BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi sektor publik, termasuk pemerintah, anggaran merupakan bagian dari aktivitas penting yang dilakukan secara rutin. Pada dasarnya peranan anggaran baik dalam organisasi pemerintah sama dengan peranan anggaran dalam organisasi komersial, anggaran ditujukan untuk perencanaan dan pengawasan aktivitas yang dilakukan. Meski masih sulit untuk diselesaikan karena proses ini sangat luas dengan melibatkan banyak sumber daya, dipengaruhi juga oleh faktor internal dan eksternal. Secara langsung maupun tidak langsung dengan disusunnya anggaran akan mengakibatkan perbaikan dari suatu organisasi. Dilihat dari banyaknya manfaat yang didapat dengan adanya anggaran maka sudah seharusnya suatu organisasi menggunakan anggaran sebagai alat ukur kinerja. Dengan menetapkan tujuan dalam bentuk kriteria kinerja yang bisa diukur. Maka dengan dilakukan pencatatan pembentukan realisasi anggaran dimaksudkan agar mudah dalam pengendalian dan penentuan kesesuaian segala aktivitas yang dilakukan tercermin dalam anggaran.
Untuk itu anggaran kinerja sangat penting digunakan sebagai alat ukur untuk menilai efektivitas dari kinerjanya terhadap anggaran itu sendiri, apakah telah merealisasikan anggaran sesuai dengan yang di tetapkan
2.1.1. Kinerja Menurut Hansen dan Mowen (2005:389), kinerja suatu pengukuran yang membandingkan keluaran aktual dengan keluaran yang dianggarkan.
2.1.2. Anggaran Penganggaran menurut M.Nafarin (2007:24) adalah perencanaan keuangan suatu organisasi atau proses menyusun rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang. Sedangkan anggaran adalah sejumlah rupiah yang direncanakan untuk aktivitas yang dilakukan pada periode tertentu Secara umum anggaran adaalah rencana kegiatan keuangan yang berisi perkiraan belanja dalam satu periode dan sumber pendapatan. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resources), pilihan (choise), dan trade off. Karakteristik Anggaran menurut Indra Bastian (2006:166) adalah sebagai berikut: 1.
Anggaran dapat menaksir keuntungan potensial dari unit bisnis.
2.
Umumnya mencakup jangka waktu satu tahun
3.
Anggaran berisi kesanggupan atau komitmen manajemen untuk mencapainya, artinya para manajer bersedia menerima tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam anggaran. Beberapa manfaat dan tujuan yang diperoleh dari penyusunan anggaran.
Diantaranya, anggaran memberikan harapan pasti yang merupakan kerangka kerja untuk menilai prestasi kerja, pada saat penyusunan anggaran dapat meningkatkan kualitas komunikasi antar sesama manajer dan antara para manajer dengan atasannya, serta membantu para manajer untuk mengkoordinasikan segala upaya agar sasaran perusahaan secara keseluruhan tercapai. Sedangkan
saat
penerapannya,
anggaran
dapat
digunakan
untuk
mengantisipasi dan mengurangi penyimpangan yang mungkin terjadi dari rencana yang sudah ditentukan. Sedangkan keterbatasan yang dimiliki anggaran diantaranya sebagai berikut: 1.
Perencanaan dan anggaran didasarkan pada estimasi yang ketepatannya tergantung
pada
kemampuan
mengestimasi.
Ketidaktepatan
dalam
mengestimasi mengakibatkan manfaat perencanaan tidak dapat tercapai 2.
Perencanaan dan anggaran didasarkan pada kondisi dan asumsi tertentu
3.
Perencanaan dan anggaran tidak dapat menggantikan fungsi manajemen dan pertimbangan manajemen Dengan adanya penilaian kinerja, maka manajemen perusahaan dapat
melakukan perencanaan. Baik perencanaan anggaran maupun perencanaan
akivitas-aktivitas operasional perusahaan yang bermanfaat bagi perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan. Hansen dan Mowen (2005:354) menulis bahwa perencanaan dan pengendalian merupakan dua hal yang benar-benar saling berhubungan. Perencanaan adalah pandangan kedepan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian adalah melihat kebelakang, memutuskan apakah yang sebenarnya terjadi dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan. Perbandingan ini kemudian dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran, yaitu melihat ke masa depan kembali. Lebih lanjut Hasen dan Mowen (2005:355) menulis bahwa komponen utama dari perencanaan adalah anggaran, yaitu rencana keuangan untuk masa depan, rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Anggaran ditetapkan oleh manajemen perusahaan setelah rencana strategis (strategic plans) dibuat. Dimana dari rencana strategis ini akan dapat dirumuskan tujuan untuk jangka panjang dan jangka pendek. Dan kemudian tujuan-tujuan ini membentuk dasar anggaran. Menurut Indra Bastian (2006:166) Berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam penyusunan anggaran antara lain:
1.
