Bab 2 Landasan Teori
Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori dan konsep yang akan digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian skripsi. Teori yang digunakan oleh penulis sebagai induk teorinya adalah teori sosiolinguistik yang akan dihubungkan dengan bahasa sopan di Jepang, yang dikenal dengan istilah keigo 「 敬 語 」 , yang dihubungkan dengan konsep uchi dan soto「 内 と 外 」 , yang dikaitkan dengan hubungan hirarki atau jouge kankei「上下関係」.
2.1 Teori Sosiolinguistik atau Shakaigengogaku「社会言語学」 Suatu ilmu maupun cabang ilmu merupakan sebuah perkembangan dari ilmu itu sebelumnya (Mahsun, 2006: 3). Demikian halnya dengan ilmu sosiolinguistik yang merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik itu sendiri. Sosiolinguistik berasal dari dua kata, yaitu sosio dan linguistik. Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dan lingkungan sosialnya. Nababan (1993: 9) menyatakan bahwa sosiolinguistik sebagai suatu aktivitas yang secara khusus diarahkan untuk penelitian tentang interaksi struktur bahasa dengan struktur sosial, serta saling pengaruh antara tingkah laku kebahasaan dengan tingkah laku kemasyarakatannya. Masalah utama yang dikaji dalam ilmu sosiolinguistik adalah 1. mengkaji bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan 11
2. menghubungkan faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri dan ragam bahasa dengan situasi serta faktor-faktor sosial dan budaya 3. mengkaji fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa dalam masyarakat (Solehudin, 2009: 3). Kajian sosiolinguistik cenderung berfokus pada variasi bahasa yang muncul di masyarakat (Kushartanti, 2005: 230). Dalam bahasa Jepang, sosiolinguistik disebut shakaigengogaku「社会言語学」. Sosiolinguistik atau 社会言語学 dinyatakan oleh Sanada et al (1995: 9-10) sebagai berikut 社会言語学は、社会の中で生きる人間、乃至その集団とのかかわりに おいて各言語現象あるいは言語運用をとらえようとする学問である。 社会言語学は、こういった観点から、その両面に同じ価値を与えると ともに、いままで軽視されていた方面に特に光を当てるものとして出 発したのである。「社会言語学」という用語は、Sociolinguistics の直接 の訳語である。この語が論文の題名として日本で最初に用いられたの は 1973 年のことである(真田,1990)。 Terjemahan Sosiolinguistik adalah studi yang mempelajari kinerja linguistik mengenai orang-orang yang hidup di tengah-tengah masyarakat atau berkaitan dengan fenomena dalam bahasa atau keterlibatan dengan kelompok. Sosiolinguistik, dari sudut pandang ini, adalah sebagai ilmu yang menjelaskan pengertian, khususnya mengenai arah yang telah diabaikan sampai sekarang, dengan memberikan nilai pada kedua sisi yang sama tersebut. “Shakaigengogaku”, yang adalah sebuah istilah, adalah sebuah terjemahan langsung dari sociolinguistics (dalam bahasa Indonesia: sosiolinguistik). Kata ini pertama kali digunakan di Jepang sebagai judul dari makalah pada tahun 1973 (Sanada, 1990). Bagian-bagian
penelitian
dari
sosiolinguistik
atau
shakaigengogaku
no
kenkyuubumon「社会言語学の研究部門」 ada 9 bagian (Sanada, 1995: 15), yaitu 1. 方法論 – Metodologi
12
