11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendidikan Sebaya Istilah kelompok sebaya diartikan adalah kelompok yang terdiri dari individu yang sederajat atau setara (Equal). Pengertian setara ialah mengacu pada persamaanpersamaan tertentu didalam kelompok, terutama dari segi persamaan usia dan status sosial. Beliau mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya adalah suatu kelompok primer yang mempunyai hubungan erat dan intim dan anggotanya
memiliki
kesamaan dalam hal status, dimana istilah kelompok teman sebaya dikalangan anakanak dan remaja, melainkan juga kelompok orang dewasa yang memiliki status lebih kurang sama (Bantarti, 2005). Pendidikan sebaya merupakan salah satu dari strategi pembelajaran yang berbasis active learning. Beberapa ahli percaya bahwa satu pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainnya. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan dan mendorong pada peserta didik mempelajari sesuatu dengan baik, dan pada waktu yang sama ia menjadi narasumber bagi yang lain. Pembelajaran peer teaching merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan kemampuan mengajar teman sebaya. Pendidik sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama (Silberman, 2001).
11
12
2.1.1
Keuntungan Pendidikan Sebaya Metode ini telah diterapkan sejak lama dalam bidang kesehatan masyarakat
dan kesehatan keluarga seperti pada
pendidikan gizi, keluarga berencana,
pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, dan masalah kenakalan remaja (UNAIDS, 2007). Flanangan dan Mghner menjelaskan bahwa umumnya metode peer group dipilih karena : 1. Cocok Secara Budaya (Culturally Appropripate) Peer Group merupakan sarana yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan yang secara kultural bersifat peka atau sensitive, dimana kemungkinan benturan norma dan nilai-nilai dapat dikurangi karena dilakukan melalui orang dalam kelompok seseorang itu sendiri 2. Berbasis Komunitas (Community Based) Pendidikan sebaya merupakan
intervensi
pada level komunitas yang
mendukung dan melengkapi program-program lain. peer group ini memiliki keterkaitan erat dengan strategi-strategi (pembangunan sosial) lainnya yang berbasis komunitas. 3. Mudah Diterima oleh khalayak yang menjadi sasaran sebagian besar orang merasa lebih nyaman
mengadukan persoalan mereka kepada kelompok
sebaya, terutama masalah-masalah pribadi seperti seksualitas. 4. Ekonomis Metode pendidikan sebaya memungkinkan tersedianya layanan sosial yang luas dengan biaya lebih kecil, dan layanan tersebut dapat tersedia secara efektif.
13
Pendekatan pendidikan sebaya mempunyai sejumlah keuntungan, yaitu: a. Pendidikan sebaya dapat menyampaikan pesan-pesan sensitif di dalamnya. b. Pendidikan sebaya merupakan peran serta masyarakat dalam mendukung dan melengkapi program lain yang berkaitan dengan strategi masyarakat lainnya. c. Kelompok target lebih merasa nyaman berdiskusi dengan sebaya mengenai masalah mereka seperti seksualitas. d. Pendidikan sebaya memberikan pelayanan besar yang efektif dengan biaya yang sedikit. 2.1.2
Syarat Pelaksanaan Metode Pendidik Sebaya Terdapat beberapa persyaratan yang harus dimiliki dalam metode pendidik
sebaya. Menurut Tang & Funnell (2011), syarat yang harus dipenuhi yaitu adanya seorang pendidik sebaya dan kelompok sebaya. a.
Pendidik Sebaya Pendidik sebaya merupakan
seseorang yang termasuk dalam kelompok
sebaya yang telah dilatih untuk membawa perubahan dalam pengetahuan, sikap, keyakinan dan perilaku pada tingkat orang per orang pada kelompok sebayanya. Seorang pendidik sebaya diharapkan dapat menjadi panutan bagi kelompok sebayanya dalam sikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Syarat yang harus dimiliki untuk menjadi seorang pendidik sebaya adalah sebagai berikut : 1) Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya 2) Berminat dalam penyebarluasan informasi kesehatan 3) Lancar berbahasa dan menulis
14
4) Menggunakan komunikasi dua arah serta sikap mendengar yang aktif 5) Memiliki kepribadian yang ramah, luwes dan mudah berinteraksi dalam pergaulan, lancar dalam mengemukakan pendapat, berinisiatif dan kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, memiliki kemauan belajar dan senang menolong. b.
