BAB 2 TELAAH PUSTAKA
Sumber informasi mengenai strategi bersaing telah banyak tersedia, meski begitu sebagian besar dari sumber
tersebut
tidak
terkait
langsung
dengan
penerapan di dunia pendidikan. Oleh karenanya telaah pustaka
dalam
penelitian
ini
disusun
dengan
mengumpulkan informasi dari jurnal, internet dan buku-buku mengenai strategi bersaing pada dunia bisnis untuk kemudian diaplikasikan dalam dunia pendidikan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini.
2.1
Strategi Bersaing Persaingan antar lembaga pendidikan merupakan
sebuah
kenyataan
yang
tak
terbantahkan
berlangsung
semakin
ketat.
Persaingan
menyangkut
efisiensi
penyelenggaraan
tidak
dan lagi
pendidikan,
namun lebih kepada keunggulan yang dimiliki lembaga pendidikan yang meliputi hampir semua aspek (input, proses, dan output) (Purwanto 2011). Salah satu sumber (staff.uny.ac.id) menyebutkan bahwa beberapa faktor yang secara dominan mempengaruhi daya saing sebuah lembaga pendidikan antara lain: a. Lokasi. Lembaga pendidikan akan memilih lokasi yang mudah dijangkau dan strategis. 12
b. Keunggulan nilai, misalnya kelebihan kurikulum yang diterapkan, sumber daya manusia, sarana prasarana hingga keunikan kerjasama. c. Kebutuhan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
lembaga
menyediakan
dan
pendidikan
memenuhi
dalam
kebutuhan
masyarakat khususnya akan sekolah yang baik. Kondisi demikian dapat disikapi lembaga pendidikan dengan
berbagai
langkah
antisipatif
atau
strategi
bersaing, jika setiap lembaga menginginkan eksistensi, pengembangan secara berkelanjutan dan juga menang dalam persaingan antar lembaga. Strategi
bersaing
merupakan
upaya
mencari
posisi bersaing yang menguntungkan dalam suatu arena fundamental di mana persaingan berlangsung (Porter 1992). Strategi bersaing juga merupakan suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan suatu
lembaga
dan
material
pada
daerah-daerah
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu bagi suatu lembaga (Tjiptono 2000). Strategi
bersaing
tindakan-tindakan
yang
menyerang
efektif (ofensif)
mencakup ataupun
bertahan (defensive) guna menciptakan posisi bertahan yang aman (defendable position). Tujuan dari strategi bersaing adalah untuk membina posisi di mana suatu lembaga dapat melindung diri sendiri dengan sebaikbaiknya terhadap kekuatan tekanan persaingan atau 13
dapat mempengaruhi tekanan tersebut secara positif. Kunci
untuk
mengembangkan
strategi
adalah
menyelidiki dan menganalisis sumber masing-masing kekuatan tersebut (Porter 2007). Untuk menghadapi kondisi persaingan, terdapat tiga pendekatan strategi generik yang secara potensial akan berhasil mengungguli pesaing lainnya dalam suatu bidang yaitu keunggulan biaya menyeluruh, diferensiasi dan fokus (Porter 2007). Strategi generik itu sendiri
dipahami
sebagai
suatu
pendekatan
yang
memungkinkan suatu lembaga untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang melebihi pesaing lainnya dalam suatu lingkup usaha (David 2008). Pemikiran
yang
melandasi
konsep
strategi
generik adalah bahwa keunggulan bersaing merupakan inti dari strategi apapun, dan mencapai keunggulan bersaing
mengharuskan
suatu
lembaga
untuk
menentukan pilihan (Porter 1992). Suatu lembaga harus memilih jenis keunggulan bersaing yang akan dicapainya serta cakupan pasar tempat lembaga akan mencapainya. Lembaga tersebut juga perlu melakukan yang
lebih
baik
daripada
pesaingnya,
misalnya
menemukan produk baru; memberikan kualitas yang terbaik, harga yang paling rendah, layanan pelanggan yang terbaik; atau mempunyai teknologi pintas yang baik (Sarwono 2011).
