BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori Kerangka teori merupakan teori yang menjadi acuan untuk menumbuhkan gagasan dan mendasari penelitian. Penulis menyajikan teori – teori yang relevan dan urut sejalan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. 2.2 Teori Dasar / Umum 2.2.1
Komunikasi Definisi komunikasi menurut Trenholm dan Arthur Jensen adalah suatu proses di
mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. (Wiryanto, 2004 : 6) Menurut Laswell, komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa (Suprapto, 2011 : 5) Sedangkan di dalam kamus bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Kata komunikasi itu sendiri berasal dari bahasa Latin communicatio yang berarti ‘pemberitahuan’ atau ‘pertukaran pikiran. Secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi harus terdapat unsur – unsur kesamaan makna agar terjadi suatu 9
10
pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan). (Suprapto, 2011 : 5) Jadi, dari semua kutipan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian atau pengiriman pesan secara verbal dan non verbal yang melibatkan dua orang atau lebih yang disebut komunikator (penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan) serta dapat menghasilkan efek tertentu pada komunikan. 2.2.1.1
Proses Komunikasi
Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, Tommy Suprapto mengutip pernyataan dari Joseph De Vito (1996) yang mengemukakan bahwa komunikasi adalah transaksi. Artinya, komunikasi merupakan suatu proses di mana komponen – komponen saling terkait. Pelaku komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan dan keseluruhan. Wilbur Schramm mengatakan bahwa untuk mewujudkan terjadinya proses komunikasi paling sedikit harus memiliki tiga unsur komunikasi, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan. Ada lima formula komunikasi yang dikemukakan oleh Harold D. Laswell untuk mewujudkan terjadinya suatu proses komunikasi, yaitu : -
Who, yakni berkenaan dengan siapa yang mengatakan.
-
Says What, yakni berkenaan dengan menyatakan apa.
11
-
In Which Channel, yakni berkenaan dengan saluran apa.
-
To Whom, yakni berkenaan dengan ditujukan kepada siapa.
-
With What Effect, yakni berkenaan dengan pengaruh apa.
(Suprapto, 2011 : 7 – 9) 2.2.2
Komunikasi Massa
2.2.2.1
Definisi
Menurut Bittner dalam buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. (Elvinaro, 2004 : 3) Komunikasi
massa
(mass
communication)
adalah
komunikasi
yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relative mahal, yang dikelola oleh suat lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yanh tersebar di banyak tempat, anonym, dan heterogen. (Mulyana, 2009 : 83) Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide, dan sikap kepada banyak orang (biasanya dengan menggunakan mesin atau media yang diklasifikasikan ke dalam media massa, seperti radio siaran, televisi siaran, surat kabar / majalah dan film). (Suprapto, 2011 : 17)
12
Dari ketiga pernyataan beberapa ahli mengenai definisi komunikasi massa tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah suatu proses penyampaian pesan kepada khalayak luas dan banyak yang anonym dan heterogen yang disampaikan melalui media, seperti televisi, radio, surat kabar, dan film. 2.2.2.2
Karakteristik Komunikasi Massa
Dalam buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Elvinaro mengutip delapan karakteristik komunikasi massa, yaitu : 1. Komunikator terlembagakan Banyak orang yang terlibat dalam proses pembentukan pesan sampai proses penyampaian pesan. 2. Pesan bersifat umum Komunikasi massa bersifat terbuka, ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karena itu pesan bersifat umum. Pesan bisa berupa fakta, peristiwa, atau opini. Pesan harus menarik atau penting, atau penting sekaligus menarik. 3. Komunikannya anonym atau heterogren Apabila
di
dalam
komunikasi
anapersonil
komunikator
mengenal
komunikannya, lain halnya dengan komunikasi massa yang dimana komunikator tidak mengenal komunikannya (anonym). Komunikan dalam
13
komunikasi massa terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda (heterogen).
4. Media massa menimbulkan keserempakan Menurut Effendy (1981), keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah 5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan Komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana, 2009 : 99). Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. 6. Komunikasi massa bersifat satu arah -
Komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung.
-
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan aktif menerima pesan, tetapi tidak ada umpan balik.
