10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Efektifitas Menurut Handayaningrat dalam Rizal (2009), efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, maka sasaran dan tujuan tersebut efektif. Efektifitas menurut Hidayat (1986), adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Penilaian efektifitas didasarkan atas suatu lingkup atau luas tujuan suatu organisasi dalam menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2.2. Promosi Kesehatan 2.2.1. Definisi Media Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan atau memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan yang sehat. Promosi mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadarn akan potensi yang dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi 10
11
yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika (TV, radio, komputer, dsb) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu: 1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap dari sesesorang. 2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perilaku. 3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturanperaturan dan surat keputusan. 2.2.2. Tujuan Media Promosi Kesehatan Penggolongan media promosi kesehatan menurut Notoatmodjo (2005) dapat ditinjau dari berbagai aspek yaitu: 1. Berdasarkan bentuk umum penggunaannya, media promosi dalam rangka promosi kesehatan kesehatan dibedakan menjadi: a. Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, bulletin. b. Bahan peragaan: poster tunggal, poster seri, flipchart, transparan, slide, film, dan lainnya. 2. Berdasarkan cara produksi, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi:
12
1. Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto tata warna. Adapun jenisnya adalah: Poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, pamflet. Kelebihan dan kelemahannya media cetak adalah: 1. Kelebihannya: a. Tahan lama b. Mencakup banyak orang c. Biaya tidak tinggi d. Tidak perlu listrik e. Dapat dibawa kemana – mana f. Dapat mengungkit rasa keindahan g. Mempermudah pemahaman h. Meningkatkan gairah belajar 2. Kelemahannya: a. Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan gerak b. Mudah berlipat 2. Media elektronik yaitu suatu media bergerak yang dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektonika. Adapun macam – macam medaia tersebut adalah: TV, Radio, Film, Video film, Cassete, CD, dan DVD.
13
Kelebihannya: a. Sudah dikenal masyarakat b. Mengikut sertakan semua panca indera c. Lebih mudah dipahami d. Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak e. Bertatap muka f. Penyajian dapat dikendalikan g. Jangkauan relatif besar h. Sebagai alat diskusi dan dapat diulang – ulang Kelemahannya: a. Biaya lebih tinggi b. Sedikit rumit c. Perlu listrik d. Perlu alat canggih untuk produksinya e. Perlu persiapan matang f. Peralatan selalu berkembang dan berubah g. Perlu keterampilan penyimpan h. Perlu keterampilan dalam pengoperasian 3. Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar ruang secara umum, melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya: a. Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum di perjalanan
14
b. Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar – gambar yang dibuat dalam secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat strategis agar dapat dilihat semua orang. c. Pameran d. Banner e. TV layar lebar Kelebihan dan kelemahan media ruang: Kelebihannya: a. Sebagai Informasi umum dan hiburan b. Mengikutksertakan semua panca indera c. Lebih mudah dipahami d. Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak e. Bertatap muka f. Penyajian dapat dikendalikan g. Jangkauan relatif lebih besar h. Dapat menjadi tempat bertanya lebih detail i. Dapat langsung menggunakan semua panca indera secara langsung Kelemahannya: a. Biaya lebih tinggi b. Sedikit rumit c. Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya d. Perlu persiapan matang
15
