7 BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Teori-teori Dasar / Umum
2.1.1
Data dan Informasi Data adalah representasi dari kenyataan apa adanya di lapangan, konsepkonsep atau instruksi-instruksi yang diformalkan dan sesuai untuk komunikasi, interpretasi atau pemrosesan, baik yang dilakukan oleh manusia maupun secara otomatis dengan bantuan mesin dan alat-alat lainnya. (Prahasta,2001,p32) Sedangkan informasi adalah makna atau interpretasi yang dapat diambil dari suatu data dengan menggunakan konvensi-konvensi yang umum digunakan di dalam representasinya. (Prahasta,2001,p32)
2.1.2
Sistem Informasi Geografi Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling keterhubungannya
dalam
mencapai
tujuan
atau
sasaran
bersama.
(Prahasta,2001,p37) Sistem informasi mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menganalisa informasi untuk tujuan tertentu yang mengolah masukkan (data, instruksi) dan menghasilkan keluaran (laporan, hasil perhitungan). (Turban,2001,p17) Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang
secara
efisien
untuk
memperoleh,
menyimpan,
mengupdate,
8 memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi. (Prahasta,2001,p55) Perbedaan Sistem Informasi Geografi dengan Sistem Informasi lainnya adalah Sistem Informasi Geografi merupakan suatu sistem yang mengolah data spasial dan data atributnya, sedangkan Sistem Informasi yang lain hanya mengolah data atributnya saja.
2.1.2.1 Komponen Sistem Informasi Geografi Menurut Prahasta(2001,p58), SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen berikut : 1. Perangkat Keras Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC dekstop, workstations, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (harddisk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM / Random Acces Memory) yang besar. Walaupun demikian, fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap karakteristik-karakteristik perangkat keras ini, sehingga keterbatasan memori pada komputer-pun dapat diatasi. Adapun perangkat keras yang digunakan untuk SIG adalah komputer (PC / Personal Computer), mouse, digitizer, printer, plotter, dan scanner.
2. Perangkat Lunak
9 Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basisdata memegang peranan kunci. Setiap subsistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, hinggga tidak mengherankan jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang masing-masing dapat dieksekusi sendiri. 3. Data SIG dapat mengumpulkan, menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng-import-nya dari perangkatperangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara mendijitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard. 4. Manajemen Suatu proyek SIG akan berhasil jika diatur dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.
2.1.2.2 Sumber Data Sistem Informasi Geografi Data SIG dapat diperoleh dari tiga sumber yaitu : 1.
Data Lapangan Merupakan data yang diperoleh melalui pengukuran secara langsung di lapangan, seperti curah hujan di suatu wilayah, suhu udara, dan sebagainya.
2.
Data Peta
10 Merupakan informasi yang direkam pada peta kertas yang kemudian dikonversi ke dalam peta dijital seperti peta tanah, peta geologi, dan sebagainya. 3.
Data Citra Penginderaan Jauh Merupakan data yang didapat melalui peta udara atau radar yang harus dikonversi ke dalam bentuk dijital. Sedangkan untuk data dari satelit merupakan data dalam bentuk dijital yang dapat digunakan setelah dilakukan koreksi geometri.
2.1.2.3 Representasi Grafis suatu Objek dalam Sistem Informasi Geografi Informasi
grafis
suatu
objek
dapat
dimasukkan
dalam
bentuk
(Prahasta,2001,p111): a. Titik Titik adalah representasi objek yang paling sederhana untuk suatu objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasi diatas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol-simbol. Pada skala besar, suatu bangunan akan ditampilkan sebagai poligon, sementara pada skala kecil akan ditampilkan sebagai titik.
Gambar 2.1 Titik
b. Garis
11 Garis adalah bentuk linear yang akan menghubungkan paling sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek satu dimensi seperti jalan dan sungai.
