BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Defenisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap
pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah. (Ronny et al. 2010) 2.2.
Tekanan Darah Arteri Rata-rata Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong kearah
jaringan. Tekanan ini harus diukur secara ketat dengan dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus (Sherwood, 2001). Mekanisme-mekanisme yang melibatkan integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain penting untuk mengatur tekanan darah arteri ratarata. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan resistensi perifer total. Perubahan setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan kompensatorik pada variabel lain sehingga tekanan darah konstan. Aliran darah kesuatu jaringan bergantung pada gaya dorong berupa tekanan darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi arteriol-arteriol jaringan tersebut. Karena, tekanan arteri rata-rata bergantung pada curah jantung dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika arteriol di salah satu jaringan berdilatasi, arteriol di jaringan lain akan mengalami konstriksi untuk mempertahankan tekanan darah arteri yang adekuat, sehingga darah mengalir
Universitas Sumatera Utara
tidak saja ke jaringan yang mengalami vasodilatasi tetapi juga ke otak, yang harus mendapatkan pasokan darah yang konstan. Dengan demikian variabel kardiovaskuler harus terus menerus diubah untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan walaupun kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah (Sherwood, 2001). 2.3.
Faktor-faktor yang menentukan Tekanan Darah Agar kita mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah jantung dan
tahanan terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini disebut tahanan tepi. Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan tepi Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung seperti frekuensi jantung dan isi sekuncup. Tahanan terhadap aliran darah terutama terletak di arteri kecil tubuh, yang disebut arteriole. Pembuluh darah berdiameter kecil inilah yang memberikan tahanan terbesar pada aliran darah. Kapiler merupakan pembuluh darah yang jauh lebih kecil dari erteriole, tetapi meskipun setiap kapiler akan memberikan tahanan yang lebih besar di banding sebuah arteriole, terdapat sejumlah besar kapiler yang tersusun paralel dan berasal dari satu arteriole. Akibatnya terdapat sejumlah lintasann alternatif bagi darah dalam perjalanannya dari arteriole ke vena, dan karena inilah maka jaringan kapiler ini tidak memberikan tahanan terhadap aliran darah seperti yang diberikan oleh arteriole (Green, 2008). 2.3.1. Viskositas darah Tahanan yang diberikan oleh arteriole dari ukuran tertentu bergantung pada viskositas darah. Darah yang merupakan cairan kental, lengket, yang memberikan tahanan dua sampai tiga kali lebih besar daripada air biasa atau larutan garam. Viskositas darah bergantung sebagian pada plasma dan sebagian pada jumlah sel darah merah yang ada.Viskositas darah biasanya konstan, tetapi akan berkurang bila diberikan sejumlah besar larutan garam. Pengganti plasma seperti dextran merupakan cairan kental. Pengurangan dalam jumlah sel darah merah yang beredar sedikit berpengaruh pada viskositas, tetapi akan meningkat pada polisitemia. Viskositas darah yang rendah akan berhubungan dengan tekanan darah rendah dan darah berviskositas tinggi dengan tekanan darah tinggi (Green,2008).
Universitas Sumatera Utara
2.4. Faktor yang mempengaruhi ukuran suatu arteriole. 2.4.1. Nadi Arteri Denyut arteri paling mudah diraba dan seringkali dapat dilihat. Bila nadi dipakai untuk menentukan frekuensi jantung, maka harus ditentukan jumlah siklus jantung dalam satu menit. Waktunya harus dimulai dari nadi pertama dan nadi pertama ini harus di hitung sebagai nol (0). Berikutnya dihitung sebagai 1, berikutnya lagi 2 dan seterusnya. Nadi radial adalah nadi yang paling sering dipakai untuk menentukan frekuensi jantung. Perlu diingat bahwa perubahan tekanan darah di arteri radialis inilah yang terasa bilamana nadi ditentukan, kenaikan tekanan yang cepat dari 80 mmHg ke 120 mmHg waktu sistole dihantarkan secepatnya melalui arteri dengan kecepatan kira-kira enam meter per detik dan perubahan tekanan memerlukan kira-kira 1/10 detik untuk mencapai pergelangan tangan. Perlu diperhatikan dalam membedakan antara tekanan darah dan aliran darah. Darah yang dikeluarkan dari jantung setiap denyut mengalir jauh lebih lambat dan memerlukan sejumlah detik untuk mencapai pergelangan tangan dan tidak tiba sebelum lewat beberapa denyut. Meskipun adanya denyut nadi memastikan bahwa lintasa pembuluh darah utama adalah pasti antara jantung dan lokasi perabaan nadi, fakta bahwa tidak ada nadi bukan berarti bahwa tidak ada aliran darah di dalam arteri. Fluktuasi tekanan darah di dalam arteri antara tekanan sistole (120 mmHg) dan tekanan diastole (80 mmHg) yang menimbulkan adanya naddi. Bila karena suatu sebab tidak terdapat perbedaan antara kedua tekanan tersebut, dan tekanan merupakan tekanan rata-rata 100 mmHg, dimana masih terdapat suatu aliran darah yang memadai, namun nadi tidak dapat diraba. Adanya tahanan terhadap aliran darah proksimal dari tempat pengukuran inilah yang menghilangkan perbedaan tekanan antara sistole dan diastole, jadi adnya tahanan arteriole menghilangkan perubahan tekanan dari kapiler. Begitu pula suatu obstruksi dicabang arteri akan menghilangkan atau merubah nadi. Bila terdapat obstruksi total, maka darah akan mengalir melalui saluran-saluran anastomose (Green, 2008).
