BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Kesiapan Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respons. Kondisi mencakup setidaktidaknya 3 aspek, yaitu: a) Kondisi fisik, mental, dan emosional. b) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan. c) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. Ketiga aspek tersebut (yang dimiliki seseorang) akan mempengaruhinya dan memenuhi/berbuat sesuatu atau jadi kecenderungan untuk berbuat sesuatu. Dalam kondisi fisik tersebut tidak termasuk kematangan, walau kematangan termasuk kondisi fisik.Kondisi fisik yang dimaksud misal kondisi fisik yang temporer (lelah, keadaan, alat indera dan lain-lain) dan yang permanen (cacat tubuh).Kondisi mental menyangkut kecerdasan. Kondisi emosional juga mempengaruhi kesiapan untuk berbuat sesuatu, hal ini karena ada hubungannya
Universitas Sumatera Utara
dengan motif (insentif positif, insentif negatif, hadiah, hukuman) dan itu akan berpengaruh terhadap kesiapan.
2. Prinsip-prinsip Kesiapan 1) Semua
aspek
perkembangan
berinteraksi
(saling
pengaruh
mempengaruhi). 2) Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman. 3) Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan. 4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan (Slameto, 2003).
3. Defenisi Kompetensi Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif, atau berpenampilan superior di tempat kerja pada situasi tertentu. 1. Karakteristik dasar yang dimaksud adalah bahwa kompetensi harus bersifat mendasar dan mencakup kepribadian seseorang (personality) serta dapat memprediksikan sikap seseorang pada situasi tertentu yang sangat bervariasi pada aktivitas pekerjaan tertentu. 2. Hubungan kausal berarti bahwa kompetensi dapat menyebabkan atau digunakan untuk memprediksi kinerja seseorang.
Universitas Sumatera Utara
3. Kriteria yang dijadikan acuan berarti bahwa kompetensi secara nyata akan memprediksi seseorang yang bekerja dengan baik atau buruk yang sesuai dengan kriteria spesifik atau standar (Nursalam, 2008). Kompetensi merupakan kemampuan individual yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu tugas/pekerjaan yang dilandasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai unjuk kerja yang dipersyaratkan (Maryam, 2007). Sedangkan menurut Kepmendiknas 045/U/2002 kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.“Empat Pilar” (The Four Pillars of UNESCO) yang mendasari Kepmendiknas No.232/U/2000 adalah seseorang yang kompeten
harus
dapat
memenuhi
persyaratan
landasan
kemampuan
pengembangan kepribadian (Nursalam, 2008). 1. Kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know how and know why). 2. Kemampuan bekerja (know to do). 3. Kemampuan menyikapi dan berprilaku dalam berkarya, sehingga memiliki kemandirian dalam menilai dan mengambil keputusan dengan penuh tanggung jawab (to be). 4. Kemampuan bekerja sama dalam hidup bermasyarakat dengan saling menghormati dan menghargai nilai-nilai pluralisme dan kedamaian (to live together).
