11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Efektifitas Efektifitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi pengertian efektifitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan (Starawaji, 2009). Dapat disimpulkan bahwa pengertian efektifitas adalah keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan dan target, sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, dan apabila tujuan dan target dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, dikatakan efektif dan sebaliknya apabila tujuan dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya maka aktivitas itu dikatakan tidak efektif. 2.1.1. Cara Pengukuran Efektifitas Terdapat cara pengukuran terhadap efektifitas yang secara umum dan yang paling menonjol adalah sebagai berikut: 1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran 3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output
11
12
5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel dalam Starawaji, 2009)\ 2.1.2. Pendekatan Efektifitas Pendekatan efektifitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektifitas yaitu: 1. Pendekatan sasaran Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektifitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Selain tercapainya tujuan, efektifitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektifitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program tersebut efektif. 2. Pendekatan sumber Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumbersumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya.
13
3. Pendekatan proses Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga. 2.1.3. Masalah dalam Pengukuran Efektifitas Pengukuran efektifitas dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya dan memberikan hasil dari pengukuran efektifitas berdasarkan sasaran resmi dengan memperhatikan masalah yang ditimbulkan oleh beberapa hal berikut: 1. Adanya macam-macam output Adanya bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan pengukuran efektifitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit untuk dilakukan. Pengukuran juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan sasaran lainnya. Efektifitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu indikator atau efektifitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai dengan efektifitas. Efektifitas adalah profil atau bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektifitas pada setiap sasaran yang dimilikinya. Selanjutnya hal lain yang sering dipermasalahkan adalah frekuensi penggunaan kriteria dalam pengukuran efektifitas seperti yang dikemukakan oleh Steers yaitu bahwa kriteria dan penggunaan hal-hal tersebut dalam pengukuran efektifitas adalah:
14
a. Adaptabilitas dan fleksibilitas b. Produktivitas c. Keberhasilan memperoleh sumber d. Keterbukaan dalam komunikasi e. Keberhasilan pencapaian program f. Pengembangan program (Steers dalam Starawaji, 2009). 2. Subjektivitas dalam adanya penilaian Pengukuran efektifitas dengan menggunakan pendekatan sasaran seringkali mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaran yang sebenarnya dan juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam mencapai sasaran. Hal ini terjadi karena sasaran yang sebenarnya dalam pelaksanaan. Untuk itu ada baiknya bila meninjau perlu masuk kedalam suatu lembaga untuk mempelajari sasaran yang sebenarnya karena informasi yang diperoleh hanya dari dalam suatu lembaga untuk melihat program yang berorientasi ke luar atau masyarakat, seringkali dipengaruhi oleh subjektifitas. Untuk sasaran yang dinyatakan dalam bentuk kualitatif, unsur subjektif itu tidak berpengaruh tetapi untuk sasaran yang harus dideskripsikan secara kuantitatif, informasi yang diperoleh akan sangat tergantung pada subjektifitas dalam suatu lembaga mengenai sasarannya. Hal ini didukung oleh pendapat Steers yaitu bahwa lingkungan dan keseluruhan elemen-elemen kontekstual berpengaruh terhadap informasi lembaga dan menentukan tercapai tidaknya sasaran yang hendak dicapai. Karena itu perbedaan karakteristik faktor-faktor kontekstual ini perlu diperhatikan apabila hendak
15
bermaksud mengukur efektifitas program yang terdapat pada lingkungan yang berbeda. Dengan demikian, suatu usaha atau kegiatan dikatakan efektif apabila tujuan atau sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya dan dapat memberikan manfaat yang nyata sesuai dengan kebutuhan (Steers dalam Starawaji, 2009).
2.2. Penyuluhan Kesehatan Menurut Azrul Azwar yang dikutip oleh Fitriani (2011), penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Depkes dalam Fitriani (2011),
menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan
adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsipprinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan. Menurut Mubarak, dkk (2007), tujuan penyuluhan kesehatan adalah: a.
Menjadikan kesehatan sebagai harta atau milik masyarakat yang berharga.
b.
Membantu orang (individu) menjadi mampu menjalankan kegiatan-kegiatan demi kepentingannya, secara individu, kelompok agar menyadari sepenuhnya makna kesehatan dan berperilaku sehat.
16
c.
Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagaimana mestinya. Penyuluhan tidak terlepas dari bagaimana agar sasaran penyuluhan dapat
mengerti, memahami, tertarik dan mengikuti apa yang kita sampaikan dengan baik dan benar dan atas kesadarannya sendiri berusaha untuk menerapkan ide-ide baru tersebut dalam kehidupannya. Menurut Wiraatmaja yang dikutip oleh Lucie (2005), indikasi yang dapat dilihat pada diri seseorang pada setiap tahapan adopsi dalam penyuluhan adalah sebagai berikut : 1. Tahap sadar (awarness), pada tahap ini seorang sudah mengetahui sesuatu yang baru karena hasil dari berkomunikasi dengan pihak lain. 2. Tahap minat (interest), pada tahap ini seseorang mulai menilai atau menimbangnimbang serta menghubungkan dengan keadaan atau kemampuan diri, misalnya kesanggupan serta resiko yang akan ditanggung baik dari segi sosial maupun ekonomis. 3. Tahap mencoba (trial), pada tahap ini seseorang mulai menerapkan atau mencoba dalam skala kecil sebagai upaya mencoba untuk meyakinkan apakah dapat dilanjutkan. 4. Tahap penerapan atau adopsi (adoption), pada tahap ini seseorang sudah yakin akan hal baru dan mulai melaksanakan dalam skala besar. 2.2.1. Metode Penyuluhan Menurut Notoatmodjo (2007), metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah :
17
1. Metode Pendidikan Individual Dalam promosi kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk merubah perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Bentuk pendekatan ini, antara lain : a.
Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling) Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya.
b.
Wawancara (Interview) Cara
ini
sebenarnya
merupakan
bagian
dari
bimbingan
dan
penyuluhan.Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan. Apabila belum, maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi. 2. Metode Pendidikan Kelompok Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan. a. Kelompok Besar Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini antara lain ceramah dan seminar. Ceramah merupakan metode yang baik untuk sasaran
18
yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah : Persiapan : 1. Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. 2. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun diagram atau skema. 3. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya. Pelaksanaan : Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran, penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. 2. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. 3. Pandangan harus tertuju keseluruh peserta ceramah. 4. Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk. 5. Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin. b. Kelompok Kecil Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain ;
19
diskusi kelompok, curah pendapat (Brain storming), bola salju (snow balling), kelompok-kelompok kecil (buzz group), memainkan peranan (role play), permainan simulasi. 4. Metode Pendidikan Massa Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Pendekatan ini biasanya untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap inovasi awareness, dan belum begitu diharapkan sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Metode yang cocok untuk pendekatan massa adalah ceramah umum, pidato, tulisan-tulisan di majalah atau koran, billboard, spanduk, poster. 2.2.2. Media Penyuluhan Media penyuluhan adalah semua sarana untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Media sebagai sarana belajar mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara untuk menunjang proses belajar atau penyuluhan tertentu yang telah direncanakan (Mubarak, 2007). Media penyuluhan kesehatan dibuat berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera, semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan
20
semakin jelas pengetahuan yang diperoleh. Media penyuluhan adalah sarana yang sangat penting untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang mampu memberikan
informasi
kesehatan
yang sesuai
dengan
tingkat
penerimaan
(Notoatmodjo, 2007). Menurut Fitriani (2011), Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesanpesan kesehatan, media terbagi menjadi 3, yaitu : 1. Media Cetak Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain : a. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. b. Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi. Kegunaan dan keunggulan leaflet 1. Pengguna dapat menyesuaikan dan belajar mandiri. 2. Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai. 3. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman. 4. Dapat memberikan detil yang tidak mungkin bila disampaikan dengan lisan. 5. Leaflet mudah dibuat, diperbanyak, diperbaiki dan mudah disesuaikan. 6. Leaflet sederhana dan murah. Pengguna dan pengajar dapat mempelajari informasi yang rumit bersama-sama.
21
Keterbatasan 1. Materi yang diproduksi massal dirancang untuk sasaran pada umumnya dan tidak cocok untuk setiap orang. 2. Materi komersial berisi iklan. 3. Leaflet tidak tahan lama dan mudah hilang 4. Dapat menjadi kertas percuma kecuali pengajar secara aktif melibatkan klien dalam membaca dan menggunakan materi. c. Flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan. d. Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau informasiinformasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut. e. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. f. Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan / informasi kesehatan yang biasanya di tempel di tempat umum. g. Foto yang mengungkap informasi kesehatan. 2. Media Elektronik Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda antara lain : televisi, radio, dan video.
