BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asal Bahan Baku Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guideensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guideensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family Palmae, Namun genus Elaeis berasal dari bahasa yunani yang berarti Elaion atau minyak, sedangkan nama Guinea yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin yang menemukan tanaman kelapa sawit pertama sekali di pantai Guinea. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22-23oC. Pada saat ini dikenal beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang di bedakan berdasarkan warna kulit buah dan bentuk. Output proses produksi pada pabrik pengolahan kelapa sawit adalah produk minyak sawit dan inti sawit yang diharapkan mempunyai kualitas dan kuantitas sebaik mungkin. Selain menghasilkan minyak, hasil lain dari proses buah kelapa sawit adalah sebagai berikut : 1. Tandan buah kosong dapat diabukan dan digunakan sebagai pupuk kalium. 2. Cangkang atau tempurung (endocarp) dapat diolah menjadi arang atau bahan pengeras jalan di kebun. 3. Ampas dari kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Universitas Sumatera Utara
Dewasa ini minyak kelapa sawit digunakan untuk berbagai macam keperluan. Penggunaannya secara umum adalah untuk : 1. Bahan bakar pertekstilan, farmasi, kosmetika, bahan mentega dan minyak goreng. 2. Stearat, glisin dan sebagainya. 3. Bahan pembuat sabun, deterjen dan berbagai produk lainnya. kelapa sawit (Elaeis guideensis JACQ) dikenal terdiri dari empat macam tipe atau varietas, yaitu tipe Macrocarya, Dura, Tenera dan Pisifera. Masing-masing tipe dibedakan berdasarkan tebal tempurung. 1. Tipe Dura; dengan ciri-ciri daging buah tipis, cangkangnya setebal 2-8 mm. Intinya besar dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah berkisar 35-60%. Terdapat di Malaysia dan buahnya lebih besar, daging dan intinya lebih tebal dan besar dengan rendemen minyak sebesar 17-18%. Tabel 2.1. Hasil tanaman jenis Dura dengan pertumbuhan normal Umur tanaman (tahun)
Hasil minyak (kg / ha)
Hasil inti (kg / ha)
4
500
100
5
750
150
6
1000
200
7
1300
260
8
1600
320
9
1900
380
10
2000
400
11
2200
440
Universitas Sumatera Utara
2. Tipe Pesifera; dengan ciri-ciri daging buahnya tebal tidak memiliki cangkang tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Inti pada tipe ini kecil sekali dibandingkan dengan tipe dura dan tenera. Pada tipe ini kandungan minyaknya sangat tinggi. 3. Tipe Tenera; merupakan hasil persilangan antara tipe dura dan pesifera. Sifat tipe ini merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini memiliki tebal cangkang sekitar 0,5-4 mm. Intinya sangat kecil, perbandingan daging buah terhadap buah adalah 60-96% dengan rendemen minyak sekitar 22-24% jumlah daun yang terbentuk tiap tahun pada tipe ini lebih banyak dari pada tipe dura, tetapi ukurannya lebih kecil. Tabel 2.2. Beda tebal tempurung dari berbagai tipe kelapa sawit Tipe
Tebal tempurung (mm)
Macrocarya
Tebal sekali
:5
Dura
Tebal
: 3-5
Tenera
Sedang
: 2-3
Pisifera
Tipis
Warna daging buah ialah putih kuning diwaktu masih muda dan berwarna jingga setelah buah menjadi matang. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). Biji terdiri atas beberapa bagian penting, bji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan sering disebut sebagai noten atau nut yang memiliki berbagai ukuran tergantung tipe tanaman. Biji terdiri atas cangkang, embrio,
Universitas Sumatera Utara
dan inti atau endosperm. Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1,2 mm berbentuk silindris seperti peluru dan memiliki 2 bagian utama. Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecilkecil berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. Selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak.