2. 属性とことば(年齢差、性差などとことばの変異,集団語など)– Variasi bahasa (perbedaan umur, jenis kelamin dalam bahasa, logat khusus, dan lain-lain) 3. 言語行動(敬語,コミュニケーション行動など)– Aktivitas bahasa (bahasa sopan, perilaku komunikasi, dan lain-lain) 4. 言語生活(生活環境とことばなど)– Gaya bahasa (realitas dan bahasa, dan lain-lain) 5. 言 語 接 触 ( 二 言 語 併 用 な ど ) – Komunikasi bahasa (sistem dua bahasa/bilingual, dan lain-lain) 6. 言語変化 – Perubahan bahasa 7. 言語意識(ことばの規範,アイデンティティーなど)– Pengetahuan kebahasaan (aturan bahasa, identitas, dan lain-lain) 8. 言語習得(中間言語など)– Pemerolehan bahasa (bahasa antara, dan lainlain) 9. 言 語 計 画 ( 日 本 語 教 育 な ど ) – Bahasa untuk tujuan tertentu (bahasa Jepang yang digunakan dalam dunia pendidikan, dan lain-lain)
2.2 Konsep Keigo「敬語」atau Bahasa Sopan Jepang terkenal memiliki tata bahasa kesopanan yang khas, yang dikenal dengan istilah keigo「敬語」. Konsep keigo「敬語」menurut Machida (1999: 141) adalah 日本語の敬語というのは、ある人物について、その人に対して話し手 が敬意をもって(あるいは、改まった態度で)接しているのだという ことを表すための、体系的な表現方法です。日本語の敬語には大きく 分けて二つの種類があります。一つは、ある人物が話し手より目上で 13
あることを、その人物の行為を表す表現として特別の形(「いらつし やる」「ご覧になる」のような、いわゆる「尊敬語」のことです)を 使うことと、話し手の行為を表す表現として、別の種類の特別な形 (「参る」「申し上げる」のようないわゆる「謙譲語」のことです) を使うことです。もう一つは、ある人物として聞き手を選び、聞き手 に対して話し手が普通よりは改まった気持ちで接していることを表す ために、「です」とか「ます」のような特別の助動詞を述語に用いた り(「丁寧語」といわれるもの)、「お米」とか「ご本」のような特 別の名詞の形(「美化語」といわれるもの)を用いたりするものです。
Terjemahan Keigo dalam bahasa Jepang, mengenai seseorang, adalah sebuah cara ungkapan yang sistematis bagi pembicara untuk mengungkapkan hal yang berhubungan dengan rasa hormat terhadap orang tersebut (atau dengan sikap yang resmi). Keigo dalam bahasa Jepang terbagi dalam dua jenis besar. Yang satu adalah, seseorang tersebut memiliki kedudukan lebih tinggi daripada pembicara, sebagai ungkapan yang menerangkan tindakan dari orang tersebut, digunakan jenis khusus “irassharu” “goran ni naru”, yang disebut dengan sonkeigo dan sebagai ungkapan yang menerangkan tindakan dari pembicara digunakan jenis khusus lainnya “mairu” “moushiageru”, yang disebut dengan kenjougo. Yang lainnya adalah untuk memilih pendengar sebagai suatu pribadi dan mengungkapkan perasaan hormat terhadap pendengar tersebut, pembicara biasanya lebih menggunakan predikat berupa kata kerja bantu yang khusus yaitu “desu” dan “masu” (disebut dengan teineigo), dan bentuk kata benda yang khusus seperti “o kome”, “go hon” (disebut dengan bikago).
Secara teori, juga dinyatakan bahwa keigo, khususnya sonkeigo dan kenjougo digunakan saat berbicara dengan orang yang tidak dikenal, orang yang sangat dihormati seperti guru, profesor, dan atasan, serta orang yang usianya lebih tua dari penutur (Haghirian, 2010: 76). Dalam bahasa Jepang, keigo 「 敬 語 」 umumnya terbagi ke dalam empat kelompok, yaitu sonkeigo「尊敬語」, kenjougo「謙譲語」, teineigo「丁寧語」, dan bikago「美化語」 (Slobin, et al, 1996: 237). Nagasaki (2004: 110), dalam bukunya menjelaskan ketiga bentuk keigo「敬語」yang menjelaskan aksi, kondisi
14
dan kepemilikan, yaitu sonkeigo「尊敬語」, kenjougo「謙譲語」dan teineigo「丁 寧語」
2.2.1 Sonkeigo「尊敬語」
