7.2 Evaluasi Faktor Eksternal 3.7.2.1 Faktor Peluang SMU Regina Pacis Bogor Tabel 3.7 Faktor Peluang SMU Regina Pacis Opportunities O1 Kawasan di sekitar RP merupakan daerah yang sangat accessible O2 Banyak sekali kesempatan kerjasama dengan institusi pendidikan terkemuka dari luar negeri O3 Kepercayaan pasar dengan tingginya jumlah siswa SMP Regina Pacis yang kembali masuk ke SMU Regina Pacis O4 Daya serap pasar masih tinggi dengan jumlah kelulusan dari SMP di Kabupaten / Kota Bogor sebanyak rata-rata 76.000 siswa per tahun O5 Banyak teknologi informasi yang bisa menunjang proses pendidikan Sumber: Hasil Pengolahan Data, Observasi, Wawancara dengan Kepala Sekolah SMU Regina Pacis 1. Kawasan di sekitar SMU Regina Pacis sekarang telah berkembang menjadi pusat kota. Jalan utama Ir.H. Juanda tempat SMU Regina Pacis berada tepat di depan Kebun Raya Bogor dan Istana Presiden, sederetan dengan kantor pos dan sentra niaga Bank dan pusat bisnis. Masih di jalan yang sama merupakan Balai Kota. SMU Regina Pacis juga memiliki jarak sangat dekat dengan lapangan olahraga terbesar di kota Bogor yakni lapangan Sempur. Kegiatan ujian atletik diadakan di lapangan tersebut dan dijangkau oleh para siswanya hanya dengan berjalan kaki. Dengan hanya 15-20 menit akses ke jalan tol, menjadikan kawasan SMU Regina Pacis sangat mudah diakses oleh para siswanya. Tidak jarang siswa SMU Regina Pacis merupakan orang yang tinggal di luar kota Bogor, seperti Sentul, Cibinong, Citeurep. Mereka memanfaatkan akses tol dan angkutan umum yang hanya satu kali jalan menuju SMU Regina Pacis.
80 Sumber: Observasi wilayah SMU Regina Pacis. 2. SMU Regina Pacis sudah dikenal di beberapa negara maju seperti Australia, Korea dan Singapura. Banyak sekali program kerjasama yang bisa dilakukan oleh SMU Regina Pacis dengan institusi terkemuka seperti Wu-Song University Korea, Sol Bridge International School of Business dan Tuart College Australia. Kesempatan kerjasama ini membuka peluang untuk meningkatkan mutu dan kualitas siswa SMU Regina Pacis melalui program dari institusi-institusi tersebut. Sumber: Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMU Regina Pacis. 3. Tingginya kepercayaan pasar terhadap SMU Regina Pacis, dengan lebih dari 72% siswa rata-rata lulusan SMP Regina Pacis per tahunnya masuk menjadi siswa SMU Regina Pacis.. Tabel 3.8 Persentase Jumlah Siswa Lulusan SMP Regina Pacis yang Diterima di SMU Regina Pacis Tahun Ajaran
Jumlah Siswa Lulusan SMP Regina Pacis
Jumlah Siswa Lulusan SMP Regina Pacis yang diterima di SMU Regina Pacis 2006/2007 176 132 2007/2008 184 130 2008/2009 187 132 2009/2010 198 153 Sumber: Data dari tata usaha SMU Regina Pacis.
Persentase
75.00% 73.86% 70.58% 77.27%
4. Kabupaten / Kota Bogor memiliki jumlah lulusan siswa SMP sebanyak per 54.705 siswa rata-rata per tahunnya selama tiga tahun terakhir. Ini merupakan suatu tanda bahwa daya serap pasar masih tinggi. Jumlah permintaan yang tinggi
81 ini dapat menjadi kesempatan bagi SMU Regina Pacis untuk dapat menerima siswa lebih banyak lagi. Tabel
3.9
Rata-Rata
Jumlah
Lulusan
Siswa
SMP
Se-
Kabupaten/Kota Bogor Tahun Ajaran
Jumlah Siswa Lulusan SMP Kabupaten Bogor Kota Bogor 2006/2007 41822 13651 2007/2008 36872 15955 2008/2009 39567 16248 Rata-rata 39420 15284 Sumber: Data dari DIKNAS Kota Bogor (2009).