Kelompok Sebaya Menurut Koelen & ban (2004); United Nations Population Fund (2005);
palang Merah Indoensia (2010), yang menjadi kelompok sebaya adalah memiliki kelompok usia, jenis kelamin, latar belakang, pekerjaan, budaya, sosial-ekonomi, status kesehatan, gaya hidup, pengalaman serta pemahaman yang sama. Semakin banyak kesamaan dan interaksi orang-orang yang terdapat dalam suatu kelompok, semakin besar kemungkinan orang itu menerima pesan-pesan dan dipengaruhi baik sikap maupun perilakunya. 2.1.3
Tahap Pelaksanaan Seorang pendidik sebaya berguna untuk menyadarkan dan mempengaruhi
teman mereka yang berada dalam satu kelompok tersebut. Menurut Widiantoro et al (2002), metode pendidik sebaya idealnya diikuti kurang dari 12 peserta dalam satu kelompok agar setiap peserta mempunyai kesempatan untuk bertanya. Jumlah peserta yang terlalu banyak dalam satu kelompok akan mengakibatkan proses tanya jawab menjadi kurang efektif. Adapun tahap pelaksanaan metode ini meliputi pelatihan untuk calon pendidik sebaya dan pelatihan dari pendidik sebaya yang telah dilatih kepada kelompok sebayanya.
15
a.
Pelatihan Pendidik Sebaya 1) Sesi Pembahasan Tahap ini merupakan bagian proses pembelajaran yang berisi pembahasan materi berdasarkan topik tertentu. Pendekatan yang dilakukan dalam pembahasan materi ini yaitu curah pendapat, studi kasus serta diskusi. 2) Sesi Penyimpulan Materi Bahasan Penyimpulan materi berdasarkan pembahasan hasil diskusi dengan merujuk pada bahan
pembelajaran sebagai pedoman. Selain itu, masukan dan
pendapat dari peserta selama proses pembelajaran dapat digunakan sebagai catatan pelengkap. b.
Pelatihan Kelompok Sebaya 1) Tahap Penerimaan Hal yang terpenting pada tahap ini adalah mendengarkan keluhan atau masalah yang dialami oleh kelompok sebaya. Seorang pendidik sebaya berperan dalam mendengar secara aktif terhadap masalah-masalah yang diungkapkan oleh kelompok sebayanya. 2) Tahap Pemasukan Ide Pendidik sebaya secara pelan memasukkan ide ke dalam fikiran kelompok sebayanya. Memberikan sedikit demi sedikit secara berulang dan dikemas dengan baik serta tidak bersifat menggurui.
16
3) Tahap Pemeliharaan Ide yang sudah disampaikan oleh seorang pendidik sebaya kepada kelompok harus dipelihara dengan cara seringnya berkomunikasi dan membahas masalah dan solusi yang ada agar terbentuk perilaku yang baik. Metode pendidik sebaya merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan dalam menyampaikan informasi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran terhadap sesama teman sebaya (Palang Merah Indoensia, 2010). Alur pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan secara berkelompok dengan proses sebagai berikut : 1) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-10 orang tiap kelompok 2) Peserta dipersilahkan duduk dalam satu lingkaran, jelaskan bahwa akan dilakukan latihan 3) Pendidik sebaya menyampaikan materi selama tidak lebih dari setengah jam, waktu selebihnya digunakan untuk diskusi dan menampung pertanyaan 4) Pendidik sebaya memberikan beberapa pertanyaan sebagai pemicu diskusi pada kelompok 5) Kelompok akan melakukan diskusi dan menuliskan
hasil diskusi
pada
lembar flipchart atau papan tulis yang telah disediakan 6) Kelompok mengulang kembali dan menyimpulkan materi yang telah didiskusikan bersama dibantu oleh pendidik sebaya.