e. Ada yang memerlukan listrik f. Peralatan selalu berkembang dan berubah g. Perlu keterampilan penyimpanan h. Perlu keterampilan dalam pengoperasian Berdasarkan jenis materi, kegunaan dan keunggulan media promosi (Simnett, 2000) 1. Leaflet, Handout, dan materi tertulis lainnya Kegunaan dan Keunggulannya: a. Klien dapat menyesuaikan dan belajar mandiri b. Pengguna dapat dibagi dengan keluarga dan teman c. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman d. Dapat memberikan detil (misalnya statistik) yang tidak mungkin bila disampaikan secara lisan e. Handout mudah dibuat, diperbanyak, diperbaiki, dan mudah disesuaikan f. Handout mengurangi kebutuhan mencatat g. Handout dan Leaflet sederhana dapat sangat murah h. Klien dan pengajar dapat mempelajari informasi yang rumit bersama-sama Keterbatasan: a. Leaflet professional sangat mahal b. Materi yang diproduksi missal dirancang untuk sasaran pada umumnya dan tidak cocok untuk setiap orang c. Materi komersial berisi iklan d. Leaflet dan Handout tidak tahan lama dan mudah hilang
16
e. Handout perlu pengetikan dan fasilitas penggandaan yang baik f. Uji coba dengan sasaran sangat dianjurkan g. Dapat menjadi kertas percuma kecuali pengajar secara aktif melibatkan klien dalam membaca dan menggunakan materi 2. Poster dan Display Kegunaan dan Keunggulan: a. Dapat Meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dan merangsang kepercayaan, sikap dan perilaku b. Dapat menyampaikan informasi, mengarahkan orang melihat sumber lain (alamat, nomor telepon, mengambil leaflet) c. Dapat dibuat dirumah dengan murah Keterbatasan: a. Untuk audiens terbatas (kecuali poster komersil yang besar) b. Mudah rusak dan diacuhkan c. Materi berkualitas tinggi memerlukan ahli grafis dan peralatan cetak yang baik, dan sangat mahal d. Dapat dibeli dengan biaya relatif mahal e. Uji coba dengan kelompok pengguna sangat disarankan. 3. Videotape Kegunaan dan Keunggulan: a. Memberikan Realita (gerak, suara, tempat, emosi) yang mungkin sulit ditangkap audiens
17
b. Memberikan informasi, mengangkat masalah, memperlihatkan keterampilan c. Dapat memacu diskusi mengenai sikap dan perilaku d. Cocok untuk sasaran dalam jumlah sedang dan kecil e. Dapat untuk belajar mandiri dan memungkinkan penyesuaian klien f. Dapat dihentikan dan dihidupkan lagi untuk memungkinkan diskusi diantara episodenya. Episode dapat diulang untuk analisis yang detail g. Program pendidikan untuk TV dapat direkam untuk digunakan kemudian h. Paket termasuk catatan diskusi dan lembar kerja diproduksi untuk dihubungkan dengan program TV pendidikan i. Peralatan video semakin murah dan mudah didapatkan j. Tidak atau memerlukan sedikit ruang gelap k. Peralatan mudah dipakai. Keterbatasan: a. Listrik dan peralatan mahal b. Alat dapat rusak c. Ada masalah kesesuaian jenis video dan peralatan yang berbeda-beda d. Aturan perekaman program TV video tidak selalu jelas e. sangat terbatas f. Layar yang kecil membatasi jumlah audiens 4. Slide Kegunaan dan Keunggulan: a. Memberikan realita meskipun terbatas
18
b. Memberikan informasi, mengangkat masalah, memperlihatkan keterampilan c. Dapat memacu diskusi mengenai sikap dan perilaku d. Cocok untuk sasaran dalam jumlah besar sekalipun e. Relatif murah dan mudah dibuat f. Dibeli murah g. Set slide dapat di edit sesuai sasarannya h. Dapat untuk belajar mandiri, memungkinkan penyesuaian i. Peralatan ringan dan mudah dipindahkan j. Peralatan mudah digunakan Keterbatasan: a. Listrik dan peralatan mahal b. Alat bisa rusak (tetapi kemungkinan relative kecil) c. Memerlukan ruang sedikit gelap (kecuali bila terjadi layar khusus) 5. Tape Suara Kegunaan dan Keunggulan: a. Cocok untuk belajar mandiri dan kelompok kecil b. Dapat dihentikan dan dimainkan secara mudah untuk memacu diskusi c. Dapat menyampaikan informasi, mengangkat masalah, memacu diskusi d. Baik untuk pengembangan keterampilan tertentu seperti relaksasi, latihan rutin e. Murah f. Peralatan tersedia dimana- mana
19
