BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Teori Keagenan (Agency Theory) Struktur modal disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar
berbagai kelompok kepentingan. Teori keagenan merupakan salah satu cara untuk memahami ekonomi informasi dengan memperluas satu individu menjadi dua individu yaitu agen dan principal. Teori keagenan merupakan suatu teori yang menjelaskan hubungan antara agen sebagai pihak yang mengelola perusahaan dan principal sebagai pihak pemilik keduanya terikat dalam sebuah kontrak.Pemilik adalah pihak yang melakukan evaluasi terhadap informasi dan agen adalah sebagai pihak yang menjalankan kegiatan manajemen dan mengambil keputusan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Septriana, 2013). Teori keagenan juga memicu terjadinya asimetri informasi antara manajer sebagai pihak agen dan pemilik sebagai pihak prinsipal. Asimetri informasi timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan pada masa yang akan datang dibandingkan dengan informasi yang diperoleh prinsipal, sehingga dalam kaitannya dengan hal tersebut, menyatakan bahwa laporan keuangan yang disampaikan dengan segera atau tepat waktu akan dapat mengurangi asimetri informasi. Dalam hubungan agensi terdapat tiga masalah utama yaitu:
11
12
1.
Masalah pengendalian yang dilakukan oleh principal terhadap agen. Masalah pengendalian tersebut meliputi beberapa masalah pokok yaitu tindakan agen yang tidak diamati oleh principal dan mekanisme pengendalian tersebut.
2.
Masalah biaya menyertai hubungan agensi. Munculnya perbedaan diantara principal dan agen menyebabkan munculnya biaya tambahan sebagai biaya agensi. Sebagai contoh biaya agensi adalah biaya yang berupa bonus dalam bentuk opsi saham, biaya audit, dan biaya kesempatan yang muncul karena kesulitan perusahaan besar merespon kesempatan baru sehingga kehilangan peluangan untuk memperoleh keuntungan.
3.
Bagaimana menghindari dan meminimalisir biaya agensi. Usaha yang dapat dilakukan principal dalam meminimalisir biaya agensi adalah dengan mencari manajer yang benar-benar dapat dipercaya dan mengetahui secara jelas kapabilitas dan personalitas. Dalam pelaksanaan teori agensi mengharuskan agen memberikan
informasi yang rinci dan relevan atas pendanaan biaya modal perusahaan.Pada kenyataan, tidak semudah itu prinsipal memperoleh informasi yang dibutuhkan atau agen memberikan informasi tersebut kepada prinsipal.Perbedaan kepentingan diantara kedua pihak menyebabkan agen memberikan atau menahan informasi yang diminta prinsipal bila menguntungkan bagi agen, walaupun sudah menjadi kewajiban bagi agen untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh prinsipal.Oleh karena itu, penelitian mengenai ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori keagenan yang
13
menunjukkan adanya perbedaan pandangan dan kepentingan antara prinsipal dan agen. Pendapat yang mendukung pendapat ini adalah (Septriana, 2010: 97) yang menyatakan informasi akan mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada para pemakainya guna pengambilan keputusan. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan determinan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan tersebut. 2.1.2 Teori Ketepatan Waktu (Timeliness) Salah satu cara untuk mengukur transparansi dan kualitas pelaporan keuangan adalah ketepatan waktu. Rentang waktu antara tanggal laporan keuangan perusahaan dan tanggal ketika informasi keuangan diumumkan ke publik berhubungan dengan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan (McGee dalam Sulistyo, 2010: 23). Menurut IAI (2015) bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pengguna dalam pengambilan
keputusan
ekonomi.Ketepatan
waktu
pelaporan
keuangan
menghendaki suatu informasi harus tersedia bagi pembuat keputusan sesegera mungkin sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi keputusan bisnis (Shukeri dan Nelson, 2011).Ketepatan waktu perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangan diharapkan dapat menghasilkan suatu keputusan yang cermat dan tepat berdasarkan informasi keuangan yang didapatkan (Khomsiyah, 2005).