17
2.1.4
Teknik Pemberian Informasi Pendidikan sebaya dapat dilakukan di mana saja asalkan nyaman buat
pendidik sebaya dan kelompoknya. Kegiatan tidak harus dilakukan di ruangan khusus tetapi bisa dilakukan di teras mesjid, di bawah pohon yang rindang, di ruang kelas yang sedang tidak dipakai dan sebagainya. Tempat pendidikan sebaya sebaiknya tidak ada orang lalu lalang dan jauh dari kebisingan sehingga diskusi bisa berlangsung tanpa gangguan. Menurut PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, 2008), pemberian informasi agar efektif, pendidik sebaya perlu: 1. Pelajari dan dipahami materi 2. Paham bahwa pemberian materi: a. Tidak menggurui, jangan pernah menggurui teman, karena bakal dianggap meremehkannya. b. Tidak harus mengetahui semuanya, kelompok sebaya bukanlah seorang ahli, maka apabila teman merasa kurang puas atas diberikan, maka diperlukan guru pendamping, atau
jawaban yang dapat
mencari
jawaban ke pusat informasi yang ada. Sehingga tidak memaksakan diri untuk menjawab semua pertanyaan dari teman. c. Tidak memutuskan pembicaraan, dalam kegiatan diskusi hendaknya membiarkan teman untuk menyelesaikan pendapatnya atau pertanyaannya dulu walaupun kelompok sebaya/pendidik sebaya sudah tahu maksud
18
dari pendapat atau
pertanyaannya. Suasana saling menghargai bakal
terbentuk, dan yang pasti, partisipasi siswa juga meningkat. d. Tidak diskriminatif, pendidik sebaya harus berusaha memberikan perhatian dan kesempatan kepada semua teman, bukan hanya kepada satu atau dua peserta saja, atau dengan kata lain “tidak pilih kasih”. 3. Rasa percaya diri Pendidik sebaya harus memiliki rasa percaya diri (PeDe/PD) agar penyampaian materi berjalan lancar. PeDe dapat tumbuh bila: a. Materinya dapat dikuasai b. Penampilan OK c. Inner Beauty atau kepribadian kelompok sebaya dapat diteladani sama yang lain. d. Teknik penyampaian informasi tidak monoton e. Dapat menguasai audiens atau peserta f. Dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas maksudnya g. Mampu menghayati peran yang dijalankan. 4. Komunikasi dua arah Komunikasi yang terjadi hendaknya bersifat dua arah, atau terjadi hubungan timbal balik. Dialog sangat efektif menghadapi teman yang sifatnya tertutup, cenderung menolak pandangan lain atau perubahan. Pendidik sebaya harus bisa mendengarkan setiap teman, terbuka dan menghargai pandangan dengan menghindari kesan bahwa pendidik sebaya hendak memaksakan suatu
19
informasi baru pada sasaran. Melalui komunikasi dua arah ini hambatan atau permasalahan yang mungkin terjadi bisa beres tanpa ada yang dikecewakan. 2.1.5
Media Pendidikan Sebaya Media adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan
bahan pendidikan/pengajaran, berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu didalam peroses pendidikan/pengajaran (Notoatmodjo 2012). Media sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan agar lebih mudah untuk diterima atau dipahami oleh masyarakat, untuk itu media yang bisa digunakan sangat bervariasi antara lain (Luice, 2005) : 1.