g. Dapat dirangkai dengan slide dimana untuk membuat slide suara lebih mudah dibuat dan murah dibandingkan video Keterbatasan: a. Rekaman berkualitas bagus memerlukan fasilitas studio b. Tidak menarik perhatian seperti materi visual c. Ada masalah akustik 6. Transparansi OHP Kegunaan dan Keunggulan: a. Dapat digunakan membangun informasi dengan menggunakan teknik tumpang tindih (overlay) b. Dapat dibuat atau dipakai mencatat poin – poin selama mengajar c. Pengajar dapat menghadap sasaran dan menjaga komunikasi d. Dapat dipakai untuk sasaran jumlah berapapun e. Murah dibeli f. Murah dan dapat dibuat g. Tidak perlu ruang gelap h. Peralatan relatif murah i. Peralatan mudah digunakan dan dipelihara j. Peralatan mudah didapat dan tersedia OHP yang dapat dijinjing Keterbatasan: a. Sukar Memperkenalkan gerakan dalam bentuk visual
20
b. Idealnya layar sedikit condong, bila tidak hasil proyeksi lebih lebar diatas daripada yang dibawah dan tidak terfokus dengan rata c. Lensa OHP dapat menghalangi pandangan dari beberapa pemirsa karenanya perlu pengaturan kursi yang baik d. Memerlukan listrik e. OHP bisa rusak, misalnya lampu mati 7. Papan tulis Kegunaan dan Keunggulan: a. Bagus untuk mengembangkan suatu topik dan membangun infourmasi secara bertahap b. Bagus untuk menjelaskan hal –hal tertentu c. Tidak ada yang rusak d. Tidak perlu ruang gelap e. Murah dan mudah di dapat f. Mudah dibersuhkan dan digunakan kembali g. Papan tulis spidol lebih mudah dibersihkan disbanding papan tulis kapur serata memberikan latar belakang yang lebih baik terhadap warna h. Kerangka pernmanen dapat ditulis pada papan tulis spidol Keterbatasan: a. Terlalu kecil untuk sasaran lebih dari 25 orang b. Pengajar harus membelakangi sasaran bila menulis atau kehilangan komunikasi
21
c. Papan tulis spidol mudah rusak bila pembersihan tidak benar, karena menimbulkan bekas yang tidak hilang. 2.2.3. Efek Komunikasi Massa Efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri penerima (komunikan) karena menerima pesan – pesan dari suatu sumber. Perubahan ini meliputi perubahan pengetahuan sikap, dan perubahan perilaku nyata. Komunikasi dikatakan efektif apabila menghasilkan efek – efek atau perubahan seperti yang diharapkan oleh sumber, seperti pengetahuan, sikap, atau perilaku, atau ketiganya. Perubahan di pihak penerima ini diketahui dari tanggapan – tanggapan yang diberikan penerima sebagai umpan balik (Wiryanto, 2000). 2.2.4. Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah suatu proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi. Seperti halnya proses pendidikan lainnya, pendidikan kesehatan mempunyai unsur masukanmasukan yang telah diolah dengan teknik-teknik tertentu akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan tersebut. Pendidikan bukan satusatunya cara merubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam perubahan pengetahuan setiap individu (Sarwono, 2004).
22
2.3. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan 2.3.1. Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang dicakup dalam ranah pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
23
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisa (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthetis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan - rumusan yang telah ada.
24
f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. Pengetahuan dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden, dan bentuk pertanyaannya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian yang bersifat subyektif. 2.3.2. Sikap Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu. Sikap individu tidak terlepas dari perilaku, sebab proses terjadinya perilaku seseorang berlangsung karena adanya sikap orang terhadap obyek. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable), maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavourable) pada obyek
25
tersebut. Secara lebih spesifik di formulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau negatif terhadap suatu obyek psikologis (Azwar, 2005). Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok. Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu,
menentukan
apakah
yang
disukai,
diharapkan
dan
diinginkan,
mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau memperhatikan stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah.