Gambar 2.2 Garis c. Poligon Poligon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi seperti danau. Suatu poligon paling sedikit dibatasi oleh tiga garis yang saling terhubung diantara titik tersebut. 4
5
1
2
3
Gambar 2.3 Poligon
2.1.2.4 Data Spasial 1. Data Raster Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid. Entity spasial raster disimpan di dalam layer yang secara fungsionalitas direlasikan dengan unsur-unsur petanya. Contoh sumber entity
12 spasial raster adalah citra satelit, citra radar dan model ketinggian. (Prahasta,2001,p146) Kelebihan
: - Memiliki struktur data yang sederhana. - Compatible dengan citra-citra satelit penginderaan jauh dan semua image hasil scanning data spasial. - Prosedur untuk memperoleh data dalam bentuk raster (atau citra) lebih mudah, sederhana, dan murah.
Kekurangan : - Secara umum, memerlukan ruang atau tempat penyimpanan (disk) yang besar di komputer – banyak terjadi redudancy data baik untuk setiap layer-nya maupun secara keseluruhan. - Tranformasi koordinat dan proyeksi lebih sulit dilakukan. - Sangat sulit untuk merepresentasikan hubungan topologi (juga network). 2. Data Vektor Model data vektor menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis-garis atau kurva, atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk dasar representasi data spasial ini, di dalam sistem model data vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x,y). (Prahasta,2001,p158). Kelebihan
: - Memerlukan ruang atau tempat penyimpanan (disk) yang lebih sedikit di komputer. - Hubungan topologi di network dapat dilakukan dengan mudah. - Memiliki resolusi spasial yang tinggi.
13 Kekurangan : - Memiliki struktur data yang kompleks. - Datanya tidak mudah untuk dimanipulasi. - Overlay beberapa layer(s) vektor secara simultan memerlukan waktu yang relatif lama.
2.1.2.5 Metode Tumpang Tindih (Overlay Method) Salah satu fungsi yang digunakan pada data Sistem Informasi Geografi adalah overlay / tumpang tindih. Overlay polygon adalah sebuah operasi keruangan dimana sebuah layer tematik yang berisi poligon-poligon ditempatkan di atas yang lain dimana sebuah layer tematik yang berisi poligon baru (Berdhardsen,1992,p187). Sedangkan layer tematik atau peta tematik adalah peta yang memiliki tujuan khusus, hanya berisi satu pokok bahasan saja (Burrough,1986,p1). Untuk dapat melakukan overlay maka peta-peta tematik harus mempunyai suatu patokan dan sistem koordinat yang sama sehingga peta tematik baru dihasilkan dengan baik. Operasi Logika yang digunakan adalah logika Boolean yang digambarkan pada diagram berikut:
14
A AND B
A NOT B
A XOR B
A OR B
(A AND B) OR C
A AND (B OR C)
Gambar 2.4 Diagram Venn Hasil Boolean Logic
Tabel 2.1 Tabel Kebenaran Operator Boolean A
B
NOT B
AND
OR
XOR
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
Menurut Bernhardsen (1992,p189) prosedur yang dilakukan komputer dalam proses overlay ialah sebagai berikut: 1.
Menghitung titik-titik potongan
2.
Membentuk titik-titik dan keterhubungan objek
3.
Menampilkan topologi dan objek baru
15 4.
Menghilangkan poligon-poligon kecil yang mengganggu dan menyatukan poligon
5.
Menghasilkan atribut baru dan proses penambahan di tabel atribut.
A C
B D
+
A1 B1
1 2
3 4
=
A2
B3
C2 C4 D4 D3
Gambar 2.5 Overlay Method
2.1.2.6 Kemampuan Sistem Informasi Geografi Menurut Heywood (2002,p12), SIG yang baik harus mampu menyediakan : 1.
Akses yang cepat dan mudah untuk data yang besar.
2.
Memiliki kemampuan untuk :
3.
a.
Memilih rincian tertentu berdasarkan area atau tema;
b.
Menghubungkan atau menggabungkan set data satu dengan lainnya;
c.
