BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kayu
2.1.1 Pengertian Kayu
Kayu merupakan hasil hutan dari seumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pengertian kayu di sini adalah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk
sesuatu
tujuan penggunaan.
Baik
berbentuk
kayu
pertukangan, kayu industri, maupun kayu bakar.
Kayu tidak hanya digunakan sebagai bahan bangunan namun juga semakin penting digunakan sebagai bahan mentah kimia dalam pembuatan arang (digunakan dalam peleburan besi), ter dan getah (digunakan untuk mengawetkan dan melapisi lambung kapal), dan kalium (digunakan dalam pembuatan gelas dan sebagai bahan pemucat kain dan tekstil kapas). Selain itu, kayu juga merupakan bahan dasar dalam pembuatan pulp dan kertas, serat, film, dan banyak produkproduk lainnya. Produk paling penting dari pengolahan kayu secara kimia adalah pulp. Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan dalam pembuatan
Universitas Sumatera Utara
kertas, namun juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti sutera rayon dan selofan.
2.1.2 Sifat – sifat kayu
2.1.2.1 Sifat Fisik Kayu
1. Berat jenis Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu, maka umumnya makin kuat pula kayunya. Semakin ringan suatu jenis kayu, maka akan berkurang pula kekuatannya. Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel, dan kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. 2. Keawetan alami kayu Keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk, cacing dan makhluk lainnya yang diukur dengan jangka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak-perusak kayu tersebut, sehingga perusak tersebut tidak sampai masuk dan tinggal di dalamnya serta merusak kayu. 3. Warna Kayu Warna kayu yaang bermacam-macam seperti kuning, keputih-putihan, coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna suatu jenis kayu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti umur pohon
Universitas Sumatera Utara
dan kelembaban udara. Kayu pohon yang lebih tua dapat lebih gelap dari kayu pohon yang lebih muda dengan jenis yang sama. Kayu yang kering juga berbeda dengan kayu yang basah. Kayu yang lama berada diluar dapat lebih gelap, dapat juga lebih pucat daripada kayu yang lebih segar. 4. Higroskopik Kayu mempunyai sifat higroskopik yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau dapat dikatakan sebagai kelembaban. Kelembaban kayu dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara pada suatu saat. Makin lembab udara disekitarnya akan makin tinggi kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Masuk dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau kering. Akibatnya kayu itu akan mengembang atau menyusut. 5. Tekstur Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Yang dimaksud dengan sel kayu adalah serat-serat kayu. Jadi dapat dikatakan bahwa tekstur adalah ukuran relatif serat-serat kayu. 6. Serat Arah dari serat dapat ditentukan oleh arah alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu dikatakan berserat lurus jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu batang, dikatakan kayu tersebut berserat mencong. 7. Kekerasan Pada umumnya terdapat hubungan antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-kayu yang keras juga termasuk kayu-kayu yang berat. Sebaliknya kayu ringan adalah kayu yang lunak. Cara menetapkan kekerasan kayu adalah dengan
Universitas Sumatera Utara
memotong kayu tersebut dengan arah melintang. Kayu yang keras akan sulit dipotong melintang dengan pisau. Kayu yang lunak akan mudah rusak, dan hasil potongan melintangnya akan memberikan hasil yang kasar dan suram. 8. Kesan Raba Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat kita meraba permukaan kayu tersebut. Ada kayu yang diraba akan memberi kesan kasar, halus, licin, dingin dan sebagainya. Kesan raba yang berbeda-beda untuk tiap jenis kayu tergantung dari tekstur kayu, besar kecilnya air yang dikandung, dan kadar zat ekstraktif pada kayu.