Universitas Sumatera Utara
4. Hakikat Kompetensi Menurut Palan (2007:5) terdapat dua istilah yang muncul dalam pekerjaan, yaitu istilah competency ‘kompetensi’ dan competence ‘kecakapan’.Istilah itu muncul dari dua aliran pemikiran yang berbeda tentang konsep kesesuaian dalam pekerjaan.Syaiful F. Prihadi (2004:83) mengatakan bahwa kedua istilah ini dapat dipertukarkan.Ia merujuk pada istilah yang ada di dalam kamus bahasa, yakni “an ability to do something or for a task”. Dalam hubungan dengan itu, Syaiful F. Prihadi mengatakan bahwa seseorang mempunyai kompetensi untuk mengelola pekerjaan. Secara lebih spesifik ia mengatakan bahwa seseorang itu mempunyai kompetensi untuk merencanakan serangkaian aktivitas untuk mencapai target. Disini menurutnya, kompetensi merujuk pada kemampuan secara umum untuk menjalankan sebuah job (Fuad, 2009). Kompetensi (competency) didefenisikan oleh Palan (2007:5-6) sebagai deskripsi mengenai perilaku.Secara lebih terperinci deskripsi itu merujuk kepada karakteristik yang mendasari pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan, atau keahlian.Semua itu hanya dibawa atau dimiliki oleh seseorang yang berkinerja unggul (superior performer) di tempat kerja.Kemudian, kecakapan (competence) didefenisikan sebagai deskripsi tugas atau hasil pekerjaan.Kecakapan tersebut diartikan sebagai keahlian individual yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghasilkan sebuah produk atau jasa yang sesuai dengan standar yang diharuskan.Dalam konteks tertentu, kecakapan juga merupakan kemampuan untuk mentansfer pengetahuan dan kemampuan tersebut ke konteks baru dan yang berbeda (Fuad, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, menurut Spencer & Spencer sebagaimana diungkapkan Ruky (2003:104) kompetensi merupakan “an underlying characteristic of an individual that is casually related to criterion – referenced effective and/or superior performance in a job or situation” (karakteritik dasar seseorang yang mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, membuat generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri amnesia) (Fuad, 2009). Watson Wyatt (dalam Ruky, 2003:106) selanjutnya mendefenisikan competency
sebagai
kombinasi
dari
keterampilan
(skill),
pengetahuan
(knowledge), dan perilaku (attitude) (Fuad, 2009). Berger &
Berger (2007:82) mendefenisikan
kompetensi
sebagai
karakteristik (kombinasi beberapa karakteristik) yang dapat diukur secara andal dan relatif bertahan lama (stabil) yang dimiliki seseorang, tim, atau organisasi. Secara statistik “kompetensi” dapat memprediksi kriteria (ukuran) tingkat kinerja (Fuad, 2009). Yang dimaksud dengan “dapat diukur secara andal” adalah dua atau lebih pengamatan atau metode (tes atau survey) secara statistik sepakat (berkorelasi tinggi), bahwa seseorang mendemonstrasikan kompetensi tertentu.Keandalan atau reliabilitas antarpenilai (rater) penting untuk memastikan bahwa hasil ukuran karakteristik kompetensi seeorang tersebur disepakati berdasarkan konsensus (kesepahaman bersama) dan diukur secara akurat (Fuad, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pengertian kompetensi menurut Hadari Nawawi (2006:169-170) yang berdasarkan analisisnya terhadap beberapa kajian konseptual mengenai kompetensi dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Kompetensi secara umum adalah unjuk kerja atau kinerja maksimum sebagai standar kualifikasi atau standar kompetensi dalam proses pelaksanaan suatu pekerjaan/jabatan. b. Kompetensi tradisional yang dinyatakan di dalam ijazah atau transkip yang dimilikinya sebagai jaminan bahwa pemiliknya sudah mempelajari dan memiliki pengetahuan/keahlian dalam bidang kerja/jabatan tertentu. Kompetensi tradisional yang berupa ijazah/transkip sekaligus menjadi bukti secara formal kewenangannya dalam melaksanakan suatu bidang kerja tertentu. c. Kompetensi individual adalah kemampuan nyata dalam merealisasi kompetensi yang telah dipelajari sebagaimana dinyatakan di dalam ijazah atau transkip dari lembaga pendidikan atau pelatihan yang sama. Kompetensi individual inilah yang memungkinkan seseorang sukses atau gagal dalam melaksanakan pekerjaan/jabatannya. d. Kompetensi
vokasional
berarti
kemampuan
kerja
yang
dituntut/dipersyaratkan oleh suatu pekerjaan/jabatan pada pekerja yang melaksanakannya. Kompetensi ini dianggap sebagai ukuran maksimum dalam mengategorikan suatu pekerjaan/jabatan dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, para pekerja dikatakan kompeten apabila
Universitas Sumatera Utara