Leaflet Media leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau kesehatan melalui
lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi. Menurut Depkes RI (2004) Leaflet sering di sebut juga dengan pamphlet merupakan selebaran kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk suatu sasaran dan tujuan tertentu. Ukuran Leaflet ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm, berisi tulisan 200 - 400 kata, isi harus bisa di tangkap dengan sekali baca. Menurut Syaiful Bahri dalam Setiawati & Darmawan (2008) media leaflet isi informasinya dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, dapat pula kombinasi. Kegunaan dan Keunggulan dari leaflet adalah sederhana dan sangat murah, klien dapat menyesuaikan dan belajar mandiri, pengguna dapat melihat isinya pada saat santai, informasi dapat dibagikan dengan keluarga dan teman. Leaflet juga dapat
20
memberikan detil (misalnya statistik) yang tidak mungkin bila disampaikan lisan. Klien dan pengajar dapat mempelajari informasi yang rumit bersama-sama. Keterbatasan Leaflet adalah
profesional
sangat mahal, materi yang
diproduksi massal dirancang untuk sasaran pada umumnya dan tidak cocok untuk setiap orang, serta terdapat materi komersial berisi iklan. Leaflet juga tidak tahan lama dan mudah hilang, dapat menjadi kertas percuma kecuali pengajar secara aktif melibatkan klien dalam membaca dan mengunakan materi. Uji coba dengan sasaran sangat dianjurkan. Menurut Depkes RI (2004), yang harus diperhatikan dalam membuat Leaflet adalah: a. Tentukan kelompok sasaran yang ingin di capai b. Tuliskan apa tujuannya c. Tentukan isi singkat hal-hal yang mau di tulis dalam Leaflet d. Kumpulkan tentang subyek akan disampaikan e. Buat garis-garis besar cara penyampaian pesan f. Termasuk di dalamnya bagaimana bentuk tulisan, gambar dan tata letaknya g. Buatlah konsepnya h. Konsep di tes terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang hampir sama dengan kelompok sasaran i. Perbaiki konsep dan buat ilustrasi yang sesuai dengan isi.
21
2.
Film dan Video Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. film, secara kolektif,
sering disebut sinema. Sinema bersumber dari kata kinematik atau gerak (Baksin, 2009). Film dapat ditunjukkan kepada kelompok besar (≥ 50), kelompok sedang (10 50), dan kelompok kecil (2-10) (Arsyad, 2011). Menurut Arsyad (2011), media lain yang
dapat digunakan dalam
memberikan penyuluhan kesehatan adalah film. Film dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. Film dapat menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Film juga dapat ditunjukkan pada kelompok kecil atau kelompok besar. Film merupakan salah satu bentuk dari media audiovisual. Kapti (2010), menyatakan bahwa audiovisual merupakan salah satu media yang menyajikan informasi atau pesan secara audio dan visual. Audiovisual memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perubahan perilaku masyarakat, terutama dalam aspek informasi dan persuasi. Menurut Maulana (2009), media audiovisual memiliki dua elemen yang masing-masing mempunyai kekuatan yang akan bersinergi menjadi kekuatan yang besar. Media ini memberikan stimulus pada pendengaran dan penglihatan, sehingga hasil yang diperolah lebih maksimal. Hasil tersebut dapat tercapai karena pancaindera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% sampai 87%); sedangkan 13% sampai 25% pengetahuan diperoleh atau disalurkan melalui indera yang lain. Menurut Notoatmodjo (2007) yang mengutip
22
pendapat Bandura (1968), pengetahuan atau tingkah laku model yang terdapat dalam media audiovisual akan merangsang peserta untuk meniru atau menghambat tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku yang ada di media. Dalam perkembangannya, film berperan sebagai sarana hiburan yang menawarkan berbagai aspek kejadian dan peristiwa kepada penonton. Karena itu selama menonton film, penonton diletakkan pada pusat segala kejadian dan peristiwa yang seolah-olah penonton ikut merasakan dan menjadi bagian didalamnya. Maka dari inilah dapat dikatakan bahwa sebuah film dapat berpengaruh terhadap perilaku sosial dalam masyarakat dari para penikmatnya, tentunya sesuai dengan pesan apa yang di dapat dari sebuah film yang mereka nikmati. Pesan disini adalah pesan yang disampaikan dari pembuat film (sineas) kepada masyarakat luas, karena dalam sebuah film, paling tidak memiliki sebuah pesan tertentu dalam pembuatanya, baik pesan tersebut bersifat verbal maupun non verbal sesuai dengan jenis film yang di ciptakan oleh para pembuatnya (sineas). Film juga mempunyai segmen dalam pengambilan dan penyampaian pesan terhadap khalayak yang melihatnya, yakni para pembuat sebuah film sudah memperkirakan pesan apa yang harus di dapat bagi para penonton setelah melihat film tersebut, sesuai dengan keinginan dan kepentingan para sineas dalam memproduksi filmnya, seperti: unsur tentang budaya, sosial, politik, psikologi dan lain sebagainya, yang menarik atau dapat merangsang imajinasi penonton, meskipun terkadang pesan yang diharapkan tidak sesuai atau hanya mendekati sesuai keinginan para sineas film dalam penyampaian terhadap penonton.