2.1.3 Komposisi Kimia Kayu
Secara kimia kandungan bahan yang terdapat dalam kayu dapat dibagi 4 (empat) bagian yaitu: 1. Selulosa 2. Hemiselulosa 3. Lignin 4. Zat ekstraktif Komposisi dan sifat-sifat kimia komponen-komponen ini sangat berperan dalam proses pembuatan pulp. Pada setiap pemasakan, kita ingin mengambil sebanyak mungkin selulosa yang terdapat didalam serat kayu, disisi lain hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif tidak dibutuhkan atau dipisahkan dari serat kayunya. Komposisi kimia kayu bervariasi untuk setiap species. Secara umum hard wood mengandung lebih banyak selulosa, hemiselulosa dan zat ekstraktif dibandingkan dengan soft wood tetapi kandungan ligninnya lebih sedikit.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 : Komposisi Typical Chemical Antara Hardwoods dan Softwoods Komponen
Soft woods
Hard woods
Selulosa
42 ± 2 %
45 ± 2 %
Hemiselulosa
27 ± 2 %
30 ± 5 %
Lignin
27 ± 2 %
20 ± 4 %
Zat ekstraktif
3±2%
5±3%
1. Selulosa Selulosa merupakan bagian utama yang membentuk dinding sel daripada kayu. Merupakan polimerisasi yang sangat kompleks dari gugus karbohidrat yang mempunyai persen komposisi yang mirip dengan “starch” yaitu glukosa yang terhidrolisis oleh asam. Di dalam kayu, selulosa tidak hanya disertai dengan poliosa dan lignin, tetapi ikatannya juga sangat erat, dan pemisahannya memerlukan perlakuan kimia yang intensif. Selulosa merupakan bahan dasar dari banyak produk teknologi (kertas, film, serat, dan sebagainya) dan karena itu diisolasi terutama dari kayu dengan proses pembuatan pulp dalam skala besar. Dengan menggunakan berbagai bahan kimia dalam pembuatan pulp, pada keadaan asam, netral, atau alkalis dan tekanan
sehingga
diperoleh
pulp
dengan
sifat
yang
berbeda-beda.
(Fengel&Wegener, 1995)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Struktur Selulosa
2. Hemiselulosa Hemiselulosa juga merupakan polimer-polimer gula. Berbeda dengan glukosa yang terdiri hanya dari polimer glukosa, hemiselulosa merupakan polimer dari lima bentuk gula yang berlainan yaitu: glukosa, mannosa, galaktosa, xylosa, dan arabinosa. Rantai hemiselulosa lebih pendek dibandingkan dengan rantai selulosa, karena hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi yang lebih rendah. Molekul hemiselulosa terdiri dari 300 unit gugus gula. Berbeda dengan selulosa, polimer hemiselulosa berbentuk tidak lurus, tetapi merupakan polimer-polimer bercabang yang berarti hemiselulosa tidak akan dapat membentuk struktur kristal dan serat mikro seperti halnya selulosa. Pada proses pembuatan pulp hemiselulosa bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan selulosa.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Struktur Hemiselulosa
3. Lignin Lignin merupakan zat yang tidak berbentuk yang bersama-sama dengan selulosa membentuk dinding sel dari pohon kayu. Ia berfungsi sebagai bahan perekat atau semen antara sel-sel selulosa yang membuat kayu menjadi kuat. Lignin merupakan polimer tiga dimensi yang bercabang banyak. Molekul utama pembentuk lignin adalah phenyl propane. Satu molekul lignin dengan derajat polimerisasi yang tinggi merupakan molekul yang besar, karena ukurannya dan struktur tiga dimensinya. Lignin didalam kayu berfungsi sebagai lem atau semen. Lapisan (lamella) tengah dengan kandungan utamanya adalah lignin, mengikat sel-sel itu dan sehingga terbentuk struktur kayu. Dinding sel juga mengandung lignin. Pada dinding sel, lignin bersama dengan hemiselulosa membentuk semen (matriks) dimana tersusunlah selulosa yang berupa “mikro fibrils”.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Struktur Lignin
4. Zat ekstraktif Kayu biasanya mengandung berbagai zat-zat dalam jumlah yang tidak banyak yang disebut dengan istilah “extractive”. Zat-zat ini dapat diambil atau dipisahkan dari kayu dengan memakai pelarut air maupun pelarut organik seperti eter atau pun alkohol. Asam-asam lemak, asam-asam resin, lilin, terpentin, dan gugus fenol adalah merupakan beberapa grub yang juga merupakan zat ekstraktif. Kebanyakan dari zat ekstraktif itu terpisahkan dalam proses pulp dengan cara “Kraft Pulping”. Minyak mentah terpentin dapat diperoleh dari digester pada waktu mengeluarkan gas. Lemak-lemak, asam-asam lemak akan membentuk sabun (soap) pada proses “Kraft” dan terlarut dalam larutan pemasak. Soap ini selanjutnya akan dipisahkan dari black liquor dan daur ulang sebagai “tall oil”. Beberapa atau sebagian kecil dari zat ekstrktif yang terlarut akan menyebabkan timbulnya getah (“pitch”) dalam pembuatan pulp secara kraft dan pada pembuatan kertas. Bentuk ini merupakan gumpalan yang mengotori peralatan seperti halnya screen dan wire.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Metode Pembuatan Pulp
Pulp adalah produk utama dari kayu, terutama digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi juga dapat diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti sutera rayon dan selofan. Tujuan utama pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan seratserat yang dapat dikerjakan secara kimia atau secara mekanik ataupun dengan menggunakan kombinasi dua tipe perlakuan tersebut.