26
b. Menanggapi (responding) Menanggapi diartikan member jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain. d. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap pada fase preparedness, berbentuk adanya perilaku yang berlebih pada masyarakat karena minimnya informasi mengenai cara mencegah dan memodifikasi bahaya akibat bencana jika terjadi. Berita yang berisi hebatnya akibat bencana tanpa materi pendidikan seringkali membuat masyarakat menjadi gelisah dan memunculkan tindakan yang tidak realistis terhadap suatu isu. 2.3.3. Tindakan Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan tersebut bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi inilah yang disebut dengan perilaku, bentuk-bentuk perilaku itu sendiri dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dibedakan atas sikap, dimana sikap
27
diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan atau suatu fasilitas (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara logis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis, tindakan terdiri dari beberapa tingkatan,yaitu : a. Persepsi, mengenal dan memilih suatu objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. b. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. c. Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan. d. Adopsi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
28
2.4. Pemilihan Media Penyuluhan 2.4.1. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah (Sadirman dkk, 2006): a. Bermaksud mendemonstrasikannya b. Merasa sudah akrab dengan media tersebut c. Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret d. Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang biasa dilakukan Berdasarkan uraikan di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Menurut Connel yang dikutip oleh Sadirman, dkk (2006), mengatakan bahwa jika media itu sesuai pakailah, “If the medium fits, Use it”. Hal yang menjadi pertanyaan disini adalah apa ukuran atau kriteria kesesuaian tersebut. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan misalnya adalah tujuan yang ingin dicapai, karakteristik sasaran, jenis rangsangan yang diinginkan, keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Faktor tersebut akhirnya diterjemahkan dalam keputusan pemilihan. 2.4.2. Struktur Pembentukan Sikap Menurut Allport (1954) yang dikutip dari Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu : a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.
29
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2003). Menurut
Mar’at
dalam
Rahayuningsih
(2008),
Faktor-faktor
yang
memengaruhi pembentukan sikap adalah : 1.
Pengalaman pribadi Dasar pembentukan sikap: pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat dan sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional.
2.
Kebudayaan Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan, contoh pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan.
3.
Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers) Orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus, misalnya: orangtua, pacar, suami/isteri, teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting.
30
4.
Media massa Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat memengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu.
5.
Institusi / Lembaga pendidikan dan agama Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseoranghingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.
6.
Faktor emosional Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego sehingga
dapat
bersifat
sementara
ataupun
menetap
(persisten/tahan
lama).Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair).
2.5. Manfaat dan Materi Media Promosi Kesehatan 2.5.1. Manfaat Media Promosi Kesehatan Adapun beberapa manfaat atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan promosi kesehatan antara lain a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi
31
c. Dapat memperjelas informasi d. Media dapat mempermudah pengertian e. Mengurangi komunikasi verbalistik f. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa diungkapkan dengan mata g. Memperlancar komunikasi, dll 2.5.2. Membuat Materi Promosi Kesehatan Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah (Depkes, 2008). Poster adalah salah satu media yang terdiri dari lambang kata atau simbol yang sangat sederhana, dan pada umumnya mengandung anjuran atau larangan (Depdikbud, 1988). Menurut Sudjana dan Rivai (2002) poster adalah sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti didalam ingatannya. Poster disebut juga plakat, lukisan atau gambar yang dipasang telah mendapat perhatian yang cukup besar sebagai suatu media untuk menyampaikan informasi, saran, pesan dan kesan, ide dan sebagainya (Rohani, 1997).
32
2.5.3. Teori Komunikasi Massa Terdapat beberapa model teori dalam komunkikasi yaitu: 1.
Model agenda Setting Teori ini dikemukan oleh Maxwell McCombs dan Donal Shaw dalam Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa media massa mampu membentuk opini publik audiens melalui cara penempatan isu tertentu. Teori ini berkenaan dengan dampak kognitif. Teori ini dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring beriita, artikel atau tulisan yang akan disiarkan. Secara selektif oleh gatekeepers seperti penyunting, redaksi, dan bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang tidak pantas diberitakan dan mana yan harus disembunyikan. Setiap kejadian atau issue diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (durasi dalam TV dan Radio, ruang dalam majalah, koran dan cara penonjolan (Ukuran, judul, tata letak pada surat kabar, frekuensi pemuatan dan posisi dalam surat kabar). Karena publik (pembaca, penonton, dan pendengar) memperoleh kebanyakan informasi melalui media massa, maka agenda setting tentu berkaitan dengan agenda publik. Agenda publik diketahui dengan menayakan kepada anggota masyarakat apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik perhatian masayarakat. Faktor yang berkaitan dengan agenda setting adalah: a. Individual media worker (gatekeeper), orang yang bekerja di balik news room
33
b. Media Routines, adalah berkaitan misalnya, ketersediaan space, nilai berita, standar objektifitas media, dsb. c. Organizational influence on content, berkaitan dengan aspek komersial yang menjadi tujuan sebuah media. d. Influence on content from outside of media organization, berhubungan dengan konten dari media – media besar yang lain e. Influence of ideology, berkaitan ideology yang dianut suatu negara 2.