Sistem Anggaran Tradisional Sistem anggaran tradisional adalah suatu cara menyusun anggaran tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sistem
anggaran
tradisional
lebih
menekankan
pada
segi
pertanggungjawaban keuangan atau dana dari sudut akuntansinya saja tanpa diuji efisien tidaknya penggunaan dana tersebut. 2.
Sistem Anggaran Kinerja Sistem anggaran kinerja tidak menekankan pada seberapa banyak uang yang dikeluarkan, tetapi lebih menekankan pada rencana kegiatannya, apa yang akan dicapai, proyek apa yang akan dikerjakan, bagaimana pengalokasian biaya agar digunakan secara efektif dan efisien. Berhasil tidaknya sistem anggaran kinerja terletak pada performance atau prestasi dari tujuan atau hasil yang dicapai dengan menetapkan standar biaya (cost standart). Dengan biaya tersebut, disusun anggaran tahun berikutnya dan bisa disesuaikan dengan pertimbangan yang logis. Kelebihan pendekatan sistem anggaran ini adalah bahwa kegiatan didasarkan pada efisiensi dengan adanya standar biaya berdasarkan kegiatan masa lalu. Kelemahannya adalah sulitnya mengukur kinerja setiap aktivitas, dalam melaksanakan pendekatan ini dengan baik.
3.
Planning, Programming, and Budgetting System (PPBS) Sistem pendekatan ini merupakan variasi dari anggaran kinerja. Pendekatan ini menggabungkan tiga unsur yaitu perencanaan hasil, pemrograman kegiatan fisik untuk mencapai hasil yang diinginkan, dan penganggaran (alokasi dana) untuk mencapai hasil yang diinginkan Sistem ini lebih menekankan pada penyusunan rencana dan program. Proses penyusunan rencana sendiri dimulai dari menentukan tujuan yang hendak dicapai, mengkaji pengalaman-pengalaman di masa lalu, melihat prospek perkembangan yang akan datang dan menyusun rencana yang bersifat umum mengenai apa yang dilaksanakan. Sedangkan dalam penyusunan anggaran yang harus dilakukan diantaranya: a.
Perumusan tujuan organisasi dan unit-unit di bawahnya
b.
Menyusun program berdasarkan tujuan-tujuan yang sama dari setiap unit
c.
Program yang telah tersusun dirinci lagi menjadi aktivitas-aktivitas (program element).
d.
Setiap elemen dibuat analisis biaya dan manfaat (cost and benefit element)
e.
Menghitung biaya dan manfaat dalam level program. Kelemahan pendekatan ini adalah memerlukan waktu yang cukup lama
dan secara teknis sulit dipraktikkan oleh penyusun anggaran. Hal ini disebabkan oleh mengukur manfaat dari nilai uang (monotized) tidak mudah.
4.
Anggaran Dasar Nol (Zero Base Budgeting). Pendekatan ini merupakan variasi dari kinerja anggaran yang menitik beratkan pada efisiensi anggaran. Oleh karenanya, menurut pendekatan ini penyusunan anggaran dengan didasarkan pada anggaran tahun lalu mengandung resiko tersusunnya anggaran yang inefisien. Sehingga pendekatan ini menuntut perencanaan yang baik melalui pengkoordinasian bagian perencanaan dan penganggaran dalam satu wadah. Tiga langkah dalam penyusunan zero base Budget, yaitu: a.
Identifikasi unit keputusan.
b.
Membangun paket keputusan.
c.
Mereview peringkat paket keputusan. Keuntungan pendekatan ini adalah menghapus ketidakefektifan satu
program, memungkinkan program baru, pada setiap aktivitas ada tujuan yang jelas dan melibatkan seluruh level. Akan tetapi kerugiannya adalah terlalu optimis bahwa perhitungannya mudah, tidak mudah mengkonsolidasi unit, dan rangking sert menjadi tidak sesuai dengan tujuannya. 5.
Incremental Budget. Incremental Budget adalah sistem anggaran dan pendapatan yang memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan usulan anggaran periode tahun yang akan datang. Permasalahannya bagaimana menaikkan atau menurunkan dari angka anggaran tahun sebelumnya, yang merupakan kelanjutan kegiatan dari tahun sebelumnya.
6.
Medium Term Budgeting Framework (MTBF) MTBF adalah suatu kerangka strategi kebijakan pemerintah tentang anggaran belanja untuk departemen dan lembaga pemerintah non departemen. Keberhasilan sistem anggaran ini tergantung pada mekanisme pengambilan keputusan anggaran secara agregat yang didasarkan pada skala prioritas. Tujuan yang diharapkan dari sistem ini adalah keseimbangan makro ekonomi dengan mengembangkan konsistensi dan rerangka kerja sumber daya secara realistis. Dan alokasi sumber daya untuk prioritas strategi antar sektor dan dalam sektor. Sasaran dalam MTBF antara lain: a.