Sonkeigo「尊敬語」adalah honorific language (subject honorifics), yaitu bentuk kehormatan digunakan dengan meningkatkan jarak vertikal antara pembicara dan hormat dengan “mengangkat” si pembicara, yang digunakan untuk merujuk pada orang yang dihormati dan digunakan untuk menunjukkan rasa hormat ketika seseorang sedang menjelaskan perbuatan orang lain (jika pembicara sedang membicarakan mengenai orang lain yang statusnya lebih tinggi daripadanya) (Slobin, et al, 1996: 237). Jenis pembentukkan sonkeigo「尊敬語」menurut Nagasaki (2004: 8), ada empat macam, yaitu 1. 「 れ る 」 「 ら れ る 」 を つ け て 敬 意 を あ ら わ す 形 式 (bentuk yang menunjukkan rasa hormat dengan penambahan “reru” dan “rareru”) Nagasaki (2004: 114-116) menyatakan なんからの動作をする人に対して、尊敬の意味をあらわす場合には、 動作をあらわす動詞に助動詞の「れる」「られる」をつけます。この 用法は、受身のことばや可能を示すことばと間違えられることもあり ます。「れる」「られる」の形式は平易で、定まった形になるので、 これからの尊敬語としては有望だという人がいます。 Terjemahan Bila menerangkan arti dari sonkei terhadap orang yang melakukan perbuatan, dapat menambahkan kata kerja bantu “reru” “rareru” pada kata kerja yang menerangkan perbuatan tersebut. Untuk penggunaan ini, dapat juga menimbulkan kesalahan pengertian untuk menunjukkan kata-kata pasif atau 15
bentuk potensial. Ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah suatu kemungkinan yang baik sebagai bentuk dari sonkeigo yang sekarang karena bentuk “reru” dan “rareru” yang polos dan memiliki bentuk yang teratur. Beberapa contoh pola pembentukkan reru「れる」dan rareru「られる」adalah - 読む
読まれる
- 笑う
笑われる
- 話す
話される、など。
2. 「お(ご)~になる」の形式 (bentuk “o (go) ~ ni naru”) Nagasaki (2004: 116-117) menyatakan この形式は、「れる」「られる」よりも敬意が強くなります。場合に は、「お(ご)~になる」の形式にほうが望ましいとされています。 「れる」「られる」では、相手との大きな差が埋まらないことがある からです。 差別という人もいますが、女性は男性よりも少し敬体の強 い形式にしたほうが現実的な問題として奥ゆかしい、と言う人も多い ことを知っておく必要がありそうです。女性は、「お(ご)~にな る」形式のほうが「れる」「られる」よりも丁寧であるし、優しい感 じになる(永崎,2007 年:188)。
Terjemahan Bentuk ini, dibandingkan dengan bentuk “reru” dan “rareru”, rasa hormatnya menjadi lebih kuat. Dalam hal ini, bentuk “o (go) ~ ninaru” menjadi bentuk yang lebih diinginkan. Hal ini disebabkan karena pada bentuk “reru” dan “rareru” ada perbedaan besar yang tidak sesuai dengan lawan bicara. Perlu diketahui bahwa banyak orang yang mengatakan, ada juga diskriminasi, tetapi wanita, dibandingkan dengan pria, sedikit lebih halus seperti masalah yang praktis tentang bentuk sopan yang kuat. Wanita lebih menggunakan bentuk “o (go) ~ ninaru” dibandingkan dengan bentuk “reru” dan “rareru”, karena lebih sopan dan menjadi lebih lembut (Nagasaki, 2007: 188). Beberapa contoh pola pembentukkan o (go) ~ ni naru「お(ご)~になる」 adalah -
読む
お読みになる
-
笑う
お笑いになる 16
-
休み
お休みになる、など。
3. 「お~なさい」の命令形 (bentuk perintah “o ~ nasai”)
Pola pembentukkan o ~ nasai「お~なさい」adalah suatu bentuk perintah. Nagasaki (2004: 119), menyatakan bahwa “ 「 お ~ な さ い 」 は 命 令 形 ” atau “bentuk o ~ nasai adalah bentuk perintah”. Pernyataan lain dari Nagasaki (2007: 189) adalah “この形式は、命令形の敬語 だから、上位の人には使わない。命令形は、「お(ご)~ください」が、一 般的な表現として使われている。” atau bila diterjemahkan menjadi “bentuk ini tidak digunakan pada orang yang kedudukannya lebih tinggi karena merupakan bentuk perintah yang sopan. Bentuk perintah yang digunakan sebagai ungkapan yang lebih umum adalah bentuk o (go) ~ kudasai”. Beberapa contoh pola pembentukkan o ~ nasai「お~なさい」adalah - Kirai dattara, oyamenasai「嫌いだったら、おやめなさい」
Kalau benci,
(silahkan) menyerahlah! - Soko he okakenasai「そこへおかけなさい」
(Silahkan) Gantunglah disana!