2.1.1. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Inti Sawit Sifat fisika-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair, polymorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan, slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik keruhan, (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api, Beberapa sifat fisika-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada table berikut ini. Tabel 2.3. Nilai sifat fisika-kimia Minyak sawit dan Minyak Inti sawit Sifat Bobot jenis pada suhu kamar Indeks bias D 40oC Bilangan Iod Bilangan penyabunan
Minyak sawit
Minyak Inti sawit
0,900
0,900-0,913
1,4565-1,4585
1,495-1,515
48-56
14-20
196-205
244-254
Sumber: Krischenbauer (1960)
Universitas Sumatera Utara
Warna minyak di tentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak. Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan betaionone. Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda.
2.1.2. Warna Dalam Minyak Warna pada minyak kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang mendapat perhatian khusus, karena minyak kelapa sawit mengandung warna-warna yang tidak disukai oleh konsumen. Menurut Ketaren. S, zat warna dalam minyak kelapa sawit terdiri dari dua golongan yaitu : 1. Zat warna alamiah. 2. Zat warna dari hasil degradasi zat warna almiah.
1. Zat Warna Alamiah. Yang termasuk golongan zat warna alamiah, ini adalah zat warna yang terdapat secara alamiah didalam kelapa Sawit, dan ikut terekstraksi bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari α-karoten, β-karoten, xanthopil, kloropil dan antosianin. Zat-zat warna tersebut menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan. Pigmen berwarna kuning disebabkan oleh karoten yang larut didalam minyak. Karoten merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh, dan jika minyak
Universitas Sumatera Utara
dihidrogenasi, maka karoten tersebut juga berikut terhidrogenasi sehingga intensitas warna kuning berkurang Karetonoid bersifat tidak stabil pada asam, dan suhu tinggi dan jika minyak dialiri uap panas, maka warna kuning akan hilang, dan karetonoid juga bersifat aseptor proton
2. Warna Akibat Oksidasi Dan Degradasi Komponen Kimia Yang Terdapat Pada Minyak. 2.1. Warna Gelap. Warna gelap ini disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E). Jika minyak bersumber dari tanaman hijau, maka zat klorofil yang berwarna hijau turut terekstraksi bersama minyak, dan klorofil tersebut sulit dipisahkan dari minyak. Warna gelap ini dapat terjadi selama proses pengolahan dan penyimpanan, yang disebabkan beberapa faktor yaitu : 1. Suhu pemanasan Yang terlalu tinggi pada waktu pengisian dengan cara hidrolik atau ekspeller, sehingga sebahagian minyak teroksidasi. Disamping itu minyak yang terdapat dalam suatu bahan dalam keadaan panas akan mengekstraksi zat warna yang terdapat dalam bahan tersebut.. 2. Pengepresan bahan yang mengandung minyak dengan tekanan dan suhu yang tinggi akan menghasilkan minyak dengan warna yang lebih gelap. 3. Ekstraksi minyak dengan menggunakan pelarut organik tertentu, misalnya campuran pelarut petroleum - benzen akan menghasilkan minyak dengan. warna lebih merah dibandingkan dengan minyak yang diekstraksi dengan pelarut triklor etilen, benzol dan heksan. 4. Logam seperti Fe, Cu dan Mn akan menimbulkan warna yang tidak diinginkan dalam minyak.
Universitas Sumatera Utara
5. Oksidasi terhadap fraksi tidak tersabunkan dalam minyak, terutama oksidasi tokoperol dan chroman 5,6 quinon menghasilkan warna kecoklat-coklatan. 2.2. Warna Coklat Pigmen coklat biasanya hanya terdapat pada minyak yang berasal dari bahan yang telah busuk atau memar. Hal ini dapat terjadi karena reaksi molekul karbohidrat dengan gugus pereduksi seperti aldehid serta gugus amin dari molekul protein dan yang disebabkan oleh karena aktivitas enzim-enzim seperti phenol oxidase, poliphenol oxidase dan sebagainya. 2.3. Warna Kuning Warna kuning selain disebabkan oleh adanya karoten yaitu zat warna alamiah juga dapat terjadi akibat proses absorbsi dalam minyak tidak jenuh. Warna ini timbul selama penyimpanan dan intensitas warna bervariasi dari kuning sampai ungu kemerah merahan. Umumnya warna yang timbul akibat degradasi zat warna alamiah amat sulit dihilangkan, timbulnya warna ini dapat diindentifikasikan bahwa telah terjadi kerusakan pada minyak. Maka untuk mencegah hal ini, pada proses umumnya ditambahkan zat anti oksidan sedangkan minyak kelapa sawit itu sendiri telah mengandung zat anti oksidan walaupun dalam jumlah sedikit .