mampu melaksanakan proses kerja secara benar sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan oleh pekerjaan atau jabatannya (Fuad, 2009). Di samping beberapa uraian tersebut, Hadari Nawawi (2006:171) juga membuat beberapa simpulan perihal kompetensi yang merujuk pada uraian kompetensi di atas, yakni sebagai berikut: a. Kompetensi bukan sekedar kinerja (performance) atau untuk kerja, tetapi juga merupakan kualifikasi pekerjaan/jabatan yang harus dipenuhi dalam bekerja. b. Kompetensi bukan merupakan sifat (bawaan/bakat) atau karakteristik kepribadian. c. Kompetensi diantaranya
adalah
kemampuan
memiliki
hubungan
melaksanakan yang
erat
pekerjaan, dengan
yang
beberapa
sifat/karakteristik kepribadian, seperti percaya diri, loyalitas, kejujuran, kraetivitas, inovatif, orientasi pada hasil, pemecahan masalah, dan keterbukaan (Fuad, 2009). Keterampilan (skills) secara lebih luas diartikan oleh Ivancevich (1999:32) sebagai kemampuan atau kemahiran di dalam melaksanakan tugas khusus. Keterampilan
Membina Hubungan
(Human
Relation Skills) merupakan
kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain, dalam melaksanakan pekerjaan secara bersama. Keterampilan berkomunikasi untuk melaksanakan pekerjaan, dan saling memahami bahwa mereka adalah bagian yang sangat penting dari tim kerja. Covey dalam bukunya The Seven Habits (1989:47) mendefenisikan kebiasaan (habits) sebagai persinggungan antara pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
(knowledge), keterampilan (skills), dan keinginan (desire). Menurutnya, pengetahuan merupakan paradigma teoritis yang menggambarkan apa yang harus dilakukan (what to do) dan mengapa harus dilakukan. Sementara keterampilan (skills) adalah bagaimana cara melakukan (how to do). Kemudian, keinginan (desire) merupakan motivasi atau apa yang ingin dilakukan (Fuad, 2009). Kompetensi menurut Badan Nasional Sertifikasi Profesi adalah suatu kemampuan menguasai dan menerapkan pengatahuan, keterampilan/keahlian, dan sikap kerja tertentu di tempat kerja sesuai dengan kinerja yang dipersyaratkan (Fuad, 2009). Berdasarkan uraian tentang hakikat kompetensi di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu aktivitas.Kemampuan itu merujuk pada beberapa karakteristik, baik yang bersifat dasar, perilaku, keterampilan, maupun pengetahuan dengan tingkat kemampuan (level of proficiency) yang dapat berubah-ubah.Perubahan tersebut bergantung pada seberapa jauh keterampilan, perilaku, dan pengetahuan tersebut diasah. Apabila seseorang yang sudah menguasai standar kompetensi hingga tingkatan yang tinggi secara terus-menerus, ia sudah masuk ke dalam kategori orang yang berkompetensi di bidang tugas tersebut (Fuad, 2009).
2. Karakteristik dan Komponen Kompetensi Ada empat hal yang merupakan karakteristik kompetensi, yaitu motif, bawaan, pengetahuan akademik, dan keahlian.
Universitas Sumatera Utara
2.1. Motif Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan oleh seseorang yang menyebabkan munculnya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi tindakan atau tujuan sehingga lain dari yang lain. 2.2
Bawaan Bawaan dapat berupa karakteristik fisik atau kebiasaan seseorang dalam merespon suatu situasi atau informasi tertentu.Contoh kompetensi bawaan adalah bertindak cepat dan tepat yang diperlukan oleh perawat gawat darurat.Pengendalian emosi diri dan inisiatif yang tinggi merupakan kebiasaan merespon yang baik untuk perawat jiwa.
2.3. Pengetahuan Akademik Perawat harus memiliki informasi pada area yang spesifik.Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks.Skor pada tes pengetahuan sering kali kurang bermanfaat untuk memprediksi kinerja seseorang di tempatnya bekerja karena sulitnya mengukur kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam pekerjaan. Pengetahuan akan dapat memprediksi apa yang dapat dilakukan seseorang, bukan apa yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan di bawah ini: •
Pengukuran test pengetahuan lebih banyak menghafal jika yang dipentingkan adalah kemampuan untuk mencari informasi. Memori mengenal fakta spesifik tidak lebih penting dari pada pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
mengenai fakta yang relevan terhadap masalah spesifik dan pengetahuan tentang sumber informasi dimana mencarinya ketika diperlukan. •
Tes pengetahuan bergantung pada situasi responden. Tes tersebut mengukur kemampuan untuk memilih alternatif pilihan yang merupakan respon yang benar dan bukan untuk mengukur apakah seseorang dapat bereaksi sesuai dengan pengetahuan dasarnya. Mengetahui sesuatu yang benar tidaklah selalu menjamin akan melakukan sesuatu yang benar.