14
7. Stimulasi alat indera terbatas Karakteristik ini merupakan salah satu kelemahan dari komunikasi massa. Pada komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa yang dipakai dalam menyampaikan pesannya. Pada media cetak, pembaca hanya melihat. Pada radio, khalayak hanya mendengar. Pada televisi
dan
film,
khalayak
menggunakan
indera
penglihatan
dan
pendengaran. Berbeda dengan komunikasi antarpersonil yang bersifat tatap muka, sehingga seluruh indera pelaku komunikasi bisa digunakan secara maksimal. 8. Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect) Dalam komunikasi massa, komunikator tidak dapat dengan segera mengetahui
bagaimana
reaksi
khalayak
terhadap
pesan
yang
disampaikannya. Tanggapan khalayak hanya bisa diterima melalui telepon, e – mail, atau surat pembaca. Maka dari itu, feedback komunikasi massa bersifat indirect. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan feedback tersebut membutuhkan waktu, maka komunikasi massa bersifat tertunda (delayed). (Elvinaro, 2004 : 6 - 12)
15
2.2.2.3
Fungsi Komunikasi Massa
Menurut Dominick, seperti yang dikutip Elvinaro dalam buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar, komunikasi massa memiliki lima fungsi, yaitu surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai), dan entertaintment (hiburan). 1. Surveillance (pengawasan) Fungsi pengawasan dibagi dalam dua bentuk, (a) warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) dan (b) instrumental surveillance (pengawasan instrumental). a. Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan mengenai ancaman bencana alam atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Kendati banyak informasi yang mejadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman itu. b. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari – hari. 2. Interpretation (penafsiran) Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian – kejadian penting. Industry media memilih dan
16
memutuskan peristiwa – peristiwa yang akan dimuat atau ditayangkan. Contoh, halaman tajuk rencana dalam surat kabar. 3. Linkage (pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuka pertalian yang berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmition of Values (penyebaran nilai – nilai) Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisais mengacu pada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media mewakili khalayak dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. 5. Entertainment (hiburan) Hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian program hiburan. Radio juga banyak yang menyajikan program hiburan. Kalau media cetak yang menyajikan isi program hiburan adalah tabloid dan majalah. Kalau Koran, lebih banyak menyajikan berita, sedikit hibran. (Elvinaro, 2004 : 14 - 17)
17
Sedangkan menurut Effendy, ada tiga fungsi komunikasi secara umum, yakni : 1. Fungsi Informasi Media massa adalah penyebar informasi yang dibutuhkan oleh khalayak yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. 2. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan – aturan yang berlaku. 3. Fungsi Mempengaruhi Khalayak dapat terpengaruh oleh apa saja yang disajikan media massa. 2.2.2.4
Efek Komunikasi Massa
Di dalam buku Psikologi Komunikasi, efek komunikasi massa ada 4, yaitu sebagai berikut : 1. Efek Kehadiran Media Massa Dalam buku tersebut, McLuhan menyatakan bahwa bentuk media saja sudah memengaruhi kita. Media saja sudah menjadi pesan. Ada pun yang memengaruhi kita bukan apa yang disampaikan media, tetapi jenis media komunikasi yang kita pergunakan. Masih menurut McLuhan, media adalah pesan karena media
18
memberntuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia. 2. Efek Kognitif Komunikasi Massa Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. 3. Efek Afektif Komunikasi Massa Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atai dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. 4. Efek Behavioral Komunikasi Massa Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati. Efek ini meliputi pola – pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. (Rakhmat, 2011 : 217) 2.2.2.5