22
3. Media Papan (Billboard) Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diisi dengan pesan-pesan informasi kesehatan.
2.3. Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan manusia itu sendiri (Fitriani, 2011). Menurut Skiner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap (stimulus rangsangan dari luar). Dapat dilihat melalui proses : Stimulus → Organisme → Respon, sehingga teori Skiner ini disebut Teori “S-O-R” Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu : a) Respondent respons atau refleksive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut elicting stimulation. Karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. b) Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Berdasarkan teori ”S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua , yaitu :
23
a. Perilaku tertutup (Covert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk ”unobservable behavior” atau ”covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.. b. Perilaku terbuka (Overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau ”observable behavior”, tindakan ini dapat juga berupa keterampilan seseorang dalam melakukan sesuatu. Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Notoatmodjo ( 2007), ranah perilaku terbagi dalam 3 domain, yaitu : 2.3.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
24
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat (Notoatmodjo, 2010), yaitu: 1.
Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, yang termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2.
Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3.
Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4.
Analisa (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
25
tersebut, dan masih dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya. 5.
Sintesa (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu materi atau objek. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
6.
Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut di atas.
2.3.2. Sikap Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari sikap yang tertutup tersebut. Menurut Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
26
Allport dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok : 1.
Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.
2.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3.
Kecenderungan untuk bertindak. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
1.
Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (Objek).
2.
Menanggapi (Responding) Menanggapi diartikan sebagai memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3.
Menghargai (Valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasanya dengan orang lain, bahkan mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
4.
Bertanggung jawab (Responsible) Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. Bertanggungjawab merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya (Notoatmodjo, 2010).
27
2.3.3. Tindakan Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007). Adapun tingkatan dari tindakan adalah : 1.
Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek yang pertama.
2.
Respon Terpimpin (Guide Response) Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.
3.
Mekanisme (Mechanisme) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga.
4.
Adaptasi (Adaptation) Tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
2.4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri
28
dalam satu jam pertama pada awal kehidupanya (Roesli, 2008).
IMD adalah
rangkaian kegiatan dimana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibunya dan segera menyusui dari puting susu ibunya ( Hartati, 2008). IMD adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya, bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusu sendiri (Unicef, 2007; Depkes RI, 2008). Inisiasi menyusu dini atau early initiation atau permulaan menyusu dini merupakan proses bayi memulai menyusu sendiri pada payudara ibu segera setelah bayi dilahirkan (Roesli, 2008). Berdasarkan pembaharuan tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama oleh WHO dan UNICEF, menyatakan : 1.
Bayi harus melakukan kontak kulit dengan kulit ibunya selama paling tidak satu jam segera setelah dilahirkan.
2.
Membiarkan bayi melakukan insiasi menyusu dan ibu sudah mulai dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu.
3.
Menunda semua prosedur lainnya yang dilakukan saat bayi baru dilahirkan hingga proses inisiasi menyusu dini selesai dilakukan, prosedurnya meliputi : memandikan, menimbang, penyuntikan vitamin K, dan pemberian obat tetes mata.
4.
Segera setelah bayi dilahirkan, tali pusat dipotong, tengkurapkan bayi di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit selama satu jam
29
atau bisa lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Jika ruang bersalin dingin, bayi segera diselimuti. Ayah dan keluarga dapat memberi dukungan pada ibu selama proses menyusu berlangsung (Kresnawan, dkk, 2007). 2.4.1. Manfaat IMD Menurut Roesli (2008) ada beberapa manfaat yang bisa didapat dengan melakukan IMD adalah : 1.
Menurunkan resiko kedinginan ( hypothermia). Bayi yang di letakkan segera di dada ibunya setelah melahirkan akan mendapatkan kehangatan sehingga dapat menurunkan resiko hypothermia sehingga angka kematian karena hypothermia dapat ditekan.
2.
Membuat pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Ketika berada di dada ibunya bayi merasa dilindungi dan kuat secara psikis sehingga akan lebih tenang dan mengurangi stress, pernafasan dan detak jantungnya akan lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.