2.2.1. Pembuatan Pulp Secara Mekanis
Proses pengasahan kayu dimana kayu gelondongan yang dikuliti diperlakukan dalam batu asah yang berputar dengan diberi semprotan air merupakan dasar dalam pembuatan pulp secara mekanis. Di samping serat yang utuh, bahan kayu dirobek-robek dalam bentuk bagian serat yang kurang lebih rusak. Kerusakan fisik pada serat kayu ini tidak dapat dihindari dan karena hal tersebut kekuatan kertas yang dibuat dari pulp-pulp mekanik memiliki mutu yang agak rendah. Kelemahan lain dari pembuatan pulp mekanik adalah pemakaian energi yang cukup tinggi sehingga hanya kayu-kayu lunak yang dapat digunakan sebagai bahan baku.
Pada dasarnya, kayu gelondong yang tidak berkulit (panjang 60-120 cm, terutama kayu lunak, tetapi juga kayu keras yang cocok) ditekan dengan sisi yang panjang sejajar dengan permukaan batu asah yang berputar, sedangkan air disemprotkan pada bagian yang mengasah. Gesekan akan menaikkan suhu dalam daerah pengasahan hingga 150-190˚C hingga melenturkan komponen lignin kayu.
Universitas Sumatera Utara
Berkas-berkas serat, serat-serat, dan kelompok serat akan tersobek dari permukaan kayu dan diangkut kearah rongga-rongga pengasah.
Proses ini akan menggiling kayu menjadi serat pulp dan menghasilkan rendemen sebesar 90 – 95% namun dapat menyebabkan kerusakan pada serat. Selain itu penggunaan pulp yang dihasilkan pada proses ini nilainya kecil, karena pulp yang dihasilkan masih mengandung banyak lignin dan serat-seratnya tidak murni sebagai serat. (Sjostrom, 1995)
2.2.2. Pembuatan Pulp Secara Semikimia
Proses-proses pembuatan pulp secara semikimia pada dasarnya ditandai dengan perlakuan kimia yang didahului dengan tahap penggilingan secara mekanik. Pada kenyataannya, pulp-pulp semikimia merupakan kelompok pulp khusus yang diperoleh terutama dari kayu keras dengan rendemen antara 65 dan 85% bahkan hingga 92%. Proses yang pokok meliputi tiga tahap utama : − Pemasakan pada suhu antara 160 dan 190˚C. − Impregnasi dengan lindi natrium sulfit. − Pelepasan serat dengan penggiling cakram.
2.2.3. Pembuatan Pulp Secara Kimia
Pembuatan pulp secara kimia adalah proses dimana lignin dihilangkan sama sekali sehingga serat-serat kayu akan lebih mudah dilepaskan. Pada metode ini, serpihan kayu dimasak dengan menggunakan bahan kimia yang tepat dengan menaikkan suhu dan tekanan. Tujuannya adalah untuk melarutkan lignin dan meninggalkan
Universitas Sumatera Utara
selulosa dalam bentuk serat yang utuh. pembuatan pulp secara kimia dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu proses Kraft (basa), proses sulfit (asam) dan proses soda.