Menganalisa karakteristik spasial dari data;
d.
Mencari karakteristik tertentu atau fitur di suatu area;
e.
Memperbaharui data dengan cepat dan mudah; dan
f.
Memodelkan data.
Kemampuan menghasilkan keluaran dalam bentuk peta, grafik, daftar alamat dan statistik untuk memenuhi permintaan. SIG juga dapat digunakan untuk menambahkan nilai pada data spasial
dengan mengorganisasikan dan menampilkan data secara efisien, mengintegrasikan dengan data lain, menganalisa, menghasilkan data baru yang dapat dioperasikan, dan
16 menghasilkan informasi yang berguna untuk membantu dalam pengambilan keputusan.
2.1.3
Peta Peta merupakan kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang didefinisikan oleh lokasi dalam ruang dengan referensi pada suatu sistem koordinat oleh atribut-atribut non spasialnya. Menurut Paryono (1994,p1), peta berdasarkan informasi yang terdapat di dalamnya dibedakan menjadi dua : a.
Peta Umum (general purpose), merupakan gambaran topografi suatu daerah ataupun batas-batas (administratif) suatu wilayah atau negara.
b.
Peta tematik (thematic), merupakan peta yang memuat tema-tema tertentu seperti geologi, geomorfologi, tanah, vegetasi, dan sumber daya alam.
2.1.4
Sistem Koordinat Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinat-koordinat yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. Aturan ini biasanya mendefinisikan titik asal (origin) beserta beberapa sumbu-sumbu koordinat-koordinat yang digunakan untuk mengukur jarak dan sudut untuk menghasilkan koordinat-koordinat (Prahasta, 2001, p138). Sistem koordinat yang digunakan dalam skripsi ini adalah sistem koordinat proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) zona 48, dan juga menggunakan datum global WGS 84.
17 2.2
Teori-teori Khusus yang Relevan
2.2.1
Teknologi Penginderaan Jauh Teknologi penginderaan jauh adalah suatu cara untuk memperoleh informasi tentang fenomena alam tanpa mengadakan kontak langsung dengan objek yang diteliti. Dengan perkembangan teknologi penginderaan jauh, permukaan bumi dapat direkam dan dilihat secara lebih luas dari suatu ketinggian tertentu di ruang angkasa. Ketersediaan data informasi tersebut bersifat aktual dan mempunyai liputan yang berulang sehingga cukup berpotensi untuk kegiatan monitoring perubahan penggunaan lahan. Berdasarkan penginderaan jauh juga memungkinkan suatu aspek dan objek tertentu dapat diidentifikasi dan diteliti tanpa melakukan penjelajahan ke seluruh wilayah, sehingga cukup efektif dan efisien bila dibandingkan dengan cara konvensional. Satelit penginderaan jauh dapat dibedakan berdasarkan jenis gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu sistem pasif (optik) dan sistem aktif (radar). Sistem aktif menggunakan gelombang radio (sistem radar) sedangkan sistem pasif memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi dan bekerja pada gelombang tampak dan infra merah. Dalam teknologi penginderaan jauh sistem pasif, karena sensor yang merekam data / informasi objek (permukaan bumi) memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi yang dilepaskan (dipantulkan) oleh suatu objek, maka kualitas citra (imagery) dari objek sangat tergantung dari intensitas cahaya matahari yang diterima oleh objek tersebut. Objek disini maksudnya adalah segala sesuatu yang tampak pada permukaan bumi seperti tanah, air, tanaman, bangunan / gedung lainnya.
18 2.2.1.1 Landsat 5 Pada
pertengahan
tahun
1967,
National
Aeronautics
and
Space
Administration (NASA) dan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat, memulai suatu kajian konseptual atas kelayakan seri Satelit Teknologi Sumberdaya Bumi (Earth Resources Technologi Satellite / ERTS). Program tersebut membuahkan rencana urutan enam buah satelit diberi nama ERTS 1, 2, 3, 4, 5, 6. Pada tahun 1975 secara resmi NASA mengganti nama program ERTS menjadi Landsat untuk membedakannya dengan program satelit Seasat yang telah direncanakan. Berdasarkan hal tersebut maka ERTS 1, 2, 3, 4, 5, 6 diubah namanya menjadi Landsat 1, 2, 3, 4, 5, 6.