2.4. Keahlian Keahlian (skill) kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental.Kompetensi keahlian mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis (memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh serta mengorganisasi data dan rencana) juga pemikiran konseptual (pengenalan pola data yang kompleks) (Nursalam, 2008). Spencer & Spencer (1993:11) mengutarakan beberapa jenis karakteristik yang membentuk sebuah kompetensi, yakni sebagai berikut: a. Motives Motives merupakan konsisten berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau
dikehendaki
oleh
seseorang
sehingga
menyebabkan
suatu
kejadian.Motif tingkah laku dapat dijabarkan dengan istilah tertentu, seperti mengendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih untuk menghadapi kejadian atau tujuan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
b. Traits Traits adalah karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi tertentu. c. Self Concept Self concept merupakan sikap, nilai, atau imajinasi seseorang. d. Knowledge Knowledge
merupakan
informasi
seseorang
dalam
lingkup
tertentu.Komponen kompetensi ini sangat kompleks. Nilai dari knowledge test sering gagal untuk memprediksi kinerja karena terjadi kegagalan dalam mengukur pengetahuan dan kemampuan sesungguhnya yang diperlakukan dalam pekerjaan. e. Skills Skills merupakan kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental tertentu (Fuad, 2009). Terkait dengan hal tersebut, Syaiful F. Prihadi (2004:96) mengemukakan bahwa kompetensi-kompetensi motive, trait, dan self concept memprediksikan tindakan-tindakan perilaku keterampilan. Pada gilirannya kompetensi-kompetensi itu akan memprediksikan outcomes kinerja, model causal flow motives/traits, perilaku, dan outcome sebagaimana gambar berikut ini (Fuad, 2009):
Universitas Sumatera Utara
“Intent”
“Action”
Personal Characteristics
Behavior
“Outcome” Job Performance
Motive, Trait, Self-Concept, Knowledge Skema 1 Model Causal Flow Motive, Perilaku, dan Outcome Sumber: Syaiful F. Prihadi (2004:96)
Kompetensi selalu bermuatan intensi/maksud, yang merupakan force motive atau trait yang menyebabkan action menuju sebuah outcome. Prihadi (2004:07) mencontohkan bahwa kompetensi pengetahuan dan keterampilan selalu mencakapi pengetahuan motive, trait, atau self-concept yang memberikan drives untuk knowledge. Keterampilan itu harus digunakan.Perilaku tanpa intense tidak didefenisikan sebuah kompetensi.Perilaku mencakupi pikiran, saat berpikir mendahului dan memprediksi perilaku.Contohnya adalah motives (yakni berpikir mengenai mengerjakan sesuatu dengan lebih baik), pikiran-pikiran perencanaan, atau problem solving (Fuad, 2009). Secara lebih elaboratif, Moore dalam Rosyada (2004:140) menyusun level kecakapan beserta indikator kecakapan itu masing-masing berdasarkan model taksonomi Bloom yang membagi level kecakapan berdasarkan tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik (Fuad, 2009).
Universitas Sumatera Utara
No 1.
2.
Ranah Kognitif
Afektif
Tabel 1 Indikator Kompetensi Setiap Level Kecakapan Berdasarkan Model Taksonomi Bloom Level Kecakapan Indikator Kecakapan Pengetahuan Menyebutkan, menuliskan, (Knowledge); menyatakan, mengurutkan, Mengetahui dan mengidentifikasikan, Mengingat mendefenisikan, mencocokkan, menamai, dan menggambarkan. Pemahaman (Comprehension)
Menerjemahkan, mengubah, menggeneralisasikan, menguraikan (dengan kata-kata sendiri), menulis ulang (dengan kalimat sendiri), meringkas, membedakan (diantara dua), mempertahankan, menyimpulkan, berpendapat, dan menjelaskan.