Menciptakan
keseimbangan
ekonomi
makro
dengan
cara
mengembangkan kerangka sumber daya yang konsisten dan realistis. b.
Meningkatkan alokasi sumbar daya melalui strategi prioritas lintas sektoral.
c.
Meningkatkan kemampuan untuk memperkirakan kebijakan pembiayaan.
d.
Memberikan anggaran yang ketat terkait kewenangan unit kerja dalam menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien.
2.1.3. Anggaran Kinerja Anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik yang berarti harus berorientasi pada kepentingan publik.
Penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan struktur organisasi pemerintahan yang sesuai dengan program tersebut. Sistem anggaran kinerja mencakup kegiatan penyusunan program dan tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan serta sasaran program. Penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan organisasi perusahaan. Kegiatan tersebut mencakup penentuan unit kerja yang bertanggungjawab atas pelaksanan serta penentuan indikator kinerja yang digunakan sebagai tolok ukur dalam pencapaian tujuan program yang telah ditetapkan. Suatu anggaran dianggap atau dinilai sebagai pencerminan program kerja ciri utamanya adalah: 1) Secara umum sistem ini mengandung tiga unsur pokok, yaitu: a.
Pengeluaran diklasifikasi menurut program dan kegiatan
b.
Pengukuran hasil kinerja
c.
Pelaporan program
2) Titik perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil kinerja, bukan pada pengawasan. 3) Setiap kegiatan harus dilihat dari sisi efisiensi dan memaksimumkan output 4) Bertujuan menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang dapat digunakan untuk penyusunan target dan evaluasi pelaksanaan kerja.
Anggaran dengan pendekatan kinerja mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistemik dan rasional dalam proses pengambilan keputusan.
2.1.4. Menggunakan anggaran untuk evaluasi kinerja Anggaran selain dapat digunakan sebagai alat pengendalian biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, tetapi anggaran juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja baik kinerja manajer maupun kinerja departemen atau divisi yang ada didalam perusahaan. Hansen dan Mowen (2005:371) menyatakan bahwa anggaran adalah alat pengendalian yang berguna. Tetapi agar dapat digunakan dalam evaluasi kinerja, dua pertimbangan utama yang harus diperhatikan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah (1) menetapkan bagaimana jumlah yang dianggarkan seharusnya dibandingkan dengan hasil aktual dan (2) melibatkan dampak anggaran atas perilaku manusia. Dengan menggunakan anggaran sebagai alat untuk evaluasi kinerja, maka dapat dilihat seberapa jauh kinerja yang dilakukan oleh setiap divisi atau departemen didalam perusahaan melakukan aktivitas kegiatannya sesuai dengan anggaran yang telah di tetapkan oleh manajemen perusahaan. 1.
Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) Pengendalian merupakan salah satu proses manajemen yang akan
memberikan manfaat untuk mengevaluasi langkah-langkah yang akan diambil dalam melaksanakan rencana yang telah dibentuk.
Menurut Hansen dan Mowen (2000:7) umpan balik tersebut dapat berupa informasi keuangan dan non keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan formal yang membandingkan data aktual dengan data yang direncanakan. Dimana laporan ini disebut sebagai laporan kinerja. Dalam sistem anggaran kinerja, fokus dari indikator dan tolok ukur kinerja bergeser kepada hasil, manfaat dan dampak dari kegiatan yang direncanakan. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran serta proses sistematis untuk mengumpulkan, menganalisa dan menggunakan informasi. Untuk menentukan efisiensi kinerja adalah ukuran tentang apa yang dianggap penting oleh suatu organisasi dan seberapa baik kinerjanya. Dengan adanya pengukuran kinerja tersebut akan membantu pihak manajemen dalam mengambil keputusan. Pengukuran kinerja terdiri atas pengukuran kinerja keuangan dan pengukuran kinerja non keuangan. 1.
Pengukuran Kinerja Keuangan. Pengukuran kinerja keuangan adalah pengukuran yang menjabarkan indikasi-indikasi kinerja dalam satuan uang atau satuan moneter yang merupakan hasil akhir dari kegiatan dan merupakan keputusan manajemen. Seperti yang dikemukakan oleh Charles, T Horngen, Datar dan Foster (2006)
bahwa
“Ukuran-ukuran
keuangan
sangat
penting
karena
mengindikasikan dampak ekonomi dari berbagai aktivitas fisik yang memungkinkan manajer untuk membuat pilihan”
2.