Komponen Komunikasi Massa
Menurut Hiebert, Ungurait, dan Bohn atau yang sering disingkat menjadi HUB (1975), dalam buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Elvinaro, 2004), komponen komunikasi massa ada 8 (delapan), yaitu :
19
1. Communicator (Komunikator) Komunikator adalah si penyampai atau pengirim pesan. Dalam komunikasi massa, komunikatornya bukan seorang individu, tetapi merupakan suatu institusi, gabungan dari berbagai pihak. 2. Codes and Content Codes adalah sistem symbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi, contohnya seperti kata – kata lisan, tulisan, foto, dan sebagainya. Content atau isi adalah makna dari sebuah pesan. Jadi, codes adalah symbol yang digunakan untuk membawa pesan tersebut. Maka dari itu, codes dan content saling berkaitan dan berinteraksi dalam komunikasi massa. 3. Gatekeeper Gatekeeper merupakan pihak yang menentukan penilaian apakah suatu informasi penting atau tidak, informasinya penting atau tidak untuk dinaikkan jadi berita, dan menghapus informasi yang tidak memiliki nilai berita. 4. Regulator Peran regulator hampir sama dengan gatekeeper, tetapi regulator bekerja di luar institusi media yang menghasilkan berita. Regulator dapat menghentikan aliran berita dan menghapus suatu informasi, tetapi tidak dapat menambah atau memulai informasi. Bentuknya lebih seperti sensor. Di Indonesia, kategori regulator adalah pemerintah beserta Undang – Undangnya, khalayak penonton,
20
pembaca, pendengar, asosiasi profesi, Lembaga Sensor Film (LSF), Dewan Pers, dan Komite Penyiaran Indonesia (KPI) 5. Media Media massa terdiri dari : (1) media cetak (surat kabar, majalah), (2) media elektronik (radio, televisi, dan internet). 6. Audience (Audiens) Marshall McLuhan menjabarkan audience sebagai sentral komunikasi maasa yang secara konstan dibombardir oleh media. media mendistribusikan informasi yang merasuk pada masing – masing individu, sehingga audience hampir tidak bisa menghindar dari media massa. 7. Filter Pada setiap pembahasan komponen komunikasi massa, harus dipertimbangkan masalah budaya, karena seringkaliproses komunikasi massa menghadapi hambatan berupa perbedaan budaya. 8. Feedback (Umpan Balik) Dalam komunikasi massa, respons dari audiens pasti ada. Tetapi komunikator tidak bisa melihat langsung respons dari komunikannya
21
2.2.2.6
Karakteristik Audiens Komunikasi Massa
Ada beberapa karakteristik audiens Komunikasi Massa, yakni : a. Audiens biasanya terdiri atas individu – individu yang memilih produk media yang mereka gunaka berdasarkan kebiasaan dan atas kesadaran diri. b. Audiens berjumlah besar, dalam artian sejumlah besar khalayak yang dalam waktu singkat dapat dijangkau oleh komunikator komunikasi massa. c. Audiens bersifat heterogen. d. Audiens bersifat anonym. Komunikator tidak dapt mengetahui identitas komunikannya dan pada siapa berkomunikasi. e. Audiens biasanya tersebar, baik dalam konteks ruang dan waktu.
2.2.3
Media Massa
2.2.3.1
Pengertian
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat – alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. (Cangara, 2008 : 126) Media massa adalah saluran yang dihasilkan oleh teknologi modern. Media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam
22
komunikasi massa. Media massa bentuknya antara lain media elektronil (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film, dan internet. (Nurudin, 2011 : 4-5) 2.2.3.2
Bentuk – bentuk Media Massa
Ada beberapa bentuk dari media massa menurut Nurudin dalam buku Pengantar Komunikasi Massa, yaitu sebagai berikut : 1. Media Massa Elektronik (Electronic Media), meliputi televisi, radio, film. Media massa elektronik ialah jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro. 2. Media Massa Cetak (Printed Media), meliputi surat kabar, majalah, tabloid, buku. Media massa cetak ialah media yang dicetak dalam lembaran kertas. 3. Internet. Termasuk media online.