Pengukuran Warna Untuk keperluan industri dan pemakaian secara umum, pengukuran warna dilakukan dengan alat Lovibond – Tinto meter. Warna merah dan kuning dari minyak kelapa sawit disesuaikan dengan gelas-gelas berwarna merah dan kuning dari alat Lovibond, dengan sel 5,25 inci. Gelas-gelas berwarna merah dan kuning distandarisasi dengan “The National Bureau of Standards dalam istilah skala warna Priest Gibson
Universitas Sumatera Utara
Kemajuan dalam industri minyak kelapa sawit mendorong industri pembuatan alat Lovibond-Tintometer, sehingga lama-kelamaan timbul pembuatan gelas-galas merah dan kuning dari alat Lovibond yang menyimpang sedikit demi sedikit dari warna semula.Untuk menertibkan hal ini maka The Americans Oil Chemist's Society (A.O.C.S), menyesuaikan warna gelas dari Lovibond-Tintorneter dengan warna yang di ukur oleh alat spektrofotometer.
2.2. Komposisi Kimia Minyak Inti Sawit Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang mantap. Beberapa komposisi kimia minyak inti sawit adalah sebagai berikut: 1. Karoten; Karoten dikenal juga sebagai pigmen warna jingga. Kandungannya dalam minyak sawit mencapai 0,005-0,18%. Dari setiap 1 ton minyak mengandung kurang lebih 240 gram karoten. Berdasarkan hasil penelitian, karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat kangker, paru-paru dan payudara, karoten juga merupakan sumber provitamin A yang cukup potensial. Karoten terdiri dari 36% alfakaroten dan 54% betakaroten dan tersimpan dalam daging buah kelapa sawit. Untuk menghasilkan betakaroten dilakukan proses fraksinasi dan ekstraksi betakaroten sehingga terpisah dari minyak sawit. 2. Tokoferol Unsur ini dikenal sebagai antioksidan alam dan juga sebagi sumber vitamin E. Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar 600-1.000 ppm, dalam olein 800-
Universitas Sumatera Utara
1.000 ppm, dan dalam stearin hanya 250-530 ppm. Minyak sawit yang bermutu baik mengandung tokoferol berkisar antara 500-800 ppm. 3. Asam lemak Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energy karena dapat berlangsung pada suhu 10-25oC. Selain itu, proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Namun, hidrolisis enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan yang berlangsung 2-3 hari. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu didestilasi dan selanjutnya difraksinasi sehingga dihasilkan asam-asam lemak murni. Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Asam lemak
Minyak Sawit (%)
Minyak Inti Sawit (%)
Asam lemak jenuh Oktanoat
-
2-4
Dekanoat
-
3-7
Laurat
1
41 - 55
Miristat
1-2
14 - 19
Palmitat
32 - 4
6 - 10
Stearat
74 - 10
1-4
38 - 50
10 - 20
Linoleat
5 - 14
1-5
Linolenat
1
1-5
Asam lemak tak jenuh Oleat
Sumber: Sasaran No.4, Th.I,1986
Universitas Sumatera Utara
4. Asam Laurat Asam laurat atau asam dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai sedang (middle-chained fatty acid, MCFA) yang tersusun dari 12 atom karbon. Sumber utama asam lemak ini adalah minyak kelapa yang dapat mengandung 50% asam laurat, serta minyak biji kelapa sawit (palm kernel oil) sumber lain adalah susu sapi. Asam laurat memiliki titik lebur 44oC dan titik didih 225oC sehingga pada suhu ruang berwujud padatan berwarna putih, dan mudah mencair jika dipanaskan, asam laurat memiliki tegangan muka sebesar 28,1 poise pada temperatur 50oC. asam laurat yang telah siap diproses berwarna putih yang cair dan berbentuk padat pada suhu kamar. Rumus kimia: CH 3 (CH 2 ) 10 COOH, berat molekul 200,3 g.mol-1. Asam laurat ini larut dalam pelarut polar, misalnya air, juga larut dalam lemak karena gugus hidrokarbon (metil) di satu ujung dan gugus karboksil di ujung yang lain. Perilaku ini di manfaatkan oleh industry pencuci, misalnya pada sampo, Natrium laurilsulfat adalah turunan yang paling sering dipakai dalam industry sabun dan sampo.