23
Keuntungan Film yaitu 1) film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses, 2) film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali kejadian sejarah yang lampau, 3) film dapat mengembara dari satu negara ke negara yang lain, horizon menjadi amat lebar, dunia luar dapat dibawa masuk kelas, 4) film dapat menggunakan teknik-teknik warna, gerak lambat, animasi untuk menampilkan butir-butir tertentu, sehingga memikat perhatian, 5) film lebih realistis, dapat diulangulang atau dihentikan sesuai kebutuhan. Kelemahannya yaitu 1) harga/biaya produksinya relative mahal, 2) film tak dapat mencapai semua tujuan pembelajaran, 3) penggunaannya perlu ruangan gelap (Mubarak dkk, 2007).
2.2. Pengetahuan dan Sikap 2.2.1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengalaman manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Penglihatan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan dalam suatu rangsang tertentu. Pengetahuan kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan 6 tingkatan, yakni:
24
a. Tahu (Know) Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengalaman yang paling rendah. b. Memahami (Comprehension) Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar obyek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Application) Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. d. Analisis (Analysis) Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponenkomponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut. e. Sintesis (Synthesis) Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
25
f. Evaluasi (evaluation) Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2012). 2.2.2
Sikap Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran, dan
predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Notoatmodjo (2007), sikap memiliki berbagai tingkatan yakni: 1. Menerima
(receiving),
diartikan
bahwa
orang
atau
subjek
mau
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini, karena dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah bahwa orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai
(valuing),
mengajak
orang
lain
untuk
mengerjakan
atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini. 4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap.
26
2.3 Nyamuk sebagai Vektor 2.3.1
Karakteristik Nyamuk Nyamuk secara umum selain dikenal sebagai vector beberapa penyakit juga
diketahui sebagai serangga pengganggu kenyamanan. Beberapa penyakit yang ditularkan oleh nyamuk antara lain demam berdarah dengue dan malaria . Penyakitpenyakit tersebut ditularkan oleh jenis/sepsis nyamuk yang berbeda atau sejenis (Raharjo, 2005). Semua jenis nyamuk membutuhkan air untuk hidupnya, karena larva nyamuk melanjutkan hidupnya di air dan hanya bentuk dewasa yang hidup di darat (Sunaryo, 2010). Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva. Nyamuk betina biasanya memilih jenis air tertentu untuk meletakkan telur seperti pada air bersih, air kotor, air payau, atau jenis air lainnya. Bahkan ada nyamuk yang meletakkan telurnya pada axil tanaman, lubang kayu (tree holes), tanaman berkantung yang dapat menampung air, atau dalam wadah bekas yang menampung air hujan atau air bersih (Rattanarithikul dan Harrison, 2005) Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup yaitu telur,larva, pupa dan dewasa. Nyamuk menghisap darah bukan untuk mendapatkan makanan melainkan untuk mendapatkan protein yang terdapat dalam darah sebagai nutrisi telurnya. Nyamuk jantan dan betina hanya memakan cairan nektar bunga, sedangkan nyamuk menghisap darah demi kelangsungan spesiesnya. (Raharjo,2005).