2.2.4
Bentuk Program Televisi Non Drama
2.2.4.1
Variety Show
Menurut Naratama (2002), yang dikutip oleh Mabruri dalam buku Penulisan Naskah TV, variety show adalah format acara televisi yang mengkombinasikan berbagai format lainnya seperti talk show, magazine show, kuis, game show, music concert, dan lain sebagainya. Keberagaman format di dalam satu acara televisi membuat acara televisi menjadi tidak membosankan karena tidak selalu
23
menayangkan satu format acara saja sehingga bisa menghibur khalayak yang menonton. (Mabruri, 2011 : 19) 2.2.4.2
Program Musik (Concert Music)
Concert Music menurut Naratama (2002) yang dikutip dalam buku Penulisan Naskah TV, adalah format program televisi yang menyajikan pertunjukkan musik dari satu atau banyak penyanyi dan pemain musik, yang diselenggarakan di lokasi indoor maupun outdoor dimana Produksi Televisi harus menggunakan system rekaman Multi Kamera. (Mabruri, 2011 : 20) Salah satu contoh program televisi yang berbentuk variety show adalah program Dahsyat di RCTI. Program Dahsyat termasuk variety show karena tidak selalu menampilkan suguhan materi musik saja, tetapi Dahsyat juga memiliki materi bincang – bincang atau chit-chat, game show yang melibatkan pengisi acara, acara memasak, sekilas infotaintment, serta masih banyak lagi yang di luar materi musik yang ditampilkan di setiap segmennya. Pada ajang Panasonic Awards 2012, Dahsyat meraih penghargaan sebagai ‘Variety Show Terfavorit’. Tetapi, secara garis besar, program Dahsyat lebih banyak menampilkan acara musik. Hal tersebut bisa dilihat dari pengisi acara yang tampil adalah penyanyi atau band, pemutaran klip, dan pembacaan deretan lagu dari urutan 20 s/d 1. Kepanjangan dari nama Dahsyat juga lebih menekankan pada musik, yaitu ‘Deretan Lagu Hits Teratas’.
24
2.3 Teori Khusus 2.3.1
Minat Menonton
2.3.1.1
Definisi
Dalam buku Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Slameto (2003:180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. (Slameto, 2003 : 180) Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata ‘minat’ berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menonton berarti seseorang memiliki rasa suka dan rasa tertarik untuk menonton, khususnya dalam hal ini adalah menonton suatu program televisi. Suatu program televisi memiliki unsur menarik yang bisa membuat penonton tertarik dan berminat untuk menonton. Content program atau isi program televisi merupakan salah satu unsur yang dapat mempengaruhi tingkat minat menonton. Minat menonton bisa berkembang karena pengaruh dari tiga efek, yaitu Efek Kognitif (berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi, Efek Afektif (berkaitan dengan emosi, sikap, atau nilai), dan Efek Behavioral (berkaitan dengan pola – pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku).
25
2.3.2
Televisi
2.3.2.1
Definisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi yang dikenal sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam putih) maupun warna. Televisi berasal dari bahasa Yunani. Kata tele berarti jauh dan visio berarti penglihatan. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. (Rahmawati & Rusnadi, 2011 : 3) 2.3.2.2
Sejarah Singkat Televisi
Heibert, Ungrait, dan Bohn (1975) dalam buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar, mengungkapkan bahwa sebagaimana radio siaran, penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan di akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta Marconi pada tahun1890. Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode pengiriman gambar melalui kabel. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939, President Franklin D. Roosevelet tampil di layar televisi. Sedangkan siaran
26
televisi komersil di Amerika dimulai pada 1 September 1940. (Elvinaro, 2004 : 135 136) Di Indonesia, televisi pertama kali diperkenalkan pada yahun 1962, ketika Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan pesta olahraga Asian Games di Jakarta. Stasiun televisi pertama di Indonesia adalah TVRI yang merupakan milik pemerintah. Pada saat itu, jangkauan siaran TVRI baru mencakup Jakarta dan Bogor serta daerah sekitarnya yang berada dalam radiu 80 km, sedangkan waktu siaran hanya 2 jam per hari. Tetapi dengan penambahan jaringan 200 km dengan kapasitas transmitter 25 watt, maka liputan TVRI telah dapat diterima di Bandung dan beberapa daerah lainnya di Jawa Barat. tiga tahun susudah beroperasi di Jakarta, TVRI semakin mengembangkan pembangunan stasiunnya di beberapa kota besar di Indonesia. Kalau tadinya hanya TVRI sebagai satu – satunya saluran televisi resmi pemerintah di Indonesia, maka sejak digulirkannya regulasi baru dalam bidang penyiaran dan media massa sebagai hasil reformasiyang dicanangkan sejak tahun 1997, jumlah stasiun televisi di Indonesia baik di Jakarta maupun di daerah – daerah berkembang sangat pesat, ditambah lagi jaringan televisi kabel dengan siaran – siaran yang mendunia dengan sajian berbagai macam program. Semua ini menandakan bahwa industri komunikasi di Indonesia semakin maju. (Cangara, 2008 : 144 – 145)
27
2.3.2.3
Perkembangan Televisi
Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi mengalami perkembangansecara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi di rumah dengan menggunakan wire atau microwave (wireless cable) yang membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa. Televisi tambah marak lagi setelah dikembangkannya Direct Broadcast Satellite (DBS). Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian dengan adanya perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di Amerika. Karena perkembangan televisi yang sangat cepat, dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari – hari. Penonton televisi kini lebih selektif. Jam tayang televisi bertambah. Sistem penyampaian program lebih berkembang. Kini sedikitnya terdapat 5 (lima) metode penyampaian program televisi yang telah dikembangkan, yaitu : 1. Over – the – air reception of network and local station program. Kualitas gambar yang masih kuno ditingkatkan dengan High Density Television (HDTV). 2. Cable. Program disampaikan melalui satelit ke system kabel lokal, kemudian didistribusikanke rumah – rumah dengan kabel di bawah tanah atau dengan tambahan kabel.