14
Dalam
penentuan
strategi
bersaing,
suatu
lembaga perlu mempertimbangkan kepada besar dan posisi dari lembaga itu sendiri. Dalam konteks lembaga pendidikan,
hal
ini
dimaksudkan
dengan
melihat
kepada kondisi sekolah apakah tergolong sekolah yang besar, maju dan berkembang ataukah sebaliknya (Lubis 2004). Jika sekolah termasuk kategori besar dan berkembang maka dimungkinkan dapat menerapkan strategi tertentu yang tidak bisa dilakukan oleh sekolah lainnya yang lebih kecil. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa sekolah yang lebih kecil juga dapat melakukan strateginya sendiri yang mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama atau bahkan lebih baik daripada sekolah yang besar. Oleh karena itu, dalam menentukan strategi bersaing, setiap sekolah harus mengembangkan keunggulan bersaing yang tidak mudah diimitasi oleh pesaing. Keunggulan bersaing tersebut diciptakan melalui efisiensi, kualitas produk, dan inovasi (Wijaya 2009). KEUNGGULAN STRATEGIS
Cakupan Luas
Keunggulan yang dirasakan Pelanggan
Posisi Biaya Rendah
Diferensiasi
Keunggulan Biaya
Tingkat Strategis Hanya Segmen Tertentu
Fokus
Gambar 2.1 Tiga Strategi Bersaing Generik (Porter 2007) 15
2.1.1 Keunggulan Biaya Dalam strategi keunggulan biaya, suatu lembaga berusaha menjadi produsen berbiaya rendah dalam bidangnya. Biaya rendah adalah kemampuan sebuah unit bisnis atau suatu lembaga untuk merancang, membuat, dan memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisien daripada pesaingnya (Hunger & Wheelen 2003). Berusaha menjadi lembaga berbiaya rendah dalam bidangnya dapat menjadi efektif khususnya ketika lingkungannya terdiri atas banyak masyarakat yang sensitif terhadap harga dan tidak peduli tentang perbedaan antara satu produk dan jasa yang ditawarkan dengan produk dan jasa lainnya (David 2008). Memiliki posisi berbiaya rendah akan membuat suatu lembaga memperoleh hasil di atas rata-rata dalam bidangnya meskipun ada kekuatan persaingan yang besar. Posisi biaya memberikan kepada suatu lembaga
ketahanan
pesaing,
karena
terhadap biayanya
rivalitas yang
dari
lebih
para
rendah
memungkinkannya untuk tetap dapat menghasilkan laba setelah para pesaingnya mengorbankan laba mereka demi persaingan (Porter 2007). Dalam konteks lembaga pendidikan, keunggulan biaya yaitu strategi sekolah dalam mengefisienkan seluruh biaya operasionalnya sehingga menghasilkan jasa
yang
bisa
dijual
lebih
murah
dibandingkan 16
pesaingnya. Strategi keunggulan biaya ini berfokus pada harga, sehingga pada umumnya sekolah tidak memperhatikan berbagai faktor pendukung dari jasa ataupun harga. Hal utama bagi pihak sekolah adalah menawarkan jasa dengan harga yang sangat bersaing (Wijaya 2008). Akan tetapi, dalam menjalankan strategi ini setiap sekolah perlu menetapkan harga yang paling tepat sehingga dapat memberikan keuntungan, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang (Lubis 2004). Posisi biaya rendah melindungi suatu lembaga dalam hal ini sekolah dari pembeli yang kuat karena pembeli
hanya
dapat
menggunakan
kekuatannya
untuk menekan harga sampai tingkat harga dari pesaing paling efisien. Jika sekolah dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan biaya menyeluruh, sekolah ini akan menjadi sekolah yang prestasinya di atas rata-rata dalam bidang pendidikan jika ia dapat mengatur agar harganya setingkat atau mendekati harga rata-rata dalam bidangnya. Dengan harga setara atau sedikit lebih rendah daripada harga pesaingnya, posisi biaya rendah dari sekolah yang unggul biaya ini akan terwujud dalam bentuk keuntungan yang lebih tinggi (Porter 1992).
