Bab 2 Telaah Pustaka 2.1 Pemahaman Nasabah Terhadap Tabungan Bagi Hasil Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar (Depdikbud, 1994: 74). Sedangkan nasabah termasuk dalam kelompok konsumen yaitu setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan (Dhermawan, 2009). Menurut Sirompul (2009), nasabah diartikan sebagai pihak yang menggunakan jasa bank, dan menurut Indrawan (2008:353), nasabah adalah orang yang menjadi pelanggan (menabung, dsb) di bank, orang yang menjadi tanggungan asuransi. Berdasarkan Undang- undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk simpanan berdasarkan akad antara bank syariah atau Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah Tabungan Bagi Hasil (mudharabah) perlu mengetahui prinsip-prinsip dan pola perhitungan pada tabungan bagi hasil, sehingga kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian Pemahaman Nasabah terhadap Tabungan Bagi Hasil (mudharabah) adalah sejauh mana nasabah bank syariah mengerti benar terhadap prinsip dan pola perhitungan bagi hasil.
6
Penting bagi nasabah perbankan syariah untuk mengetahui prinsi-prinsip dan perhitungan
bagi hasil yang diterapkan pada bank tersebut. Pemahaman ini
berguna bagi nasabah, agar nasabah dapat mengetahui keuntungan bagi hasil yang didapat apakah telah sesuai dengan perjanjian diawal kerjasama serta perhitungannya sudah dilakukan secara tepat, sehingga nasabah dapat mempertimbangkan keputusannya dari segi efektif dan efisiensi tidak hanya karena faktor keagamaan semata. Dengan demikian, nasabah dengan pengetahuan yang banyak dapat mengelola dan memberikan informasi yang baik pula. Menurut riset yang dilakukan oleh Bank Indonesia tentang Preferensi Konsumen Bank Syariah, menunjukan bahwa pada dekade 2000-an, faktor keagamaan menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk menyimpan dananya di perbankan syariah (BI, 2006). Informasi yang baik yang diberikan nasabah, dengan memberikan informasi kepada orang lain, dapat memberi dampak yang baik dalam pertumbuhan perbankan syariah. Menurut Setianto (2012), komunikasi antar masyarakat adalah sosialisasi yang paling baik untuk mempromosikan perbankan syariah. Penelitian yang dilakukan bank Indonesia mengenai Preferensi dan Perilaku Masyarakat Jawa Tengah terhadap Perbankan Syariah menyatakan ketidak puasan nasabah terhadap kepuasan pelayanan dan produk
yang
ditawarkan oleh Bank Syariah adalah (1) sumber daya manusia tidak mampu menjelaskan produk Bank Syariah secara baik, (2) pelayanan yang lambat dan tidak ramah, dan (3) persyaratan yang berbelit-belit (BI, 2007).
7
Dalam menabung, nasabah memiliki motivasi yang berbeda selain untuk simpanan menurut Ashori (2007), Tujuan utama nasabah menabung adalah untuk keamannan terhadap uang, dan investasi dengan harapan memperoleh bunga. Menurut Halim (2005), investasi pada hakikatnya merupakan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan dapat menghasilkan keuntungan dimasa depan. Selain motivasi, nasabah yang menabung di Perbankan Syariah juga memiliki karakteristik yang beragam. Keragaman karakteristik tersebut akan mempengaruhi pola pikir atau pengetahuan nasabah dalam memahamai prinsip dan perhitungan tabungan bagi hasil. Karakteristik nasabah dapat dilihat berdasarkan usia, jenis keamin, pendidikan terakhir, pekerjaan dan pendapatan nasabah tiap bulannya. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behavior). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: 1. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo,2007). Singgih(1998), mengemukakan bahwa makin tua usia seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini
8
tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Menurut Sarwono (2010), pada usia 25-29 tahun merupakan golongan usia paling produktif, dimana pada usia ini seseorang memiliki pemikiran yang lebih kritis, sehingga cenderung untuk mencari tahu. Selain itu Abu Ahmadi (2001) juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Sikap kritis diperlukan agar kita mampu mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai aspek kehidupan (Molan, 2010). Dari uraian ini maka dapat kita
simpulkan
bahwa
bertambahnya
umur
seseorang
dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 2. Jenis Kelamin Beberapa
orang
beranggapan
bahwa
pengetahuan
seseorang
dipengaruhi oleh jenis kelaminnya. Dan hal ini sudah tertanam sejak jaman penjajahan. Namun hal itu di jaman sekarang ini sudah terbantahan karena apapun jenis kelamin seseorang, bila dia masih produktif, berpendidikan, atau berpengalaman maka ia akan cenderung mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi (Mubin, 2006). 3. Pendidikan Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi
9
proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang tesebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang denga pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. 4. Pekerjaan Menutur Human (2003) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan erat dengan proses pertukaran informasi. Dan hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan Bank Indonesia pada tahun 2006, selain karakteristik individual, ada dua faktor intra-bank yang juga secara signifikan mempengaruhi keputusan nasabah untuk menyimpan uangnya di Bank Syariah, yaitu ketahanan terhadap krisis (safety) dan iklan yang menarik (advertisement), sedangkan tingkat keuntungan (profitability) sementara belum menjadi pertimbanagan penting bagi masyarakat. Hal ini disebabkan jumlah perbankan syariah yang belum banyak (BI, 2006).