Total 55473 52827 55815 54705
5. Teknologi informasi sekarang ini banyak sekali yang dapat digunakan untuk menunjang proses pendidikan. Contoh-contohnya adalah forum, jurnal online, artikel ilmiah, situs-situs berita, perpustakaan online. Sumber: Observasi.
3.7.2.2 Faktor Ancaman SMU Regina Pacis Tabel 3.10 Faktor Ancaman SMU Regina Pacis Threats T1 Persaingan dengan sekolah internasional – tingkat penerimaan siswa di sekolah internasional tinggi T2 Tingginya tingkat inflasi spesifik di kota Bogor dan juga untuk komoditi pendidikan T3 Sekolah lain menawarkan biaya lebih murah – biaya iuran sekolah sejenis rata-rata 250.000 per bulan T4 Perubahan kebijakan pemerintah mengenai masalah UAN T5 Prioritas dukungan pemerintah ke sekolah negeri Sumber: Hasil Pengolahan Data, Wawancara dengan Kepala Sekolah, Siswa dari SMU Pesaing
82 1. SMU Regina Pacis bisa dikatakan bersaing dengan sekolah internasional. Walaupun kelasnya masih sekolah bertaraf nasional, namun pangsa pasarnya juga bersaing dengan sekolah internasional seperti SMU DwiWarna, SMU Marsudirini. Tingkat penerimaan siswa di sekolah internasional cukup tinggi. 2. Tingkat inflasi di Kota Bogor cukup tinggi yaitu 0.149 dan kenaikan Index Harga Konsumen di Kota Bogor mencapai rata-rata 117.036 dibandingkan dengan tahun 2007
Tabel 3.11 Tingkat Index Harga Konsumen dan Inflasi di Kota Bogor Tahun 2009 Tahun Index Harga Konsumen Inflasi 2009 Januari 115,61 -0,34 Februari 116,30 0,60 Maret 116,92 0.53 April 116.37 -0.47 Mei 116.39 0.02 Juni 116.60 0.18 Juli 116.79 0.16 Agustus 117.82 0.88 September 118.60 0.66 Oktober 118.08 -0.44 November 117.92 -0.14 Desember Average 117.036 0.149 Sumber: Biro Pusat Statistik 08 Desember 2009
Inflasi yang cukup tinggi mempengaruhi tingkat daya beli masyarakat khususnya di kota Bogor. Terlebih lagi tingkat inflasi komoditi pendidikan termasuk salah satu yang paling tinggi menurut Biro Pusat Statistik.
83 Tabel 3.12 Perbandingan Tingkat Inflasi Komoditi di Indonesia Tahun 2009
Baha n Maka nan
Perumah an, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Sand ang
Keseh atan
Pendid ikan, Rekre asi dan Olahra ga
4.01
1.55
5.01
3.68
3.88
Transp or, Komun ikasi, dan Jasa Keuan gan -4.01
Nopember
-0.82
0.15
0.98
0.19
0.13
-0.08
Oktober
0.28
0.24
0.37
0.20
0.34
-0.71
September
2.43
0.18
1.28
0.29
0.43
0.89
Juli
1.14
0.08
-0.23
0.13
1.21
0.28
Juni
-0.18
0.04
0.30
0.23
0.09
0.25
Mei
-0.25
0.09
-0.48
0.62
0.07
0.00
April
-1.33
0.12
-1.70
0.34
0.05
0.07
Maret
-0.26
0.20
1.02
0.73
0.06
0.25
Februari
0.95
0.28
2.85
0.17
0.04
-2.43
Januari
0.76
-0.06
0.55
0.37
0.12
-2.53
Tahun/Bulan
2009
Sumber: Biro Pusat Statistik 08 Desember 2009
3. Biaya iuran sekolah yang lain menawarkan biaya yang lebih murah daripada SMU Regina Pacis. Biaya iuran sekolah rata-rata di SMU Budi Mulia hanya berkisar rata-rata Rp. 250.000 per bulannya. Sekolah yang dibandingkan di sini memiliki fasilitas yang hampir sama, dengan fasilitas lapangan olahraga, fasilitas lab komputer, perpustakaan. Sekolah –sekolah ini juga memiliki segmen yang sama. Adapun SMUN 1 Bogor tidak mengenakan iuran bagi siswanya karena mendapat alokasi anggaran Bantuan Operasional Sekolah dari pemerintah. Hal ini membawa persaingan menjadi lebih sulit bagi SMU Regina Pacis. Sumber: Wawancara dengan siswa dari SMUN 1 Bogor dan SMU Budi Mulia.