17
Tabel 2.1 Ciri-ciri Strategi Keunggulan Biaya (Widhyaestoeti 2012) Ciri-Ciri Strategi Keunggulan Biaya Basis dari keunggulan Biaya-biaya lebih rendah kompetitif bila dibandingkan dengan pesaing-pesaing Target Strategis Pangsa pasar yang luas Penekanan produksi Pencarian menerus untuk pengurangan biaya tanpa mengurangi kualitas yang diterima dan fitur-fitur yang penting Penekanan Pemasaran Mencoba membuat fiturfitur produk lebih baik yang ditawarkan dengan harga rendah Mempertahankan Harga-harga yang ekonomis. Strategi Kuncinya adalah mengelola biaya-biaya menurun setiap tahun dalam semua aspek.
2.1.2 Diferensiasi Strategi generik yang kedua adalah diferensiasi. Diferensiasi
yaitu
strategi
suatu
lembaga
dalam
memberikan penawaran yang berbeda dibandingkan dengan penawaran yang diberikan pesaing (Porter 1992). Dalam konteks lembaga pendidikan, sekolah berusaha untuk menjadi unik dalam bidangnya dengan sejumlah dimensi tertentu yang secara umum dihargai pelanggan.
Dasar
pemikiran
strategi
diferensiasi
menuntut sekolah untuk memilih atribut, mempunyai jasa
yang
berkualitas
membedakan
dirinya
ataupun dari
para
fungsi pesaing.
yang
bisa
Misalnya
persepsi terhadap keunggulan kerja, inovasi produk, 18
pelayanan yang lebih baik, citra merek yang lebih unggul dan sebagainya (Wijaya 2008). Mencapai
diferensiasi
terkadang
dapat
menghambat pencapaian permintaan pelanggan yang pada
umumnya
tinggi.
Hal
ini
juga
sering
mengharuskan persepsi sesuatu yang eksklusif, yang tidak sejalan dengan permintaan pelanggan yang tinggi. Mencapai
diferensiasi
akan
berarti
mengorbankan
posisi biaya jika kegiatan yang diperlukan untuk menciptakan diferensiasi cukup mahal (Porter 2007). Akan
tetapi,
menjadi
dengan
berbeda
melakukan
maka
diferensiasi
atau
tersebut
akan
lembaga
memberikan sesuatu yang bernilai. Itulah alasan untuk membayar sebuah produk atau jasa dengan harga yang tinggi.
Harga
ditawarkan
tinggi
untuk
menunjukkan
sebuah
bahwa
produk
produk
yang
tersebut
sangat bernilai. Harga yang tinggi menjadi sebuah bentuk keunggulan kualitas bagi produk itu sendiri (Trout dan Rivkin 2001). Dengan kenyataan demikian, maka pelanggan akan bersedia untuk membayar dengan harga yang tinggi untuk produk atau jasa yang terdiferensiasi karena sesuatu yang ditawarkan oleh sekolah benarbenar berbeda dan unik serta tidak ada kemungkinan untuk ditemukan hal sejenis pada sekolah lainnya (Hitt dkk 1997). Untuk itu, sekolah yang menerapkan strategi diferensiasi dengan membebankan harga tinggi 19
atas produknya, harus menyediakan segala hal dengan kualitas tinggi sehingga pelanggan dapat merasa puas dan sekolah tersebut juga akan menjadi sekolah di atas rata-rata dalam dunia pendidikan. Berkaitan dengan keberhasilan dalam strategi diferensiasi, Purwanto (2011) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan sekolah dapat berhasil berkembang dengan baik dalam strategi ini yaitu: kurikulum