Model uses dan gratifications Pendekatan Uses dan Gratifications memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratification) atas kebutuhan seseorang. Dalam hal ini sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interest) individu. Meskipun demikian perlu dipahami bahwa ini adalah suatu fenomena mengenai proses penerimaan (pesan dari media), Oleh Karenanya penedekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan komunikasi. Asumsi dasar teori ini adalah: a. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. b. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan kepuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak
34
c. Media massa harus bersaing dengan sumber – sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. d. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang di berikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dari motif pada situasi – situasi tertentu e. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti terlebih dahulu orientasi khalayak. 3.
Model stimulus respons Prinsip teori stimulus-respons pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan – pesan media dan reaksi audiens. Elemen – elemen utama dari teori ini adalah: pesan (stimulus), seorang penerima/ receiver (Organisme), dan efek (response). Prinsipnya mengasumsikan bahwa pesan dipersiapkan dan distribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat tersedia bagi sejumlah besar individu dan bukannya ditujukan pada oirang per orang. Penggunaan teknologi untuk reproduksi dan distribusi diharapkan dapat memaksimalkan jumlah penerimaan dan respons oleh audiens.
35
4.
Difusi inovasi Salah satu aplikasi komunikasi massa yang penting adalah berkaitan dengan proses adopsi inovasi. Hal ini relevan untuk masayarakat yang sedang berkembang maupun masyarakat maju, karena terdapat kebutuhan yang terus menerus dalam perubahan sosial dan dan teknologi untuk mengganti cara – cara lama dengan teknik – teknik baru. Teori ini berkaitan dengan komunikasi massa karena dalam berbagai situasi dimana efektifitas potensi perubahan yang berawal dari penelitian ilmiah dan kebijakan publik, harus diterapkan oleh yang ada pada dasarnya berasal diluar jangkauan langsung pusat – pusat inovasi atau kebijakan publik. Teori ini pada prinsipnya adalah komunikasi dua tahap, jadi didalamnya dikenal pula adanya pemuka pendapat atau yang disebut juga dengan istilah agen perubahan (change agent). Oleh karenanya teori ini sangat menekankan pada sumber – sumber non media (Sumber personal, misalnya tetangga, teman, ahli, dsb), dan biasanya mengenai gagasan – gagasan baru yang dikampanyekan untuk mengubah perilaku memulai penyebaran informasi dan upaya mempengaruhi motivasi dan sikap. Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2010) merumuskan kembali teori ini dengan memberi asumsi bahwa sedikitnya ada 4 tahap dalam suatu proses difusi inovasi yaitu: a. Pengetahuan Kesadaran individu akan adanya inovasi dan adanya pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi
36
b. Persuasi Indivudu membentuk / memiliki sikap yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi tersebut berfungsi c. Keputusan Individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi. d. Konfirmasi Individu akan mencari pendapat yang menguatkan keputusan yang telah diambilnya, namun dia dapat berubah dari keputusan yang telah diambilnya, namun dia dapat berubah dari keputusan yang telah diambil sebelumnya jika pesan-pesan mengenai inovasi yang diterimanya berlawanan satu dengan lainnya Teori ini mencakup sejumlah gagasan mengenai proses difusi inovasi yaitu sebagai sebuah teori yang mebedakan tiga tahapan utama dari keseluruhan proses ke dalam tahapan antesenden, proses dan konsekuensi.
2.6. Kesehatan Keselamatan Kerja 2.6.1.
Promosi Kesehatan Kerja Kesehatan Kerja sebagai istilah terdapat dalam Bab XII Undang Undang no.