1. Proses Sulfit Pembuatan pulp dengan proses sulfit pertama dilakukan pada tahun 1866 yang berkaitan dengan pembuatan pulp kayu dengan menggunakan larutan kalsium hidrogen sulfit dan belerang dioksida dalam suatu sistem yang bertekanan. Pada dasarnya, pembuatan pulp sulfit masih berdasarkan pada penemuan-penemuan terdahulu namun telah dilakukan beberapa modifikasi pembaruan dan perbaikan terhadap teknik. Modifikasi yang terakhir dilakukan berkaitan dengan penggunaan yang disebut dengan basa-basa yang larut, yaitu penggantian kalsium dengan menggunakan magnesium, natrium, atau amonium yang memberikan hasil yang lebih baik dalam pengaturan kondisi pemasakan yang dapat pula memperluas penggunaan dari bahan dasar yang digunakan maupun produksi pulp dengan tipe yang berbeda-beda. Secara bertahap pulp sulfit digantikan kedudukannya oleh pembuatan pulp kraft. Pulp sulfit memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan pulp kraft dan dapat dibleach lebih mudah tetapi lembaran pulp lebih lemah dibandingkan pulp kraft.
2. Proses Kraft Sistem pemasakan kraft adalah sistem pemasakan dengan menggunakan alkali yang bertekanan pada suhu tinggi yang diperkenalkan pada tahun 1850-an. Menurut metode yang diusulkan oleh C. Watt dan H. Burgess, larutan natrium hidroksida digunakan sebagai lindi pemasak dan lindi bekas yang dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
dipekatkan dengan cara penguapan dan dibakar. Leburan yang terdiri atas natrium karbonat, diubah kembali menjadi natrium hidroksida dengan kalsium hidroksida. Kemudian penggunaan natrium sulfat digunakan sebagai pengganti natrium karbonat. Dalam proses kraft natrium sulfat ditambahkan untuk imbuhan. Kemudian direduksi di dalam tungku pembakaran pemulihan bahan kimia menjadi natrium sulfida yang merupakan bahan kimia utama yang dibutuhkan dalam proses delignifikasi. Proses pulp hampir menggantikan secara lengkap proses soda yang dianggap sudah tua karena memiliki keunggulan selektivitas delignifikasi yang menghasilkan kualitas pulp yang lebih tinggi. Proses pemasakan dengan menggunakan metode kraft memiliki beberapa kelebihan seperti •
pemulihan bahan kimia yang lebih sederhana dan lebih ekonomis.
•
sifat-sifat pulp yang lebih baik dalam hubungannya dengan kebutuhan pasar.
•
pengenalan bahan-bahan pengelantang yang efektif terutama klorin dioksida yang lebih efektif dan mudah untuk digunakan.
•
pengelantangan memiliki brightness yang lebih tinggi.
•
pre-hydrolysis kayu yang dapat menghasilkan dissolving pulp yang berkualitas tinggi. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki kraft pulp membuat metode ini lebih
dipilih dibanding dengan proses sulfit. Namun metode ini memiliki beberapa kelemahan yang berdampak terhadap lingkungan seperti adanya gas-gas berbau tidak enak yang dihasilkan dari tahap bleaching dan penggunaan bahan kimia pengelantang yang tinggi terhadap pulp-pulp kraft kayu lunak.
Universitas Sumatera Utara
Pembuatan pulp dengan metode kraft dilakukan dengan larutan yang terdiri dari natrium hidroksida dan natrium sulfifda yang dinamakan dengan lindi putih. Banyaknya alkali efektif (NaOH) yang digunakan biasanay antara 4-5 mol atau 16-20% dari kayu.
3. Proses Soda Proses ini merupakan proses yang cukup sederhana karena dalam proses pemasakannya hanya menggunakan NaOH. Bahan kayu yang digunakan juga dapat berasal dari berbagai macam jenis kayu. Waktu pemasakan hanya sekitar 23 jam dengan menggunakan digester. Bahan pemutih yang digunakan adalah kalsium hipoklorit dan kemudian pulp tersebut dinetralkan kembali dengan NaOH kemudian dicuci dan dikeringkan hingga terbentuk pulp kering.