dan
program
pendidikan,
fasilitas,
kemudahan akses, proses pendidikan, layanan dan paska layanan pendidikan. Semakin banyak aspek yang dimiliki tentunya akan memperkuat struktur lembaga pendidikan secara maksimal. Oleh karena itu, setiap sekolah harus mencari cara
melakukan
memungkinkannya
diferensiasi terus
untuk
unggul,
yang
mendapatkan
kesetiaan dari pelanggan, mendapatkan hasil yang lebih
besar
daripada
biaya
diferensiasi
dan
juga
mencegah para pesaing mengembangkan cara untuk meniru hal unik yang ditawarkan secara tepat (David 2008). Beberapa diterapkan oleh
hal
yang
perlu
diperhatikan
dan
sekolah yang menggunakan strategi
diferensiasi, seperti yang diungkapkan oleh Wijaya (2009) yaitu sekolah harus memiliki guru dengan tingkat kreatifitas yang tinggi, fokus sekolah jangka panjang, kerjasama yang tinggi di antara guru, perilaku 20
guru yang saling melengkapi, perhatian guru yang cukup terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan, adanya keseimbangan antara hasil pendidikan dengan proses
pendidikan,
dan
memiliki
toleransi
tinggi
terhadap ketidakpastian kondisi di sekolahnya. Hal ini bertujuan agar sekolah dapat menikmati hasil dari usaha yang telah dilakukan dan sekolah benar-benar dianggap unik. Tabel 2.2 Ciri-ciri Strategi Diferensiasi (Widhyaestoeti 2012) Ciri-Ciri Strategi Diferensiasi Basis dari keunggulan Kemampuan menawarkan kompetitif sesuatu yang berbeda dari pesaing-pesaing Target Strategis Pangsa pasar yang luas Penekanan produksi Menemukan cara-cara untuk menciptakan nilai kepada masyarakat dan mendorong ke produk yang berkualitas Penekanan Pemasaran Membangun fitur-fitur yang dapat membuat masyarakat bersedia membayar dengan harga yang tinggi untuk menutupi biaya ekstra dari fitur-fitur yang berbeda Mempertahankan Mengkomunikasikan sesuatu Strategi yang berbeda dengan cara menguntungkan. Menekankan inovasi-inovasi untuk selalu berada di depan pesaing-pesaing yang meniru
21
2.1.3 Fokus Strategi generik yang ketiga adalah fokus. Pemilih strategi fokus memilih suatu bagian atau kelompok bagian tertentu dan menyesuaikan strateginya untuk melayani bagian atau kelompok segmen ini secara khusus. Dengan mengoptimumkan strateginya untuk segmen target yang dipilih, suatu lembaga fokus berupaya mencapai keunggulan bersaing dalam segmen targetnya
walaupun
tidak
memiliki
keunggulan
bersaing secara menyeluruh (Porter 1992). Strategi fokus didasarkan pada pemikiran bahwa suatu
lembaga
akan
mampu
melayani
target
strategisnya yang sempit secara lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing yang bersaing lebih luas. Strategi ini menjadi paling efektif ketika konsumen memiliki persyaratan yang unik dan ketika lembaga pesaing lainnya tidak berusaha untuk berspesialisasi dalam target
segmen
yang
sama
(David
2008).