Tabel 2.2 Informasi Landsat Satelit
Tanggal Peluncuran
Keterangan
Landsat 1
23 Juli 1972
Dinonaktifkan pada 06 Januari 1978
Landsat 2
22 Januari 1975
Dinonaktifkan pada 25 Februari 1982
Landsat 3
05 Maret 1978
Dinonaktifkan pada 31 Maret 1983
Landsat 4
16 Juli 1982
Dinonaktifkan pada Juni 2001
Landsat 5
01 Maret 1984
Masih beroperasi
Landsat 6
Oktober 1993
Gagal pada waktu diluncurkan
Landsat 7
15 April 1999
Masih beroperasi
Landsat yang digunakan pada skripsi ini adalah Landsat 5. Landsat 5 beroperasi dengan orbit yang searah dengan matahari. Satelit ini memetakan bumi satu kali setiap 16 hari. Landsat 5 memiliki sensor Multispectral Scanner (MSS) dan Thematic Mapper (TM). TM adalah sebuah kemajuan dari pengamatan
19 multispectral, sensor sumberdaya bumi yang dirancang untuk mencapai citra yang mempunyai resolusi lebih tinggi, lebih tajam, memperbaiki kebenaran geometrik dan akurasi radiometrik yang lebih baik dibandingkan MSS. Sedangkan MSS adalah sensor multispectral yang mengumpulkan data dalam dua atau lebih saluran spectral dari spektrum elektromagnetik Untuk interpretasi citra Landsat perlu memilih saluran atau panduan saluran yang paling sesuai dengan tujuan. Saluran 4 (hijau) dan 5 (Merah) biasanya paling baik untuk mendeteksi kenampakkan budaya seperti daerah perkotaan, jalan dan tempat penambangan. Bagi daerah semacam itu biasanya saluran 5 lebih disukai karena pada saluran 5 memiliki daya tembus atmosferik yang lebih baik daripada saluran 4 sehingga memberikan kontras citra yang lebih tinggi.
2.2.1.2 Koreksi Geometri Karena orbit Landsat sangat tinggi dan medan pandangnya kecil, data citra relatif bebas dari distorsi panoramik dan pergeseran letak relief yang terjadi pada data citra wahana udara. Meskipun demikian data Landsat mengandung berbagai distorsi geometrik lain yang harus dikoreksi. Distorsi ini dihasilkan oleh faktor seperti variasi tinggi satelit, ketegakan satelit, dan kecepatannya. Distorsi dikoreksi dengan menggunakan analisis titik ikat medan (Ground Control Point / GCP). Akan tetapi metode ini memerlukan ketersediaan peta teliti yang sesuai dengan daerah liputan citra dan titik-titik ikat medan yang dapat dikenali pada citra. Titik ikat medan merupakan kenampakkan yang lokasinya diketahui dan secara tepat dapat ditentukan posisinya pada citra satelit. Kenampakan yang baik sebagai titik ikat antara lain perpotongan jalan raya, sungai dan sebagainya. Pada
20 proses ini koreksi diletakkan sejumlah besar titik ikat medan ditempatkan sesuai dengan koordinat citra. Proses penerapan alih ragam geometrik terhadap data asli disebut resampling. Proses ini meliputi: 1. Suatu matrik kekuatan yang secara geometrik seragam ditentukan berdasarkan koordinat medan. 2. Komputer mengolah tiap sel di dalam seluruh koordinat tiap sel keluaran dialih ragamkan untuk menentukan koordinat yang sesuai pada rangkaian citra. 3. Nilai piksel yang sesuai dipindahkan dari rangkaian data citra ke matrik keluaran. Setelah setiap sel pada matrik keluaran diproses dengan cara ini, diperoleh hasil yang berupa matrik berdasarkan koordinat medan dan berisi data dijital citra yang mempunyai rangkaian citra yang geometriknya terkoreksi.