2.3. Tahap Pembuatan Pulp 2.3.1. Unit Persiapan Kayu (Wood Preparation) Kayu yang berasal dari berbagai HTI kemudian diangkut ke lokasi pabrik dengan menggunakan truk-truk pengangkut kayu. Kemudian kayu tersebut dibongkar dengan menggunakan sebuah goliath crane yang besar di wood yard, selanjutnya kayu-kayu tersebut diumpankan ke wood room atas dasar yang pertama datang – pertama digunakan. Kayu-kayu tersebut kemudian akan melewati proses pengulitan, pemotongan, pencucian, penyaringan dan kemudian disimpan pada tumpukan serpihan kayu yang disebut dengan chip pile.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Unit Pemasakan (Digester) Serpihan kayu yang berasal dari chip pile kemudian dikirim ke tungku pemasakan yang disebut dengan digester menggunakan sebuah belt conveyor. Digester adalah sebuah bejana bertekanan yang didalamnya serpihan kayu, yang dimasak dengan menggunakan sejumlah tertentu larutan kimia serta dengan panas dan tekanan untuk memisahkan bagian yang berupa serat kayu dari bagian-bagian yang bukan serat dengan cara melarutkan bagian yang bukan serat, dimana proses itu dinamakan cooking. Chip dimasak didalam digester dengan menggunakan panas. Bahan kimia yang digunakan adalah Caustic soda(𝑁𝑁𝑎𝑎 𝑂𝑂𝑂𝑂),Sodium Sulfide (𝑁𝑁𝑁𝑁2 𝑆𝑆),
campuran ini dinamakan dengan white liquor. Digester mempunyai tinggi sekitar
18,6 m dengan diameter 4,2 meter dan volume 200 m³. Pengoprasian digester dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu : 1. Chip filling, yaitu pengisian chip yang berasal dari chip pile kedalam digester. Satu digester diisi chip kira-kira 75 ton dengan moisture 50%. 2. Prehydrolisis, yaitu proses yang dilakukan untuk mengeluarkan , kandungankandungan yang bukan selulosa yang terdapat di dalam kayu, seperti selulosa yang terpotong-potong dan karbohidrat rantai pendek yang disebut dengan hemiselulosa sehingga akan mudah untuk mendapatkan pulp dengan kemurnian yang lebih tinggi. Proses ini dilakukan dengan fase uap menggunakan steam. Pada proses ini dipertahankan pada tempratur ˚C 165 dan tekanan 6,0kg/cm² gauge selama 60 menit. 3. Liquor filling, yaitu proses pemasukan cairan pemasak panas kedalam digester yang berasal dari relief heat recovery system. Untuk menjaga keberlangsungan peredaran liquor dalam digester dan blowing yang bersih
Universitas Sumatera Utara
perlu diperhitungkan jumlah perbandingan antara liquor dengan kayu yang sering disebut batch ratio. Rationya berkisar 3,9:1, merupakan perbandingan terhadap kayu yang kering yang dimasukkan kedalam digester, sehingga diperlukan liquor sebanyak 3,9 m³. Jumlah liquor terdiri dari white liquor, air yang terkandung dalam chip, dan jumlah black liquor sebagai penambahnya. 4. Kraft ramping, yaitu pemanasan dengan menaikkan suhu di dalam digester dari 165˚C menjadi 170˚ dengan sistem indirect steam dengan menggunakan Medium Pressure (MP) Steam. 5. Kraft cooking, bertujuan untuk mempertahankan suhu dalam digester yang telah dicapai saat kraft ramping. Suhu dipertahankan sampai diperoleh Hfactor. H-factor target 1500. H-factor yang telah tercapai menunjukkan bahwa chip dalam digester telah masak. 