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Koartaksio Aorta Suatu obstruksi di arkus aorta pada bagian duktus arteriosus disebut koartaksio aorta. Darah akan mencapai anggota bagian bawah lewat anastomose, sehingga kadang-kadang dapat diraba denyut di arteri-arteri interkostal yang membesar dengan meletakkan tangan pada leher bagian belakang seperti menegakkan penderita. Nadi di anggota bagian bawah kemudian dapat dikurangi atau hilang, sehingga tekanan darah femoral akan lebih rendah daripada tekanan darah brankial (Green, 2008).
2.5.
Pengukuran Tekanan Darah Metode standar dalam pengukuran tekanan darah seorang penderita hádala
memakai teknik yang dikembangkan oleh Korotkov pada tahun 1905. suatu manset tangan yang dapat di isi udara diletakan melingkari lengan atas, tidak terlalu erat, dengan jarak 3 cm antara bagian bawah manset dan fossa kubiti di situ. Manset tersebut diisi udara dengan pompa tangan kecil dan tekanan di dalam magnet
diukur
dengan
statu
manometer
merkuri.
Alat
ini
disebut
Sfigmomanometer. Nadi arteri brakialis yang terletak di fosa kubiti pada siku dapat ditemukan dengan palpasi. Arteri ini terletak dibagian medial dari tendon bisep dan denyut arteri ini sering sekali dapat dilihat bila tangan dalam keadaan ekstensi total. Perlu diperhatikan bahwa stetoskop tidak dapat digunakan untuk menentukan lokasi arteri brakialis, karena aliran arteri ini bersifat laminar dan tidak akan terdengar suara sebelum manset diisi udara. Kemudian dilakukan palpasi pada nadi radialis di pergelangan tangan dan sambil jari-jari tangan kita melakukan palpasi, tangan yang lain memompa mengisi manset sampai suatu tekanan di atas tekanan dimana nadi radialis menghilang. Kemudian stetoskop diletakan di atas arteri brakialis dan tekanan didalam manset di turunkan perlahanlahan. Guna mempertahankan penurunan tekanan secara terus menerus, maka katup pengeluaran harus dibuka makin lebar dengan menurunnya tekanan. Dengan menurunnya tekanan, tidak akan terdengar suara sampai tekanan darah sistole tercapai, yaitu bila suara yang seirama dengan denyut jantung terdengar lewat stetoskop. Ini menandakan tekanan darah sistole. Dengan makin
Universitas Sumatera Utara
menurunnya tekanan manset, suara-suar menjadi semakin keras, tetapi pada saat terciptanya tekanan darah diastole, suara tersebut berubah sifatnya menjadi suara tertutup. Sedikit lebih bawah suara-suara itu akhirnya menghilang dan tidak muncul lagi. Titik dimana suara menjadi tertutup dianggap sebagai tekanan darah diastole. Interval sunyi. Kadang-kadang sewaktu pengukuran tekanan darah seorang penderita hipertensi di temukan suatu interval sunyi. Bila tekanan manset di turunkan dari 300 mmHg, suara-suara mungkin dimulai umpama pada 220 mmHg, menandakan suatu tekanan darah sistole tinggi. Pada tekanan kira-kira 180 mmHg suara-suara itu menghilang untuk timbul kembali pada kira-kira 150 mmHg, sehingga terdapat interval sunyi diantara kedua tekanan ini. Dengan terus menurunnya tekanan manset, suara-suara mendadak menjadi tertutup pada tekanan 100 mmHg pada 85 mmHg menghilang dan tidak timbul lagi. Tekanan darah penderita dalam hal ini adalah sistole 220 mmHg dengan diastole 100 mmHg. Meskipun jarang timbul interval sunyi ini merupakan suatu jebakan bagi dokter yang kurang teliti. Hal ini sering terjadi pada mereka yang secara rutin mamompa manset sampai kira-kira 160 mmHg dan tidak seperti diterangkan diatas, yaitu memompa hingga nadi radialis menghilang. Bila mana suara-suara telah menghilang dibawah tekanan diastole