14
Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi informasi tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu, laporan keuangan yang tepat waktu akan lebih berguna pada yang tidak tepat waktu. Setelah informasi yang relevan tersedia lebih cepat, mampu meningkatkan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan dan kurangnya ketepatan waktu dapat mengurangi informasi dari kegunaannya (Kieso et al. 2008: 47). Ketepatan waktu pelaporan keuangan diatur dalam peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP36/PM/2003 yang telah direvisi dengan KEP-346/BL/2011, menyatakan bahwa setiap perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang harus disertai dengan pendapat lazim dari auditor independen dan disampaikan kepada Bapepam selambat lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan. Meskipun regulator telah mengatur tentang batas waktu penyampaian laporan keuangan, namun pada kenyataanya, masih terdapat emiten yang terdaftar di BEI tidak mampu menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu. Dyer dan Mc Hugh dalam Hilmi dan Ali (2008) menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya : 1.
preliminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa,
2.
auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani,
15
3.
total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
2.1.3
Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas IAI (2015). Menurut Fahmi (2011:22) Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya ini akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tenteng kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini : 1.
Laporan posisi keuangan
2.
laporan laba rugi komprehensif
3.
laporan perubahan ekuitas
4.
laporan arus kas
5.
catatan atas laporan keuangan Perusahaan dianjurkan untuk menyajikan laporan keuangan yang
menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan dan kondisi ketidak pastian (IAI, 2015). Menurut IAI (2015) tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagai sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan
ekonomik.Laporan
pertanggungjawaban
manajemen
keuangan atas
juga
penggunaan
menunjukkan
hasil
sumber
yang
daya
dipercayakan kepada mereka.Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan
16
keuangan menyajikan informasi megenai entitas yang meliputi, asset, liabilitas, ekuitas, penghasilan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian, serta arus kas. Accounting Principles Board Statement No.4 (dalam Belkaoui, 2006: 212) mengklasifikasi tujuan laporan keuangan menjadi tujuan khusus, tujuan umum, dan tujuan kualitatif, serta menempatkan mereka di bawah suatu kumpulan pembahasan. Tujuan-tujuan tersebut sebagai berikut : 1.
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam posisi keuangan.
2.
Tujuan umum dari laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a.
Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari perusahaan bisnis agar dapat mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya, menunjukkan pendanaan dan investasinya, mengevaluasi kemampuan dalam memenuhi komitmenkomitmennya, dan menunjukkan berbagai dasar sumber daya bagi pertumbuhannya.
b.
Memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai perubahan dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba agar dapat menyajikan ekspektasi pengembangan dividen kepada para investor, menunjukkan kemampuan operasi perusahaan dalam membayar krditor dan pemasok, memberikan pekerjaan
17
bagi karyawan-karyawannya, membayar pajak, dan menghasilkan dana untuk perluasan usaha. c.
Memberikan
informasi
keuangan
yang
dapat
digunakan
untuk
mengestimasi potensi penghasilan bagi perusahaan. d.
Memberikan informasi lain yang dibutuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban.
e.
Mengungkapkan informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan .
3.
Tujuan kualitatif laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a.
Relevansi, yang artinya pemilihan informasi yang memiliki kemungkinan paling besar untuk memberikan bantuan kepada para pengguna dalam keputusan ekonomi mereka.
b.
Dapat dimengerti, yang artinya tidak hanya informasi tersebut jelas, tetapi pengguna juga harus dapat memahaminya.
c.
Dapat diverifikasi, yang artinya hasil akuntansi dapat didukung oleh pengukuran-pengukuran yang independen, dengan menggunakan metodemetode pengukuran yang sama.
d.
Netralitas, yang artinya informasi akuntansi ditujukan kepada kebutuhan umum dari pengguna, bukan kebutuhan-kebutuhan tertentu dari penggunapengguna yang spesifik.
e.
Ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya keterlambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
18
f.
Komparabilitas (daya banding), yang secara tidak langsung berarti perbedaan-perbedaan yang terjadi seharusnya bukan diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang diterapkan.
g.
Kelengkapan, yang artinya telah dilaporkan seluruh informasi yang secara wajar memenuhi persyaratan dari tujuan kualitatif yang lain.