6. Kraft relief, yaitu proses yang dibutuhkan untuk menurunkan tekanan dalam digester. Setelah chip - chip di dalam digester masak, maka tekanan di dalam digester akan naik, untuk itu dibutuhkan proses kraft relief untuk mengurangi tekanan di dalam digester selama kira-kira 2-5 menit sampai tekanan di dalam digester turun menjadi kira-kira 6 kg/cm2. 7. Blowing, yaitu proses akhir dari pemasakan. Setelah siklus pemasakan selesai, pulp dihembuskan menuju tangki penampungan (blow tank). Dari blow tank kemudian dipompakan melewati unit pemisahan mata kayu yang disebut dengan pressure knotter. 2.3.3 Unit Pencucian dan Penyaringan (Washing and Screening) Sistem pencucian yang dilakukan adalah sistem empat tahap. Air pencuci dan aliran bubur kayu atau pulp memiliki arah yang berlawanan yang disebut dengan
Universitas Sumatera Utara
counter current washing. Washing merupakan sebuah drum yang dindingnya dilengkapi dengan lubang yang pada saat berputar pulp akan lengket pada dinding yang berlubang tersebut dan air dari pulp akan dihisap seperti diperas. Prinsip dari proses pencucian ini adalah setiap tahapan dari proses pencucian, pulp akan diencerkan dari adanya lindih hitam kemudian masuk ke dalam tahap pencucian berikutnya sehingga pada tahap akhir pencucian akan didapatkan pulp dengan konsistensi sekitar 12% untuk kemudian disimpan di dalam High Density Unbleached Storage Tower.
2.3.4. Unit Pengelantangan (Bleaching) Tujuan dari proses bleaching adalah untuk memutihkan bubur pulp. Unit ini terdiri dari 4 tahap. Tahap pertama adalah perlakuan pengolahan terhadap pulp dengan menggunakan Khlorin dioksida (ClO2 ) di menara D0 yang kemudian
diikuti dengan tahap ekstraksi oksidasi oleh peroksida (H2 O2 ) pada tahap kedua di menara E0. Tahap pengelantangan yang ketiga dan keempat adalah perlakuan
dengan menggunakan Khlorin dioksida (ClO2 ) yang masing-masing dilakukan
pada menara D1 dan D2. Pada tahap ini diharapkan keputihan (brightness) pulp yang didapat adalah 89%.
2.3.5 Unit Pulp Machine Pulp machine digunakan untuk memisahkan air dari bubur pulp dengan cara yang sangat efisien tanpa merusak struktur serat, berat dasar, dan formasi pulp yang
Universitas Sumatera Utara
dihasilkan sehingga memiliki kekuatan lembaran yang maksimum. Pulp machine adalah tahapan terakhir dari proses produksi pulp. Pulp yang keluar dari pulp mesin yang berupa lembaran akan melalui proses pengeringan dalam beberapa tahap dan proses penekanan. Pda proses pengeringan akhir yang bertujuan untuk memastikan bahwa lembaran pulp benar-benar kering dilakukan dengan flat dryer yang didalamnya terdapat tahap kerja tempratur pengeringan ˚ 135 -138˚C. Kemudian lembaran pulp tersebut dipotong dengan ukuran panjang 80 cm, lebar 60 cm, dan berat rata-rata perlembar 750-800 gram. Selanjutnya lembaran pulp dikemas, namun sebelumnya ditekan dengan menggunakan balling press. Proses akhir adalah balling press pulp dimasukkan ke unit blaude blinder untuk diikat 8 bale, dimana 1 bale = 200 kg. Pulp yang dikemas disimpan pada gudang (warehouse) dan kemudian siap untuk dipasarkan.
