BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum 2.1.1 Pengertian Kayu Kayu adalah bagian keras tanaman yang digolongkan kepada pohon dan semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus yang tidak dapat ditiru oleh bahanbahan lain. Pengertian kayu disini ialah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar.(Dumanauw,J.F.,1993) Selama periode prasejarah dan sesudahnya kayu tidak saja digunakan untuk bahan bangunan tetapi juga semakin penting sebagai bahan mentah kimia untuk pembuatan arang ( digunakan dalam peleburan besi ), ter dan getah ( digunakan untuk mengawetkan dan melapisi lambung kapal ), dan kalium ( digunakan dalam pembuatan gelas dan sebagai bahan pemucat kain dan tekstil kapas ). Namun disisi lain kayu merupakan bahan dasar yang sangat modern. Kubah – kubah kayu yang besar dan perabot rumah yang indah membuktikan kegunaan dan keindahannya. Bahkan dalam bentuk alih seperti kayu lapis, papan partikel, dan
Universitas Sumatera Utara
papan serat, kayu telah menjadi bahan bangunan berharga. Disamping itu kayu merupakan bahan dasar pulp dan kertas, serat, film, aditif dan banyak produk – produk lainnya.( Fengel,D dan Wegener,G.,1995 )
2.1.2 Sifat-sifat Umum Kayu Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbedabeda. Bahkan kayu yang berasal dari satu pohon memiliki sifat yang agak berbeda, jika dibandingkan bagian ujung dan pangkalnya. Namun, ada beberapa sifat yang umum yang terdapat pada semua kayu, yaitu : a. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsur karbohidrat) serta berupa lignin (non-karbohidrat). b. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji melalui tiga arah utamanya. c. Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekitarnya. d. Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar, terutama jika kayu dalam keadaan kering. (Dumanauw,J.F.,1993)
Kayu dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Kayu Lunak (soft wood), merupakan kayu dari tumbuhan konifer, contohnya pohon pinus. Kayu lunak memiliki panjang dan kekerasan lebih besar yang digunakan untuk memberi kekuatan pada kertas. 2. Kayu keras (hard wood), merupakan kayu yang berasal dari tumbuhan yang menggugurkan daunnya setiap tahun. Kayu keras lebih halus dan kompak sehingga menghasilkan permukaan kertas yang halus. Selain itu kayu keras lebih mudah diputihkan hingga warnanya lebih terang karena memiliki sedikit lignin. Tabel 2.1 Karakteristik Serat dari Kayu Lunak dan Kayu Keras Karakter
Kayu Lunak
Kayu Keras
Kandungan Selulosa
42 %
45 %
Kandungan Lignin
28 %
20 %
Kandungan Ekstraktif
3%
5%
2 – 6 mm
0,6 – 1,5 mm
15 – 35 mg/mm
5 – 10 mg/mm
Panjang Serat Kekerasan
2.2 Kadar Air Kayu Kayu bersifat higroskopis, artinya kayu memiliki daya tarik terhadap air, baik dalam bentuk uap maupun cairan. Kemampuan kayu untuk menghisap atau mengeluarkan air tergantung pada suhu dan kelembaban udara disekelilingnya. Sehingga banyaknya air dalam kayu selalu berubah-ubah menurut keadaan udara/atmosfer sekelilingnya. Semua sifat fisika kayu sangat dipengaruhi oleh perubahan kadar air kayu. Hubungan kandungan air pada kayu dengan kandungan selulosa pada kayu adalah sebagai berikut, dalam kondisi basah, kelompok hidroksil selulosa dinding sel dipenuhi
Universitas Sumatera Utara
oleh molekul – molekul air, tetapi ketika pengeringan terjadi kolompok – kelompok ini bergerak saling mendekat, mengakibatkan pembentukan ikatan – ikatan selulosa ke selulosa menjadi lemah.
2.3 Komponen Kimia Dari Kayu Komponen kimia kayu di dalam kayu mempunyai arti penting, karena menentukan kegunaan suatu kayu. Pada umumnya, komponen kimia kayu terdiri dari 3 unsur : a. Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa. b.
Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin.
c. Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan yang dinamakan zat ekstraktif. Distribusi komponen kimia kayu tersebut dalam dinding sel kayu tidak merata. Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding skunder. Sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamela tengah. Zat ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu. Komposisi unsur-unsur kimia kayu adalah : a. Karbon 50 % b. Hidrogen 6 % c. Nitrogen 0,04 – 0,10 % d. Abu 0,20 – 0,50 % e. Sisanya adalah oksigen
Universitas Sumatera Utara
(http://noviantoblog.blogspot.com/2009/06/sifat-kimia-kayu-1.html)
1. Selulosa Selulosa merupakan konstituen utama kayu. Kira-kira 40 – 45 % bahan kering dalam kebanyakan spesies kayu adalah selulosa, terutama terdapat dalam dinding sel skunder. Bahan dasar selulosa dalah glukosa dengan rumus C6H12O6. Molekul-molekul glukosa disambung menjadi molekul – molekul besar, panjang dan berbentuk rantai dalam susunan menjadi selulosa. Selulosa merupakan bahan dasar yang penting bagi industri – industri yang memakai selulosa sebagai bahan bakunya, misalnya pabrik kertas, pabrik sutera tiruan dan sebagainya. Selulosa dibuat langsung dari unit – unit glukosa. Sebagai langkah pertama dari proses tersebut, pohon mengangkut glukosa ke pusat – pusat pengolahan yang terletak pada pucuk – pucuk cabang dan akar ( meristem ujung ) dan ke lapisan kambium yang menyelubungi batang utama, cabang dan akar. Kemudian dalam suatu proses yang kompleks, glukosa mengalami midifikasi secara kimia dengan dipindahkannya satu molekul air dari setiap unit dan terbentuklah suatu anhidrid glukosa : C6H12O6 ( glukosa ) – H2O = C6H10O5 ( anhidrid glukosa ). Unit – unit anhidrid glukosa kemudian saling bersambungan ujung – ujungnya membentuk polimer berantai panjang yaitu selulosa ( C6H10O5 )n dengan n ( derajat polimerisasi ) sama dengan 500 – 10000.
2. Hemiselulosa Glukosa adalah gula yang terpenting yang dihasilkan oleh proses fotosintesis, namun bukanlah satu – satunya gula. Gula – gula lain dengan 6 karbon seperti galaktosa
Universitas Sumatera Utara
dan manosa dan gula – gula dengan 5 karbon seperti xilosa dan arabinosa juga diproduksi di dalam daun. Gula – gula ini dan gula – gula yang lain, bersama-sama dengan glukosa, dipergunakan untuk mensintesiskan polimer – polimer dengan berat molekul yang relatif rendah yang disebut hemiselulosa. Sebagian besar hemiselulosa merupakan polimer – polimer dengan rantai bercabang, berbeda dengan polimer selulosa yang berantai lurus. Selama pembuatan pulp, hemiselulosa bereaksi dengan larutan pemasak dibandingkan dengan selulosa. Hemiselulosa bersifat hidrofibril (mudah menyerap air) yang mengakibatkan strukturnya kurang teratur. Kadar hemiselulosa dalam pulp jauh lebih kecil dibandingkan dengan serat asal, karena selama pemasakan hemiselulosa bereaksi dengan bahan pemasak dan lebih mudah terlarut daripada selulosa.