2.1.4 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat menunjukan seberaapa besar informasi yang terdapat didalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak managemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal maupun internal perusahaan.Perusahaan yang besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih tepat waktu dari pada perusahaan kecil (Saleh, 2004). Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya.Pihak manajemen harus mengolah informasi tersebut dengan baik untuk dilaporkan pada pihak yang berkepentingan. Jika manajemen tidak bersedia mengolah informasi tersebut dengan baik, maka laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan bisa mencerminkan kondisi keadaan dari kondisi perusahaan. Bahkan laporan keuangan tersebut akan terlihat dibuat secara
sembarangan
(asal
jadi).
Dengan
demikian,
pihak-pihak
yang
berkepentingan yang menggunakan laporan keuangan akan memandang bahwa kinerja perusahaan tersebut buruk. Jika hal itu terjadi, maka eksistensi perusahaan tidak akan bertahan lama. (Hilmi dan Ali, 2008) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih
19
banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian internal yang kuat, adanya pengawasan investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka akan memungkinkan perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu. 2.1.5 Profitabilitas Profitabilitas sering digunakan sebagai pengukur kinerja manajemen perusahaan dan efisiensi penggunnaan modal kerja, Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam penjualan asset, maupun laba bagi
modal
itu sendiri
(Putra et
al,
2013).Profitabilitas yang tinggi merupakan good news bagi para investor, sehingga perusahaan dengan profitabilitas tinggi memiliki kecenderungan untuk segera melaporkan laporan keuangan tepat waktu. Astuti
(2007:
31)
berpendapat
bahwa
tingkat
profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio profitabilitas ini menggunakan return On Assets (ROA) untuk membandingkan antara laba bersih dan total aset sehingga akan dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA yang digunakan diukur dengan membagi laba bersih (Net Income After Tax )dengan total aktiva (Average Total Asset).
20
2.1.6 DER ( Debt Equity Ratio) Rasio
debt
to
equity
dikenal
juga
sebagai
rasio
Financial
Leverage.Menurut Fahmi (2011) rasio Leverage merupakan rasio yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal dan asset. Rasio leverage yang tinggi menunjukkan risiko yang tinggi. Leverage keuangan dapat diartikan sebagai penggunaan aset dan sumber dana (source of fund) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Hilmi dan Ali, 2008). Tingginya debt to equity ratio mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan Tingginya resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunganya.Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Sedangkan kesulitan keuangan dianggap berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan dimata publik. Sehingga pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan yang memuat berita buruk. Perusahaan dengan kondisi debt to equity ratio yang tinggi akan terlambat dalam penyampaian pelaporan keuangannya, karena waktu yang ada digunakan untuk menekan debt to equity ratio serendah-rendahnya. 2.1.7
Kualitas Auditor Ukuran Kantor Akuntan Publik diantaranya dapat diukur berdasarkan
jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi. Kantor Akuntan Publik besar
21
memiliki jumlah yang karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit tepat waktu, serta memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya. Kategori KAP Big Four di Indonesia : 1.
Price water house Coopers bekerja sama dengan KAP Haryanto Sahari & Co dan Tanudiredja, Wibisana & Co;
2.
KPMG International bekerja sama dengan KAP Siddharta, Siddharta & Widjaya;
3.
Ernst & Young bekerja sama dengan KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja;
4.
Deloitte Touche & Tohmatsu & Touche bekerja samadengan Oesman Bing Satrio & Co.
2.1.8
Opini Audit Secara garis besar ada dua tipe audit menurut standar audit terbaru,
Standar Audit (SA) 700 (IAPI, 2013) menjelaskan tentang opini tanpa modifikasian dan Standar Audit (SA) 705 (IAPI, 2013) yang menjelaskan tentang opini modifikasi, dijelaskan sebagai berikut : 1.
Opini Tanpa Modifikasi Opini ini akan diberikan bila auditor berkesimpulan bahwa laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Auditor juga telah memperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut secara keseluruhan
22
bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. 2.
Opini Modifikasi Opini ini diberikan jika auditor menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material atau auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material. Opini modifikasian terdiri dari tiga tipe, yaitu : a.
Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang di kecualikan.
b.
Opini Tidak Wajar Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip auntansi yang berlaku umum
di
Indonesia.Pendapat
ini
dinyatakan
bila
menurut
pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
23
c.