など。 4. その他、尊敬語にするためのことばづかい (ungkapan lainnya untuk membentuk sonkeigo) Pola pembentukkan sonkeigo「尊敬語」yang lainnya disebut sebagai bentuk khusus atau disebut juga dengan tokubetsuna sonkeigo「特別な尊敬語」atau pola dengan perubahan bentuk yang khusus (Nagasaki, 2004: 122).
17
Beberapa contoh pola pembentukkan tokubetsuna sonkeigo 「 特 別 な 尊 敬 語 adalah -
Nomu「飲む」・taberu「食べる」 meshiagaru「召し上がる」
-
Iu「言う」
ossharu「おっしゃる」
-
Iku「行く」・kuru「来る」
irassharu「いらっしゃる」
-
Suru「する」・yaru「やる」
nasaru「なさる」
-
Kiru「着る」・noru「乗る」
omeshininaru「お召しになる」
-
dan lain-lain (Hagino, 2005: 64-65).
2.2.2 Kenjougo「謙譲語」 Kenjougo 「 謙 譲 語 」 adalah humble forms (object honorifics) atau bentuk merendah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan dari pembicara terhadap lawan bicaranya (Slobin, et al, 1996: 237-238). Jenis pembentukkan kenjougo「謙譲語」menurut Nagasaki (2004: 8), ada empat macam, yaitu 1. 「お(ご)~する」の形式 (bentuk “o (go) ~ suru”) Nagasaki (2007: 189-190) menyatakan bahwa 謙譲語の一般的形式は、「お(ご)~する」となる。自分の動作だが、 相手にかかることばであるからこのようになる。相手と話し手の差に よって、「する」のところが、「申す」「致す」などになる場合もあ る。”
18
Terjemahannya Bentuk umum dari kenjougo adalah “o (go) ~ suru”. Walaupun menjelaskan perbuatan diri sendiri, tetapi karena ada kata yang berkaitan dengan lawan bicara, jadi menggunakan bentuk ini. Jika berdasarkan perbedaan antara pembicara dengan lawan bicaranya, selain bentuk “suru”, juga menjadi bentuk “mousu” dan “itasu”. Beberapa contoh pola pembentukkan o (go) ~ suru / mousu / itasu「お(ご)~ する・申す・致す」adalah -
渡す
お渡しする
-
案内する
ご案内いたします
-
話す
お話し申しあげます、など。
2. 「お(ご)~いただく」の形式 (bentuk “o (go) ~ itadaku”)
Bentuk o (go) ~ itadaku「お(ご)~いただく」banyak digunakan dengan menambahakan partikel wo 「 を 」 pada pola tersebut, sehingga bentuknya akan berubah menjadi o (go) ~ wo itadaku「お(ご)~をいただく」, seperti yang dinyatakan oleh Nagasaki (2004: 127) yaitu “「お(ご)~いただく」は、「お (ご)~をいただく」が変わった形式だと言われています。「お(ご)~い ただく」は、途中「を」を入れる言葉は、日常よく使われています。”.
Beberapa contoh pola pembentukkan o (go) ~ wo itadaku「お(ご)~をいただ く」adalah
- Go sansei wo itadaki, arigatou gozaimashita「ご賛成をいただき、ありがとう ございました」artinya “saya berterima kasih karena mendapat persetujuan”.
19
- O shikari wo itadaki, odoroiteimasu「お叱りをいただき、驚いています」 artinya “saya terkejut karena mendapat peringatan keras”. - O home wo itadaki, kyoushuku ni zonjimasu「おほめをいただき、恐縮に存じま す」artinya “saya merasa malu dan berterima kasih karena mendapat pujian”. 3. 「~ていただく」の形式 (bentuk “~ te itadaku”)
Bentuk ~ te itadaku「~ていただく」adalah bentuk merendah dari ~ te morau 「~てもらう」dan dimasukkan kata yang mewakili atau menunjukkan aksi atau perbuatan lawan bicara, seperti yang dinyatakan oleh Nagasaki (2004: 129), yaitu “「~ていただく」は、「~てもらう」が謙譲語化したものです。「~」の ところには、相手の動作をあらわすことばがはいります。”.