3. Lignin Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi. Meskipun tersusun atas karbon, hidrogen dan oksigen, lignin bukanlah suatu karbohidrat dan bahkan tidak ada hubungannya dengan golongan senyawa tersebut. Lignin sangat stabil, sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang bermacam – macam, karenanya susunan lignin yang pasti di dalam kayu tetap tidak menentu. Lignin terdapat diantara sel – sel dan di dalam dinding sel. Di antara sel – sel, lignin berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel – sel bersama. Dalam dinding sel, lignin sangat erat hubungannya dengan selulosa dan berfungsi untuk memberikan ketegaran pada sel. Di dalam kayu, lignin merupakan bahan yang tidak berwarna. Apabila lignin bersentuhan dengan udara, terutama dengan adanya sinar matahari, maka lama kelamaan
Universitas Sumatera Utara
lignin akan menjadi kuning. Karenanya kertas koran yang terbuat dari serat – serat yang diperoleh secara mekanis dengan lignin yang belum dipisahkan, tidak berumur panjang karena kecenderungannya menjadi kuning. Kertas koran juga kasar, massanya besar dan kekuatannya rendah karena serat – seratnya yang kaku memiliki ikatan antar serat yang lemah. ( Haygreen,J.G.,1996 ) Lignin muncul dalam limbah cairan dalam bentuk yang sudah agak berubah sebagai hasil dari ikutan dalam proses pembuatan pulp. Apabila cairan ini dimanfaatkan, hasil – hasil ikutan yang berupa bahan organik ini merupakan sumber penting bagi enerji atau bahan baku penggunaan kimia lebih lanjut. Teknologi yang memanfaatkan lignin adalah sangat penting, karena lebih dari 50 juta ton lignin dihasilkan diseluruh dunia setiap tahunnya.( Steinlin,H.,1988 )
4. Zat Ekstraktif Kayu juga mengandung sejumlah kecil beberapa bahan lain yang disebut zat ekstraktif (getah kayu). Istilah ekstraktif kayu meliputi sejumlah besar senyawa yang berbeda yang dapat diekstraksi dari kayu dengan menggunakan pelarut polar dan non polar. Dalam arti yang sempit ekstraktif merupakan senyawa – senyawa yang larut dalam pe;arut organik, dan dalam pengertian ini nama ekstraktif digunakan dalam analisis kayu. Tetapi senyawa – senyawa karbohidrat dan anorganik yang larut dalam air juga termasuk dalam senyawa yang dapat diekstraksi. Sejumlah kayu mengandung senyawa – senyawa yang dapat diekstraksi yang bersifat racun atau mencegah bakteri, jamur dan rayap. Ekstraktif lain dapat memberikan warna dan bau pada kayu.
Universitas Sumatera Utara
Ekstraktif – ekstraktif menempati tempat – tempat morfologi tertentu di dalam struktur kayu. Sebagai contoh, asam – asam resin yang terdapat dalam saluran resin, sedangkan lemak dan lilin terdapat dalam se – sel parenkim.
2.4 Metode Pembuatan Pulp Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat ( kayu maupun non kayu ) melalui berbagai proses pembuatannya. Pulp terdiri dari serat – serat yang terdiri dari selulosa dan hemiselulosa sebagai bahan baku kertas. Tujuan dari pembuatan pulp adalah untuk memisahkan serat – serat selulosa dan hemiselulosa dari komponen – komponen lain yang terdapat dalam bahan baku berserat menjadi inividu – individu serat. Proses pembuatan pulp dilakukan dengan proses mekanis, kimia dan semikimia. 1. Proses Mekanis Proses pengasahan kayu dimana kayu gelondong yang dikuliti diperlakukan dalam batu asah yang berputar dengan diberi semprotan air merupakan dasar pembuatan pulp mekanis. Disamping serat yang utuh, bahan kayu dirobek – robek dalam bentuk bagian – bagian serat yang kurang lebih rusak. Kerusakan serat secara fisik ini sulit dihindari dan karena itu kekuatan kertas yang dibuat dari pulp – pulp mekanik agak rendah. Kelemahan – kelemahan lain dari pembuatan pulp mekanik adalah pemakaian energi yang tinggi dan praktis hanya kayu – kayu lunak, terutama spruce, yang berguna sebagai bahan baku. Proses mekanis yang dikenal diantaranya PGW ( Pine Groundwood ) dan SGW ( Semi Groundwood).( Sjostrom,E., 1995 ) 2. Proses Semi Kimia