3.
Bayi akan memiliki kemampuan melawan bakteri. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan.
4.
Bayi mendapat kolostrum dengan konsentrasi protein dan immunoglobulin paling tinggi. IMD akan merangsang pengeluaran oksitosin sehingga pengeluaran
30
ASI dapat terjadi pada hari pertama kelahiran. ASI yang keluar pada hari pertama kelahiran mengandung kolostrum yang memiliki protein dan immunoglobulin dengan konsentrasi paling tinggi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi karena kaya akan antibodi dan zat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya . 5.
Mendukung keberhasilan ASI Eksklusif. Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan mempunyai kesempatan lebih berhasil menyusui eksklusif dan mempertahankan menyusui dari pada yang menunda menyusu dini.
6.
Membantu pengeluaran plasenta dan mencegah pendarahan. Sentuhan, kuluman dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan merangsang sekresi hormon oksitosin yang penting untuk menyebabkan rahim kontraksi yang membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi pendarahan sehingga mencegah anemia, merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks dan mencintai bayinya serta merangsang pengaliran ASI dari payudara.
7.
Membantu bayi agar memiliki keahlian makan di waktu selanjutnya Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya pertama kali di dada ibunya menciptakanikatan kasih sayang antara ibu dan bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.
31
2.4.2. Langkah Inisiasi Menyusu Dini Menurut Roesli ((2008), langkah-langkah IMD yaitu : a. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan b. Sebaiknya hindari penggunaan obat kimiawi karena obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan dapat mencapai janin melalui ari-ari dan menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. c. Segera setelah bayi dilahirkan, menangis, dan mulai bernafas : 1) Bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering. 2) Keringkan secepatnya dengan kain lembut seluruh tubuh kecuali kedua tangannya. Jangan hilangkan lemak putih (vernix) di tubuh bayi karena akan berfungsi sebagai pelindung bayi. 3) Setelah tali pusar dipotong dan diikat, tanpa dibedong, tengkurapkan bayi dalam keadaan telanjang di dada atau perut ibu dengan melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya, bila perlututupi kepala bayi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. 4) Biarkan bayi mencari sendiri puting susu ibu. Ibu dapat membantu bayi dengan sentuhan lembut tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu. 5) Tendangan lembut, tekanan kaki bayi ke perut ibu akan membantu kontraksi rahim untuk mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan. 6) Remasan tangan bayi pada daerah puting, hentakan kepala ke dada ibu, perilaku bayi menoleh ke kiri dan ke kanan yang menggesek payudara ibu akan merangsang pengeluaran ASI lebih cepat dan mengerutkan rahim.
32
7) Ajak suami atau keluarga untuk meningkatkan rasa percaya diri ibu dan bersama ibu mengenali tanda-tanda bayi siap menyusu (isap tangan, buka mulut mencari puting, dan keluar air liur). 8) Dalam upaya mencari puting susu, bayi sering menjilati kulit ibu. Hal ini sangat bermanfaat dalam membentuk kekebalan tubuh bayi. 9) Setelah bayi berada di dekat puting, bayi mengeluarkan air liur, menjilati puting, dan membuka mulut lebar. Biarkan bayi mengulum puting ibu dan menghisapnya. Hisapan bayi pada puting ibu ini membantu mengerutkan rahim (hormon oksitosin) sehingga mengurangi perdarahan. 10) Biarkan bayi tetap tengkurap dengan tubuh bayi menempel pada dada ibu sampai bayi selesai menyusui pertama dan melepas puting. 11) Dalam menyusu pertama bayi memperoleh kolostrum yang kaya akan protein, serta zat kekebalan tubuh yang sangat berguna untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. 12) Proses di atas dimulai segera dan berlangsung minimal satu jam pertama sejak bayi lahir. 13) Bila persalinan harus melalui prosesCaesar, IMD dapat tetap dilakukan walaupun kemungkinan berhasilnya sekitar 50% daripada persalinan normal. 2.4.3. Keuntungan IMD Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi adalah sebagai makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar yangdisesuaikan dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang
33
segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertamabagi bayi, meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap,telan dan nafas, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan panas, merangsang kolostrum segera keluar. Keuntungan bagi ibu adalah merangsang produksi oksitosin dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Ambarwati, 2008). Keuntungan IMD lainnya bagi ibu dan bayi adalah: 1.
Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi. Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan : menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki / mempunyai pola tidur yang lebih baik, mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif, meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat), meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, tidak terlalu banyak menangis dalam satu jam pertama, menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi.
2.
Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu. Oksitosin membantu kontraksi uterus sehingga pendarahan pasca persalinan lebih rendah, merangsang pengeluaran kolostrum, penting untuk kedekatan hubungan ibu dan bayi, ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur
34
pasca perlainan lainnya. Prolaktinmeningkatkan produksi ASI, membantu ibu mengatasi stres adalah fungsi oksitosin, mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusui dan menunda ovulasi. 3.
Keuntungan menyusu dini untuk bayi Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.
4.
Keuntungan menyusu dini untuk ibu Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI.
2.5. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ASI adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya (Wiji,2013). ASI merupakan makanan berkalori tinggi, yang mudah dicerna. ASI memiliki kandungan yang membantu penyerapan nutrisi, membantu perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, anti-body, anti peradangan dan zat-zat biologi aktif yang penting bagi tubuh bayi dan melindungi bayi dari berbagai penyakit. Kandungan-kandungan tersebut
tidak
terdapat dalam susu formula, selain itu asupan apapun selain ASI sulit dicerna oleh bayi, sehingga justru akan membahayakan kesehatannya (Depkes RI, 2007).
35
Air susu ibu merupakan makanan terbaik ciptaan Tuhan yang diperuntukkan bagi bayi yang baru dilahirkan. Makanan-makanan tiruan bagi bayi yang diramu menggunakan teknologi masa kini, ternyata tidak mampu menandingi keunggulan ASI, sebab ASI mempunyai nilai gizi paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan, seperti susu sapi, kerbau, atau kambing (Khasanah, 2011). Menurut Arief (2009), bahwa seorang ibu tidak perlu meragukan keunggulan ASI dan tidak perlu khawatir bayinya akan kekurangan gizi karena di dalam ASI mengandung zat gizi yang sempurna sehingga membuat bayi tidak akan kekurangan zat gizi yang dibutuhkan selama tumbuh kembangnya. Akan tetapi hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah makanan ibu harus bergizi guna mempertahankan kuantitas dan kualitas ASI. Memberikan susu formula sebelum bayi berusia 6 bulan bukanlah pilihan yang tepat, malah akan meningkatkan resiko diare, dan sudah pasti memboroskan dana rumah tangga karena harga susu formula yang mahal. Jadi memberikan hanya ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan dapat memberikan banyak manfaat bagi bayi, ibu dan secara ekonomi dapat membantu menghemat pengeluaran rumah tangga yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain. World Health Organization (WHO) dan United Nation of Children Fund (UNICEF) merekomendasikan menyusui eksklusif
sejak lahir selama 6 bulan
pertama hidup anak dan melanjutkan menyusui bersama pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) sampai anak usia 2 tahun atau lebih. Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti
36
susu formula, jeruk, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, nasi dan nasi tim (Adiningrum, 2014). Menurut (Perenisia, 2004), alasan pemberian ASI Eksklusif adalah : 1. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh kembang sampai umur 6 bulan. Bayi yang mendapat makanan lain, misalnya nasi lumat atau pisang hanya akan mendapat karbohidrat, sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang. 2. Bayi dibawah usia 6 bulan belum mempunyai enzim pencernaan yang sempurna sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI mengandung beberapa enzim yang memudahkan pemecahan makanan selanjutnya. 3. Ginjal bayi yang masih muda belum mampu bekerja dengan baik. Makanan tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang dapat memberatkan fungsi ginjal yang belum sempurna pada bayi. 4. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi bayi misalnya zat warna dan zat pengawet. 5. Makanan tambahan bagi bayi mudah menimbulkan alergi. 2.5.1. Manfaat ASI Manfaat ASI eksklusif sudah tidak diragukan lagi karena kandungan di dalam ASI yang luar biasa dan tidak terdapat pada jenis susu manapun (Adiningrum, 2014). Ada berbagai manfaat yang diperoleh dari pemberian ASI yaitu :
37
1. Manfaat ASI bagi bayi Bagi bayi ASI memiliki banyak manfaat diantaranya adalah ASI mengandung zat gizi yang sesuai untuk bayi. ASI mengandung asam lemak esensial yaitu asam linoleat (Omega 6) sebagai precursor aracchidonic acid (AA), dan asam linoleat (Omega 3) sebagai precursor docosahexaeonic acid (DHA), yang fungsinya sangat penting untuk pertumbuhan otak anak (Lawrence, 2004).