2.3. Proses Pengolahan Minyak Inti Sawit Di dalam membahas proses pengolahan inti sawit ini, harus terlebih dahulu kita mengetahui tujuan dari pengolahan inti sawit tersebut, yaitu: 1. Untuk mendapatkan minyak yang terkandung dalam inti sawit sebanyak mungkin dengan mutu dan standart yang di inginkan. 2. Memperkecil jumlah kehilangan minyak selama proses pengolahan inti sawit.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5. Norma atau standar kehilangan di PKS No
Uraian
THD contoh (%)
1
Kehilangan Minyak -
Serabut/fiber
3,85
0,55
-
Drab buangan
0,49
0,35
-
Tandan kosong
2,55
0,56
-
Brondolan dalam tankos
0,50
0,11
-
Biji/ Notten
0,77
0,08
8,16
1,65
Jumlah 2
THD TBS (%)
Kehilangan Inti -
Serabut
2,0
0,28
-
LTDS I
2,0
0,06
-
LTDS II
2,0
0,01
-
Hydrocyclone/claybath
4,0
0,21
-
Tandan kosong
0,2
0,04
Jumlah
10,2
0,60
Catatan: cangkang gabungan Terhadap contoh Terhadap TBS
: 3,73 % : 0,28 %
Untuk mencapai tujuan tersebut maka sebelum proses pengolahan, perlu diperhatikan pemeriksaan inti kelapa sawit yang masuk dan juga keahlian para pekerja serta ketelitian peralatan. Untuk menghasilkan kualitas atau mutu inti sawit yang tinggi. Adapun tahapan atau proses dari pengolahan inti kelapa sawit di PTPN III PKS Rambutan-Tebing Tinggi adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Konveyor Pemecah Ampas dan Biji (Cake Break Coveyor/CBC) Benda padat yang jatuh ke CBC berfungsi untuk memecahkan ampas yang bercampur biji. Ampas kempa yang masih berupa gumpalan dipecah dan dibawa untuk dipisahkan antara ampas dan biji. Cake Break Conveyor merupakan conveyor berbentuk uliran yaitu uliran terbuka untuk menghantarkan ampas kempa ke alat pemolis biji (polishing drum), sambil bongkahan ampasnya di pecah-pecah dan dikeringkan sepanjang uliran. Uliran berputar digerakkan oleh elektromotor. Pemecahan ampas dilakukan sambil memberikan pemanasan dengan menggunakan uap yang dimasukkan sehingga temperatur mencapai 60-70oC. Alat ini berfungsi untuk memecahkan ampas kempa yang berbongkah sehingga biji terpisah dan serabutnya terurai.
Pembersihan Biji (Depericarper) Konveyor pemecah ampas dan biji menuju depericarper yang berfungsi untuk memisahkan biji dan ampas serta membersihkan biji dan sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji menurut berat jenisnya masing-masing yang dibantu dengan alat yang disebut fibre cyclone yang berfungsi untuk menghisap atau mentransfer ampas ke shell conveyor yang merupakan alat bantu tempat penempatan ampas yang ditransfer kembali ke distributing conveyor dan membagi ke ecess full conveyor yang merupakan sisa bahan bakar, serat yang terdapat dikulit biji dapat mengganggu jalannya proses pemecahan biji pada nut cracker. Yang daya pentalnya berkurang yang berakibat pada proses pemecahan biji lebih lama, yang sekaligus mengurangi kapasitas olah unit. Selanjutnya ke areal pembakaran sampah pabrik, dimana berfungsi untuk membagikan ampas ke ruang bahan bakar boiler yang kemudian ke turbin uap.