Universitas Sumatera Utara
Proses semi kimia merupakan kombinasi antara proses mekanis dan proses kimia. Yang termasuk dalam proses ini adalah CTMP ( Chemi Thermo Mechanical Pulping ) dengan memanfaatkan suhu untuk mendegradasi lignin sehingga akan diperoleh pulp dengan rendemen yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih baik dari pada pulp dengan proses mekanis. 3. Proses Kimia Pembuatan pulp secara kimia adalah proses penghilangan lignin sama sekali hingga serat – serat kayu mudah dilepaskan pada pembongkaran dari bejana pemasak (digester) atau paling tidak setelah perlakuan mekanik lunak. Hampir semua produksi pulp di dunia saat ini masih didasarkan pada proses – proses sulfit dan sulfat (kraft), yang terakhir yang paling banyak. Proses pembuatan pulp dengan proses kimia dikenal dengan sebutan proses kraft. Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki kekuatan yang lebih tinggi dari pada proses mekanis dan semi kimia, akan tetapi rendemen yang dihasilkan lebih kecil diantara keduanya karena komponen yang terdegradasi lebih banyak. Dalam proses kimia, terdapat 2 metode pembuatan pulp, yaitu : a. Metode Proses Basa Termasuk dalam proses ini adalah : 1. Proses Soda 2. Proses Sulfat Pada proses ini, bahan baku yang telah dipotong – potong kecil dengan mesin pemotong, dimasukkan kedalam sebuah bejana besar yang disebut digester. Natrium Hidroksida merupakan bahan kimia pemasak utama dalam kedua proses tersebut, sedang
Universitas Sumatera Utara
dalam pembuatan pulp sulfat, natrium sulfida merupakan komponen aktif tambahan. Nama kedua proses diperoleh dari bahan kimia yang dipulihkan yang digunakan untuk mengimbangi hilangnya natrium hidroksida, masing – masing natrium karbonat dan natrium sulfat. Saat ini proses sulfat tidak hanya merupakan proses pembuatan pulp alkalis yang utama untuk kayu, tetapi juga merupakan proses pulp yang penting. Pernyataan pertama terutama didasarkan pada kenyataan bahwa pulp kraft (kraft dalam bahasa Jerman dan Swedia berarti kekuatan atau tenaga) diperoleh dalam rendemen yang lebih tinggi dan dengan sifat – sifat yang lebih unggul bila dibandingkan dengan pulp soda. Kedua, ada beberapa alasan yang telah dikenal di dunia cenderung menggunakan pulp kimia selama 50 tahun terakhir dan telah mendudukkan proses sulfat lebih kedepan daripada pembuatan pulp secara sulfit. Keuntungan – keuntungan utama pembuatan pulp secara sulfat, dalam daftar di bawah memberikan karakteristik pertama dari proses dan pulp yang dihasilkan : 1. waktu pemasakan yang pendek 2. pengolahan cairan limbah pemasak yang telah mantap, termasuk pemulihan bahan – bahan kimia dalam pembuatan pulp. 3. sifat – sifat kekuatan pulp yang sangat baik. Kekurangan – kekurangan utama dari pembuatan pulp sulfat adalah persoalan bau, rendemen yang lebih rendah daripada pembuatan pulp sulfit ( biasanya 45 – 50%), warna yang gelap dari pulp yang tidak dikelantang, dan akhirnya biaya yang besar untuk pemasakan pabrik baru.
Universitas Sumatera Utara
b. Metode Proses Asam Metode proses asam disebut juga dengan proses sulfit. Secara garis besar, proses sulfit dilakukan melalui tahap – tahap yang sama dengan proses basa, tetapi larutan yang dipakai adalah SO2, Ca(HSO3)2, dan Mg(HSO3)2 sebagai larutan pemasak. Harga – harga derajat putih pulp sulfit yang tidak dikelantang umumnya lebih tinggi daripada pulp kraft, meskipun pada rendemen tinggi. Pulp sulfit mempunyai sifat – sifat kekuatan yang rendah.( Fengel,D dan Wegener,G.,1995 )
Tabel 2.2 Proses Pembuatan Pulp Proses Mekanis
Tidak menggunakan bahan – bahan kimia, tetapi bahan baku digiling dengan menggunakan mesin sehingga selulosa terpisah dari zat – zat lain
Proses Semi Kimia
Dilakukan seperti proses mekanis, tetapi dibantu dengan bahan kimia untuk melunakkan, sehingga serat – serat selulosa mudah terpisah dan tidak rusak.