ASI juga mengandung
karbohidrat utama yaitu laktosa yang kadarnya lebih tinggi dari susu formula, laktosa juga mampu mempertinggi kalsium serta merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus. Protein yang terdapat di ASI sebagian besar adalah whey, dimana whey lebih mudah dicerna dibandingkan kasein. Di dalam ASI terdapat juga asam amino sistin yang berfungsi untuk pertumbuhan somatik serta taurin untuk pertumbuhan otak. Disamping itu ASI juga mengandung garam dan mineral yang rendah, dimana kadar mineral dan garam yang rendah dibutuhkan untuk bayi karena ginjal neonatus belum dapat mengkonsumsikan air kemih dengan baik, sehingga diperlukan susu dengan kadar garam dan mineral yang rendah. ASI mengandung garam dan mineral yang lebih rendah dari susu sapi. Zat besi dalam ASI juga lebih mudah dicerna sehingga bayi yang meminum ASI maka kebutuhan zat besinya dapat mencukupi hingga bayi berusia 6 bulan (Lawrence,2004). Manfaat lain ASI mengandung zat protektif seperti lactobacillus protektus yang berfungsi mengubah asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran
pencernaan
bersifat
asam,
sehingga
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme seperti shigella, jamur serta e.coli yang sering mengakibatkan diare.
38
Selain itu di dalam ASI terdapat laktoferin yang berfungsi dalam menghambat pertumbuhan kandida. 2. Manfaat ASI bagi ibu Selain memberi keuntungan bagi bayi, menyusui secara eksklusif dapat memberikan keuntungan pada ibu. Menurut Roesli (2008), ada beberapa manfaat bagi ibu yang menyusui secara eksklusif yaitu : a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan Apabila bayi disusui setelah melahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang. Pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk kontriksi pembuluh darah sehingga akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kejadian anemia dan angka kematian ibu yang melahirkan. b. Menunda haid dan kehamilan Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang amam, murah dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada enam bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak hamil sampai bayi berusia dua belas bulan. c. Mengecilkan rahim dan lebih cepat langsing Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan pada ibu yang tidak menyusui. Oleh karena menyusui memerlukan energi, maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.
39
Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui secara eksklusif akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil. d. Mengurangi kemungkinan menderita kanker Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan menderita kanker payudara dan indung telur berkurang. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. e. Tidak merepotkan dan hemat waktu ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas. f. Memberi kepuasan bagi ibu Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam. 3. Manfaat ASI bagi Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Keluarga serta Masyarakat. Memberikan rasa nyaman, keselamatan, perasaan mampu menjamin sumber makanan bagi bayi dan anak, meningkatkan status ekonomi ibu dan keluarganya dan menurunkan kebutuhan bayi dan anak, memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan termasuk penggunaan fasilitas kesehatan seperti pembayaran rawat inap, menurunkan angka kunjungan rumah sakit, dan menurunkan angka penggunaan obatobatan. Penggunaan ASI juga aman terhadap lingkungan. Biancuzzo (2000) mengemukaan bahwa ASI
tidak memproduksi sampah, sebab ibu hanya
40
membutuhkan sedikit energi untuk menyusui, berbeda dengan industri susu formula yang harus menggunakan plastik, kaleng, karet, silikon, tinta serta bahan bakar untuk memproduksi susu. Pabrik-pabrik susu menghasilkan 100 juta ton methane setiap tahunnya, 20 persen dari pembakaran methane ini merupakan gas utama kedua yang berkontribusi terhadap pemanasan global. 4. Manfaat ASI bagi negara Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, menghemat devisa negara, mengurangi subsidi untuk rumah sakit, peningkatan kualitas generasi penerus (Wiji, 2013). 2.5.2. Pembentukan Air Susu Ibu Proses pembentukan ASI pada seorang ibu yang menyusui dipengaruhi oleh reflek prolaktin dan reflek let down yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu. Reflek prolaktin berperan untuk membuat kolostrum menjelang akhir kehamilan, namun jumlah kolostrum terbatas karena prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya tinggi. Setelah partus estrogen dan progesteron berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang hipotalamus menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Pada ibu menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan stress atau pengaruh psikis, anestesi, operasi dan rangsangan puting susu, hubungan
41
kelamin, obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti, klorpromazin dan fenotiazid. Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah gizi ibu yang jelek dan obat-obatan seperti ergot, I-dopa. Reflek let down merupakan reflek yang berasal darirangsangan isapan bayi dilanjutkan ke neurohipofise (hipofise posterior) yang mengeluarkan oksitosin. Hormon oksitosin diangkut ke uterus melalui aliran darah yang menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin sampai ke alveoli dan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu keluar dari alveoli dan masuk ke duktulus yang akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan bayi, sedangkan yang menghambat adalah keadaan bingung/pikiran kacau, takut, merasa sakit atau malu ketika menyusui, dan cemas (Soetjiningsih, 2012). 2.5.3. Komposisi ASI ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI sebagai bahan makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan dan ketika mulai diberikan makanan padat dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Soetjiningsih, 2012).