Sebagai
akibatnya, suatu lembaga akan mencapai diferensiasi karena mampu memenuhi kebutuhan target tertentu, atau mencapai biaya yang lebih rendah dalam melayani target atau bahkan mencapai keduanya (Porter 2007). Strategi fokus yang berhasil bergantung pada suatu lembaga yang memiliki potensi pertumbuhan yang bagus dan lembaga tersebut tidak memikirkan akan keberhasilan pesaing lainnya. Melalui penerapan strategi fokus yang berhasil, suatu lembaga dapat 22
memperoleh
keunggulan
bersaing
dalam
target
konsumen yang dipilihnya walaupun ia tidak memiliki keunggulan bersaing tingkat yang luas (Hitt dkk 1997). Strategi fokus mempunyai dua varian yakni fokus biaya dan fokus diferensiasi. Fokus biaya adalah strategi
bersaing
yang
berfokus
pada
kelompok
masyarakat atau lingkungan tertentu dan mencoba melayani segmen target tersebut dan mengabaikan yang lain. Dalam menggunakan fokus biaya, suatu lembaga
mencari
keunggulan
biaya
pada
segmen
sasarannya. Strategi ini didasarkan pada keyakinan bahwa suatu lembaga yang mengkonsentrasikan upaya-upaya dapat melayani target strategisnya yang sempit dengan lebih efisien dibandingkan para pesaingnya. Sedangkan dalam lembaga
menggunakan mencari
fokus
terdiferensiasi,
diferensiasi
dan
suatu
memanfaatkan
kebutuhan khusus masyarakat pada segmen tertentu. Strategi ini dihargai karena adanya keyakinan bahwa lembaga yang memfokuskan usaha-usahanya dalam sasarannya
yang
sempit
lebih
efektif
daripada
pesaingnya. (Hunger & Wheelen 2003). Dalam lembaga pendidikan, fokus yaitu strategi sekolah dalam menggarap satu target pasar tertentu. Hal ini pada umunya diawali dengan penentuan pangsa pasar oleh lembaga pendidikan. Di masyarakat sendiri, terdapat tiga kelompok utama secara ekonomi yaitu 23
kelompok
masyarakat
masyarakat
tidak
menengah
dan
mampu, kelompok
kelompok masyarakat
mampu. Dalam melakukan penentuan pangsa pasar berdasarkan tiga kelompok utama masyarakat tersebut, lembaga pendidikan akan memilih dengan melihat juga pada
kondisi
sekolah
itu
sendiri
termasuk
dana
pendidikan yang diperlukan (Purwanto 2011). Lembaga pendidikan yang mapan dalam hal dana akan memilih pangsa pasar golongan mampu. Lembaga pendidikan yang tidak terlalu mapan pada umumnya memilih pangsa pasar golongan tidak mampu dan jika memungkinkan memilih golongan menengah. Lebih lanjut tentang strategi fokus, Wijaya (2008) mengemukakan dilakukan
bahwa
untuk
jasa
strategi yang
ini
biasanya
memang
juga
mempunyai
karakteristik khusus. Misalnya, Sekolah Kristen yang hanya
ditargetkan
bagi
siswa
Kristiani
sehingga
semuanya disesuaikan dengan ajaran agama Kristiani meskipun tidak menutup kemungkinan untuk siswa yang beragama lainnnya. Hal yang terpenting ialah fokus utama yang telah ditentukan sebelumnya dari sebuah
lembaga
pendidikan
dapat
terlaksana.
Perubahan dapat saja terjadi seiring berjalannya waktu.
24
Tabel 2.3 Ciri-ciri Strategi Fokus (Widhyaestoeti 2012) Ciri-Ciri Strategi Fokus Basis dari keunggulan Biaya rendah dalam melayani kompetitif kelompok tertentu atau kemampuan menawarkan sesuatu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan selera dari kelompok tersebut Target Strategis Segmen pasar sempit (kelompok tertentu) Penekanan produksi Dibuat khusus untuk segmen tertentu Penekanan Pemasaran Mengkomunikasikan kemampuan unik produk untuk memuaskan kebutuhan khusus dari pembeli Mempertahankan Secara penuh melayani Strategi pelanggan dengan lebih baik dari pesaing-pesaingnya.
2.2
Sekolah Kristen Sekolah
Kristen
adalah
lembaga
pendidikan
formal usaha swasta yang didirikan atas dasar iman Kristen.
Jenis
dan
jenjang
dari
sekolah
Kristen
ditentukan sesuai dengan sekolah setingkat dalam sistem
pendidikan
nasional.