Proses Kimia
Bahan baku dimasak dengan bahan kimia tertentu untuk menghilangkan zat – zat lain yang tidak perlu dari serat – serat selulosa. Dengan proses ini dapat diperoleh selulosa yang murni dan tidak rusak.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Natrium Sulfida (Na2SO4) Natrium sulfida merupakan padatan kristal berwarna putih susu. Natrium sulfat sebagian besar digunakan untuk pembuatan detergen, dan dalam proses pembuatan pulp dengan cara kraft. Natrium sulfat secara kimiawi sangat stabil yang tidak reaktif paling terhadap oksidasi atau reduktor pada suhu normal. (http:// en.wikipedia.org/wiki/kraft_process)
2.6 Air secara umum Air merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, yakni demi peradaban manusia. Bahkan dapat dipastikan, tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dapat dinikmati sampai saat ini. Pengertian “air” adalah semua air yang terdapat pada, di atas, maupun dibawah permukaan tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang dimanfaatkan di darat. Sungai merupakan satu kesatuan antara wadah air dan air yang mengalir, karena itu kesatuan sungai dan lingkungan merupakan suatu persekutuan mendasar yang tidak terpisahkan. Pemanfaatan lahan sempadan sungai untuk keperluan pemukiman, pertanian maupun pengolahan pabrik.(Sunaryo,T.M., 2004)
2.7 Titrasi Asidimetri-Alkalimetri
Universitas Sumatera Utara
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa – senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa – senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.(Sudjadi, 2007)
2.8 Pencucian Sasaran daripada proses pencucian (washing process) adalah untuk mengeluarkan sebanyak mungkin padatan terlarut dalam black liquor dari pulp dengan memakai air pencuci sedikit mungkin. Padatan terlarut yang masih tertinggal dalam pulp setelah proses pencucian akan menjadi beban yang merugikan pada proses pencucian dan pada proses pembuatan kertas dan akan menambah biaya produksi. Air yang ditambahkan kedalam liquor selama pencucian nantinya harus dipisahkan di bagian evaporator yang dimaksudkan agar liquor dapat terbakar ditungku pembakaran. Pekerjaan ini merupakan proses yang membutuhkan banyak biaya. Pemakan air pencuci yang sedikit mungkin akan mengurangi harga steam untuk proses penguapan di evaporator. Pencucian pulp secara efisien sangat penting dilakukan untuk memastikan kebutuhan maksimal zat kimia dalam proses pulping dan mengurangi jumlah limbah
Universitas Sumatera Utara
organik yang terbawa oleh pulp dalam proses pemutihan. Pulp yang kurang tercuci membutuhkan dosis zat pemutih yang lebih besar. Tujuan dari pencucian bubur pulp adalah : 1. Untuk membersihkan ( memurnikan ) bubur pulp dari lindi pemasaknya. 2. Untuk menghemat bahan – bahan kimia pemasak agar dapat dipakai kembali. 3. Untuk mengumpulkan bahan – bahan yang tidak larut yang tidak dapat dipakai kembali sebagai bahan bakar. 4. Untuk memisahkan serat – serat selulosa dari komponen – komponen lain yang terdapat dalam bahan – bahan berserat selulosa menjadi individu serat. Pencucian bubur pulp pada mulanya dilakukan dalam sebuah tanki yang disebut dengan “diffuser” ( menyebar ). Dari percobaan yang telah dilakukan, proses ini sanggat lambat dan tidak effisien, dan cenderung menyebabkan masih banyak lindi hitam yang tersisa ( pencucian kurang bersih ). Kemudian ditemukan suatu alat yang disebut “rotari vacum cylinder” ( vakum silinder putar ) yang berhasil menggantikan alat diffuser dan tidak terlalu banyak memerlukan tenaga dan ruangan tetapi angka produksinya lebih besar, sekaligus dapat dilakukan pencucian yang effisien. Alat ini biasanya dilengkapi dengan empat alat pencuci vakum yang dialiri dengan air pencuci. Tujuan akhir dari proses pencucian pulp ini adalah kadar soda pada washer IV yang harus dijaga, biasanya kadar soda maksimal adalah 7,5 kg/ton pulp. Selain kadar soda, hal lain yang juga harus dijaga adalah WBL solid pada washer I, biasanya WBL solid minimun 18 %.