Matrik Masukan (geometrik salah) Matrik Keluaran (geometrik benar)
Gambar 2.6 Proses Resampling 2.2.2
Tata Ruang Wilayah Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan
21 ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya (BAPEDA,2003). Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang (BAPEDA,2003). Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional (BAPEDA,2003). Tata ruang wilayah adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak yang merupakan
kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.
2.2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Latar belakang penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor ini dapat dilihat dari 2 aspek: (BAPEDA,2003)
1. Aspek legalitas -
UU No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Pasal 19) mengemukakan tentang adanya: a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
22 b. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Propinsi Daerah Tingkat I (RTRWP). c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II -
PP No.47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
-
Perda No.3 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Jawa Barat.
2. Aspek Teknis Adanya perubahan batas wilayah administrasi Kabupaten Bogor dan Kotamadya Dati II Bogor Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 2 Tahun 1995. Dalam hal ini sejumlah 46 Desa / Kelurahan dari Kabupaten Dati II Bogor dimasukkan ke Kotamadya Dati II Bogor. Sekaligus dengan dilakukan penataan kembali wilayah dan nama beberapa kecamatan. RTRW Kabupaten Bogor Daerah Tingkat II Bogor ini dimaksudkan sebagai penjabaran dari rencana tata ruang yang lebih makro, yaitu RTRWP Jawa Barat. Selain itu, sebagai matra ruang dalam pembangunan daerah maka RTRW Kabupaten Bogor Daerah Tingkat II Bogor ini terkait dengan Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, serta penjabarannya dalam REPELITA Daerah. Tujuan penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Daerah Tingkat II Bogor adalah: a. terselenggaranya
pemanfaatan
ruang
wilayah
yang
berkelanjutan
dan
berwawasan lingkungan sesuai dengan kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah;
23 b. terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan budidaya di kawasan perkotaan, kawasan pedesaan, dan kawasan tertentu yang ada di daerah; c. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; d. terwujudnya kehidupan masyarakat yang sejahtera; e. terwujudnya rencana pemanfaatan ruang Kabupaten Dati II Bogor yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan daya dukung lingkungan serta sesuai pula dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah.
2.2.4
Kawasan Pemukiman Kawasan adalah pembagian atau pemecahan suatu areal dalam beberapa bagian atau zona sesuai dengan fungsi dan tujuan pengelolaan. Sedangkan yang dimaksud dengan kawasan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. (BAPEDA,2003)
2.2.5
Pemekaran Pemekaran adalah menjadi luasnya suatu ruang atau kawasan. Salah satu contohnya adalah pemekaran kota. Kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis (Bintarto,1983,p36)
24 Istilah kota dan daerah perkotaan dibedakan di sini karena ada dua pengertian yaitu: kota untuk city dan daerah perkotaan untuk urban. Istilah city diidentikkan dengan kota, sedang urban berupa suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern, dapat disebut daerah perkotaan. Pemekaran kota dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dijalankan pemerintah untuk menentukan kembali (dalam artian memperluas) batas-batas kota yang baru pada jalur-jalur daerah yang baru. Hal ini biasanya didorong oleh adanya kenyataan bahwa wilayah kota yang ada sudah tidak mampu lagi menampung fungsi-fungsi kota yang ada sehingga keadaan tersebut akan menimbulkan konflik sosial, ekonomi dengan daerah tetangganya. (Yunus,1982,p15) Pemekaran kota adalah perluasan wilayah yang merupakan salah satu usaha pemerintah untuk memperluas wilayah kota, sebagai usaha pemerintah untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan ruang kota akibat dari perkembangan dan pertumbuhan kota. Sedangkan pemekaran kawasan pemukiman yang didefinisikan dalam skripsi ini adalah perluasan suatu kawasan pemukiman untuk menentukan kembali batasbatas kawasan pemukiman yang baru pada jalur-jalur daerah yang baru.