10
Selain hubungan pemahaman dengan karakteristik nasabah, hubungan prinsip dengan perhitungan juga diperlukan untuk mengetahui spesifikasi pemahaman nasabah terhadap Tabungan Bagi Hasil (Mudharabah). Bisa saja terjadi nasabah yang paham prinsip tetapi tidak paham perhitungan, atau sebaliknya, dan nasabah yang tidak paham kedua-duanya tetapi menabung.
2.2 Prinsip Tabungan Bagi Hasil Menurut UU No.21 Tahun 2008 tentang Bank Syariah pasal 1 butir 2, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat, sedangkan tabungan menurut UURI No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah berdasarkan pasal 1 butir 21 adalah simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Prinsip syariah diartikan sebagai aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainya yang dinyatakan sesuai syariah (UUD No.10 th 1998). Tabungan bagi hasil (Mudharabah) adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad Mudharabah. Menurut Susana dan Prasetyanti (2011), Mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni mudharabah mutlaqah dan
11
mudharabah muqayyadah, yang perbedaan utama di antara keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya. Mudharabah mutlaqah, memiliki prinsip tidak ada pembatasan bagi bank untuk menggunakan dana yang terhimpun. Sedangkan Mudharabah muqayyadah, pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat khusus yang harus dipatuhi oleh bank untuk menentukan jenis usaha dan pelaksana usahanya. Bank syariah dalam kepastiannya sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan barbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannnya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. Namun di sisi lain, perbankan syariah juga memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yang berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalainnya. Hal ini sesuai dengan pasal 2 Undangundang No.10 tahun 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian adalah salah satu asas terpenting yang wajib diterapkan atau dilaksankan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya(Ibrahim dan Hendrawan, 2011) Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, perbankan syariah akan membagi hasil kepada pemilik dana sesuai nisbah yang telah disepakati di muka. Disamping itu, bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang bersangkutan.
12
Nisbah merupakan perbandinagn keuntungan antara bank dengan nasabah. Nisbah memiliki perbedaan dengan bunga bank pada bank konvensional, perbedaan tersebut antara lain, pada nisbah (1) penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi, (2) besarnya nisbah(rasio) bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh, (3) nisbah tergantung pada kinerja usaha, jumlah pembagian hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan, (4) tidak ada agama yang meragukan keabsahan bagi hasil, (5) bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Sedangkan bunga, (1) penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak bank, (2) besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang(modal) yang dipinjamkan, (3) bunga tidak tergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik, (4) eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama Islam, (5) pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi (http://www.koperasisyariah.com). Akan tetapi hasil penelitian Bank Indonesia mengenai Preferensi dan Perilaku Masyarakat Jawa Tengah terhadap Perbankan Syariah menunjukan sebagian besar nasabah tidak dapat membedakan bunga bank dengan bagi hasil (BI, 2007). 2.3 Perhitungan Tabungan Bagi Hasil
13
Perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan berdasarkan saldo rata-rata harian yang dihitung di tiap akhir bulan dan di buku awal bulan berikutnya. Di Bank Syariah, keuntungan ditentukan dengan bagi hasil. Perhitungannya, semakin besar keuntungan yang diperoleh Bank Syariah, maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh nasabah (Putra, 2012).
Rumus perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah adalah sebagai berikut (Fatahullah, 2004) :
Keuntungan x Nisbah x Saldo Rata - rata Tabungan Anggota Total Saldo Rata-rata Tabungan Harian
Pada Umumnya, dalam hal pembayaran bagi hasil, perbankan syaraiah menggunakan metode end of month, yaitu, (1) pembayaran bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan, (2) bagi hasil bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku, tapi tidak termasuk tanggal pembukuan tabungan, (3) bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional hari efektif. Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir, (4) jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari), (5) bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke rekening lainya sesuai permintaan nasabah.
14