Selain itu, Nagasaki (2007: 190) juga menyatakan bahwa bentuk o (go) ~ itadaku dapat menjadi bentuk kausatif yaitu pola ~sasete itadaku, “また、使役の助動詞と 結びついて、「~させていただく」という形式になることがある。”.
Beberapa contoh pola pembentukkan ~ te itadaku「~ていただく」adalah
- Yamada sensei ni oshiete itadaita eigo no koto ga wakarimasu「山田先生に教え ていただいた英語のことが分かります」artinya “saya mengerti mengenai bahasa Inggris yang telah diajarkan oleh guru Yamada”. - Wakatteitadaki sae sureba, sorede ii nodesu「わかっていただきさえすれば、そ れでいいのです」artinya “kalau mengerti, baiklah”.
20
4. その他、謙譲語にするためのことばづかい (ungkapan lainnya untuk membentuk kenjougo) Pola pembentukkan kenjougo「謙譲語」yang lainnya disebut sebagai bentuk khusus atau disebut juga dengan tokubetsuna kenjougo「特別な謙譲語」atau pola dengan perubahan bentuk yang khusus (Nagasaki, 2004: 131). Beberapa contoh pola pembentukkan tokubetsuna kenjougo「特別な謙譲語」 adalah -
Nomu「飲む」・taberu「食べる」 itadaku「いただく」
-
Iu「言う」
mousu「申す」
-
Iku「行く」
mairu「参る」
-
Watasu「渡す」・yaru「やる」
sashiageru「さしあげる」
-
Hikiukeru「引き受ける」
uketamawaru「うけたまわる」
-
dan lain-lain (Hagino, 2005: 73).
2.2.3 Teineigo「丁寧語」
Teineigo「丁寧語」adalah bahasa yang menggambarkan kesopanan dan formal (bentuk desu「です」dan masu「ます」), yang merupakan lawan dari tidak formal dan tidak sopan atau futsukei「普通形」 (bentuk da「だ」dan ru「る」). Teineigo 「丁寧語」atau bentuk formalitas memiliki dimensi yang berbeda dari sonkeigo 「尊敬語」dan kenjougo「謙譲語」(penggunaannya tergantung situasionalnya). Walaupun antara teman yang akrab, namun digunakan juga pada situasi yang formal seperti pernikahan dan lain-lain, atau sebaliknya. Contohnya, ketika 21
pembicara sedang bertanya kepada temannya, “sensei irassharu?”. Pembicara menggunakan bentuk sopan irassharu untuk merujuk aksi dari acuannya, walaupun predikat tersebut merupakan bentuk yang tidak formal karena digunakan dalam keadaan yang biasa. Bentuk desu/masu dapat digunakan saat berbicara dengan atasan atau pada percakapan yang formal, seperti pada pembicaraan umum (Slobin, et al, 1996: 238).
2.2.4 Bikago「美化語」
Tidak seperti bentuk keigo「敬語」lainnya, bikago「美化語」tidak digunakan untuk menghormati lawan bicara atau acuan si pembicara, tetapi memperhalus atau memperindah bahasa seseorang. Banyak bentuk bikago 「 美 化 語 」 yang telah menjadi bentuk standar atau umum, seperti okane「お金」, ocha「お茶」, dan lain-lain. Bentuk ini umumnya banyak digunakan oleh wanita (Slobin, et al, 1996: 239).