84 4. Kebijakan pemerintah mengenai masalah UAN memberikan dampak yang kurang baik bagi SMU Regina Pacis. Kenaikan standar nilai UAN dari tahun ke tahun dirasa amat memberatkan bagi siswa SMU Regina Pacis. Pada tahun 2007, 4 siswa tidak lulus UAN dan pada tahun 2008, 2 siswa tidak lulus UAN. Kebijakan yang senantiasa berubah ini merupakan ancaman bagi SMU Regina Pacis. Contoh perubahan kebijakan pada tahun 2010 adalah percepatan penyelenggaraan UAN. Sumber: Wawancara dengan Kepala Sekolah SMU Regina Pacis Bogor 5. Prioritas dukungan pemerintah difokuskan pada sekolah negeri. Beberapa sekolah negeri ternama di Bogor mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah dalam hal pembiayaan dan infrastruktur. Pemenuhan fasilitas dan teknologi seperti LCD proyektor pada tiap kelas di SMUN 1 Bogor dibiayai oleh pemerintah. Walaupun SMU Regina Pacis mendapat bantuan dana sebesar 200 juta Rupiah, namun pemerintah tidak memberikan fokus bantuannya kepada sekolah swasta seperti SMU Regina Pacis. Ini menjadi ancaman bagi SMU Regina Pacis karena SMU negeri memiliki fasilitas yang sama bahkan melebihi fasilitas SMU Regina Pacis. Sumber: Wawancara dengan Kepala Sekolah SMU Regina Pacis Bogor
85 3.7.3 Matriks IFE dan EFE Berikut ini adalah matriks evaluasi faktor internal dan matriks evaluasi faktor eksternal dari SMU Regina Pacis yang diperoleh dari wawancara dengan Kepala Sekolah SMU Regina Pacis Bogor dan diberikan pembobotan dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (pairwise)
Tabel 3.13 Evaluasi Faktor Internal Faktor Strategik Internal Kekuatan: Akreditasi SMU Regina Pacis A
Bobot
Rating Skor
0.0952
4
0.0233
2
0.1720 Seleksi penerimaan yang ketat dengan standar nilai kelulusan SMP diambil dari nilai raport dan berdasarkan sistem ranking dari hasil ujian saringan masuk SMU Regina Pacis 0.0741 Tingkat turnover guru rendah, dengan persentase guru yang mengajar selama lebih dari 10 tahun sebanyak 70% dan 30% adalah guru yang mengajar lebih dari 5 tahun. 0.1216
4
Fasilitas Wi-Fi, lab komputer dan internet access point
Kualitas siswa SMU Regina Pacis unggulan
4
Keterangan
Pertahankan kualitas 0.3809 pendidikan Memberikan fasilitas yang lengkap dan menunjang 0.0467 pembelajaran Pertahankan kedisiplinan 0.6879 siswa Menciptakan seleksi kualitas calon siswa
0.2962 Tingkatkan loyalitas guru
4
0.4866
86 Sub Total Kelemahan: Biaya iuran sekolah yang tinggi, rata-rata uang sekolah 400.000 per bulan Keterbatasan para guru untuk dapat melakukan pengembangan diri dalam bidang pendidikan formal Tidak semua siswa dan guru di SMU Regina Pacis merupakan computer dan Internet literate Pembelajaran teachercentric masih mendominasi metode pembelajaran Kurangnya penerapan teknologi informasi – sistem administrasi, sistem penilaian, sistem pendaftaran semuanya manual Sub Total Total Skor Pembobotan
1.8983 Turunkan biaya sehingga lebih terjangkau 0.1282
3
0.3846
0.1687
1
0.1687 Meningkatkan tingkat melek teknologi pada guru-guru
3
0.0596