36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Upaya kesehatan kerja bersifat komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promosi kesehatan pekerja didefnisikan sebagai upaya untuk mengubah perilaku yang merugikan
37
kesehatan populasi pekerja (ontologi), agar didapat kondisi kesehatan dan kapasitas kerja yang optimal (aksiologi) dengan acara mengkombinasikan dukungan pendidikan, organisasi kerja, lingkungan dan keluarga (Kurnawidjaja, 2007). Ruang lingkup kesehatan kerja mencakup; (1) penempatan pekerja yang fit to work (2) Promosi kesehatan Ditempat kerja untuk mempertahankan dan meningkatkan kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja (3) memperbaiki lingkungan untuk mencegah penyakit dengan upaya higien industry (4) memperbaiki kondisi
kerja
untuk
mencegah
penyakit
dengan
upaya
ergonomic
(5)
mengembangkan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja untuk mencegah penyakit akibat stress kerja; (6) Melakukan Diagnosis dan pengobatan segera. (Kurniawidjaja, 2007). 2.6.2.
Program Promosi Kesehatan Kerja Ottawa Charter merupakan hasil konferensi yang memberikan perhatian lebih
pada perkembangan paradigma baru dalam kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Berikut ini adalah tahapan dalam penerapan promosi kesehatan yaitu: 1. Build Health Public Policy untuk memastikan bahwa pengembangan kebijakan dilakukan oleh semua sector terkait yang berkontribusi terhadap kesinambungan penerapan promosi kesehatan. 2. Create Supportive Environment (fisik, sosial, ekonomi, budaya, dan spiritual) yang mendeteksi secara cepat perubahan di masyarakat, khususnya dalam bidang teknologi dan organisasi di tempat kerja, dan memastikan bahwa terdapat kontribusi yang positif terhadap kesehatan masyarakat.
38
3. Strengthen Community Action sehingga komunitas memiliki kapasitas untuk mengatur prioritas dan membuat keputusan untuk masalahmasalah yang berhubungan dengan kesehatan mereka. 4. Develop Personal Skills untuk mengajarkan skill dan pengetahuan kepada masyarakat agar dapat mengatasi perubahan dalam komunitas mereka. 5. Reorient Health Services untuk menciptakan sistem yang berfokus pada kebutuhan setiap orang dan merangkul partner sejati di antara provider dan user pelayanan kesehatan (WHO, 1986). 2.6.3. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri Alat proteksi diri beraneka ragam bentuknya, Menurut Suma’mur (1992) ada 8 jenis APD, dimana penggolongannya berdasarkan bagian – bagian tubuh yang dilindunginya: 1.
Alat Pelindung Kepala Alat ini terdiri dari pengikat rambut, penutup rambut, tapi dari berbagai berbahan. Penggunaan alat pelindung diri ini bertujuan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau keras yang menyebabkan luka tergores, terpotong, tertusuk, terpukul oleh benda- benda jatuh, melayang dan meluncur, juga melindungi kepala dari panas radiasi, api percikan bahan – bahan kimia korosif dan mencegah rambut rontok dengan bagian mesin yang berputar. Tenaga kerja wanita dengan rambut yang panjang sering mengalami kecelakaan akibat rambutnya terjerat dalam mesin berputar.
39
2.
Alat pelindung Mata Kacamata Pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan bahaya karena kepercikan atau kemasukan debu – debu, gas – gas, uap, cairan korosif, partikel – partikel melayang, atau terkena radiasi gelombang elektromagnetis. Ada lima tipe alat pelindung mata 1. Spectacles; 2. eye hield (kacamata tanpa pelindung samping); 3. Gogles (cup type dan box type); 4. Face screen; 5. Visors
3.
Alat Pelindung Muka Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari bahaya cedera dari percikan api atau bahan berbahaya lainnya pada saat bekerja seperti pada pengelasan.
4.
Alat Pelindung Tangan dan Jari Menurut bentuknya sarung tangan dapat dibedakan menjadi : 1. Sarung tangan biasa (gloves). 2. Grantles: Sarung tangan yang dilapisi plat logam 3. Mitts: sarung tangan yang keempat jarinya terbungkus menjadi satu.
5.
Alat Pelindung Kaki Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda – benda berat, percikan larutan asam dan basa yang korosif atau cairan yang panas, terinjak benda – benda tajam
6.