28
3. Digital cable. Kabel serat optic yang ditanam di bawah tanah tetapi memiliki kapasitas lebih tinggi yang bisa memuat 500 lebih saluran. System ini memungkinkan terjadinya komunikasi televisi dua arah. 4. Wireless cable. Sejumlah system kabel menyampaikan program bagi pelanggan yang menggunakan transmisi microwave (gelombang pendek) meskipun kael ini di bawah tanah. 5. Direct Broadcast Satellite (DBS). Program – program ditransmisikan oleh satelit langsung dengan menggunakan piringan yang berdiameter 18 inci sitaruh di atap rumah atau yang lebih dikenal dengan istilah antenna parabola. (Elvinaro, 2004 : 134 - 135) 2.3.2.4
Fungsi Televisi
Dalam buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Elvinaro, fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi, fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Program Dahsyat RCTI lebih merupakan program yang menghibur karena menampilkan presenter – presenter yang lucu, kalimat – kalimat yang diucapkan juga dapat membuat penonton tertawa, serta menampilkan pertunjukkan musik. Jadi, bisa dikatakan kalau program Dahsyat RCTI termasuk salah satu fungsi televisi yang dominan, yaitu fungsi menghibur.
29
2.3.2.5
Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Media Televisi
Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbangan lain agar pesan dapat diterima oleh khalayak sasaran. Berikut faktor – faktor yang perlu diperhatikan. a. Pemirsa Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang
termasuk kategori anak – anak, remaja, dewasa atau pun orang tua;
kebiasaan wanita bekerja dengan kebiasaan ibu rumah tangga. Hal ini berkaitan dengan materi pesan dan jam penayangan. b. Waktu Setelah komunikator mengetahui minat dan kebiasaan tiap kategori pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Misalnya, program Islami ditayangkan pada waktu Subuh. Mengapa ditayangkan pada waktu Subuh? Jawabannya jelas sekali karena orang Islam bangun Subuh untuk melaksanakan ibadah Shalat Subuh. Program anak – anak ditayangkan sore karena kalau ditayangkan pagi, anak – anak sedang berada di sekolah sehingga tidak bisa menonton. Bagi semua stasiun televisi, pukul 19.30 sampai pukul 21.00 WIB dianggap sebagai waktu utama (Prime Time), yakni waktu yang dianggap paling baik untuk menayangka program pilihan, karena pada waktu itulah seluruh anggota keluarga berkumpul dan punya waktu
30
untuk menonton televisi. Oleh karena itu, pada waktu tersebut, programnya selalu dipenuhi oleh iklan. c. Durasi Durasi berkaitan dengan waktu, yaitu jumlah menit dalam setiap tayangan program. Misalnya program “Intens” di RCTI berdurasi 60 menit, “Seputar Indonesia” di RCTI berdurasi 30 menit. Durasi masing – masing program disesuaikan dengan jenis dan tuntutan skrip atau naskah. Suatu program tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama. d. Metode Penyajian Telah diketahui bahwa fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya aalah informasi. Tetapi, fungsi nonhiburan dan noninformasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi keperluan kedua pihak, komunikator dan komunikan. Cara agar fungsi nonhiburan dan noninformasi tetap diminati pemirsa adalah dengan mengemas pesan sedemikian rupa, menggunakan metode penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengundang unsur hiburan. (Elvinaro, 2004 : 140 – 142) 2.3.3
Remaja
2.3.3.1
Definisi
Kata “Remaja” berasal dari bahasa Latin, Adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang
31
jelas karena tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa atau tua. Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/, diakses pada Minggu, 18 Maret 2012, pukul 17.00) Menurut AGB Nielsen, penonton televisi usia remaja memiliki rentang usia antara 15 – 19 tahun. (http://www.agbnielsen.net/Uploads/Indonesia/Nielsen_Newsletter_Oct_2010Ind.pdf , diakses pada Sabtu, 11 Agustus 2012, pukul 12.45)
Jadi, bisa disimpulkan bahwa remaja adalah pribadi yang mengalami masa peralihan dari anak – anak menuju dewasa yang diiringi dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikisnya dalam rentang usia antara 12 hingga 21 tahun.