2.4 Black Liquor (Lindi Hitam) Lindi hitam adalah sisa larutan atau cairan yang diperoleh setelah pemasakan chip. Warna tetap hitam meskipun ada reaksi kimia dengan chip. Bahan kimia ini pada awalnya digunakan untuk menambah lignin dan kayu padat (solid wood) yang lain disebut dissolve dalam black liquor tersebut. Sisa alkali aktif dari lindi hitam direaksikan antara natrium hidroksida dan sodium sulfit. Bahan organik dalam lindi hitam yang dihasilkan setelah pembuatan pulp kraft pada dasarnya terdiri atas lignin dan produk-produk degradasi karbohidrat di samping bagian-bagian kecil ekstraktif dan produk-produk dari reaksi. Lindi hitam merupakan campuran yang sangat kompleks yang mengandung sejumlah besar komponen.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 : Distribusi Khas Bahan Organik dalam lindi hitam Bagian/Komponen
Kandungan (% padatan kering)
Lignin
46
Asam-asam hidroksi
30
Asam Format
8
Asam Asetat
5
Ekstraktif
7
Senyawa-senyawa lain
4
Bagian terbesar dari fraksi lignin terdiri atas bahan yang mempunyai berat molekul tinggi, yang akan mengendap apabila lindi diasamkan. Komposisi lignin tersebut tergantung juga pada kompleks dan bervariasi tergantung pada spesies kayu dan kondisi pemasakan. produk-produk dari degradasi karbohidrat dalam lindi hitam terdiri atas asam-asam karboksilat alifatik dimana asam-asam monokarboksilat hidroksi yang merupakan komponen-komponen utama. Cairan pemasak (liquor) ditambahkan keserpihan kayu setelah presteaming dimana kemudian impregnasi dimulai. Pada saat pemasakan, jika yang digunakan sebagai cairan pemasak hanya lindi putih, maka lindi putih tidak cukup menutupi seluruh permukaan serpihan kayu, sehingga perlu ditambahkan lindi hitam.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Perbandingan Liquor dengan Kayu (Liquor to Wood Ratio) Perbandingan antara jumlah cairan pemasak dengan kayu yang digunakan disebut dengan batch ratio. Perbandingan yang digunakan biasa antara 3-5. Hal tersebut berarti setiap satu ton bone dry chip yang dimasak maka diperlukan 3-5 m³ (ton) cairan pemasak. Liquor tersebut menerangkan total volume dillution yang terdiri dari white liquor, kandungan air dalam chip dan black liquor yang digunakan sebagai penambah liquor. Perbandingan liquor yang sesuai merupakan salah satu hal yang penting dalam pemasakan. Untuk memastikan agar penetrasi yang memadai, volume liquor yang cukup dibutuhkan untuk menjamin permukaan chip menjadi basah. Dalam batch cook, biasanya digester di isi hampir 75% dengan liquor pada saat start pemasakan. White liquor yang cukup di supply agar tersedia alkali charge. Keseimbangan merupakan hal yang dibutuhkan untuk made-up dengan black liquor. Apabila perbandingan liquor dengan kayu semakin tinggi maka akan menyebabkan kappa number tinggi. Kappa number yang tinggi menunjukkan bahwa pulp yang dihasilkan mengandung banyak lignin yang berasal dari black liquor dan menjadi kaku serta berwarna kecoklatan. Apabila perbandingan liquor dengan kayu lebih kecil maka alkali aktif yang terkandung dalam tidak cukup untuk proses pemasakan kayu tersebut. Penggunaan liquor to wood yang rendah dalam pemasakan kayu memiliki beberapa keuntungan, antara lain : •
Produktifitas tinggi, disebabkan karena pengisian serpihan kayu kedalam bejana pemasak (serpihan kayu yang mampu dimasak).
•
Biaya yang diperlukan untuk pemanasan cairan pemasak lebih rendah
Universitas Sumatera Utara
•
Biaya yang diperlukan untuk evaporasi lebih sedikit.
2.6 Kappa Number Kappa number dan residual alkali dalam cooking liquor sangat penting dalam pengujian kualitas dari pulp. Kappa number menunjukkan berapa banyak lignin yang dihilangkan dari kayu saat proses pemasakan berlangsung dalam digester. Kappa number yang rendah menunjukkan residual lignin lebih sedikit atau lebih lembut dalam pemasakan. Kappa number yang tinggi menunjukkan residual lignin lebih banyak dalam proses pemasakan. kappa number digunakan sebagai cooking contol (tingkat pemisahan yang dicapai selama proses pemasakan) dan menunjukkan banyaknya zat kimia yang dibutuhkan dalam proses selanjutnya, yaitu proses bleaching.
Universitas Sumatera Utara