Alat Pelindung Pernafasan / Masker Alat pelindung pernafasan / masker diperlukan ditempat kerja dimana udara didalamnya tercemar. Pencemaran udara berkisar dari pencemaran yang tidak berbahaya sampai kepada pencemaran yang sangat berbahaya. Bahan pencemar
40
udara biasanya dalam bentuk debu, uap, gas, asap, atau kabut. Untuk menentukan alat pelindung diri pernapasan, maka lebih dahulu harus ditentukan jenis dan kadar bahan pencemar yang ada serta dievaluasi tingkat bahayanya. 7.
Alat Pelindung Tubuh Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh yaitu mulai dari dada sampai lutut dan overalls yang menutupi seluruh badan. Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi pemakaiannya dari percikan cairan, api, larutan bahan-bahan kimia korosif dan oli, cuaca kerja (Panas, dingin, kelembaban). Dalam melakukan tugas penanganan kesehatan hewan
seharusnya
menggunakan alat pelindung diri yaitu: 1.
Alat pelindung Kepala
2.
Alat Pelindung Mata
3.
Alat Pelindung Tangan dan Jari
4.
Alat Pelindung Kaki
5.
Alat Pelindung Pernapasan / Masker
6.
Alat Pelindung Tubuh.
2.6.4. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri Pemakaian alat pelindung diri (APD) bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan juga merupakan salah satu upaya mencegah kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja oleh bahaya potensial yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan (Suma’mur, 1992).
41
2.7. Landasan Teori Penyuluhan kesehatan adalah suatu proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi. Seperti halnya proses pendidikan lainnya, pendidikan kesehatan mempunyai unsur masukanmasukan yang telah diolah dengan teknik-teknik tertentu akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan tersebut. Tidak dapat disangkal, pendidikan bukan satu-satunya cara merubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam perubahan pengetahuan setiap individu (Sarwono, 2004). Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil “TAHU” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut teori Blum dalam Notoatmodjo (2003), bahwa derajat kesehatan itu dipengaruhi oleh 4 faktor utama yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan (hereditas). Perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, sebagaimana yang dikemukakan oleh teori Green dalam Notoatmodjo (2005) yakni, 1) faktor predisposisi (predisposing factor) meliputi antara lain: pengetahuan, sikap, nilai-nilai, kepercayaan 2) factor pendukung (enabling factor) meliputi antara lain: ketersediaan pelayanan kesehatan, ketersediaan transportasi, ketersediaan program
42
kesehatan dan 3) faktor penguat (reinforcing factor) meliputi antara lain: dukungan sosial, pengaruh informasi serta feedback oleh tenaga kesehatan, masyarakat, dan keluarga. Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor fisik, psikis, lingkungan dan sosial. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem layanan kesehatan, makan dan minuman, serta lingkungan. Proses perubahan perilaku menurut Skiner (1938) seperti yang dikutip Notoatmodjo (2010) pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar padaindividu. Teori ini menggambarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kualitas rangsang yang berkomunikasi dengan organisme. Teori ini dikenal dengan Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Response). Proses perubahan perilaku berdasarkan teori ini digambarkan sebagai berikut :
Stimulus
Organisme
Respons tertutup Pengetehuan Sikap
Respons Terbuka Praktik Tindakan Gambar 2.1. Landasan Teoritis
43
Teori Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010), menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu : a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut elicting stimuli. Karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Berdasarkan teori ”S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Perilaku Tertutup (Cover Vehavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat dinikmati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk ”unobservable behavior” atau ”covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. b. Perilaku Terbuka (Overt Behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau ”observable behavior”.
44
Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah bahwa perilaku seseorang salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap dimana peningkatannya dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan dengan metode dan media yang tepat.
2.8. Kerangka Konsep Intervensi Penyuluhan kesehatan • •
Media Leaflet Media Poster
Pretest
Postest
Pengetahuan dan Sikap Petugas Kesehatan Hewan Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri
Pengetahuan dan Sikap Petugas Kesehatan Hewan Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Konsep utama penelitian adalah untuk melihat efektifitas promosi kesehatan dengan media leaflet dan poster terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap petugas kesehatan hewan tentang penggunaan alat pelindung diri.