Sekolah
Kristen
merupakan lembaga pendidikan swasta yang didirikan atas prakarsa segolongan masyarakat tertentu yang mempunyai Kristen
cita-cita
pendidikan
diselenggarakan
atas
tertentu. dasar
Sekolah
iman
dan
keyakinan Kristen, namun dapat memberikan masukan yang
positif
dan
konstruktif
bagi
pengembangan
kebudayaan bangsa karena sekolah Kristen berada di 25
dalam negara dan diselenggarakan untuk kepentingan negara (Wirowidjojo 2011). Lebih lanjut tentang sekolah Kristen, Sairin (2011) mengemukakan bahwa sekolah Kristen adalah lembaga pendidikan sekolah yang menyelenggarakan pengajaran
dan
pendidikan
umum
dalam
rangka
pendidikan nasional. Melalui sekolah Kristen maka nilai-nilai
Kristiani
belajar-mengajar,
diterjemahkan
penyelenggaraan
melalui
proses
organisasi
serta
kehidupan secara menyeluruh dan sebagai wujud nyata pelayanan serta kesaksian kristiani kepada masyarakat luas. Sekolah Kristen terbuka bagi semua peseta didik tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, golongan, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi
serta
menerima
dasar,
persyaratan,
dan
peraturan/tata tertib sekolah sesuai dengan hakikat lembaga pendidikan Kristen. Suminto
(1986)
dalam
Sulasmono
(2010)
menyebutkan bahwa perkembangan sekolah-sekolah Kristen mengalami kemajuan pesat yang dimulai pada masa
pemerintahan
Pendidikan
Kristen
Kolonial
mengalami
Hindia
Belanda.
perkembangan
dan
menjangkau daerah dengan semakin luas. Hal ini berawal dari karya pendidikan Kristen di Indonesia pada abad ke 17. Untuk wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta perkembangan sekolah Kristen mulai didirikan oleh 26
Zending pada awal abad ke 20. Pada masa itu berlangsung kebangkitan orang jawa sehingga banyak orang mulai menghargai pendidikan anak. Menurut Wolterbek mulanya
(1995) berdiri
dalam
Sulasmono
sekolah-sekolah
(2010)
Kristen
di
awal Jawa
Tengah yaitu di Jogjakarta, Kebumen, Purbalingga, Gombong (1913), Purworejo (1915), Magelang (1916), Purwokerto, Klaten, Sragen, Wates, Surakarta (1921). Pada masa penjajahan Jepang tidak banyak diketahui tentang kondisi sekolah Kristen karena pada masa itu terjadi penutupan sekolah swasta yang disebabkan adanya pengrusakan pada sekolah-sekolah tersebut.
2.2.1 Tujuan dan Fungsi Sekolah Kristen Kehadiran pendidikan
memiliki
berkembangnya Kristen
agar
sekolah
Kristen
tujuan
seseorang mencapai
atas
tingkat
dalam
dunia
yaitu
membantu
dasar
pandangan
kedewasaan
yang
religius etis dan bertanggung jawab, sehingga dapat menjalankan tugas kedewasaannya dalam persekutuan keluarga, persekutuan agama, dan persekutuan negara serta mampu memenuhi fungsinya yang serasi sebagai anggota bangsa dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam
merumuskan
tujuan
sekolah
Kristen
di
Indonesia perlu diingat hakikat keberadaannya sebagai lembaga pendidikan Kristen dengan memperhatikan sasaran yang dilayaninya, yaitu masyarakat Indonesia 27
yang
pluralitas
dan
tujuan
pendidikan
nasional
(Wirowidjojo 2011). Sekolah Kristen juga memiliki beberapa fungsi yaitu (Sairin 2011): 1. Fungsi kesaksian dan pelayanan, yaitu sebagai wahana untuk menyaksikan Injil Kristus serta memperkenalkan kehidupan Kristen. 2. Fungsi
pendidikan
dan
pengajaran,
yaitu
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi, mengkajinya dalam hubungannya dengan iman Kristen, mengkomunikasikannya dengan peserta didik. 3. Fungsi
pembinaan,
yaitu
menolong
dan
membimbing peserta didik. 4. Fungsi
pelayanan
menghadirkan
diri
masyarakat, sebagai
berkat
yaitu bagi
masyarakat.
28