2.2.6
Arah Pemekaran Pemekaran mempunyai arah yang berbeda-beda tergantung pada kondisi daerah sekitarnya. Beberapa contoh arah pemekaran kota (Bintarto,1983,p48) :
25 Pegunungan
Pelabuhan impor-ekspor
“Hinterland” Subur
Lautan-lautan LEGENDA Inti Kota Selaput Inti Kota
Daerah Pemekaran Kota Gambar 2.7 Pemekaran Kota 1 Dari Gambar 2.7 tampak bahwa daya tarik dari luar kota adalah pada daerahdaerah dimana kegiatan ekonomi banyak menonjol, yaitu di sekitar pelabuhan impor-ekspor dan di sekitar hinterland yang subur. Harga tanah-tanah di sepanjang jalur jalan itu akan lebih tinggi daripada harga-harga tanah di sekitar daerah pegunungan.
26 Pegunungan Kota Industri
Daerah Pegunungan
Pusat-pusat Rekreasi
Kota Perdagangan
Lautan-lautan LEGENDA Inti Kota Selaput inti kota
Daerah Pemekaran Inti Kota Gambar 2.8 Pemekaran Kota 2 Pada Gambar 2.8 tampak bahwa pusat-pusat kota lain yang mempunyai fungsi sebagai kota industri dan kota dagang mempunyai daya tarik di bidang usaha. Di samping itu juga daerah-daerah di sekitar daerah atau pusat-pusat rekreasi tidak kalah pula dalam hal menarik penduduk kota keluar. Bangunan untuk peristirahatan, permainan anak-anak dan lapangan-lapangan olah raga, rumah-rumah makan berkembang di daerah tersebut. Daerah-daerah di sekitar pegunungan dan laut yang merupakan daerah lemah, tidak berarti bahwa mereka sama sekali tidak dapat menarik penduduk. Daerah-daerah lemah tersebut juga masih menarik beberapa penduduk kota yang
27 berpenghasilan kecil. Mereka mencari tanah-tanah yang murah harganya. Contoh tampak pada gambar 2.9 menunjukkan bahwa, pemekaran kota berjalan ke segala arah. Kota Besar Kota Besar
Daerah Pegunungan
Daerah Industri
Pelabuhan Ekspor
Daerah rekreasi di pegunungan/perbukitan
Daerah Perkebunan LEGENDA Inti Kota
Selaput inti kota Daerah Pemekaran Inti Kota
Gambar 2.9 Pemekaran Kota 3 Pada contoh di atas kondisi kota yang dimaksud baik berupa keadaan fisik maupun nonfisik dari kota tersebut, dan juga banyak di antara kota timbulnya pemekaran karena adanya daya tarik dari daerah tersebut. Hal ini berarti adanya pengaruh dari dalam kota seperti rencana pengembangan dari para perencana, desakan-desakan warga kota akibat pertambahan angka kelahiran maupun pengaruh dari luar kota berupa daya tarik tanah kota tersebut. (Bintarto,1977,p61).
28 2.2.7
Kecepatan Perubahan Luas Pemekaran Kawasan Pemukiman Untuk
mengetahui
kecepatan
perubahan
luas
pemekaran
kawasan
pemukiman rumus yang digunakan oleh BAPEDA adalah luas tahun terakhir dikurangkan dengan tahun sebelumnya dibagi rentang tahun. Dalam skripsi ini luas kawasan pemukiman tahun 2003 dikurang luas kawasan pemukiman tahun 1998 kemudian dibagi 5.
Kecepa tan_ Perubahan =
(luas _ tahun _ terakhir ) − (luas _ tahun _ sebelumnya) (tahun _ akhir ) − (tahun _ awal )