2.3 Konsep Uchi「内」dan Soto「外」 Konsep uchi「内」dan soto「外」menurut Hendry (2003: 47), diartikan sebagai berikut Uchi 「 内 」 berarti “dalam” dan soto 「 外 」 berarti “luar”. Pengertian dan penggunaan uchi 「 内 」 dan soto 「 外 」 tergantung pada konteks dan situasi pembicara. Bila seseorang berada dalam rumah atau sebuah keluarga, maka yang 22
dimaksud dengan uchi「内」adalah seluruh anggota keluarganya dan soto「外」 adalah semua orang yang berada di luar keluarga tersebut atau bila seseorang berada dalam sebuah kelompok yang lebih besar (misalnya di sekolah, kantor, atau komunitas lainnya), maka yang dimaksud dengan uchi「内」adalah seluruh anggota yang berada dalam kelompok tersebut dan soto「外」adalah seluruh masyarakat yang berada di luar kelompok tersebut. Contohnya, bila pembicara, adalah A,
membicarakan konteks dalam satu
lingkungan sekolah (A adalah murid kelas 3-A), maka uchi「内」nya adalah seluruh teman kelas 3-A, sedangakan soto「外」adalah orang-orang diluar kelas 3-A (misal kelas 3-B). Akan tetapi, bila A membicarakan konteks yang membandingkan dengan sekolah lain, maka seluruh siswa (baik kelas 3-A, maupun kelas 3-B) serta para guru merupakan pihak uchi「内」dan semua orang diluar sekolahnya adalah pihak soto 「外」. Demikian halnya, apabila A bekerja pada perusahaan bagian marketing, maka uchi「内」nya adalah seluruh tim marketing, soto「外」nya adalah orang-orang diluar tim tersebut, dan apabila dibandingkan dengan perusahaan lain, maka uchi 「内」nya adalah seluruh anggota perusahaan tersebut dan soto「外」nya adalah orang-orang diluar perusahaan tersebut. Menurut Goekler (2010: 13-15), menjelaskan konsep uchi dan soto「内と外」 sebagai berikut Uchi-soto are based on an anchor point of oneself and one’s group, and how far away one is from the anchor point. Uchi and soto distinguish Japan by a duality of inside and outside categories. In-groups and out-groups are not only reflected in social and cultural constructs. They are also reflected in language use to determine the status of individuals within these groups. Rather than the ingroup receiving more linguistic politeness, the out-group receives the most politeness in a given situation. Generally-speaking, when speaking with the 23
out-group, one must honor those individuals in speech, while the in-group uses humbling speech. When speaking about one’s own ingroup, an individual uses more casual speech. When speaking to another in-group member about his or her family, the same person will use honorific terms to describe his or her family.
Terjemahannya Uchi-soto didasarkan pada titik pusat dari diri sendiri dan kelompok seseorang, dan seberapa jauh seseorang lainnya dari titik pusat tersebut. Uchi dan soto membedakan Jepang melalui dualitas kategori “dalam” dan “luar”. “Kelompok dalam” dan “kelompok luar” tidak hanya tercermin dalam konstruksi sosial dan budaya. Akan tetapi juga tercermin dalam penggunaan bahasa untuk menentukan status individu dalam kelompok ini. Dalam situasi tertentu, “kelompok luar” menerima perlakuan yang “paling” sopan, lebih dari “kelompok dalam”, yang menerima perlakuan “lebih” sopan. Secara umum, ketika berbicara dengan kelompok luar, seseorang harus menghormati orangorang tersebut dalam berbicara, sedangkan pada “kelompok dalam” menggunakan bahasa yang merendah. Ketika berbicara tentang anggota kelompok sendiri, individu menggunakan bahasa yang lebih santai. Ketika berbicara dengan anggota lain dalam kelompok tentang keluarganya, orang yang sama akan menggunakan bentuk sopan untuk menjelaskan keluarganya tersebut. Bachnik dalam Goekler (2010: 16), menyatakan Uchi/soto is a major organizational focus for Japanese self, social life, and language. While uchi represents “we, us, our group, me, my, I”, and is a point of reference and a sort of anchoring point for how one views society, soto is a bit more “abstract, objective, and unanchored.
Terjemahannya Uchi/soto adalah sebuah fokus organisasi yang besar untuk masyarakat Jepang sendiri, kehidupan sosial, dan bahasa. Sementara uchi mewakili “kita, kami, kelompok kami, saya (objek), milik saya, saya (subjek)”, dan merupakan titik acuan dan semacam titik pusat mengenai bagaimana cara pandang seseorang dalam masyarakat, soto sedikit lebih "abstrak, obyektif, dan tidak terpusat”.