yang ditetapkan, maka masih perlu penurunan tekanan manset diteruskan untuk meyakinkan bahwa tidak ada suarasuara yang timbul kembali. Bila dipakai suatu stetoskop, maka perlu di perhatikan bahwa memasukkan alat tersebut kedalam telinga dengan cara yang benar. Bagian telinga dari alat tersebut bila dilihat dari arah atas perlu dimasukkan ke arah masuk dan maju. Perlu dicegah agar tidak menyentuh tabung karet sehingga tidak akan menimbulkan suara-suara tambahan. Karena suara kortkov sangat lemah, maka tidak mungkin menentukan tekanan darah secara tepat dalam lingkungan yang ramai. Penting dicatat bahwa manset ”tidak boleh terisi untuk jangka waktu lama” dan tekanan manset harus ”diturunkan sampai nol” setiap kali pemakaian. Pada kebanyakan orang tekanan darahnya berfluktuasi sebanyak 10 mmHg dengan pernafasan. Oleh sebab itu mustahil menentukan tekanan darah seseorang dengan ketepataan sampai satu milimeter merkuri ( umpama 117/82) kecuali bila
Universitas Sumatera Utara
fase respirasi pada waktu pengukuran kedua nilai juga di catat. Biasanya dengan ketepatan sampai 5 mmhg juga sudah mencukupi. 2.5.1. Persiapan sebelum pengukuran tekanan darah 1.
Idealnya, beritahukan sampel untuk tidak merokok atau meminum minuman yang mengandung kafein setidaknya 30 menit sebelum pengukuran
dilakukan.
2.
pastikan kamar periksa nyaman dan tenang
3.
perintahkan sampel untuk duduk istirahat selama 5 menit dikursi. Lengan diletakkan sejajar dengan jantung
4.
pastikan lengan yang akan diperiksa tidak ditutupi oleh pakaian. Pastikan juga tidak ada fistula arteri vena untuk dialisa, skar, pemotongan arteri brakial, tanda-tanda lymph edema
5.
palpasi arteri brakial untuk memastikan pulsasinya baik
6.
posisikan lengan sehingga arteri brakial pada fossa antecubitti berada sejajar dengan jantung
7.
jika sampel duduk letakkan lengan pada meja yang lebih tinggi sedikit dari pinggang sampel. Jika berdiri, untuk mempertahankan posisi lengan setinggi pertengahan dada penderita. (Kasper et al, 2005)
Universitas Sumatera Utara
2.6.
Gravitasi dan Tekanan Darah Karena pengaruh gravitasi, tekanan darah akan meningkat dengan 10
mmhg setiap 12 cm di bawah jantung. Di atas jantung, tekanan darah akan menurun dengan jumlah yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka tekanan darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90 mmHg di otak. Dalam keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama (Green, 2008).
2.6.1. Efek Gravitasi pada Tekanan Vena a. Pada orang dewasa dalam keadaan tegak, darah di pembuluh-pembuluh yang berjalan antara jantung dan ekivalen dengan sebuah kolom darah setinggi 1,5 m. Tekanan yang ditimbulkan oleh kolom darah ini akibat efek gravitasi adalah 90 mmHg. Tekanan yang terjadi pada darah oleh jantung telah berkurang menjadi sekitar 10 mmHg di vena-vena tungkai bawah karena hilangnya tekanan akibat pergesekkan di pembuluh-pembuluh sebelumnya. Tekanan yang ditimbulkan oleh gravitasi (90 mmHg) ditambah tekanan yang ditimbulkan oleh jantung (10 mmHg) menghasilkan tekanan vena 100 mmHg di pergelangan kaki. Demikian juga kapiler didaerah ini mendapat pengaruh gravitasi yang sama (Sherwood, 2001). b. karena terjadi peningkatan tekanan yang disebabkan oleh efek gravitasi, terjadi penimbunan darah di vena-vena yang melebar, sehingga aliran balik vena berkurang. Filtrasi menembus dinding kapiler juga meningkat yang menyebabkan pergelangan kaki dan kaki membengkak,
kecuali apabila tindakan-tindakan
kompensasi mampu melawan efek gravitasi tersebut (Sherwood, 2001)
2.7.