Opini Tidak Memberikan Pendapat Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tida menyatakan pendapat atas laporan keuangan.Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua substansif yang mendukung pernyataan tersebut.
2.2
Penelitian terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan publik ini, telah banyak dilakukan.Penelitian Saleh (2004) meneliti variabel-variabel seperti rasio gear, ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan dan exstra ordinary item.Namun, penelitian ini hanya menemukan satu bukti empiris yaitu variabel exstra ordinary item yang berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur. Almilia dan Setiady (2006) meneliti analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEJ.Hasil penelitian mengidentifikasi bahwa ukuran perusahaan dan umur perusahaan secara signifikan berpengaruh pada penyajian laporan keuangan, sedangkan profitabilitas, solvabilitas, likuiditas dan pelaporan item-item luar biasa tidak berpengaruh terhadap penyajian laporan keuangan. Hilmi dan Ali (2008) menguji dengan regresi logistik memperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2004-2006 adalah profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik, dan reputasi KAP.
24
sedangkan variabel leverage keuangan, ukuran perusahaan, dan opini auditor tidak mempunyai pengaruh yang siginifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Ifadah (2009) menguji dengan regresi logistik memperoleh hasil hanya variabel ukuran perusahaan dan kepemilikan pihak dalam yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sedangkan variabel DER, ROA, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan kepemilikan pihak luar Penelitian Dwiyanti (2010) yang meneliti analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Sampel penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2005-2007 yang diambil dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian mengidentifikasi bahwa profitabilitas dan struktur kepemilikan secara signifikan berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan, sedangkan debt to equity ratio,kualitas auditor, dan pergantian auditor tidak berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian Dewi dan Pamuji (2013) meneliti analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu dan audit delay penyampaian laporan keuangan. pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. Hasil penelitian mengidentifikasi bahwa ukuran perusahaan dan opini audit secara signifikan berpengaruh pada ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan,
25
sedangkan ROA, solvabilitas, dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Penelitian Budiyanto dan Aditya (2015) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan memperoleh hasil bahwa hanya pergantian auditor yang berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pelaporan keuangan, sedangkan variabel profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Penelitian Made dan Gusti (2016) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan memperoleh hasil bahwa debt to equity ratio, pergantian auditor, profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. 2.3 Rerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan fakta yang ada, masih banyak perusahaan yang tidak tepat waktu atau terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaannya,
hal
ini
karena
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhinya.Kerangka pemikiran mengenai hubungan antar variabelvariabel yang telah dijelaskan di atas disajikan pada gambar 1.
26
Perusahaan
Agency Teori
Principal
Agent
Laporan Keuangan
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Ukuran Profitabilitas Perusahaan
Debt Equity Ratio (DER)
Kualitas Auditor
Opini Audit
Gambar 1 Rerangka Pemikiran 2.4
Perumusan Hipotesis
2.4.1
Ukuran Perusahaan dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang
terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan.Perusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu daripada perusahaan kecil (Saleh, 2004).Hal ini
27
disebabkan perusahaan yang besar memiliki sumber daya yang memadai dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Dyer,et al.(dalam Hilmi dan Ali, 2008: 08) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi da system informasi yang lebih canggih, memiliki system pengendalian internal yang kuat, adanya pengawasan investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka akan memungkinkan perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu. Hasil penelitian oleh Saleh (2004) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan , tetapi memiliki hubungan positif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan 2.4.2 Profitabilitas dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya.Profitabilitasmenunjukkan
keberhasilan
perusahaan
didalam
menghasilkan keuntungan. Dengan semakin besar rasio profitabilitas maka semakin baik pula kinerja perusahaan sehingga perusahaan akan cenderung untuk
28