42
Berdasarkan Stadium Laktasi, ASI dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Kolostrum Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ke tiga atau ke empat. Merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur. Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matur, tetapi berlainan dengan ASI yang matur pada kolostrum protein yang utama adalah globulin (gamma globulin). Lebih banyak mengandung antibody dibandingkan dengan ASI matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan. 2. Air Susu Transisi/ Peralihan Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi. Kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi, juga volume akan makin meningkat. 3. Air susu matur Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya, komposisi relatif konstan. Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan satu-satunya makanan yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan (Soetjiningsih,2012).
43
Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit yaitu pada permulaan menyusui (5 menit pertama) disebut foremilk dimana kadar lemak ASI rendah (1-2 g/dl) dan lebih tinggi pada hindmilk ( ASI yang dihasilkan pada akhir menyusui, setelah 15-20 menit. Kadar lemak hindmilk bisa mencapai 3 kali dibandingkan dengan foremilk (Biancuzzo, 2000). 2.5.4. Manajemen Laktasi Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Manajemen laktasi melalui 3 tahap yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar dari rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Departemen Kesehatan RI, 2007). 1. Periode Antental Care Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya yang sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang sudah ditentukan. Kunjungan Antenatal Care (ANC) minimal satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu), satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu), dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu). Kunjungan Antenatal dalam rangka pemberian ASI Eksklusf dibagi 6 langkah yaitu : 1) meyakinkan diri akan keberhasilan menyusui dan bahwa ASI adalah amanah Ilahi; 2) makan dengan teratur, penuh gizi dan seimbang; 3) mengikuti bimbingan persiapan
44
menyusui yang terdapat di setiap klinik laktasi di rumah sakit; 4) melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur; 5) menjaga keberhasilan diri, kesehatan, dan cukup istirahat; dan 6) mengikuti senam hamil. 2. Periode Perinatal Masa persalinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi selanjutnya, dalam hal ini bayi harus mendapatkan cukup ASI, yang dilanjutkan dengan cara menyusui yang baik dan benar, baik posisi maupun cara melekatkan bayi pada payudara ibu. Pemberian ASI Eksklusif pada masa ini meliputi : 1) bersihkan puting susu sebelum anak lahir; 2) susuilah bayi segera mungkin, jangan lebih dari 30 menit pertama setelah lahir (inisiasi menyusui dini); 3) lakukan rawat gabung, yakni bayi selalu disamping ibu selama 24 jam penuh setiap hari; 4) jangan beri makanan atau minuman selain ASI; 5) jangan memberikan dot maupun kempengan karena bayi akan susah menyusui, disamping menganggu pertumbuhan gigi; 6) susuilah bayi kapan saja dia membutuhkan, jangan dijadwal. Susuilah juga bila payudara ibu terasa penuh. Ingatlah bahwa makin sering menyusui, makin lancar produksi dan pengeluaran ASI; 7) setiap kali menyusui, gunakanlah kedua payudara secara bergantian serta harus yakin payudara telah kosong atau bayi tidak lagi mau menghisap; dan 8) mintalah petunjuk kepada petugas rawat gabung, bagaimana cara menyusui yang baik dan benar. 3. Periode Postnatal Sesudah ibu melahirkan, umumnya ibu-ibu menyusui anaknya. Oleh karena itu perlu diusahakan agar sesudah persalinan pembentukan ASI dapat lancar dan tidak
45
menjadi kesukaran dalam menyusukan bayinya yaitu dengan merawat payudara mulai kehamilan 7 bulan. Perawatan nifas dimulai sejak kelahiran bayi, salah satu perawatan yang diberikan adalah perawatan payudara. Pada masa post natal yang harus dilakukan dalam pemberian ASI ialah : 1) berikan ASI sampai bayi berumur 6 bulan atau penyusuan eksklusif dan teruskan pemberian ASI sampai bayi berumur 2 tahun; 2) berikan makanan pendamping ASI saat bayi mulai berumur 6 bulan. WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada ibu, bila memungkinkan memberikan ASI Eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan : 1.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama lebih kurang 1 jam segera setelah kelahiran bayi.