Pengukuran kinerja Non Keuangan Pengukuran kinerja non keuangan lebih ditekankan pada pengukuran aktivitas secara fisik, yang digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan keterlibatan pekerja. Pengukuran kinerja non keuangan memiliki beberapa kekuatan dan kelemahan. Meskipun mempunyai beberapa kelemahan, tetapi dalam penggunaannya diperlukan karena ukuran tersebut bersifat melengkapi ukuran kinerja keuangan dalam mengukur kinerja organisasi secara keseluruhan.
2.1.5 Definisi kualitas Untuk mendapatkan keuntungan yang semakin meningkat serta menjadikan reputasi dan image perusahaan menjadi lebih baik. Sekaligus memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen maka kualitas produk sangatlah penting bagi kelangsungan hidup produk tersebut. Hansen dan Mowen (2001:963) mendefinisikan kualitas secara umum sebagai tingkat atau nilai keunggulan, dalam arti kualitas merupakan tolok ukur relatif terhadap kebaikan. Kualitas juga didefinisikan secara operasional yang berarti sesuatu yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen, jadi kualitas adalah kepuasan pelanggan. Lebih lanjut, Hansen dan Mowen (2005:5) juga menulis bahwa kualitas produk atau jasa yang mampu memnuhi atau melebihi harapan konsumen.
1.
Biaya Kualitas Biaya kualitas merupakan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan
pencapaian atas kualitas yang diinginkan menurut Cipta Halim (2010:113). Melakukan penentuan dan pengendalian terhadap biaya kualitas secara operasional, maka hasil dari pengendalian tersebut perlu disajikan dalam bentuk laporan biaya kualitas. Garrison, Noreen, Brewer (2006) menyatakan bahwa pencatatan biaya kualitas berdasarkan masing masing katagorinya memberikan dua manfaat penting, yaitu (1) menggambarkan pola biaya kualitas pada masing-masing katagori sehingga memungkinkan para manajer menilai dampak keuangannya. dan (2) pencatatan tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori yang memungkinkan para manajer menilai kepentingan relatif dari masing-masing kategori. 2.
Pengendalian Kualitas Mulyadi (2007:42) menyatakan Pengendalian kualitas (quality control)
sebagai penggunaan beberapa teknik serta aktivitas untuk memperoleh, mempertahankan serta meningkatkan mutu dari suatu produk atau jasa. Pengendalian kualitas melibatkan integrasi dari beberapa teknik serta aktivitas sebagai berikut: 1. Menjabarkan spesifikasi dari apa yang dibutuhkan 2. Mendesain produk atau jasa yang dapat memenuhi spesifikasi tersebut 3. Melakukan inspeksi untuk menentukan kesesuaian terhadap spesifikasi.
4. Melakukan review terhadap penggunaan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan bila dibutuhkan. Melalui aktivitas diatas, dapat
dilakukan perbaikan serta peningkatan
kualitas produk secara berkesinambungan sehingga produk yang dihasilkan akan selalu mengikuti perkembangan serta keinginan konsumen. Hal ini penting karena suatu produk yang dikatakan berkualitas saat ini belum tentu akan dikatakan berkualitas dalam jangka waktu beberapa tahun mendatang.
2.1.6
Produktivitas Pengertian produktivitas bahwa produktivitas mengukur hubungan antara
input aktual yang digunakan dengan output aktual yang diperoleh menurut Edward Kung Gary
Thomas (2007:315) dimana semakin sedikit input yang
digunakan untuk menghasilkan sejumlah input tertentu menunjukkan semakin tingginya produktivitas. Pemanfaatan laporan Biaya Kualitas Untuk Meningkatkan Kualitas dan Produktivitas. Hasil perhitungan biaya kualitas kemudian dituangkan kedalam suatu laporan biaya kualitas, dimana laporan ini membahas biaya dari aktivitasaktivitas yang berhubungan dengan kualitas secara terperinci. Laporan biaya kualitas ini dapat digunakan untuk meningkatkan dan membantu manajemen perusahaan dalam melakukan perencanaan manajerial, pengambilan keputusan dan mempermudah melakukan pengendalian.
2.1.7 Pemanfaatan Laporan Biaya Kualitas Untuk Meningkatkan Kualitas dan Produktivitas Hasil perhitungan biaya kualitas kemudian dituangkan kedalam suatu laporan biaya kualitas, dimana laporan ini membahas biaya dari aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kualitas secara terperinci. Laporan biaya kualitas ini digunakan untuk meningkatkan dan membantu manajemen perusahaan dalam melakukan perencanaan manajerial, pegambilan keputusan, dan mempermudah melakukan pengendalian.
2.2 Kerangka Pemikiran Untuk memberikan gambaran, berikut disajikan garis besarnya.
Anggaran
Realisasi
Efektif dan Efisien