27
2.3.2
Siklus Hidup Nyamuk (Aedes sp, Culex sp, Anopheles sp) Nyamuk termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami metamorfosa
sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva, pupa dan dewasa (Sembel, 2009). 1. Telur Telur biasanya diletakkan di atas permukaan air satu per satu atau berkelompok. Telur-telur dari jenis Culex sp diletakkan berkelompok (raft). Dalam satu kelompok biasa terdapat puluhan atau ratusan ribu nyamuk. Nyamuk Anopheles sp dan Aedes sp meletakkan telur di atas permukaan air satu persatu. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam bentuk dorman. Namun, bila air cukup tersedia, telur telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan (Sembel, 2009). 2. Larva Telur menetas menjadi larva. Berbeda dengan larva dari anggota Diptera yang lain seperti lalat yang larvanya tidak bertungkai, larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Larva dari kebanyakan nyamuk menggantungkan diri di permukaan air. Untuk mendapatkan oksigen dan udara, larva-larva nyamuk Culex sp dan Aedes sp biasanya menggantungkan tubuhnya membentuk sudut terhadap permukaan air. Ada jenis larva nyamuk yang hidup dalam air dan bernapas melalui difusi kutin (cutaneousdiffusion) seperti Mansonia sp. Mansonia sp memiliki tabung udara yang berbentuk pendek dan runcing yang dipergunakan untuk menusuk akar tanaman air. Stadium larva
28
memerlukan waktu kurang lebih satu minggu. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur, cukup tidaknya bahan makanan, ada tidaknya pemangsa dalam air dan lain sebagainya (Soegijanto 2006). Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan partikel-partikel lainnya yang ada di dalam air. Larva biasanya melakukan pergantian kulit empat kali dan berpupasi sesudah tujuh hari (Sembel, 2009). 3. Pupa Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air terutama bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian dasar ke permukaan air. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah dua atau tiga hari, maka kulit pupa akan pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang (Sembel, 2009) 4. Dewasa Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas permukaan air untuk mengeringkan
tubuhnya terutama sayap – sayapnya dan
sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang
mencari
makan. Dalam keadaan istirahat, bentuk dewasa Culex sp dan Aedes sp hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan, sedangkan Anopheles sp hinggap membentuk sudut dengan permukaan (Sembel, 2009) 2.3.3
Habitat Pembiakan Nyamuk Berdasarkan tempat bertelur, habitat nyamuk dapat dibagi menjadi container
habitats dan ground water habitats (genangan air tanah). Container habitat terdiri
29
dari wadah alami dan wadah artifisial. Genangan air tanah adalah genangan air yang terdapat tanah di dasarnya. Spesies yang memiliki habitat genangan air tanah adalah Anopheles sp, Culex sp (Sembel, 2009) tempat perindukan nyamuk antara lain: 1. Tempat perindukan buatan manusia, seperti : tempayan atau gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, jamban atau pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil bekas yang terdapat di halaman rumah atau di kebun yang berisi air hujan. 2. Tempat perindukan alamiah, seperti : kelopak, daun tanaman keladi, atau pisang, tempurung kelapa, tonggak bambu dan lubang yang berisi air hujan. Di tempat perindukan sering kali ditemukan larva nyamuk albopictus yang hidup bersamasama.
2.4 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau menekan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat.Pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan (Soemirat, 2007). Upaya Pengendalian Nyamuk pada umumnya pengendalian nyamuk dapat dilakukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap stadium dewasa. Secara langsung apabila upaya pengendalian secara langsung mengenai sasaran. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan langkah tepat dan jitu yang
30
dapat
kita lakukan dalam rangka penanggulangan Demam Berdarah. Tujuannya
supaya tercipta lingkungan yang sehat bebas jentik nyamuk. Pemberantasan Nyamuk Dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan (Pengasapan atau pengabutan=fogging) dengan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda–benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk penular malaria. Untuk membatasi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan 2 siklus dengan interval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk-nyamuk lainya akan mati. Tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang di antaranya akan mengisap darah penderita veremia yang masih ada yang menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu di lakukan penyemprotan kedua agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain. Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypty yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan cara : 1. Pengendalian Lingkungan ( Environmental Control ) Pengendalian dilakukan dengan cara mengelola lingkungan (environmental managemen) ,yaitu memodifikasi atau memanipulasi lingkungan, sehingga terbentuk lingkungan yang tidak cocok (kurang baik) yang dapat mencegah atau membatasi perkembangan vektor.