2.
ASI Eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau minuman.
3.
ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari selama 24 jam.
4.
ASI sebaiknya diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, ataupun dot. Roesli (2007) mengatakan terdapat beberapa kendala dalam menyusui antara
lain kurangnya pemahaman ibu tentang tatalaksana menyusui, bayi mendapat makanan/minuman pengganti ASI terlalu dini (<6 bulan), ibu bekerja, kurangnya motivasi ibu dan dukungan dari keluarga, dan kelainan pada ibu dan bayi. Kendala lainnya berupa banyaknya penggunaan susu formula di rumah sakit bahkan rumah bersalin. Berbagai susu formula mengklaim produknya setara dengan ASI dengan
46
tambahan berbagai zat gizi, seperti taurin, nukleotide, AHA dan DHA, walaupun faktanya tidak demikian. Menurut (Kemenkes, 2013), Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain : 1. Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yang tidak ada masalah medis. 2. Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak memberi kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk melaksanakan pemberian ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti dengan belum tersedianya ruang laktasi dan perangkat pendukungnya. 3. Masih banyak tenaga kesehatan di tingkat layanan yang belum berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif, yaitu masih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan. 4. Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI. 5. Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM).
2.6. Landasan Teori Penyuluhan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk mempengaruhi orang agar mereka berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Penyuluhan kesehatan juga merupakan suatu kegiatan untuk menjadikan kondisi sedemikian rupa
47
sehingga orang mampu untuk berperilaku hidup sehat. Pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Output yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah perilaku untuk meningkatkan kesehatanatau perilaku yang kondusif (Fitriani, 2011). Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Skiner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap (stimulus rangsangan dari luar). Dapat dilihat melalui proses : Stimulus → Organisme → Respon, sehingga teori Skiner ini disebut Teori “S-O-R” STIMULUS
ORGANISME
Respon Tertutup (Pengetahuan & Sikap )
Respon Terbuka (Tindakan) Gambar 2.1. Teori S-O-R Skiner
48
Dari teori tersebut maka dapat diuraikan gambaran efektifitas penyuluhan metode ceramah dengan leaflet terhadap perilaku ibu hamil tentang pemberian IMD dan ASI eksklusif sebagai berikut : 1. Stimulus atau rangsangan yang diberikan pada organisme yaitu proses penyuluhan tentang IMD dan ASI eksklusif dengan menggunakan metode ceramah dan media leaflet. 2. Organisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subjek penelitian yaitu ibu hamil trimester 3. 3. Respon tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dimana reaksi ini masih dalam batas perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran atau sikap yang terjadi pada seseorang yang mendapat rangsangan. Dalam hal ini respon tertutup merupakan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap penyuluhan yang diberikan tentang IMD dan ASI eksklusif. 4. Respon terbuka adalah respons terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar. Respon terbuka dalam penelitian ini adalah tindakan pelaksanaan IMD.
49
2.7. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut : Penyuluhan metode ceramah dengan leaflet
Perilaku ibu hamil tentang IMD dan ASI eksklusif
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Konsep utama penelitian adalah untuk melihat efektifitas penyuluhan metode ceramah dengan leaflet terhadap peningkatan perilaku ibu hamil tentang pemberian IMD dan ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Iyu dan Puskesmas Banda Mulia Kabupaten Aceh Tamiang.