Penerapan Ide (Application)
Mengoperasikan, menghasilkan, mengubah, mengatasi, menggunakan, menunjukkan, mempersiapkan, dan menghitung.
Kemampuan Menguraikan (Analysis)
Menguraikan satuan menjadi unitunit terpisah, membagi satuan menjadi bagian-bagian, membedakan antara dua yang sama, dan memilih.
Unifikasi (Synthesis)
Merancang, merumuskan, mengorganisasikan, mengkomplikasikan, mengkomposisikan, membuat hipotesa, dan merencanakan.
Menilai (Evaluation)
Mengkritisi, menginterpretasi, dan memberikan penilaian. Mempercayai (sesuatu atau seseorang untuk diikuti), memilih (seseorang atau sesuatu untuk diikuti), mengikuti, bertanya (untuk diikuti), dan mengalokasikan.
Penerimaan (Receiving)
Universitas Sumatera Utara
Tanggapan (Responding)
Penanaman Nilai (Valuing) Pengorganisasian Nilai-Nilai (Organization)
Karakteristik Kehidupan (Characterization) 3.
Psikomotorik Memperhatikan (Observing)
Peniruan (Imitation)
Pembiasaan (Practising)
Penyesuaian (Adapting)
Mengkonfirmasi, memberi jawaban, membaca (pesan-pesan), membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan. Menginisiasi, mengundang (orang untuk terlibat), terlibat, mengusulkan, dan melakukan. Memverifikasikan nilai-nilai, menetapkan beberapa pilihan nilai, mensintesiskan (antarnilai), mengintegrasikan (antarnilai), menghubungkan (antarnilai), mempengaruhi (kehidupan dengan nilai-nilai). Menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan hidup (worldview), serta mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini. Mengamati proses, memberi perhatian pada tahap-tahap sebuah perbuatan, memberi perhatian pada sebuah artikulasi Melatih, mengubah sebuah bentuk, membongkar sebuah struktur, membangun kembali sebuah struktur, dan menggunakan sebuah konstruk, atau model. Membiasakan sebuah model atau perilaku yang sudah dibentuknya, serta mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten. Menyesuaikan model, membenarkan sebuah model untuk dikembangkan, dan menyelaraskan model pada kenyataan.
Level kecakapan dan indikator kecakapan setiap ranah dan level kecakapan sebagaimana tabel 1, sangat berguna terutama untuk pembangunan
Universitas Sumatera Utara
model kurikulum berbasis kompetensi. Satu hal yang harus dipahami bahwa pendekatan model level kecakapan sebagaimana model yang dikembangkan oleh Moore mempunyai suatu asumsi. Moore berasumsi bahwa apabila suatu tahapan indikator kompetensi pada suatu ranah sudah tercapai, tahapan indikator di bawahnya dianggap sudah dikuasai (Fuad, 2009). Sebagai contoh, apabila terdapat seorang karyawan yang memiliki level kecakapan hingga mampu membuar analisis (analysis) terhadap permasalahan di tempat kerja beserta cara penanggulangannya, karyawan tersebut dianggap sudah menguasai kecakapan yang ada di bawahnya, yakni pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), dan penerapan ide (application) (Fuad, 2009).