0.1789 Mengenalkan sistem student centric learning
1
0.1281
0.1281 Mengembangkan teknologi informasi yang dapat diterapkan di sekolah
2
0.0291 1.00
0.0581 0.9184 2.8167
Tabel 3.14 Evaluasi Faktor Eksternal Faktor Strategik Eksternal Peluang: Kawasan di sekitar RP merupakan daerah yang sangat accessible Banyak sekali kesempatan kerjasama dengan institusi pendidikan terkemuka dari luar negeri Kepercayaan pasar dengan tingginya jumlah
Bobot
Rating Skor
Keterangan
Maksimalkan penggunaan lokasi 0.1283
4
0.1952
4
0.0667
3
0.5132 Kembangkan kerjasama dengan institusi asing dan branding 0.7809 internasional Pertahankan citra 0.2001 dan kepercayaan
87 siswa SMP Regina Pacis yang kembali masuk ke SMU Regina Pacis Daya serap pasar masih tinggi dengan jumlah kelulusan dari SMP di Kabupaten / Kota Bogor sebanyak rata-rata 76.000 siswa per tahun Banyak teknologi informasi yang bisa menunjang proses pendidikan
masyarakat
Tingginya minat masyarakat dan permintaan pasar
0.0174
0.0388 Sub Total Ancaman: Persaingan dengan sekolah internasional – tingkat penerimaan siswa di sekolah internasional tinggi Tingginya tingkat inflasi spesifik di kota Bogor dan juga untuk komoditi pendidikan Sekolah lain menawarkan biaya lebih murah – biaya iuran sekolah saingan rata-rata 250.000 per bulan Perubahan kebijakan pemerintah mengenai masalah UAN Prioritas dukungan pemerintah ke sekolah negeri Sub Total Total Skor Pembobotan
3
3
0.0521 Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi operasi dan proses belajar 0.1164 mengajar 1.6627 Tingkatkan kualitas sehingga mendekati sekolah bertaraf internasional
2
0.1898
0.0477
3
Kemampuan daya beli terbatas pada kalangan menengah 0.1432 ke atas Turunkan biaya sehingga lebih terjangkau
0.0338
3
0.1013
0.0949
0.1207
2
0.2565
1
1.00
Ikuti dan bersikap responsif terhadap 0.2413 perubahan Maksimalkan bantuan dana yang didapat dari 0.2565 pemerintah 0.9321 2.5949
88 3.7.4 Matriks Internal-External (IE) External \ Internal High 3,004,00
High 3,00-4,00
Medium 2,00-2,99
Low 1,00-1,99
Grow & Develop
Grow & Develop
Maintain & Guard
Medium 2,00-2,99
Grow & Develop
Divest
Low 1,001,99
Maintain & Guard
Maintain & Guard Strategi defensif dengan melakukan peningkatan dan pengembangan produk (Pengembangan produk) 1. Penerapan sistem informasi 2. Sistem pengajaran student centric Divest
Divest
Gambar 3.15 Matriks Internal-External SMU Regina Pacis Bogor Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Hasil analisa kondisi internal dan eksternal dapat diperoleh dari nilai EFE sebesar 2.5949 dan IFE sebesar 2.8167. Berdasarkan matriks internal dan eksternal di atas dapat diketahui bahwa SMU Regina Pacis berada di dalam posisi Maintain and Guard (Jaga dan Pertahankan) di mana kondisi internalnya sedang dan kondisi eksternalnya sedang. Oleh karena itu, SMU Regina
89 Pacis sebaiknya melakukan strategi pengembangan produk termasuk pengembangan proses belajar mengajar (materi, metode, sumber daya manusia), salah satunya dengan penerapan teknologi sistem informasi E-Learning.