memberikan informasi tersebut pada pihak lain yang berkepentingan. Sehingga dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita baik (good news) bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki berita baik tidak akan menunda penyampaian informasi. Rasio profitabilitas ini menggunakan return on assets (ROA) untuk membandingkan antara laba bersih dan total aset sehingga akan dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Berkaitan dengan teori agensi, manajemen tidak akan menunda penyampaian informasi mengenai profit perusahaan kepada principal karena berhubungan dengan kompensasi keuangan yang akan diterima oleh agen dan karena merupakan berita baik bagi prinsipal maka kemungkinan besar prinsipal akan menggunakan agen yang sama untuk mengelola perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan profit cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya. Hasil penelitian oleh Saleh (2004) menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki hubungan negatif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, profitabilitas memiliki hubungan positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.Penelitian ini mengacu pada logika teori penelitian Rachmaf Saleh. Semakin besar rasio profitabilitas, semakin baik pula kinerja perusahaan sehingga perusahaan akan cenderung untuk memberikan informasi tersebut pada pihak lain yang berkepentingan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
29
H2:
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2.4.3 Deb Equity Ratio (DER) dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Ifadah (2009) berpendapat bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan cenderung tidak berpengaruh dalam menyampaikan laporan keuangan dibanding perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan, Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan tidak akan mempengaruhi reaksi pasar sehingga hal ini tidak akan menghambat perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Hal ini berbeda dengan perusahaan yang memiliki debt to equity ratio yang tinggi menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunganya.Sehingga ini merupakan berita buruk bagi perusahaan. Maka dari itu pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangannya yang berisi berita buruk. Berkaitan dengan teori agensi, maka agen harus bisa mengelola hutang yang dimiliki oleh perusahaan.Apabila perusahaan memiliki sedikit hutang maka masih bisa dikatakan wajar karena hutang tersebut dapat memperbesar arus kas masuk dan dapat digunakan untuk menghasilkan laba perusahaan lebih banyak. Tetapi bila hutang perusahaan terlalu besar (Debt to Equity terlalu besar) maka perusahaan tidak akan dapat membayar pinjaman dan bunga pinjaman. Ketidakmampuan perusahaan membayar hutang mencerminkan bahwa agen tidak dapat bekerja sesuai kepentingan principal yang nantinya dapat berpengaruh pada kepentingan principal maupun agen, sehingga agen berusaha untuk menunda
30
penyampaian informasi. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio debt to equity suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan semakin tidak tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan (menunda informasi). Hasil penelitian Ifadah (2009) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara debt equity ratio terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan tidak akan mempengaruhi reaksi pasar sehingga hal ini tidak akan menghambat perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah: H3
: Debt equity ratio berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
2.4.4
Kualitas Auditor dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan (De Angelo dalam Annisa, 2004) mendefinisikan kualitas auditor sebagai
gabungan probabilitas pendeteksian dan pelaporan kesalahan laporan keuangan yang material. De Angelo menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik. Auditor berkualitas merupakan berita baik bagi investor, sehingga manajemen akan segera menyampaikan laporan keuangan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang memiliki reputasi baik. Hubungannya dengan teori agensi, manajer sebagai agen yang telah diberikan wewenang untuk mengelola perusahaan oleh prinsipal akan cenderung
31
memilih Kantor Akuntan Publik yang berkualitas untuk menilai laporan keuangan perusahaan karena dinilai lebih efektif dalam mengaudit dan menghasilkan laporan audit yang sesuai dengan kewajaran laporan keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan KAP besar mampu mengerjakan pekerjaan auditnya secara lebih efisien dan efektif sehingga dapat selesai secara tepat waktu. Dalam penelitian Hilmi dan Ali (2008) kualitas audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini terjadi karena KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Dan menurut Loeb (1971) kantor akuntan besar disebutkan memiliki akuntan yang berprilaku lebih etikal daripada akuntan di kantor akuntan kecil. Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah: H4:
Kualitas auditor berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2.4.5 Opini Audit dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Tujuan utama audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia (Mulyadi, 2002). Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Carslaw dan Kaplan dalam Hilmi dan Ali, 2008) menyatakan bahwa keterlambatan penyampaian laporan
32
keuangan berhubungan positif dengan opini audit yang diberikan oleh akuntan publik dan perusahaan yang tidak menerima unqualified opinion memiliki audit delay lebih lama karena perusahaan dianggap menyampaikan laporan keuangan yang kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa laporan keuangan yang memperoleh unqualified opinionakan lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang memperoleh opini selain unqualified opinion. Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H5:
Opini audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.