Universitas Sumatera Utara
Pemisahan Biji (Nut Polishing Drum / NPD) Biji masuk ke NPD yang akan membersihkan ampas yang masih melekat pada biji menghantarkan biji ke nut conveyor sebagai alat bantu untuk penghantar ke biji elevator yang selanjutnya ke nut silo sebagai penampungan sementara sebelum diproses lebih lanjut yang berdasarkan FIFO (First In First Out) yaitu bahan yang masuk pertama keluar juga pertama dengan alat bantu saking grade fungsinya pengaturan atau pengeluaran biji. Nut polishing drum berfungsi sebagai pemisahan antara biji dengan serabut atau kotoran lain. Biji yang telah dipisahkan dari ampasnya masuk ke polishing drum karena putaran drum tersebut biji akan dipolis untuk melepaskan serat yang masih tertinggal pada biji oleh plat-plat yang terdapat pada bagian dalam dinding dan penggesekkan antar biji. Pada polishing drum, biji yang besar akan keluar ke polishing drum. Biji yang besar umumnya jenis Dura dan ukuran kecil biasanya Tenera.
Penampungan Biji Sementara (Nut Silo) Nut silo berfungsi sebagai tempat pemeraman atau penampungan biji sementara sebelum di proses lanjut untuk mengurangi kadar air menjadi 10 – 16 %. Nut silo dilengkapi dengan 3 unit pemanasan yang disusun bertingkat dan dilengkapi dengan shacking grac (pengguncangan) untuk mengeluarkan atau pengaturan biji kering. Temperatur
masing-masing
bagian
diatur
sedemikian
rupa
dengan
menghembuskan udara pemanas. Temperatur biji pada bagian atas, tengah dan bawah berturut – turut 80oC, 60oC, 50oC. Pengaturan temperatur dimasukkan agar biji cukup kering dan mudah dipecah. Lama pengeringan berkisar 24 jam.
Universitas Sumatera Utara
Pemisahan Biji (Nut Grading Drum) Konveyor biji membawa biji ke elevator biji untuk umpan menuju ke nut grading drum yang berfungsi untuk pemisahan biji menurut diameter biji menuju ke pemecah biji (Ripple Mill). Alat ini merupakan suatu drum silinder yang berputar dari dinding silinder terdapat
lubang-lubang
tempat
keluar
biji.
Biji
berbagai
macam
ukuran
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu berukuran kecil (7 – 12,5 mm), sedang (13,5 – 18,5 mm) dan besar (19,5 – 33 mm).
Pemecah Biji (Ripple Mill) Ripple mill berfungsi sebagai alat pemecah biji dengan sistem pemulas sehingga terpecah menjadi cangkang dan inti yang kemudian masuk LTDS I (Light Tenera Dust Seperator). Ripple mill memecah biji dengan gaya sentrifugal. Biji yang masuk akan terdampar ke dinding sehingga biji terpecah dan cangkang terlepas dari inti. PKS Rambutan memiliki 3 buah Ripple mill dengan model 16/18 biji kapasitasnya 600 kg.
LTDS (Light Tenera Dust Seperator) LTDS berfungsi untuk memisahkan antara cangkang dan inti. Cangkang akan dihisap oleh blower dan masuk ke dalam penampungan cangkang (Shell Hopper) sebagai bahan bakar boiler. Sedangkan inti akan terhisap menuju kernel drum yang akan masuk ke recycling nut yaitu sebagai pengantar biji yang utuh untuk diproses selanjutnya ke biji elevator dan menuju ke kernel drum yang akan diproses menuju hydrocyclone (pemisah biji dan cangkang).