Universitas Sumatera Utara
Selama proses pencucian terdapat pengotor yang selain dapat mengganggu proses pencucian tersebut juga dapat mempengaruhi hasil dari pulp itu sendiri. Pengotor tersebut adalah pembusaan dan adanya picth yang mengakibatkan adanya bintik – bintik pada pulp yang sudah dicetak. Karena itu perlu adanya defoamer dan pitch dispersant untuk menghilangkan pengotor tersebut. Pada proses pencucian di washing plant dihasilkan sisa air pencucian dari washer I yang mengandung black liquor yang sangat pekat, sehingga dapat diolah kembali menjadi cairan pemasak dengan cara menambahkan zat kapur. Mula – mula air sisa air pencucian dari washer I yang mengandung black liquor 15 – 18 % solid akan masuk ke evaporator untuk dibakar sehingga menghasilkan HBL ( height black liquor ) sebanyak 68 – 72 % solid. Kemudian masuk ke recovery boiler dengan menambahkan Na2SO4 sehingga akan menghasilkan green liquor yang akan di recaustic dengan penambahan CaO, dimana CaO berasal dari hasil pembakaran batu kapur ( CaCO3 ).
2.9 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses Pencucian 1. Faktor pengenceran Faktor pengenceran adalah perbedaan antara volume kembali lindi hitam dan lindi hitam asli, yaitu dengan kata lain kualitas lindi hitam setelah penambahan air pencuci melebihi kualitas dari lindi hitam asli. Faktor pengenceran sering dinyatakan dalam ton atau meter kubik cair per ton pulp. Faktor pengenceran mempengaruhi jumlah kandungan soda pada bubur pulp. Bilamana faktor pengenceran ditambah, maka hasil yang diperoleh akan
Universitas Sumatera Utara
berkurang namun pada suatu titik akan tidak ekonomis dengan mempergunakan lebih banyak air pencuci karena tingginya biaya evaporasi. 2. Temperatur Air Pencuci Temperatur air pencuci sangat mempengaruhi keadaan pencucian yang dikehendaki. Pencucian akan kurang baik hasilnya jika pada temperatur dingin, namun jika pada temperatur yang lebih tinggi akan mengakibatkan terlalu tingginya evolusi uap dari lindi hitam. Temperatur 70oC merupakan temperatur yang sempurna, karena pada temperatur tersebut air pencuci dapat melarutkan padatan yang harus dihilangkan dari bubur pulp dengan baik. 3. Level ( pulp washing rate ) Level air pencuci merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pencucian. Level harus ditetapkan sehingga dapat
mengurangi
ketersumbatan dan untuk mengatur jumlah aliran pengencer ataupun putaran drum. Level yang ditetapkan adalah 68%. Jika level terlalu rendah akan menyebabkan bubur pulp tidak melekat pada silinder, sehingga proses vakum tidak terjadi yang mengakibatkan bubur pulp akan tumpah. 4. Konsistensi bubur pulp Konsistensi bubur pulp juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses pencucian pulp. Konsistensi yang rendah dapat meningkatkan penyebaran pencucian atau pembentukan sheet pulp, tetapi juga memperbanyak blow back dan memerlukan putaran drum yang tinggi serta kapasitas pompa resirkulasi lindi yang juga harus tinggi. (Anonim, 2003)
Universitas Sumatera Utara