Posisi atau Sikap Tubuh dan Tekanan Darah
Pada dasarnya jumlah darah arteri ditentukan oleh jumlah darah yang terkandung di dalam arteri tersebut. Makin besar jumlah darah di dalam arteri, makin tinggi tekanan arteri dan makin kecil jumlah darah yang terkandung di dalam arteri, makin rendah tekanan arteri. Jumlah darah yang terkandung di dalam
Universitas Sumatera Utara
arteri tergantung pada jumlah darah yang memasuki arteri dan yang meninggalkan arteri. Jika jumlah darah yang masuk banyak maka darah yang terkandung di dalam arteri makin bertambah, dan sebaliknya jika darah yang meninggalkan arteri lebih banyak maka darah yang terkandung di dalam arteri berkurang. Jumlah darah yang masuk ke dalam arteri ditentukan oleh frekuensi jantung dan volume sekuncup jantung.
Fungsi jantung dan pembuluh darah dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Saraf simpatis mempengaruhi fungsi jantung serta pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung, bertambah kuatnya konstriksi otot jantung, dan vasokonstriksi pembuluh darah resisten. Saraf parasimpatis mempengaruhi fungsi jantung saja dan pemacuannya mengakibatkan menurunnya frekuensi jantung. Jadi, naik turunnya tekanan darah dipengaruhi oleh saraf otonom, pemacuan saraf simpatis menaikkan tekanan darah arteri dan penghambatan saraf simpatis ditambah dengan pemacu saraf parasimpatis yang mengakibatkan menurunnya tekanan darah. Naik turunnya tekanan darah arteri terjadi secara reflektoris. Pemacuan tekanan darah arteri dapat menimbulkan shock, yaitu keadaan dimana jumlah darah yang masuk ke jaringan berkurang sehingga menimbulkan gejala-gejala klinis tertentu. Misalnya menurunnya kesadaran, kepala terasa ringan, pucat, kaki dan tangan dingin, keluar keringat dingin, dan lain-lain. Cardiogenic shock adalah menurunnya tekanan darah karena melemahnya pemompaan darah oleh jantung. Tekanan darah dalam arteria pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau kedua faktor tersebut. Curah jantung adalah hasil kali antara denyut jantung dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke jantung (Guyton, 2002).
Universitas Sumatera Utara
2.7.1. Berdiri dan Tekanan Darah Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada pembuluh ”capacitance” vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena cukup (Ganong, 2002). Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak.Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke jantung. Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah yang kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga pembagian darah ke sel tubuh pun ikut berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2002).
Universitas Sumatera Utara
2.7.2. Gerak Tubuh dan Tekanan Darah Selama gerak tubuh terjadi peningkatan tekanan arteri. Peningkatan ini terjadi karena adanya pencetusan simpatis dan vasokonstriksi sebagian besar pembuluh darah. Peningkatan ini dapat sekecil 20 mmHg atau sampai sebesar 80 mmHg tergantung pada keadaan-keadaan saat gerak badan tersebut dilakukan. Sebaliknya bila orang melakukan gerak badan seluruh tubuh seperti berlari atau berenang kenaikan arteri biasanya hanya 20 mmHg- 40 mmHg. Kurang besarnya kenaikan dalam tekanan arteri disebabkan adanya vasodilatasi yang terjadi di dalam massa otot yang besar (Guyton, 2002). Selama bergerak, otot-otot memerlukan peningkatan aliran darah yang banyak. Sebagian dari peningkatan ini adalah akibat dari vasodilatasi lokal pada vasokularisasi otot yang disebabkan oleh peningkatan metabolisme sel otot. Peningkatan tekanan arteri selama bergerak terutama akibat area motorik sistem saraf menjadi teraktivasi untuk bergerak, sistem pengaktivasi retikuler di batang otak juga ikut teraktivasi, yang melibatkan peningkatan perangsangan yang sangat besar pada area vasokonstriktor dan kardioakselerator pada pusat vasomotor. Keadaan ini akan meningkatkan tekanan arteri dengan segera untuk menyetarakan besarnya peningkatan aktivitas otot (Guyton dan Hall, 2002). 2.7.3. Duduk dan Tekanan Darah Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat.Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen (Guyton dan Hall, 2002).
Universitas Sumatera Utara
2.7.4. Berbaring dan Tekanan Darah Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal. Pada posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada orang dewasa laki-laki mempunyai variasi antara 70 -100 ml. Makin besar intensitas kerja (melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi. sekuncup; hal ini disebabkan memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut) (Guyton, 2002).
Universitas Sumatera Utara