3. Klasifikasi Kompetensi Secara teoritis, terdapat beberapa jenis kompetensi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.Prihadi (2004:115) misalnya mengklasifikasikan jenis kompetensi berdasarkan kluster (competency cluster). Kluster kompetensi merupakan sebuah himpunan dimensi kompetensi yang saling berkaitan erat, lazimnya tiga hingga lima dimensi per kelompok. Kebanyakan model kompetensi mempunyai kelompok-kelompok kompetensi yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu di antaranya sebagai berikut: a. Berpikir, misalnya analisis, sintesis, dan memutuskan. b. Bertindak, misalnya mencapai hasil. c. Berinteraksi, misalnya bekerja sama dengan orang lain (Fuad, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Badan Nasional Sertifikasi Profesi mengklarifikasikan jenis kompetensi ke dalam tiga bagian utama, yakni sebagai berikut: a. Kompetensi Spiritual, adalah kompetensi yang: 1) Terkait dengan nilai-nilai spiritual yang bersumber dari agama dan kepercayaan dalam kaitannya dengan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2) Tercermin di pekerjaan dalam bentuk etos kerja, dedikasi, dan disiplin kerja. b. Kompetensi Sosial, adalah kompetensi yang: 1) Terkait dengan nilai-nilai sosial budaya dan tuntutan kebutuhan hidup bermasyarakat sebagai makhluk sosial. 2) Tercermin di pekerjaan dalam bentuk kemampuan bekerja sama, bergaul,
berkomunikasi,
berkoordinasi,
dan
mengapresiasi
pendapat orang lain. c. Kompetensi Teknikal/Subtansial, adalah kompetensi yang: 1) Terkait dengan penguasaan dan penerapan IPTEK di bidangnya. 2) Tercermin di pekerjaan dalam bentuk kemampuan teknik pelaksanaan tugas pekerjaan sesuai dengan prosedur dan kinerja yang tercermin atau di atasnya (Fuad, 2009).
Universitas Sumatera Utara
4. Standar Kompentensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan dan kinerja minimal yang harus dicapai pada satu kompetensi tertentu, yang di antaranya meliputi: a. Apa yang diharapkan dapat dikerjakan oleh seseorang. b. Seberapa jauh kinerja yang diharapkan tersebut dapat dicapai oleh seseorang. c. Bagaimana mengukur/membuktikan bahwa seseorang telah mencapai kinerja yang diharapkan (Fuad, 2009). Standar kompetensi menjelaskan kompetensi yang dibutuhkan untuk kinerja yang efektif. Standar kompetensi berperan sebagai patokan bagi pengujian, serta memiliki format yang baku, serta judul unit, uraian unit, elemen kompetensi, kinerja untuk kerja, ruang lingkup, dan petunjuk bukti (Fuad, 2009). Menurut (Sumijatun, 2010) kompetensi yang akan dicantumkan dalam setiap pendidikan keperawatan merupakan kompetensi mandiri dimana perawat tersebut mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan. Pada situasi tertentu perawat dapat melakukan tindakan yang bukan merupakan kompetensi dan kewenangannya dengan bimbingan penuh atau terbatas oleh perawat yang mempunyai kompetensi lebih tinggi dan memiliki kewenangan untuk tindakan tersebut.Guna mengukur tingkat kompetensi seseorang, kompetensi tersebut masih perlu dijabarkan dalam sub kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja (KUK) sehingga dapat ditetapkan standard prosedur pelaksanaannya.
Universitas Sumatera Utara
Organisasi Profesi PPNI menetapkan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia yang merupakan bidang garapan keilmuan keperawatan yaitu meliputi kompetensi kebutuhan oksigen, kompetensi kebutuhan nutrisi, kompetensi kebutuhan integritas jaringan, kompetensi kebutuhan cairan dan elektrolit, kompetensi kebutuhan eliminasi, kompetensi kebutuhan kebersihan diri, kompetensi kebutuhan istirahat dan tidur, kompetensi kebutuhan obat-obatan, kompetensi
kebutuhan
sirkulasi,
kompetensi
kebutuhan
keamanan
dan
keselamatan, kompetensi kebutuhan aktivitas, kompetensi kebutuhan psikososial dan spiritual, kompetensi kebutuhan interaksi sosial, kompetensi kebutuhan kehilangan, kompetensi kebutuhan seksual, kompetensi kebutuhan lingkungan sehat, kompetensi kebutuhan ibu hamil, kompetensi kebutuhan ibu melahirkan, kompetensi kebutuhan bayi baru lahir, kompetensi kebutuhan post partum, kompetensi kebutuhan keperawatan keluarga, dan kompetensi kebutuhan keperawatan komunitas.
Universitas Sumatera Utara