Universitas Sumatera Utara
Pemisah Biji Dan Cangkang (Hydrocyclone) Setelah inti masuk ke kernel drum di proses ke hydrocyclone untuk mengutip kembali inti yang masih terikut atau tercampur dengan cangkang yang mengurangi kehilangan inti pada cangkang dan kadar kotoran menurut berat jenis yang kemudian akan masuk ke kernel silo.
Penyimpanan Inti (Kernel Silo) Kernel Silo digunakan untuk mengeringkan inti yang hingga air sekitar 7 %. Penurunan kadar air yang terkandung dalam inti dengan pemanasan uap menggunakan blower. Pengeringan ini dilakukan dengan meniupkan udara panas dari alat pemanas yang disusun bertingkat pada silo dengan temperatur bagian atas 70o C, bagian tengah 60o C, dan bagian bawah 50o C dengan lama pengeringan 12 jam. Dari kernel silo ini kemudian ke kernel transport yang selanjutnya akan ke kernel storage atau penyimpanan inti.
Penyimpanan Inti (Kernel Storage) Kernel storage berfungsi sebagai tempat untuk penyimpanan inti sementara yang akan menuju gedung inti yang akan dikirim kepada pelanggan dengan menggunakan truk yang disediakan oleh pihak kedua atau luar.
2.4.
Mutu Inti Sawit Minyak inti sawit diperoleh dari inti kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) dan
sangat menyerupai komposisi minyak kelapa. Kandungan minyak inti sawit berada antara 44-53% terhadap inti kering. Mutu minyak inti sawit dan pellet (makanan ternak), terutama dipengaruhi oleh mutu inti
Universitas Sumatera Utara
sawit itu sendiri. Spesifikasi mutu inti sawit agar dapat dipasarkan, inti sawit yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi mutu sebagai berikut: Tabel 2.6. Standar Mutu Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit Karakteristik
Inti Sawit
Minyak Inti Sawit
Keterangan
Asam lemak bebas
3,5%
3,5%
maksimal
Kadar kotoran
0,02%
0,02%
maksimal
Kadar zat menguap (air)
7,5%
0,15%
maksimal
Bilangan peroksida
-
2,2 meq
maksimal
Bilangan Iodine
-
10,5-18,5 mg/gr
-
Kadar logam (Fe,Cu)
-
5 dan 0,3
Ppm maksimal
Lovibond
-
-
-
Kadar minyak
47%
-
minimal
Kontaminasi
6%
-
maksimal
Kadar pecah
15%
-
maksimal
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 1995 Inti sawit yang bermutu rendah, akan menghasilkan minyak dengan keasaman yang tinggi, warna gelap dan sulit dipucatkan. Sedangkan ampasnya mempunyai nilai gizi yang rendah sebagai makanan / pakan ternak. Kenaikan asam lemak bebas pada inti juga disebabkan oleh proses hydrolisa auto udara katalis dan hydrolisa enzimatis. Proses hydrolisa enzimatis pemecah lemak (fat splitting enzymes) yang dihasilkan oleh mikroba yang terkontaminasi pada inti sawit. Kadar ALB yang tinggi akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi dalam proses pemucatan. Dalam perdagangan internasional apabila kadar ALB 5% penjual akan kena klaim (denda) sedang apabila 5% akan mendapatkan premi meski dari
Universitas Sumatera Utara
kebun, tandan yang dipanen bermutu baik apabila transportasi kurang baik, terlalu lama diperjalanan dan lama tertumpuk di pabrik otomatis akan menaikkan ALB. Bahan logam seperti besi, perunggu yang terdapat dalam minyak sawit dapat mendorong terjadinya oksidasi. Meski pada minyak sawit terdapat antioksidan alami (tocopherol), namun jika kadar logam terlalu tinggi tidak akan mampu menahan oksidasi sehingga mutu minyak akan cepat menurun dalam penyimpanan. Upaya mengurangi kadar logam ini terutama dilakukan dengan menggunakan sebanyak mungkin alat pemerosesan yang terbuat dari bahan anti karat (stainless steel), pelapisan dinding tangki dengan bahan anti karat seperti epoxy. Tingginya kadar ALB akan meyebabkan bau yang tidak enak pada minyak sebagai minyak/lemak yang dapat di makan “edible oil”, karena terbentuknya bahanbahan ketengikan. Penguraian minyak dan lemak secara hydrolysis akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Standar mutu pabrik harus berada dibawah standar perdagangan karena pemeriksaan dilakukan dipelabuhan pembeli sehingga makin baik mutu yang dihasilkan di pabrik akan memberikan kemungkinan lebih baik pula sesampainya di tempat tujuan. Menurut Loncin dan Jacobsberg (1965) bahwa inti sawit yang segar dan baru diolah mempunyai kadar ALB di bawah 0,05% sebagai asam laurat. Pada umumnya, keasaman meningkat mencapai 1% - 1,5% setelah pengeringan dan terus meningkat pada waktu penimbunan inti digudang. Keaktifan dari pada “fat splitting enzymes” yang menyebabkan pemecahan lemak menjadi asam lemak bebas dan glycerol, dapat terjadi bila struktur sel inti sawit telah mengalami kerusakan physis.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan kadar ALB dalam minyak inti disebabkan oleh: 1. Proses liposa atau hidrolisa, yakni suatu reaksi dari air terhadap gliseridagliserida yang khususnya dikatalisir oleh enzim-enzim pemecah lemak 2. Otokatalisis hidrolisa secara spontan dari minyak nabati Banyaknya inti sawit yang pecah akibat perlakuan-perlakuan mekanis, terutama pada saat pemecahan biji sawit dapat menyebabkan bertambahnya proses liposa. Mungkin karena hal ini memberikan kesempatan pada fungi dan ragi untuk berkembang biak di atas permukaan inti sebelum maupun selama permulaan dari proses pengeringan inti sawit. Faktor penting lainnya yang mempengaruhi kenaikan ALB selama penimbunan inti sawit adalah: kadar air yang tinggi pada inti sawit (lebih dari pada 7%) yang bukan saja mengakibatkan kelanjutan dari proses hydrolisa, tetapi dapat juga mendorong pertumbuhan fungi dan ragi. Penimbunan Inti Sawit Inti sawit sering ditimbun pada tempat yang tidak sesuai dengan persyaratan pergudangan yang tidak memiliki ventilasi yang baik sehingga kelembaban relative (RH) dan suhu udara tinggi, yang dapat merangsang pertumbuhan mikroba dan menybabkan terjadinya proses fermentasi dan menurunkan mutu minyak dan protein yang terkandung dalam inti sawit. Kemudian ada juga diisi dalam goni lalu ditimbun,penimbunan goni harus diatur sedemikian rupa sehingga kenaikan suhu penimbunan relative rendah. Kenaikan suhu yang tinggi akan merusak mutu inti sawit, yaitu terjadinya proses auto katalitik yang dapat mempercepat kenaikan ALB minyak yang terkandung.
Universitas Sumatera Utara
Kenaikan ALB dalam penimbunan tergantung dari: 1. Asam Lemak Bebas (ALB) inti sawit sebelum ditimbun. 2. Persentase inti pecah, semakin tinggi kadar inti pecah semakin cepat naik kadar ALB-nya 3. Kadar air inti sawit, karena air merupakan media reaksi yang sangat baik untuk proses hydrolisa. 4. Lamanya penimbunan. 5. Kadar kotoran inti sawit, karena kotoran berperan sebagai katalisator dan sebagai media dari mikroba untuk berkembang. Pada proses pengolaha tidak semua minyak dapat terambil dan sebagian akan terbuang atau tercampur dengan bahan sisa atau buangan. Namun demikian batasan maksimum yang hilang perlu dipedomani. Makin rendah angka kerugian maka efisiensi pabrik makin tinggi.
Universitas Sumatera Utara