32
2.3.4
Teori S-O-R Pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat
pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Asumsi dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah : -
Pesan (stimulus, S)
-
Komunikan (organism, O)
-
Efek (Response, R) Teori S-O-R memiliki nama lain, yaitu Model S – R. Seperti yang dikutip Deddy
Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar dikatakan bahwa, model ini menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi – reaksi yang sangat sederhana. Model ini mengasumsikan bahwa kata – kata verbal (lisan – tulisan), isyarat – isyarat nonverbal, gambar – gambar, dan tindak – tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Proses ini dapat bersifat timbal – balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi (communication act) berikutnya. (Mulyana, 2009 : 144)
33
Gambar 2.1 Model S – R
Stimulus
Respons (Mulyana, 2009 : 143)
Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Model ini mempunyai asumsi bahwa komponen – komponen komunikasi (komunikator, pesan, media)amat perkasa dalam mempengaruhi komunikasi. Disebut model Jarum Hipodermik karena dalam model ini dikesankan seakan – akan komunikasi “disuntuikkan” langsung ke dalam jiwa komunikan. Model ini sering juga disebut “Bullet Theory” (Teori Peluru) karena komunikan dianggap secara pasif menerima berondongan pesan – pesan komunikasi. Variabel efek diukur pada segi kognitif (perubahan pendapat, penambahan pengetahuan, perubahan kepercayaan), segi afektif (sikap, perasaan, kesukaan), dan segi behavioral (perilaku atau kecenderungan perilaku). (Rakhmat, 2009 : 62 & 64) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
34
Apabila dikaitkan dengan hubungan content program Dahsyat edisi Sabtu dan Minggu dengan minat menonton siswa kelas 3 SMPN 68 Jakarta, konsep Dahsyat edisi Sabtu dan Minggu yang lebih anak - anak merupakan stimulus yang kemudian akan menimbulkan respon dari siswa kelas 3 SMPN 68 Jakarta dengan masih berminatkah mereka menonton program tersebut. Tingkat minat menonton itulah yang merupakan bentuk dari responnya.
2.3.5
Kerangka Pikir Media massa yang paling efektif untuk menyampaikan pesan adalah televisi.
Dengan perpaduan gambar dan suara, pesan yang diterima oleh masyarakat akan mudah dimengerti. Masyarakat membutuhkan pesan yang memiliki unsur hiburan. Semua stasiun televisi berlomba – lomba membuat program yang dapat menghibur masyarakat. Salah satunya adalah stasiun televisi swasta RCTI. RCTI memiliki program Dahsyat yang merupakan program musik yang sangat menghibur. Tetapi, unsur yang paling menonjol di Dahsyat adalah unsur musik. Dahsyat tayang setiap hari. Senin – Jumat pukul 07.30 – 10.45 dan Sabtu dan Minggu pukul 08.30 – 10.45. Konsep Dahsyat edisi Senin – Jumat lebih remaja, sedangkan Sabtu dan Minggu berkonsep anak – anak dan remaja. Penonton remaja yang bersekolah tidak bisa menonton Dahsyat edisi Senin – Jumat karena jamnya bersamaan dengan waktu sekolah mereka. Maka dari itu, kalau
35
mereka ingin menonton Dahsyat, mereka harus menonton edisi Sabtu dan Minggu yang bertemakan anak – anak dan remaja. Dengan konsep Dahsyat edisi Sabtu dan Minggu yang seperti itu akan mempengaruhi tingkat minat menonton Dahsyat pada remaja. Efek – efek yang dapat mengembangkan minat menonton audience televisi adalah efek kognitif, efek afektif, dan efek behavioral.