Konsep uchi dan soto「内と外」menurut Hirabayashi dan Hama (1992: 3), adalah 「内」の人間(家族、自分の社会の人、属するグループの人など)が、 「外」の人間(親しくない人、他人、他社会の人、他グループの人な 24
ど)と話し合ったたり、その人たちを話題にするとき、自分を含む 「内」の人間に対しては謙譲語、「外」の人間に対しては尊敬語を使 う。 Terjemahannya Saat berbicara dengan “orang dalam” (seperti keluarga, orang di perusahaan yang sama, orang-orang di dalam kelompok yang dekat dengan kita) dan “orang luar” (seperti orang yang tidak akrab, orang lain, orang dari perusahaan lain, orang-orang yang berasal dari kelompok luar), untuk menjadikan orangorang tersebut sebagai pokok dari pembicaraan, kita harus menggunakan kenjougo (bahasa merendahkan diri) ketika membicarakan “orang atau pihak dalam”, dan sonkeigo (bahasa meninggikan orang lain) ketika membicarakan “orang atau pihak luar”.
2.2.1 Konsep Hubungan Hirarki atau Jouge Kankei「上下関係」 Konsep hubungan hirarki atau jouge kankei 「 上 下 関 係 」 menurut Goekler (2010: 29) adalah Hubungan hirarki dalam bahasa dan sosial di Jepang cukup rumit atau kompleks. Bahasa ditunjukkan dalam hubungan hirarki, yang sebagian besar didasarkan pada konsep uchi dan soto「内と外」. Hierarchy should be studied before language learning takes place in order to understand the complex relationships between uchi-soto membership and how that membership is demonstrated in language and culture. Japanese hierarchy is represented by complex linguistic cues which trigger use of particular levels and styles of speech to communicate in a manner acceptable to the target language culture.
Terjemahannya Hirarki harus dipelajari sebelum mempelajari bahasa agar mampu mengerti hubungan yang kompleks antara hubungan keanggotaan dalam uchi-soto dan bagaimana keanggotaan tersebut ditunjukkan dalam bahasa dan budaya. Hirarki bahasa Jepang dipresentasikan oleh sebuah isyarat linguistik yang kompleks, yang memicu penggunaan tingkat tertentu dan gaya berbicara untuk berkomunikasi dalam cara yang dapat diterima terhadap target budaya berbahasa.
25
Salah satu contoh hubungan “atas-bawah” atau jouge kankei「上下関係」adalah hubungan antara guru dan murid, dimana murid adalah bawah dan guru adalah atas, seperti yang dinyatakan oleh Hagino (2005: 33) “例えば、学校の先生は生徒に対 して目上、生徒は目下、たしかに上下関係があります。”. Adanya hubungan hirarki ini, menyebabkan adanya penggunaan bahasa sopan, yang digunakan untuk menghormati orang yang memiliki status lebih tinggi dari pembicara. Hal ini juga dinyatakan oleh Goekler (2010: 30-31) yaitu In Japanese, respectful language is observed when speaking to people who are distant from oneself, including strangers, managers, customers, elders, and interestingly enough, one’s parents. Nouns which refer to one’s own family members, household items, or other family relationships usually do not take honorific prefixes, whereas nouns referring to an out-group’s household require honorific prefixes.
Terjemahannya Dalam bahasa Jepang, bahasa hormat ditemukan ketika berbicara dengan orang-orang yang “jauh” dari diri sendiri, termasuk orang asing, manajer, pelanggan, penatua, dan yang cukup menarik, adalah orang tua seseorang. Kata benda yang merujuk kepada anggota keluarga sendiri, barang-barang rumah tangga, atau hubungan keluarga lainnya biasanya tidak menggunakan prefiks hormat, sedangkan kata benda mengacu pada rumah tangga kelompok luar memerlukan prefiks hormat.
Goekler (2010: 31) menyatakan bahwa di dalam keluarga ada hal yang menunjukkan hirarki, yaitu penggunaan sufiks “~san”「~さん」dan prefix “o” 「 お 」 ketika seseorang anak memanggil ayah (otousan 「 お 父 さ ん 」 ), ibu (okaasan 「 お 母 さ ん 」 ), kakak laki-laki (oniisan 「 お 兄 さ ん 」 ), dan kakak perempuan (oneesan「お姉さん」), yang berfungsi untuk menyatakan rasa hormat terhadap orang yang lebih tua daripada anak (penutur) tersebut.
26