3.7.5 Matriks SWOT Strengths – S Internal 1. Akreditasi SMU Regina Pacis A 2. Fasilitas Wi-Fi, lab komputer dan Internet access point 3. Kualitas siswa SMU Regina Pacis unggulan 4. Seleksi penerimaan yang ketat 5. Tingkat turnover guru yang rendah Eksternal
Weaknesses – W 1. Biaya iuran sekolah yang tinggi 2. Keterbatasan guru untuk pengembangan pendidikan formal 3. Tidak semua siswa dan guru computer dan internet literate 4. Pembelajaran teacher-centric 5. Kurangnya penerapan teknologi informasi
Opportunities - O 1. Lokasi yang strategis 2. Kerjasama dengan institusi asing 3. Kepercayaan pasar 4. Daya serap pasar tinggi 5. Banyak teknologi informasi yang bisa menunjang proses pendidikan
SO Strategies 1. Ekstensifikasi dan intensifikasi fasilitas belajar mengajar (S2, O1, O4, O5 ) 2. Peningkatan kompetensi SDM dan guru dengan teknologi (S2, S3, S5, O5) 3. Pemanfaatan channel teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (S1, S2, O5)
WO Strategies 1. Pengadaan kerjasama dengan institusi asing untuk peningkatan kompetensi siswa dan guru (W2, W3, O2) 2. Pengembangan metode pembelajaran student centric (W3, W4, W5, O5) 3. Pemberian program beasiswa luar negeri kepada siswa berprestasi (W1, O2, O4)
Threats – T 1. Persaingan dengan sekolah internasional 2. Tingginya tingkat inflasi 3. Sekolah lain yang menawarkan biaya lebih murah 4. Perubahan kebijakan pemerintah 5. Prioritas dukungan pemerintah ke sekolah negeri
ST Strategies 1. Peningkatan kualitas dan standar sekolah setaraf internasional (S1, S2, S3, S4, T1) 2. Pemberian program beasiswa kerjasama dengan pemerintah (S1, S3, T2, T3, T4, T5) 3. Pelatihan guru dengan lembaga pendidikan pemerintah (S5, T5)
WT Strategis 1. Peningkatan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan pemerintah (W4, T4) 2. Fokus pada kerjasama dengan institusi internasional (W2,W3, T1) 3. Optimalisasi bantuan dana pemerintah untuk subsidi biaya sekolah (W1, W2, T2, T3, T5)
Gambar 3.16 Matriks SWOT SMU Regina Pacis Bogor
90 Dari matriks IFE dapat diketahui bahwa nilai Strengths dari SMU Regina Pacis adalah 1.8983 dan Weaknesses adalah 0.9184 (lebih besar pada Strengths), nilai Opportunities sebesar 1.6627 dan Threats sebesar 0.9321 (lebih besar pada Opportunities). Hal ini menjadi dasar bahwa strategi yang harus diambil adalah strategi Strengths dan Opportunities. Berdasarkan matriks SWOT di atas, SMU Regina Pacis dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk meraih peluang yang ada. Cara yang dapat dilakukan oleh SMU Regina Pacis antara lain: melakukan peningkatan kompetensi siswa dan guru dengan menggunakan fasilitas dan teknologi yang ada, mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif dengan memanfaatkan channel teknologi informasi yang ada (E-Learning) dan meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa dan guru yang diperoleh dari channel teknologi tersebut.
3.8 Identifikasi Kebutuhan Berdasarkan analisa permasalahan, kebutuhan SMU Regina Pacis, analisa faktor internal dan eksternal dan analisa SWOT, maka bisa dirumuskan langkah untuk meningkatkan proses pembelajaran yang inovatif dengan channel teknologi dan sistem informasi: 1. Mengembangkan metode pembelajaran dengan fasilitas sistem informasi yang mengedepankan interaksi guru dan murid secara intensif. 2. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mendapatkan keunggulan penyajian referensi materi yang up to date
91 3. Mengembangkan kemudahan akses tanpa batas waktu dan tempat bagi siswa untuk belajar secara aktif Dengan melihat rumusan langkah di atas, maka usulan pengembangan sistem pembelajaran elektronik yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1. Memberikan fasilitas interaksi guru dan murid serta materi pembelajaran yang menarik 2. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar secara mandiri 3. Memberikan keleluasaan penyajian materi secara up to date dengan referensi yang tidak terbatas dari Internet 4. Meniadakan keterbatasan waktu dan tempat untuk melakukan pembelajaran secara mandiri