31
a. Modifikasi Lingkungan Modifikasi lingkungan adalah cara ini paling aman dan tidak merusak keseimbangan alam dan tidak mencemari lingkungan, tetapi harus dilakukan terus menerus,misalnya : pengaturan sistem irigasi, penimbunan tempat-tempat yang dapat menampung air dan tempat-tempat pembuangan sampah, pengaliran air yang menggenang. b. Manipulasi Lingkungan Cara ini berkaitan dengan pembersihan atau pemeliharaan sarana fisik yang sudah ada supaya tidak terbentuk tempat-tempat perindukan atau tempat istirahat serangga. Misalnya : membuang atau mencabut tumbuhan air yang tumbuh di kolam atau rawa. 2.
Fisik Adalah pemberantasan sarang nyamuk yang efektip dan efisien melalui kegiatan 3M, yaitu menguras, menutup dan mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang memungkinkan dijadikan tempat perindukan dan perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegypti, atau menabur bubuk abate di tempat penampungan air. Cara inilah yang efektif yang bisa kita lakukan dengan kondisi kita saat ini. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat. Pemberantasan jentik secara fisik dikenal dengan kegiatan 3M, yaitu:
32
a. Menguras (dan menyikat) tempat penampungan air (TPA) seperti bak mandi, bak WC, dan lain-lain seminggu sekali secara teratur untuk mencegah perkembang biakan nyamuk di tempat tersebut. b. Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum,ember, dan lain-lain) c. Mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban, dan lain-lain) yang dapat menampung air hujan. Selain itu, ditambah dengan cara plus seperti: a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu dan pohon dengan tanah d. Menaburkan bubuk larvasida di tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras atau dibersihkan dan di daerah yang sulit air e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air f. Memasang kawat kasa g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai i. Menggunakan kelambu j. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk Keseluruhan cara tersebut di atas dikenal dengan istilah 3M Plus (Depkes RI, 2005).
33
3.
Kimia Cara pengendalian ini antara lain dengan: a. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. b. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. Formulasinya adalah granules (san granules), dan dosis yang di gunakan 1 ppm atau 10 gram (±1 sendok makan rata-rata untuk tiap seratus liter air. Arvasida dengan temephos mempunyai efek residu 3 bulan. (Widyastuti, 2007)
4.
Biologi Pengendalian hayati atau sering disebut pengendalian biologis dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan mikroorganisme, hewan invertebrate atau hewan vertebrata. Sebagai pengendalian hayati, dapat berperan sebagai pathogen, parasit atau pemasangan. Beberapa jenis ikan, seperti ikan kepala timah (Panchaxpanchax), ikan gabus (Gambusia affinis) adalah pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk. Sebagai pathogen, seperti dari golongan virus, bakteri, fungi atau protozoa dapat dikembangkan sebagai pengendali hayati larva nyamuk di tempat perindukannya (Soegijanto, 2006).
34
2.5 Landasan Teori Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil “TAHU” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Skiner (1938), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: StimulusOrganismeRespons, sehingga teori skiner ini disebut teori ”S-O-R” (stimulus-organisme-respons). TEORI S-O-R
STIMULUS
ORGANISME
RESPONS TERTUTUP Pengetehuan Sikap
RESPONS TERBUKA Praktik Tindakan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
35
Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu : Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut elicting stimuli. Karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya : makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan, cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa sedih, mendengar berita suka atau gembira akan menimbulkan rasa suka cita. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Misalnya, apabila seorang petugas kesehatan
melakukan tugasnya dengan baik
adalah sebagai respons terhadap gaji yang cukup, misalnya (stimulus). Kemudian karena kerja baik tersebut, menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan. Berdasarkan teori ”S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua , yaitu : a. Perilaku Tertutup (Cover Behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat dinikmati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap
36
terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk ”unobservable behavior” atau ”covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. b. Perilaku Terbuka (Overt Behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau ”observable behavior”.
2.6 Kerangka Konsep Adapun yang merupakan kerangka konsep penelitian ini yaitu. Variabel Independen
Pendidikan Sebaya - Media Film - Media Leaflet
Varibel Dependen Pengetahuan dan sikap Anak SD tentang Program Pemberantasan Sarang Nyamuk
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian